Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

KETUBAN PECAH DINI

COVER

Oleh :

Rona Salsabilla Septiwiyanti

201910330311008

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Premature rupture of Membranes

(PROM) merupakan ruptur atau pecahnya ketuban yang terjadi sebelum proses

persalinan. Risiko terjadinya infeksi bagi ibu dengan PROM meningkat dengan

bertambahnya durasi pecahnya ketuban. Pada janin akan meningkatkan risiko

terjadinya kompresi tali pusat sebanyak 73,1% dan ascending infection sebanyak

28,2%. Istilah PROM digunakan pada pasien dengan usia kehamilan diatas 37

minggu atau aterm yang datang dengan ketuban pecah secara spontan dan tanpa

tanda-tanda persalinan. Dalam keadaan normal perempuan hamil aterm akan

mengalami ketuban pecah dini sekitar 1% dari seluruh kehamilan. Ketuban

Pecah Dini menyebabkan terjadinya 1/3 persalinan preterm dan merupakan

penyebab 18%-20% dari morbiditas dan mortalitas perinatal.

Sekitar 1/3 perempuan yang mengalami KPD akan mengalami infeksi

yang berpotensi berat, bahkan fetus/neonatus akan berada pada risiko morbiditas

dan mortalitas yang lebih besar dibanding ibunya hingga 47,9% bayi mengalami

kematian. Potensi masalah yang muncul pada persalinan premature adalah

infeksi perinatal, dan kompresi tali pusat merupakan komplikasi yang umum

terjadi pada KPD. Ketuban Pecah Dini berhubungan dengan sekitar 18-20%

kematian perinatal di Amerika Serikat. Tatalaksana PROM pada kehamilan

aterm adalah manajemen aktif terminasi kehamilan yang dilakukan dengan

induksi persalinan atau jika tidak memungkinkan seksio secarea.


1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan refarat ini adalah untuk mengetahui dan

memahami tentang ketuban pecah dini sesuai dengan kompetensi dokter.

1.3 Manfaat

Penulisan dari refarat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman, serta memperluas wawasan mengenai komunikasi baik bagi penulis

maupun pembaca.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu. Ketuban pecah

dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan

manapun. Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air

dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah

dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Cairan keluar melalui

selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia kehamilan

mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang

sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan

mengalami KPD. Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan.

Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan

persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut

periode laten atau dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan yang

mengukur Lag Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan

diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Bila periode laten terlalu panjang dan

ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi.
2.2 Patofisiologi

Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada

daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini

sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena

penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput

terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di

daerah lapisan retikuler atau trofoblas.

Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan

biokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan. Perubahan

struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen

berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Pada daerah di sekitar

pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu zona “restriced zone of

exteme altered morphologi (ZAM)”.

Apoptosis yang terjadi pada mekanisme terjadinya KPD dapat melalui

jalur intrinsik maupun ektrinsik, dan keduanya dapat menginduksi aktivasi dari

caspase. Jalur intrinsik dari apoptosis merupakan jalur yang dominan berperan

pada apoptosis selaput ketuban pada kehamilan aterm. Diduga jalur ekstrinsik

tidak berperan banyak pada remodeling selaput ketuban.

Degradasi dari jaringan kolagen matriks ektraselular dimediasi ole enzim

matriks metalloproteinase (MMP). Degradasi kolagen oleh MMP ini dihambat

oleh tissue inhibitor matrixmetyalloproteinase (TIMP). Pada saat menjelang

persalinan, terjadi ketidakseimbangan dalam interaksi antara matrix MMP dan

TIMP, penigkatan aktivitas kolagenase dan protease, penigkatan tekanan

intrauterin.
2.3 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang terjadi pada ketuban pecah dini antara lain a)

keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina; b) aroma air ketuban berbau

manis dan tidak seperti bau amoniak: c) cairan ketuban dapat keluar secara

merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah; d) cairan

yang keluar tidak akan berhenti atau kering karena cairan ini masih terus

diproduksi sampai kelahiran; e) demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,

denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang

terjadi.

2.4 Diagnosis

Diagnosa ketuban pecah dini dapat diketahui dengan cara:

a) Anamnesa, dilakukan dengan cara menanyakan kepada ibu hamil

mengenai tanda-tanda persalinan seperti riwayat keluarnya cairan

dari vagina, warna cairan dan cairan berbau khas.

b) Inspeksi, dilakukan pengamatan dengan mata biasa untuk

mengetahui keluarnya cairan, jumlah cairan yang keluar.

c) Pemeriksaan dengan spekulum, merupakan pemeriksaan untuk

melihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk

batuk atau mengedan atau menggerakkan sedikit bagian terbawah

janin.

d) Vaginal Touche (VT) tidak dianjurkan kecuali pasien diduga

inpartu. Hal ini VT akan meningkatkan insidensi korioamnionitis,

postpartum endometritis dan infeksi neonatus. Selain itu juga


memperpendek periode laten (waktu dari ruptur hingga terjadinya

proses persalinan).

2.5 Tatalaksana

Penatalaksanaan yang dilakukan sebagai langkah untuk penilaian awal

pada ibu hamil dan janin yaitu : a) memastikan diagnosis; b) menentukan usia

kehamilan; c) evaluasi infeksi maternal atau janin, pertimbangkan apakah butuh

antibiotik atau tidak terutama jika ketuban pecah sudah lama; d) dalam kondisi

inpartu, apakah ada gawat janin atau tidak.

Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan:

a) Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (>37 minggu)

Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru

sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada

janin merupakan penyebab meningginya morbiditas dan

mortalitas janin. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dengan

pemberian antibiotik profilaksis bertujuan untuk pencegahan

terhadap chorioamnionitis. Waktu pemberian antibiotik segera

setelah diagnosis KPD ditegakkan dengan pertimbangan :

 Tujuan profilaksis untuk mencegah infeksi

 Jika KPD lebih dari 6 jam infeksi akan terjadi

 Sementara proses persalinan umumnya berlangsung

selama 6 jam

 Beberapa penulis menyarankan untuk dilakukan induksi

persalinan segera atau ditunggu sampai 6-8 jam setelah


ketuban pecah dengan alasan pasien akan inpartu dengan

sendirinya.

b) Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (<37 minggu)

Infeksi janin pada kehamilan cukup bulan berhubungan

langsung dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya

periode laten. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm

tanpa ada tanda infeksi yaitu :

 Penatalaksanaanya bersifat konservatif disertai

pemberian antibiotik sebagai profilaksis

 Penderita di rawat dirumah sakit

 Ditidurkan dalam posisi trendelenberg

 Tidak dilakukan Vaginal Touche (VT) untuk mencegah

infeksi.

Tujuan penatalaksanaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid

ialah agar tercapai pematangan paru untuk menurunkan kejadian RDS

(Respiratory Distress Syndrome), jika selama tindakan konservatif muncul tanda

infeksi maka dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan.

Jika induksi gagal maka dilakukan tindakan sectio sesarea. Penatalaksanaan

konservatif meliputi pemeriksaan leukosit tiap hari, tanda-tanda vital tiap 4 jam,

pantau DJJ, pemberian antibiotik tiap 6 jam.


BAB III

KESIMPULAN

Ketuban pecah sebelum waktunya/KPD adalah sebuah faktor risiko

morbiditas bagi ibu dan janin. Kasus dengan KPD memerlukanpenanganan yang

baikdengan pengawasan yang ketat dan pemberian antibiotik serta pertimbangan

terminasi kehamilan terutama pada pasien dengan kehamilan aterm atau cukup

bulan. Seorang ibu hamil dengah riwayat KPD mempunyai potensi berulang

sehingga diperlukan upaya pencegahan pada kehamilan berikutnya .


DAFTAR PUSTAKA

Caughey A, Robinson J, Norwitz E. Contemporary Diagnosis and Management


of Preterm Premature Rupture of Membranes. Rev Obstet Gynecol.
2008;1(1):11-22.
Medina T, Hill D. Preterm Premature Rupture of Membranes: Diagnosis and
Management. American Family Physician. 2006;73(4):659-654.
Armstrong C. ACOG Guidelines on Premature Rupture of Membrane. Am Fam
Phys, 2008. 77(2): 245-246. 

Anda mungkin juga menyukai