PENDAHULUAN
1
yang berhubungan dengan corpus alienum untuk mencegah komplikasi yang
berlanjut. Insidennya mencapai 11% untuk semua kasus benda asing termasuk di
hidung dan tenggorok.2 Benda asing di liang telinga paling sering terjadi pada
anak usia < 5 tahun, sedangkan pada dewasa lebih jarang terjadi.
Dalam pelayanan darurat THT dari sebuah rumah sakit tersier di Sao Paulo,
terdapat 15.640 kasus dalam periode waktu Februari 2010 sampai Januari 2011.
Benda asing menyumbang 827 kunjungan, atau 5,3% dari semua kasus. Pasien
memiliki usia rata-rata 19,8 tahun dan usia rata-rata 8 tahun. Insiden lebih besar
ditemukan pada individu yang berusia < 8 tahun dengan insiden puncak pada usia
3 tahun.
Dari 827 pasien yang dilibatkan dalam penelitian, 386 adalah perempuan
(46,7%) dan 441 adalah laki-laki (53,3%), dengan rasio perempuan dan laki-laki
1,14 : 1,00. Kebanyakan benda asing (94,8%) terletak di telinga, hidung atau
tenggorokan. Lokasi benda asing pada kelompok pasien sebagian besar berada di
telinga (64,4%), diikuti oleh fossae hidung (19,5%), dan orofaring (8,9%). Lokasi
benda asing yang sulit di tentukan adalah sebanyak 2,9% kasus.
Serumen adalah hasil sekresi kelenjar sebasea, kelenjar cerumeninosa dan
proses deskuamasi epitel pada bagian kartilaginea kanalis auditorius eksternus.
Produksi cerumen pada dasarnya sebuah konsekuensi yang timbul dari anatomi
lokal yang unik. Kanalis auditorius adalah satu-satunya cul-de-sac dari stratum
korneum dalam tubuh. Oleh karena itu, erosi fisik tidak dapat secara rutin
menghapus stratum korneum dalam saluran pendengaran. Ada dua jenis serumen
yaitu jenis kering berwarna kekuning-kuningan atau abu-abu, rapuh atau keras
dan jenis basah berwarna coklat, licin, lengket dan dapat berubah warna menjadi
gelap bila terpapar udara bebas.
Penduduk atau ras Asia dan penduduk asli Amerika lebih cenderung
memiliki serumen tipe kering (abu-abu dan terkelupas), sedangkan penduduk di
Afrika lebih cenderung memiliki tipe basah. Jenis kotoran telinga basah
berfluoresensi lemah di bawah sinar ultraviolet. Komponen utama dari kotoran
telinga adalahlapisan kulit, dengan 60% dari kotoran telinga yang terdiri dari
keratin, 12-20% rantai panjang asam lemak jenuh dan tidak jenuh, alkohol,
squalene dan 6-9% cholesterol. Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan
2
insiden serumen obsturan sebanyak 22,9% (109 siswa) dari 487 siswa yang
diteliti di Semarang tahun 2010. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini terdiri
dari 273 laki-laki dan 214 perempuan dengan distribusi serumen obsturan
sebanyak 63 (12,9%) laki-laki dan 46 (9,4%) perempuan.
lebih mudah berkeringat dibandingkan yang lain. Pada orang tua, serumen
cenderung menja di lebih kering oleh karena atrofi fisiologis dari kelenjar
Khususnya pada orang tua, sumbatan liang telinga mungkin tidak hanya karena
1.2 Tujuan
1. Untuk memberikan wawasan kepada penulis dan pembaca tentang
korpus alineum telinga dan serumen.
2. Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang diagnosis
dan penatalaksanaan korpus alineum telinga dan serumen.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.2 Telinga Tengah
6
2.1.3 Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuler.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala
media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan
endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s
membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran
ini terletak organ Corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.
7
Gambar 3. Benda asing di telinga luar
2.3 Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang
telinga yaitu:
a. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
b. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu
menggunakan alat-alat pembersih telinga misalnya catton bud, tangkai
korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga.
c. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk
kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
9
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran
suara ke telinga tengah.
d. Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis
atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.
e. Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing
2.5 Patofisiologi
Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis
audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga,
sehingga pasien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun,
tindakan yang pasien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut
sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asing ke bagian tulang
kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai
membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membran
timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran, rasa nyeri
telinga/otalgia dan kemungkinan adanya resiko terjadinya infeksi.
2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak
ada pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang direkomendasikan
sebagai pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik
yang utama. Pada pasien yang dicurigai terdapat gangguan pendengaran
dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan garpu tala atau audiometri nada
murni. CT scan dapat dilakukan untuk menentukan lokasi dan komplikasi
akibat benda asing.2,3
a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya:
1) Bersihkan serumen
2) Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi:
10
1) Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya
infeksi
2) Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang.
3) Kemungkinan gendang mengalami robekan.
11
2. Uji Rine
3. Uji Swabach
2.7 Penatalaksanaan
Jika terdapat benda yang sangat kecil di dalam liang telinga dapat
dicoba dengan mengoyangkannya secara hati-hati. Menarik daun telinga
kearah posterior meluruskan liangtelinga dan benda asing dapat keluar
dengan goncangan lembut pada telinga. Jika benda asing masuk lebih
dalam maka perlu diangkat oleh dokter yang kompeten. Tidak dianjurkan
untuk mengorek telinga sendiri karena dapat mendorong lebih kedalam dan
menyebabkan ruptur membran timpani atau dapat melukai liang telinga6.
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di teinga6,7:
a. Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk
mengambil benda dengan bantuan otoskop.
b. Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
c. Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat
membuat benda-benda keluar dari liang telinga serta membersihkan
debris.
d. Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari
logam
e. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa
sakit dan takut.
f. Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau
minyak, lalu diirigasi dengan air hangat.
Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari
sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.
12
2.8 Pencegahan
2.10 Komplikasi
13
pendengaran. Hal ini akan menambah angka kesakitan pada pasien,
sehingga akan memerlukan tindakan eksplorasi dalam bius umum untuk
mengangkat benda asing tersebut. Marques seperti dikutip Figueiredo
menyatakan kurangnya pengalaman dalam manajemen benda asing di
telinga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
komplikasi iatrogenik.5
14
2.11 Definisi Serumen
15
sedangkan lainnya cenderung terbentuk massa serumen yang secara
A B
Gambar 7. Serumen pada cotton bud, A. tipe basah dan B. tipe kering
Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe
kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
17
Sel epidermal terdapat sepanjang telinga luar yang identik pada
permukaan kulit. Sehingga kita dapat memprediksi proses generasi
dari kulit tersebut, dari migrasi hingga pengeluarannya. Bila hal ini
terjadi di kulit luar sel-sel dapat dengan mudah jatuh. Namun pada
telinga kecil kemungkinannya untuk tidak menumpuk. Sel-sel yang
mengalami deskuamasi ini terkumpul pada kanalis akustikus
eksternus dalam bentuk lapisan, dan menjadi 60% dari berat total
serumen. Serumen juga terdiri atas lisosim, suatu enzim anti bakteri
yang dapat merusak sel dinding bakteri. Genetik mempengaruhi tipe
serumen secara signifikan. Ras kaukasia dan afrika-amerika
memiliki serumen dengan warna terang sampai coklat gelap lengket
dan basah. Ras asia dan ras amerika latin memiliki serumen abu-abu
atau coklat muda, mudah patah dan kering yang berhubungan dengan
jumlah lemak yang sedikit dan granula pigmen. (12)
18
2.13 FISIOLOGI SERUMEN
Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari
proses yang disebut “conveyor belt” process, hasil dari migrasi epitel
ditambah dengan gerakan seperti rahang (jaw movement). Sel-sel
terbentuk ditengah membran timpani yang bermigrasi kearah luar dari
umbo ke dinding kanalis akustikus eksternus dan bergerak keluar dari
kanalis akustikus eksternus. Serumen pada kanalis akustikus eksternus
juga membawa kotoran, debu, dan partikel-pertikel yang dapat ikut
keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan menempatkan
kotoran yang menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan
meningkatkan harapan pengeluaran kotoran.
Lubrikasi
Lubrikasi mensegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit
kanalis akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi
diperoleh dari kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh
kelenjar sebasea. Pada serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung
kolesterol, skualan, dan asam lemak rantai panjang dalam jumlah yang
banyak, dan alcohol.
20
Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal
Fungsi antibacterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak
studi yang menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap
beberapa strain bakteri. Serumen ditemukan efektif menurunkan
kemampuan hidup bakteri antara lain haemophilus influenzae,
staphylococcus aureus dan escherichia colli. Pertumbuhan jamur yang
biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat dengan signifikan
oleh serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini dikarenakan
adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang relatif
rendah pada serumen (biasanya 6 pada manusia normal).
Dulu dikatakan bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari
infeksi bakteri dan fungi. Beberapa penulis mengatakan bahwa
serumen yang tertahan dapat menjadi barier untuk membantu
pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun secara klinik dan
biologi fungsi ini tampak cukup lemah. (10)
Diduga serumen memainkan peranan penting dalam meningkatkan
sistem pertahanan tubuh dalam merespon infeksi. Mungkin paparan
bakteri dapat menginduksi peningkatan regulasi komponen anti
bacterial pada serumen. Meskipun demikian serumen pasien dengan
otitis eksterna tampak tidak memiliki asam lemak poli unsaturated anti
bacterial. Namun alasan dari pernyataan ini tidak jelas. Secara empiris
serumen hanya berfungsi mengeluarkan keratin.
Studi imunohistokimia menduga terdapat reaksi imun yang dimediasi
oleh antibodi yang ada pada serumen dan menjaga kanalis akustikus
eksternus dari infeksi. Epidermis dan dermis memiliki kelenjar
seruminosa dan sebasea dengan pilar folikel yang dengan cepat dapat
mengaktivasi reaksi imun lokal termasuk IgA dan IgG.
Serumen biasanya berkumpul di lantai kanalis akustikus eksternus
namun terkadang dapat berkumpul dan menyumbat meatus. Selama
sisa keratin bersifat hidrofilik masuknya air dapat bercampur dengan
serumen dan menyebabkan sumbatan yang total, yang menyebabkan
ketulian atau perasaan penuh. Serumen yang tidak menyumbat secara
21
sempurna kanalis akustikus eksternus tidak akan menyebabkan
ketulian. Ini dapat terjadi bila serumen benar-benar menyumbat
kanalis akustikus eksternus, sumbatan ini juga tejadi bila pasien
mendorong kumpulan serumen ke bagian dalam kanalis akustikus
eksternus. Biasanya disebabkan oleh cotton bud.
Ketika serumen terperangkap dalam kanalis akustikus eksternus
dengan keadaan hampa udara dapat melalui membran timpani dan
pasien merasa telinganya tersumbat dan terjadi tuli ringan. Jika
serumen menekan membran timpani pergerakan serumen atau
membran timpani dapat menimbulkan nyeri. Serumen harus
dikeluarkan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan trauma
pada kanalis akustikus eksternus atau membran timpani. Jika itu
memungkinkan maka sebaiknya serumen dikeluarkan dengan suction
atau kuret. Irigasi dengan air harus dihindari karena dapat
memperburuk situasi jika ada perforasi membran timpani.
o Keratosis Obturans
Beberapa pasien mendapati adanya benda yang putih seperti mutiara
pada telinga mereka dan terbentuk dari keratin skuamosa yang
terkompresi. Jenis ini sangat sulit untuk dibersihkan. Bila berlanjut
lembar keratin akan berdeskuamasi sampai ke lumen kanalis akustikus
eksternus dan massa akan bertambah banyak. Tekanan dari massa ini
akan menimbulkan erosi pada tulang kanalis akustikus eksternus.
Terdapat hipotesis yang menyebutkan bahwa impaksi serumen bukan
karena overproduksi dari kelenjar seruminosa, tetapi karena
ketidakmampuan korneosit di stratum korneum untuk terpisah-pisah.
Pada orang normal, korneosit terpisah satu sama lain sejalan dengan
22
migrasi stratum korneum ke lateral dari bagian profunda ke jaringan ikat
superfisial di kanalis akustikus eksternus bagian dalam. Bila proses ini
gagal, lembara keratin tidak mengalami migrasi secara normal, sehingga
terjadi akumulasi di kanal bagian dalam.
Ketidakmampuan korneosit ini dikarenakan adanya komponen yang
hilang yaitu “keratinocyte attachment-destroying substance”(KADS).
Menurut teori KADS ini akan membantu sel-sel terpecah dan menjadi
bagian yang kecil dan terdeskuamasi. Bila tidak ada KADS, sel tidak
akan terpecah dan akan mencapai bagian superfisial namun dengan
bentuk yang utuh. Hasilnya akan terbentuk akumulasi dan bersatu
dengan serumen yang membentuk massa sumbatan. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah steroid sulfatase yaitu enzim arylsulfatase-C yang
normalnya terdapat di sel epithelial, fibroblast, dan leukosit. Enzim ini
diketahui dapat membantu proses deskuamasi sel epidermal. Kohesi sel
di stratum korneum dijaga oleh kolesterol sulfat yang berfungsi sebagai
perekat intraselular. Steroid sulfat diyakini menghambat kerja kolesterol
sulfat dan melepaskan ikatan antar sel. Pad orang normal, aktivitas
steroid sulfat lebih banyak di epithelium kanalis akustikus eksternus
profunda daripada di kanalis superfisial. Jadi, steroid sulfat bertanggung
jawab terhadap pemisahan keratosit dan migrasinya ke arah luar. Juga
tehadap iktiosis resesif X-linked, keratin menjadi terakumulasi dan
berwarna coklat gelap.
23
dapat diirigasi dengan alat suntik atau yang lebih mudah dengan botol irigasi
yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga
keatas dan belakang dengan pandangan langsung arus air diarahkan
sepanjang dinding superior kanalis akustikus ekstenus sehingga arus yang
kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar ditampung
dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan seorang
asisten sangat membantu dalam mengerjakan prosedur ini.
24
Gambar 9. Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar aplikator
25
dibersihkan secara manual dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas
daripada dengan irigasi.
A. Zat serumenolisis
Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes
telinga waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain
minyak mineral, hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex.
Pemakaian preparat komersial untuk jangkan panjang atau tidak tepat
dapat menimbulkan iritasi kulit atau bahkan dermatitis kontak.
Solutio aqueos tersusun atas air yang dapa dengan baik memperbaiki
masalah sumbatan serumen dengan melunakkannya, diantaranya :
B. Penyemprotan telinga
Beberapa serumen bisa dilunakkan, ini bisa dikeluarkan dari
kanalis telinga dengan cara irigasi. Larutan irigasi dialirkan di canalis
telinga yang sejajar dengan lantai, mengambil serumen dan debris
dengan larutan irigasi mengunakan air hangat (37oC), larutan sodium
bicarbonate atau larutan dan cuka untuk mencegah sekunder infeksi.
27
C. Metode Kuretase
A. HIPERSERUMINOSIS
Hidradenoma)
31
pemotongan local pada lesi dengan cangkok kulit selama waktu yang
dibutuhkan. Rekuren bisa terjadi apabila pemotongan tidak sempurna.
D. CERUMINOMA
33
2.18 PEMERIKSAAN TELINGA
1. MELAKUKAN ANAMNESIS
- Sejak kapan
3. Mastoiditis
- Sejak kapan
1. Kongenital
2. Kelainan anatomi
4. Trauma
5. Benda asing/cerumen
6. Ototoksis
7. Degenerasi
8. Noise induce
34
9. Neoplasma
- Sejak kapan
2. Otitis eksterna
- Sejak kapan.
1. MT perforation
35
2. MELAKUKAN PEMERIKSAAN TELINGA
§ Untuk visualisasi terbaik pilih spekulum telinga ukuran terbesar yang masih
pas dengan diameter liang telinga pasien. Diameter liang telinga orang
dewasa adalah 7 mm, sehingga untuk otoskopi pasien dewasa,
pergunakan spekulum dengan diameter 5 mm, untuk anak 4 mm dan
untuk bayi 2.5 – 3 mm.
§ Lakukan pemeriksaan terhadap kedua telinga. Bila telinga yang sakit hanya
unilateral, lakukan pemeriksaan terhadap telinga yang sehat terlebih
dahulu.
§ Menggunakan otoskop :
36
a. Inspeksi telinga :untuk melihat kelainan pada telinga luar,meliputi :
4. Liang telinga :
- Mengenal pars ossea, isthmus dan pars cartilaginea dari liang telinga
37
Gb 6. Pemeriksaan meatus auditorius
eksternus.
visualisasi terbaik.
5. Gendang telinga :
.
38
Gambar 18.Membrana timpani pada otoskopi
b. Palpasi telinga :
- Belakang daun telinga
- Depan daun telinga
- Adakah rasa sakit/ tidak (retroauricular pain/ tragus pain)
39
Tes bisik dipergunakan untuk skrining adanya gangguan
pendengaran dan membedakan tuli hantaran dengan tuli
sensorineural.
Prosedur :
d. Tes Penala/Garputala
40
- Tes penala didasarkan pada 2 prinsip utama, yaitu :
Bila ada gangguan pada hantaran suara oleh udara, telinga yang
terganggu akan lebih sensitif terhadap hantaran oleh tulang, disebut tuli hantaran
murni (conductive hearing loss).
1) Tes Rinne :
- Interpretasi hasil :
2) Tes Weber :
42
Suara terdengar sama keras di
lateralisasi/ normal.
3. Tes Swabach
MEMBERSIHKAN SERUMEN
5) Penyakit kulit pada liang telinga, otitis eksterna rekuren, keratosis obturans,
riwayat radioterapi telinga, riwayat timpanoplasti/ miringoplasti atau
mastoidektomi dan retardasi mental.
Terhadap pasien yang datang dengan impaksi serumen, dokter harus
menanyakan riwayat klinis dan menilai adanya faktor-faktor yang akan
mempengaruhi penatalaksanaan, yaitu :
44
1. Ada tidaknya perforasi membrana timpani.
3. Diabetes
4. Keadaan immunocompromised
5. Terapi antikoagulan.
3. Menilai tipe serumen (kering/ basah/ keras/ padat/ lunak/ lengket), dan
menentukan teknik pengambilan yang akan dipakai.
45
6. Memastikan peralatan dalam keadaan baik dan lengkap serta siap dipakai
(misalya untuk irigasi : mengecek kondisi syringe, suhu air, arah dan
kuatnya pancaran air dari syringe).
Pemberian seruminolitik 15-30 menit sebelumnya dapat meningkatkan
efektifitas tindakan sampai 90%.
Bila serumen sangat kering dan keras, berikan seruminolitik 2-3 hari sebelum
dilakukan pengambilan serumen. Seruminolitik diteteskan 2-3 kali sehari.
Instrumen :
- Ear syringes
- Mangkuk bengkok
46
Gambar 21. Ear Syringing
Teknik :
- Cairan irigasi yang digunakan harus mempunyai suhu seperti suhu badan
(untuk mencegah stimulasi apparatus vestibular).
- Lindungi baju pasien dengan handuk atau plastik. Minta pasien untuk
memegangi mangkuk bengkok di bawah daun telinganya.
47
- Aliran air di antara membrana timpani dan serumen akan mendorong
serumen keluar.
- Bila belum berhasil, lakukan sekali lagi. Bila tetap belum berhasil,
lakukan pretreatment dengan seruminolitik selama 2-3 hari lebih dahulu,
kemudian ulangi irigasi.
- Jika perlu, tutup liang telinga dengan bola kapas untuk menyerap air
yang masih tersisa.
Kontraindikasi irigasi :
- Trauma
- Vertigo
- Otitis eksterna
- Otitis media
Komplikasi :
48
- Laserasi kanalis auditorius eksternus
- Otitis eksterna
Kriteria dirujuk :
- Vertigo
49
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda
asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari
luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh).
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas.
Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal
dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu,
dan lain-lain.
Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah,
nanah, krusta.
Serumen adalah hasil sekresi kelenjar sebasea, kelenjar cerumeninosa dan
proses deskuamasi epitel pada bagian kartilaginea kanalis auditorius
eksternus.
Ada dua jenis serumen yaitu jenis kering berwarna kekuning-kuningan
atau abu-abu, rapuh atau keras dan jenis basah berwarna coklat, licin,
lengket dan dapat berubah warna menjadi gelap bila terpapar udara bebas
3.2 SARAN
Deteksi awal yang cermat terhadap gejala Corpus Alienum Telinga dan
Serumen sangatlah diperlukan, untuk menghindari hal-hal yang akan
menyebabkan infeksi dan komplikasi lain.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A., BOIES Buku Ajar Penyakit THT
(BOIES Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6. 1997. Balai Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
2. Bailey B.J., Johnson J. T., Newlands S. D., Head & Neck Surgery
Otolaryngology. 4th Edition. 2006. Lippincot Williams & Wilkins.
5. Brian J. G.B., Michael H., Peter K., Atlas of Clinical Otolaryngology. 2001.
Mosby Yaer Book.
9. Nurbaiti I. Prof, Dr., Sp.THT., Efiaty A.S. Dr., Sp.THT., Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok. Edisi 5. 2004. Balai Penerbit
FKU1, Jakarta.Guest
51
52