Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

SERUMEN PROP

Oleh :

Rona Salsabilla Septiwiyanti

201910330311008

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serumen dapat ditemukan pada kanalis akustikus eksternus. Serumen


merupakan campuran dari material sebaseus dan hasil sekresi apokrin dari
glandula seruminosa yang bercampur dengan epitel deskuamasi dan rambut.
Bila tidak dibersihkan dan menumpuk maka akan menimbulkan
sumbatan pada kanalis akustikus eksternus. Keadaan ini disebut serumen
obsturans (serumen yang menutupi kanalis akustikus eksternus). Sumbatan
serumen kemudian menimbulkan gejala berupa penurunan fungsi pendengaran,
menyebabkan rasa tertekan/ penuh pada telinga, vertigo, dan tinitus.
Sumbatan serumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dermatitis
kronik, liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental, adanya
benda asing, serumen terdorong masuk kedalam liang telinga yang lebih dalam
saat mencoba membersihkan telinga.
1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan refarat ini adalah untuk mengetahui dan

memahami tentang serumen prop sesuai dengan kompetensi dokter.

1.3 Manfaat

Penulisan dari refarat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman, serta memperluas wawasan mengenai komunikasi baik bagi penulis

maupun pembaca.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Serumen prop atau dikenal juga dengan impaksi serumen adalah

akumulasi serumen berlebih yang menyebabkan timbulnya tuli konduktif,

dan/atau membuat pemeriksaan telinga tidak dapat dilakukan. Serumen sendiri

merupakan sekresi normal dari kelenjar seruminosa dan sebasea yang berasal

dari 1/3 bagian luar saluran pendengaran. Serumen terdiri dari glikopeptida,

lipid, asam hialuronat, asam sialat, enzim lisosom dan imunoglobulin. Serumen

memberikan efek perlindungan terhadap telinga dengan mempertahankan

keseimbangan asam (pH 5,2–7,0) di auditori kanal eksterna dan juga melumasi

kanal serta memiliki sifat antibakteri dan antijamur.

Serumen prop umumnya disebabkan oleh faktor genetik. Hal inilah yang

menyebabkan mengapa beberapa orang membentuk serumen lebih cepat dan

banyak dibandingkan yang lain. Faktor berikutnya adalah variasi bentuk anatomi

berupa penyempitan saluran telinga, baik bawaan ataupun didapat.

Diagnosis serumen prop dapat ditegakkan jika terdapat gejala berupa

otalgia, tinnitus, vertigo, batuk, rasa gatal dan penuh pada telinga serta

terdapatnya gangguan pendengaran, atau terdapat akumulasi serumen berlebih

saat pemeriksaan telinga.

Sebelum memberikan penatalaksanaan, dokter harus dapat melakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat untuk menilai faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi pengobatan, seperti stenosis saluran telinga, membran


timpani tidak intak, diabetes mellitus, imunokompromais atau terapi

antikoagulan..

2.2 Patofisiologi

Serumen terdiri dari lapisan-lapisan keratin yang terkelupas dari sel-sel

epitel yang bercampur dengan sekresi kelenjar sebaceous dan ceruminous yang

terletak di bagian lateral liang telinga. Fungsi serumen adalah untuk

membersihkan dan melumasi liang telinga. Saat serumen bermigrasi ke arah

lateral menuju meatus, kotoran, debu, dan rambut terbawa bersamanya. Serumen

juga dapat melindungi liang telinga dari bakteri, jamur, dan serangga. Proses

penuaan menurunkan jumlah dan aktivitas kelenjar ceruminous, menghasilkan

tipe serumen yang lebih kering. Peningkatan rambut saluran telinga pada pria

yang lebih tua juga merupakan faktor peningkatan insiden impaksi serumen pada

populasi geriatri, terutama di kalangan pria.

Efek oklusif dari impaksi serumen sering menimbulkan gejala kepenuhan

dan penurunan pendengaran. Kadang-kadang, impaksi serumen juga akan

menyebabkan tinitus, batuk, dan vertigo, meskipun vertigo jarang

terjadi. Adanya air di dalam kanal, baik dengan mandi atau dengan mencoba

irigasi serumen, dapat menyebabkan pembengkakan serumen dengan

eksaserbasi gejala kepenuhan dan kehilangan pendengaran. Serumen yang

terkena dampak dapat menjebak bakteri di saluran telinga medial yang dapat

menyebabkan infeksi saluran dalam bentuk otitis eksternal dengan gejala nyeri

dan drainase, dengan temuan objektif berupa puing-puing berbau busuk, dan

kemerahan dan/atau pembengkakan telinga. kulit kanal.


Studi genetik menunjukkan fenotipe serumen "basah" dan "kering" yang

tampaknya terletak pada kromosom 16. Serumen basah berwarna terang atau

coklat tua dan lengket dengan konsentrasi butiran lipid dan pigmen yang relatif

tinggi. Gambar Jenis kering berwarna abu-abu atau cokelat dan rapuh dan

memiliki konsentrasi butiran lipid dan pigmen yang lebih rendah.

2.4 Diagnosis

Diagnosis serumen prop dapat ditegakkan jika timbul gejala berupa

otalgia, tinitus, vertigo, oklusi total dan atau saat pemeriksaan fisik telinga

terdapatnya akumulasi serumen yang mengganggu visualisasi saluran telinga

atau membran timpani.

Anamnesis

Anamnesis pada pasien serumen prop umumnya sulit ditegakkan karena

bersifat asimtomatik dan tidak menyebabkan keluhan. Namun, jika muncul

gejala, gejala yang dapat timbul adalah gatal-gatal pada telinga, nyeri, tinnitus,

pusing, batuk, vertigo, dan peningkatan risiko infeksi.

Serumen prop juga dapat mengganggu pendengaran. Semakin berat

oklusi yang terjadi, semakin berat pula gangguan pendengaran yang terjadi.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada serumen prop atau pada telinga secara umum

dilakukan dengan lampu ruang pemeriksaan  yang diredupkan. Hal ini bertujuan

untuk memudahkan visualisasi saluran dan gendang telinga saat pemeriksaan

menggunakan otoskop.

Inspeksi Telinga Luar


Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi telinga bagian luar sebelum

melakukan pemeriksaan dalam dengan menggunakan otoskop. Bersihkan

kotoran yang ada di telinga bagian luar dan carilah tanda-tanda kelainan yang

jelas. Penilaian dimulai dengan:

 Melakukan pengukuran dan bentuk pinna

 Pemeriksaan terhadap tulang rawan / sinus atau lubang praaurikular

 Adakah tanda-tanda trauma pada pinna dan lesi kulit yang mengarah pada

dugaan neoplasia pada pinna,

 Kondisi kulit pinna dan kanal eksterna, apakah terdapat infeksi atau radang

saluran telinga luar dengan ada atau tidaknya cairan serta tanda atau bekas luka

dari operasi sebelumnya

Inspeksi Saluran dan Gendang Telinga

Pemeriksaan dilanjutkan dengan  menggunakan otoskop. Sebuah otoskop

dapat memiliki visualisasi yang lebih baik untuk melihat membran timpani

(MT). Baterai otoskop harus beroperasi penuh untuk memberikan cahaya

optimal selama pemeriksaan.

Teknik pemeriksaan meliputi menggenggam pinna dan menariknya ke

bagian atas dan belakang untuk membantu meluruskan saluran telinga sehingga

dapat dilakukan pemeriksaan pada membran timpani. Cara memegang otoskop

yang benar adalah seperti memegang pensil. Kemudian perhatikanlah:

 Kondisi kulit saluran apakah adanya kotoran atau tidak, jaringan asing atau

keluarnya cairan

 Menilai mobilitas gendang telinga menggunakan spekulum pneumatik.

Normalnya gendang akan bergerak jika diberikan suara atau tekanan


Inspeksi Membran Timpani

Pemeriksaan dilanjutkan lebih dalam sampai menilai membran timpani.

Gerakkan otoskop untuk melihat keseluruhan membran timpani. Membran

timpani berbentuk lingkaran dengan diameter 1 cm. Hal yang dapat dinilai

berupa refleks cahaya, pars tensa dan pars flaccida serta penyangga malleus

lateral. Namun terkadang, pada membran timpani yang sehat dan tipis mungkin

pula dilakukan pemeriksaan untuk melihat panjang incus, korda timpani,

pembukaan tuba eustachius serta koklea.

Tes Garpu Tala

Tes garpu tala berupa tes Rinne dan Weber dilakukan untuk deteksi awal

adanya gangguan pendengaran atau tuli pada pasien dan jenis tulinya, apakah

tuli sensorineural, tuli konduktif, atau campuran. Pemeriksaan terhadap

gangguan pendengaran penting dilakukan sebelum dan sesudah penanganan

serumen prop untuk melihat apakah ada gangguan pendengaran akibat penyakit

lain atau akibat komplikasi serumen prop.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding serumen prop atau impaksi telinga dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Otitis Eksterna

Otitis eksterna memiliki gejala klinis berupa otorrhea yang berbau busuk

terjadi berulang. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik.

Keratosis Obturans

Keratosis obturans memiliki gejala klinis berupa terdapatnya gumpalan

epidermis di liang telinga yang disebabkan oleh terbentuknya sel epitel yang
berlebihan yang tidak bermigrasi ke arah luar telinga. Dapat menyebabkan

terjadinya obstruksi saluran telinga parsial atau total. Diagnosis dapat ditegakkan

dengan pemeriksaan fisik.

Polip

Pada pasien dengan polip akan didapatkan tanda-tanda infeksi dan

otorrhea yang purulen. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan dengan

Pemeriksaan audiogram dapat ditemukan gangguan pendengaran konduktif serta

pemeriksaan radiologi berupa CT Scan untuk melihat penyakit telinga tengah

atau mastoid.

Benda Asing

Jika dicurigai masuknya benda asing, gejala dan tanda hampir sama

dengan penyakit lainnya hanya pada anamnesis terdapat riwayat masuknya

benda asing. Didiagnosis dengan inspeksi telinga luar. Diagnosis dapat

ditegakkan dengan pemeriksaan fisik.

Osteoma Saluran Telinga

Pada osteoma saluran telinga akan ditemukan massa tertutup kulit yang

keras menonjol ke dalam saluran telinga sehingga menyebabkan obstruksi

parsial atau total pada saluran telinga. Diagnosis ini dapat dilakukan dengan

pemeriksaan radiologi berupa CT-Scan resolusi tinggi namun diagnosis tetap

dari pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada serumen prop biasanya dilakukan pada

pasien dengan gangguan pendengaran yang hasil pemeriksaan fisiknya

meragukan apakah murni karena serumen prop atau terdapat gangguan


pendengaran akibat penyakit lain yang akan menetap setelah pengobatan

serumen prop. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa audiometri.

Audiometri

Tes audiometri dilakukan untuk menguji seberapa baik fungsi

pendengaran. Tes ini menguji intensitas dan nada suara, serta masalah

keseimbangan dan masalah lain yang terkait dengan fungsi telinga bagian dalam.

Terdapat beberapa tes dalam audiometri di antaranya adalah tes nada murni

untuk mengukur suara paling pelan yang dapat pasien dengar di nada yang

berbeda dan tes pada latar belakang suara keras. Pasien akan mendapatkan

instruksi untuk mengangkat tangan ketika mereka mendengar suara.

2.5 Tatalaksana

Penatalaksanaan pada serumen prop berupa pengangkatan serumen,


irigasi saluran telinga, atau penggunaan agen serumenolitik. Serumen prop perlu
ditangani untuk mencegah terjadinya komplikasi infeksi telinga akibat
akumulasi serumen.

Pengangkatan Serumen

Pengangkatan serumen secara manual dapat dilakukan pada anak-anak


ataupun orang dewasa menggunakan instrumen khusus. Pasien yang kooperatif
yang tidak bergerak selama prosedur dilakukan sangat membantu operator
melakukan pembersihan. Namun, beberapa pasien anak kecil perlu ditahan atau
dipegang oleh orang tuanya maupun dengan bantuan orang lain. Pemeriksaan
dilakukan dengan pasien anak dipangku oleh orang tua, kaki orang tua pasien
bersilangan dengan kaki pemeriksa dan mengapit kaki anak. Sedangkan tangan
orang tua memegang kedua tangan anak, lalu tangan perawat akan memegangi
kepala pasien dan pemeriksaan dapat dimulai.

.
BAB III

KESIMPULAN

Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit

yang terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang

telinga. Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Serumen normal ditemukan pada

kanalis akustikus eksternus yang berfungsi untuk membersihkan, lubrikasi dan

antibakteri serta antifungi. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan keluhan

pasien berupa adanya tekanan sampai nyeri telinga, penurunan fungsi

pendengaran dan gambaran serumen saat dilakukan otoskopi. Penanganan

serumen dilakukan dengan cara kuretase, suction/ penyedotan, irigasi, hingga

pemberian obat yang bersifat serumenolisis.


DAFTAR PUSTAKA

1. Adams et al. Serumen dalam BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals
of Otolaryngology) Edisi 6. Jakarta; EGC. 1997: 76-7

2. Anonim. Makalah Serumen. Cimahi. 2008

3. Probst R. Grevers G. Iro H. Cerumen and Cerumen Impaction in Basic


Otorhinolaryngology. German; Thieme. 2006: 210-1

4. Soepardi E. Iskandar N. Bashiruddin J. Restuti R. Serumen dalam Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta; Balai Penerbit
FKUI. 2010: 59-60

Anda mungkin juga menyukai