Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN K2

Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Klien Ny. A Hamil 32


Minggu Dengan G1P0A0 KPD (Ketuban Pecah Dini) di Ruang Nifas
Rumah Sakit Palabuhan Ratu

Oleh :

RIZAL FAUZI ABDURAHMAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

TAHUN 2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dankorion yang sangat erat
kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti selepitel, sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat
erat dalam metrics kolagen.Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin
terhadapinfeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan.
70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur
sebanyak 30%.
Rentang waktu ketuban pecah dini atau biasa disebut dengan istilah lag period merupakan waktu
antara pecahnya ketuban sampai bayi lahir. Hal tersebut sering dikaitkan dengan kelahiran bayi dengan nilai
APGAR yang rendah, sehingga bayi dapat dikatakan asfiksia.10 Keadaan ini merupakan salah satu
penyebab penyulit persalinan, sehingga seringkali bayi kurang mendapatkan oksigen yang memberikan
dampak buruk pada bayi.4
Angka kejadian KPD berkisar antara 3-18% yang terjadi pada kehamilan preterm, sedangkan pada
kehamilan aterm sekitar 8-10 %, wanita hamil datang dengan keadaan KPD, dimana 30-40% merupakan
kehamilan preterm di Rumah Sakit Umum Daerah yang merupakan tempat rujukan di Indonesia,
KPD termasuk kasus ke 3 dalam 10 kasus terbesar yang terjadi di RSUD Palabuhan Ratu selama bulan
januari- November 2018 hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengankat masalah pada Ny. A
hamil 35-36 minngu dengan KPD di ruang nifas RSUD Palabuhan Ratu.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam penanganan asuhan
keperawatan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini sesuai teori manajemen keperawatan yang
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan dengan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data subjektif pada ibu dengan ketuban pecah dini.
2. Mengkaji data objektif pada ibu dengan ketuban pecah dini.

2
3. Merumuskan analisa pada ibu dengan ketuban pecah dini.
4. Melakukan penatalaksanaan keperawatan pada ibu dengan ketuban pecah dini.
3. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapakan dapat menambahkan wacana ilmu pengetahuan pembaca
mengenai penatalaksanaan kasus pada ibu bersalin ketuban pecah dini.
2. Manfaat praktis
Hasil penulisan ini diharapkan berguna sebagai bahan perencanaan, evaluasi pada ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini, dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa tentang
penatalaksanaan ketuban pecah dini.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Ketuban pecah dini atau spontaneous early premature of the membrane (PROM) adalah pecahnya
ketuban sebelum inpartu atau sebelum terdapat tanda persalinan yaitu bila pembukaan pada primi kurang
dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban
secara spontan sebelum pembukaan 5 cm.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu 1 jam
belum dimulai tanda persalinan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput
ketuban secara spontan sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm
atau sebelum tanda-tanda persalinan.

B. Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti. Penyebab ketuban pecah dini
mempunyai dimensi multi factorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan Rahim berlebihan : kehamilan ganda , hidroamnion
3. Kelainan letak janin dalam Rahim : letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP
5. Selaput bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga
memudahkan ketuban pecah
7. Sebab primer : adanya pertumbuhan amnion yang kurang baik
8. Sebab skunder : misalnya pada ketuban pecah dini (PROM : premature of the membrane)

C. Manifestasi Klinis
1. Perut ibu kelihatan kurang membesar.
2. Ibu merasa nyeri diperut pada setiap pergerakan anak.
3. Persalinan lebih lama dari biasanya.
4. Sewaktu HIS akan terasa sakit sekali.

4
D. Patofisiologi
Pada kehamilan trimester III selaput ketuban amnion terdiri dari sel selapis, sedangkan selaput korion
lebih tebal dari 4-6 sel,lapisan basal diantaranya selaput amnion dengan korion. Makin tua usia kehamilan
semakin besar tekanan pada selaput ketuban, tekanan pada permukaan janin besar daripada tekanan pada
permukaan uterus. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, bila
pembukaan serviks,maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah. Ketuban pecah dini belum
diketahui penyebabnya yang jelas sampai saat ini, ada hubungannya dengan ha-hal berikutnya :
a. Adanya hiper mortilitas Rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
b. Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
c. Infeksi (amnionitis/khorioamnionitis)
d. Faktor-faktor predisposisi seperti : multipara,dll

E. Komplikasi yang timbul


Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi meningkat
pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada ketuban pecah dini.
F. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu
maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan
tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu
diperhatikan. Disamping itu makin kecil umur hamil, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang
dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi
kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin,
dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin yang sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

5
4. Pada umum kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup,
perlu di pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan dengan kemungkinan janin tidak dapat
di selamatkan.
5. Pemeriksaan yang penting dilakukan USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu
melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan, pemeriksaan kematangan paru melalui
perbandingan L/S.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ibu hamil adalah :
1. Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.10³ /mm³, kemungkinan ada infeksi
2. USG: membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta, serta
jumlah air ketuban.
3. Nilai bunyi jantung, dengan stetoskope laenec atau dengan foetalphone.

6
7
H. Asuhan Keperawatan
Pada umumnya proses keperawatan pada kasus kebidanan sama seperti pada kasus umum terdiri dari
beberapa tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi: nama ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah, nama
suami, agama, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah
b. Sirkulasi
Hipertensi, edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK) penyakit jantung
sebelumnya)
c. Integritas Ego
Adanya ansietas sedang
d. Makanan atau cairan
Ketidakadekuatan atau pembuahan berat badan berlebihan.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi itermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit
30 detik dalam 30-60 menit.
f. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misal : infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
g. Interaksi Sosial
Mungkin tergolong kelas sosial ekonomi rendah.
h. Penyuluhan atau pembelajaran
Ketidakadekuatan atau tidak adanya perawatan prenatal mungkin dibawah usia 18
atau lebih dari 40 tahun penggunaan alcohol atau obat lain, penunjang pada dietilstibesterol
(DES)
2. Pemeriksaan Leopold
Leopold I :
a. Pemeriksaan menghadap kearah muka ibu hamil
b. Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam uterus
c. Konsistensi uterus
Leopold II
a. Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
b. Menentukan letak punggung janin
c. Pada letak lintang bawah tentukan dimana kepala janin

8
Leopold III
a. Menentukan bagian terbawah janin
b. Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau goyang
Leopold IV
a. Pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu hamil
b. Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh
sudah masuk pintu atas panggul
3. Pemeriksaan Diagnostik
1. Ultrasonografi : pengkajian gestasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2499 g)
2. Tes Lakmus (tes Nitrazin) : jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya
air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes
yang positif palsu
3. Jumlah sel darah putih : peningkatan menandakan adanya infeksi
4. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan ISK
5. Kultur Vaginal, reagen plasma cepat (RPC) : mengidentifikasikan infeksi
6. Amniosenteusis : rasio lesitin terhadap sfingomeilin (L/S) mendeteksi fosfatidigliserol (PG) untuk
maturitasparu janin atau amniotic
7. Pemantauan elektronik : menvalidasi aktivitas uterus atau status janin

4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan ketuban pecah dini adalah :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
2. Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan
3. Cemas berhubungan dengan kehilangan kehamilan
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontruksi uterus
5. Risiko tinggi untuk trauma fetal berhubungan dengan hypoxia

9
5. Intervensi

Diagnose Tujuan KH Intervensi Rasional


Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji Kondisi Ketuban 1. Untuk mencegah terjadinya
infeksi berhubungan diharapkan klien memperlihatkan kemajuan 2. Pantau tanda-tanda infeksi infeksi
dengan ketuban pecah tanpa terjadi komplikasi infeksi dengan KH : 3. Dengarkan DJJ 2. Untuk mengetahui keadaan janin
dini 1. Cairan amnion ibu tidak menyengat 4. Kolaborasi pemberian Antibiotik 3. Perihal pemberian antibiotik
2. Hindari pemeriksaan pervagina
3. Observasi drainaseamnitik teradap warna
jumlah dan baunya tiap 2 sampai 4 jam
Risiko tinggi trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Mengkaji frekuensi kontraksi 1. Untuk mencegah terjadinya
maternal berhubungan diharapkan klien memperlihatkan kemajuan uterus komplikasi
dengan kerusakan tanpa terjadi komplikasi maternal dengan KH : 2. Menyarankan ambulasi atau 2. Tindakan yang dapat mendorong
tindakan pada 1. Persalinan normal perubahan posisi aktivitas uterus
persalinan 2. Tidak ada komplikasi 3. Memonitor pertambahan 3. Untuk mengetahui waktu kelahiran
pembukaan servik 4. Untuk mengetahui pemasukan dan
4. Memonitor intake dan output pengeluaran sebelum persalinan.
Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Memberi saran-saran, memelihara 1. Menjamin dan informasi yang
dengan bertambahnya diharapkan kecemasan berkurang atau hilang informasi peningkatan mengurangi kecemasan
pembukaan dan dengan KH : 2. Menyarankan mengungkapkan 2. Menanbah pemahaman terhadap
perasaan gagal dan 1. cemas tidak ada lagi perasaan klien
kebutuhan yang 2. cemas berkurang 3. Memperlihatkn pilihan atau 3. Dapat mengubah perasaab kien
diakibatkan persalinan. perawatan yang memungkinkan dalam mengontrol situasi

10
Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. kaji skala nyeri 1. untuk menetukan tingkat aktivitas
nyaman nyeri diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan 2. beritahu pasien penyebab rasa dan bantuan yang akan dilakukan
berhubungan dengan KH : nyeri 2. bantuan yang dibutuhkan untuk
intensitas kontraksi 1. nyeri berkurang 3. anjurkan pasien miring kekiri memenuhi kebutuhan klien
uterus 2. klien tampak tenang 4. kolaborasi dengan dokter 3. aktivitas bertahap untuk mencegah
3. keadaan umum baik pemberian terapi terjadinya konraktur
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ubah posisi untuk kenyamanan 1. Untuk mempertahankan posisi
berhubungan dengan diharapkan kebutuhan tidur klien dapat terpenuhi dan menurangi tekanan harus klien
kehamilan dengan KH : dilakukan sedkitya setiap dua 2. Untuk mengetahui keadaan
1. Menjelaskan factor-faktor penghambat jam klien
atau pencegah tidur 2. Kaji koordinasi antara
2. Melaporkan keseimbangan yang optimal ekstremitas atas dan bawah
antara aktivitas dan istirahat

11
BAB III
Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Klien Ny. A Hamil 35-36
Minggu Dengan KPD (Ketuban Pecah Dini) di Ruang Nifas
Rumah Sakit Palabuhan Ratu

Nama Mahasiswa : Rizal Fauzi A


NPM : 4118035
I. Pengolahan Data
A. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 17 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : sunda
Tanggal Pengkajian : 27 november 2018
No. Merdek : 866571
Diagnosa Medis : G1PoAo Hamil 35-36 minggu dengan KPD
Golonga Darah :B
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.R
Umur : 35
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : sunda
Agama : Islam
Alamat : Palabuhan Ratu

C. Keluhan Utama saat Pengkajian:


Keluar cairan dari jalan lahr
D. Riwaya Kesehatan Sekarang :
Klien mengatakan hamil ± 9 bulan , klien mengatakan hamil anak pertama tidak pernah kegugugran
. mengeluh keluar air-air dari jalan lahir sejak 1 minggu yang lalu, klien berobat kepoli dokter dan di
sarankan untuk dirawat.
E. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien mengatakan tidak ada

12
F. Riwayat kehamilan sekarang
a. Gravida : G1PoAo HPHT : lupa
b. Usia kehamilan : 35-36 minggu
c. Statu ANC : BPM Frekuensi : sebulan sekali
d. Status Imunisasi TT : 2 kali
e. Status Tablet Fe : ya
f. Riwayat Sosial : kehamilan yang direncanakan
g. Riwayat kontrasepsi KB : ya, jenis : suntik, selama 1 bulan
h. Riwayat menstruasi
a. Menarch : 13 tahun
b. Siklus : 38 hari
c. Keluhan : tidak ada
G. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola nutrisi :
Nafsu makan : ada
Ferekuensi : 3 x sehari
Pantangan : tidak ada
Minum : 8 x sehari
b. Pola eliminasi
BAB : frekuensi : 1 kali sehari
: konsistensi : Normal
: kesuitan : tidak ada
BAK : frekuensi : 6 kali sehari
: konsistensi : normal
: kesulitan : tidak ada
c. Pola istirahat : tidur siang : 2 jam, keluhan : tidak ada
: tidur malam : 8 jam , keluhan : tidak ada
d. kebersihan diri : mandi : 2 kali sehari, saat sakit hanya di seka
: gosok gigi : 2 kali sehari
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : sebelum hamil : 40 kg
: sekarang : 53 kg

13
: LILA
Tinggi badan : 145 cm
TTV : TD :130/ 90 mmHg Nadi :90x/ menit
: RR : 20 x/ menit Suhu : 37 C֯
2. Head To Toe
a. Kepala
Inspeksi : tampak bersih
Palpasi : tidak ada kelainan, tidak ada nyeri tekan,kekuatan
: rambut baik
b. Leher
Inspeksi :tampak bersih
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri
: saat menelan
c. Dada
Inspeksi :simetris , gerakan kiri dan kanan sama.
d. Abdomen
Insfeksi : tampak linea nigra, tidak ada striae.
Palpasi : TFU : 30 cm, LP : 87 cm TBJ : 2600 gr
: letak janin : memanjang
: Leopold I : bagian Fundus teraba bulat lunak tidak
Melenting, (bokong janin)
: leopold II : kanan, teraba bagian kecil janin,
Kiri , teraba keras, memanjang
: leopold III : bagian terendah teraba kepala,teraba keras,
Melentik,teraba bulat.
: leopold IV : kepala janin sudah mulai masuk ke
PAP : 1/5
Auskultasi : DJJ : 186 x/menit irama regular
e. Ginetalia : tidak di kaji
f. Ekstremitas
Atas : tampak terpasang IVFD ditangan kanan
tidak ada edema, varises dan reflek baik
Bawah : tidak ada edema, tidak ada varises, dan
reflek baik

14
I. Data psikologis
a. Body image
Klien mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang, tetapi klien optimis akan baik-baik
saja karena sudah dirawat di RS.
b. Harga diri
Klien merasa sangat diperhatikan dan disayangi oleh anggota keluarganya terutama suaminya,
dan selalu mendapat dukungan dari sanak saudara.
c. Peran.
Klien mengatakan berperan sebagai ibu rumah tangga,sekaligus anak karena masih tinggal
bersama ibunya.
d. Identitas diri
Klien adalah seorang perempuan yang sedang hamil dan memiliki seorang suami.
J. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tgl,waktu,hari Hasil lab Hasil Nilai normal
1. Haemoglobin 9,3 g/dl L:13-17 ,P:12-15
2. Leukosit 13.800 /ul 4000-10.000 /ul
3. Hematokrit 30 % 37- 47 %
4. Trombosit 316.000/ul 150.000-450.000/ul
5. Eritrosit 3,65 juta/mm 4,2-5,4 juta/mm
6. G. Darah B Resues positif (+)

b. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. CTG
c. Therapy
- IVFD RL 20 tts/menit
- Dexametasine 2x1 amp
- Cefotaxime 2x1 gr
- SF

15
II. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds: KPD Resiko Infeksi
- Klien mengatakan keluar cairan dari
jalan lahir sejak 1 minggu yang lalu Tidak adanya perlindungan
Do dunia luar dgn daerah
- pakaian bawah klien tampak basah Rahim
- tampak keluar cairan dari jalan lahir
- TD: 130/90, N : 90 Mudahnya M.O masuk
R : 20 S: 37 secara asenden
- leukosit 13.800
Resiko infeksi
2 Ds KPD Resiko trauma maternal
- klien mengatakan jani masih aktif
- klien mengatakan cairan masih keluar Banyaknya cairan keluar
dari jalan lahir
Do. Ditoksia partus
- DJJ : 186 x/menit
- TD : 130/90 mmHg Resiko trauma maternal
3 Ds KPD Ansietas
- klien mengatakan cemas dengan
keadaannya sekarang Airketuban banyak keluar
Do
-klien tampak cemas Kecemasan terhadap
keselamatan persalinan

ansietas

III. Diagnose prioritas


1. Resiko trauma maternal berhubungan dengan distoksia persalinan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adanya perlindungan dunia luar dengan daerah Rahim
3. Ansietas berhubungan dengan kecemasan terhadap keselamata persalinan

16
IV. Intervensi keperawatan
No Hari/Tanggal Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
1 28/11/2018 Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ada pembukaan 1. observasi TTV
kelahiran diakhiri tanpa adanya komplikasi maternal dengan KH: 2. Observasi DJJ, frekuensi dan irama 30 menit sekali
- Tidak ada komplikasi 3. lakukan pemeriksaan leopold untuk menentukan
- persalinan Normal posisi janin dan presentasi janin
4. sarankan klien untuk ambulasi
5. monitor pertambahan pembuakaan jalan lahir
6. monitor intake output klien
2 28/11/2018 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Observasi TTV
diharapkan klien memperlihatkan kemajuan tanpa komplikasi infeksi, 2. Pantau tanda-tanda infeksi
dengan KH: 3. Observasi drainaseamnitik terhadap warna jumlah
- suhu tubuh dalam batas normal dan bau
- jumlah leukosit normal 4. Observasi DJJ
-cairan amniotic jernih ,tidak menyengat ,dan hampir tidak berwarnah 5. Kolaborasi pemberian antibiotik

3 28/11/2018 Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas/ 1. Kaji tingkat kecemasan klien
kecemasan berkurang, dengan KH: 2. Sarankan untuk ungkapkan perasaan
- klien tampak tenang 3. Beri informasi prosedur keperawatan dan
- TTV dalam batas normal pertahankan sikap optimis
4. Anjurkan teknik relksasi
5. Orientasikan klien dengan pasangan pada
lingkungan persalinan

17
V. Implemetasi

Tanggal/jam No Implememtasi Respon klien


1 1. Mengobservasi TTV 1. TD : 130/90 N : 90
R : 20 S : 37

2. Mengobservasi DJJ, frekuensi dan irama 30 menit sekali 2. DJJ : 186 x/ menit
Frekuensi : regular
3. Melakukan pemeriksaan leopold untuk menentukan posisi
janin dan presentasi janin 3. - leopold I : bagian fundus teraba bokong
- leopold II : PUKI
- leopold III : bagian terendah kepala
- leopold IV : 1/5
4. Mesarankan klien untuk ambulasi
4. Klien mika-miki tiap 20 menit
5. Memonitor pertambahan pembuakaan jalan lahir
5. Vt : 2 cm
6. Memonitor intake output klien
6. Terpasang IVFD RL : 20 tts/ menit

2 1. Pantau tanda-tanda infeksi 1. Leukosit : 13.800 /ul


Suhu : 37
2. Observasi drainaseamnitik terhadap warna jumlah dan bau
2. Tampak basah dibokong klien, ±100cc warnah
3. Observasi DJJ agak keruh, bau khas amis
3. DJJ : 156 frekuensi : regular
4. Kolaborasi pemberian antibiotik
4. Cefotaxime 2 x 1 gr

3 1. Kaji tingkat kecemasan klien dan Sarankan untuk 1. Klien mengatakan masi cemas karena akan
dilakukan operasi
ungkapkan perasaan
2. Beri informasi prosedur keperawatan dan pertahankan 2. Klien mengatakan setuju dengan tindakan yang
akan dilakukan

18
sikap optimis
3. Klien mengikuti saran teknih nafas dalam untuk
3. Anjurkan teknik relaksasi
mengurangi kecemasan

4. Klien tampak lebih tenang disbanding sebelumnya.


4. Memberi dukungan kepeda klien tentang prosedur yang
akan di lakukan

19
VI. Evaluasi

Tanggal/ jam No Evaluasi Ttd


1 S : klien mengatakan masih keluar air-air dari jalan lahir dan janin
masih bergerak aktif
O : - terpasang IVFD RL 20 tts/menit
- DJJ :154x/menit
- TD : 120/90 N : 80 S : 36,7, R : 20
- tampak basah di bokong klien
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

2 S : klien mengatakan janin masih bergerak aktif


O : -TTV dalam batas normal
- leukosit 13.800/ul
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
3 S : klien mengatakan masih sedikit cemas karena harus operasi,
O : klien masih terbaring diatas tempat tidur
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- beri dukungan kepada klien
- anjurkan keluarga terutama suami untuk
memontivasi klien

20
BAB IV

PEMBAHASAN

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Komplikasi yang
timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan , dapat terjadi infeksi maternal maupun
neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, retensio
plasneta,meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.

A. Berdasarkan pengkajian keperawatan pada Ny A dengan ketuban pecah dini penulis mengangkat 3
diagnosa yaitu:
4. Resiko trauma maternal berhubungan dengan distoksia persalinan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adanya perlindungan dunia luar dengan daerah Rahim
6. Ansietas berhubungan dengan kecemasan terhadap keselamata persalinan
B. Intervensi
1. Observasi TTV
2. Beri informasi tentang prosedur perawatan atau tindakan yang mugkin akan dilakukan
3. Observasi DJJ, frekuensi dan irama 30 menit sekali
4. lakukan pemeriksaan leopold untuk menentukan posisi janin dan presentasi janin
5. sarankan klien untuk ambulasi
6. monitor pertambahan pembuakaan jalan lahir
7. monitor intake output klien
8. Sarankan untuk ungkapkan perasaan
9. Beri informasi prosedur keperawatan dan pertahankan sikap optimis
10. Anjurkan teknik relksasi
C. Implementasi
Pada tahapan implementasi ini penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya dan berdasarkan kondisi pasien saat ini. Secara umum semua tindakan dapat
dilakukan dan berjalan baik, pasien kooperatif selama pelaksanaan tindakan keperawatan.
D. Evaluasi
Tahapan ini merupakan respon akhir setelah tindakan keperawatan yang dilakukan. Berdasarkan hasil
pemeriksaa klien menunjukkan tidak ada kemajuan pembukaan jalan lahir maka dokter mengintruksikan
klien harus dilakukan tindakan operasi (sectio cesarea ) sehingga klien dipersiapakan untuk operasi.
Sehingga intervensi dihentikan.

21
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Pada
sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD
yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan, pada dasarnya setiap ibu
hamil mempunyai ketebalan dan kekuatan selaput ketuban yang berbeda-beda tergantung gizi, aktivitas dan
pergerakkan yang dilakukan oleh calon ibu tersebut. Pilihan metode persalinan (melalui vagina atau SC)
bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.
B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya. Perawat harus
membantu klien mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko
tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring
dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan klien dan keluarganya. Pemahaman dan kerja
sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan perawatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta: YBP-SP.

23

Anda mungkin juga menyukai