Anda di halaman 1dari 28

Case Report Session

BENDA ASING TELINGA

Oleh :

Advanny Arienda Osan 1110313070


Randa Hayudha 1110312116

Preseptor :
dr. Rossy Rosalinda, Sp.THT-KL

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK


KEPALA DAN LEHER
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Benda asing pada meatus akustikus eksternus merupakan kasus yang


sering terjadi dan terkadang menjadi kasus yang sulit ditangani. Berbagai jenis
benda asing dapat ditemukan pada meatus akustikus eksternus. Benda asing pada
telinga diklasifikasikan menjadi benda hidup seperti serangga kecil dan benda
mati. Benda mati dibagi menjadi organik seperti kacang-kacangan, padi dan
anorganik seperti manik-manik, lipatan kertas dan peluru mainan.1,2
Didapatkan perhiasan merupakan persentase terbesar dari benda asing
yang ditemukan di telinga (39,4%) , benda asing yang paling sering ditemui pada
kelompok 2 sampai 8 tahun. Pada orang dewasa, cotton bud adalah objek yang
paling sering ditemukan. Alat bantu dengar dan aksesoris telinga-spesifik lainnya
juga sering ditemui pada orang dewasa.3
Benda asing sering terjebak di dalam liang telinga dikarenakan terdapat
dua area sempit secara anatomis didalamnya yaitu daerah yang menghubungkan
bagian kartilago dan bagian tulang, kemudian daerah isthmus dari bagian tulang.4
Meskipun dapat asimptomatik, benda asing di dalam liang telinga luar
umumnya menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri, kongesti, ketulian,
perdarahan atau gatal. Benda asing tersebut harus disingkirkan untuk menghindari
atau mengatasi infeksi dan menghilangkan gejala. Pengambilan benda tersebut,
penting untuk dilakukan dalam kondisi yang optimal dengan pencahayaan yang
cukup, instrumensi yang baik dan anastesia jika perlu, untuk mencegah kerusakan
di liang telinga, membrane timpani, dan telinga tengah. Keberhasilan pengeluaran
benda asing bergantung pada tingkat kooperatif pasien, identifikasi jenis dan
lokasi benda asing serta peralatan yang tepat.5

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA LUAR

Telinga luar terdiri dari daun telinga,liang telinga sampai membran


timpani. Daun telinga (pinna/ aurikulla) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial
pertama dari arkus brankialis pertama dan kedua. Daun telinga disarafi oleh
cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor
dan oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus servikalis. Liang telinga
berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Membrana timpani mewakili
membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembanganya, liang
telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi
kemudian terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan
suatu faktor penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis pada liang telinga
ini.6

Daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan yang di liputi kulit.
Bentuk tulang rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar, harus di
usahakan untuk mempertahankan bagunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di
bawahnya oleh hematom atau pus, dan eawan yang nekrosis dapat menimbulkan
deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).6

Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang
di sebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan
tulang dan rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di
depan terhadap liang teling sementara prosesus mastoideus terletak di
belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomasteodeus dan berjalan
ke lateral menuju prosesus stilodeus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian
berjalan di bawah liang teling untuk memasuki kelnjar parotis. Rawan liang

3
telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari
saraf fasialis; patokan lainnya adalah sutura timpanomasteodeus.6

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.7

Gambar 1. Anatomi Telinga 8


Membran timpani adalah perbatasan telinga tengah, berbentuk bundar dan
cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian
bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu
bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh
sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu
lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.7

4
Gambar 2. Anatomi membran timpani 9

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani


disebut sebagai umbo, dari umbo bermula suatu reflek cahaya ke arah bawah yaitu
pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani
kanan. Refelek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh
membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan
radier. Serabut inilah yang mneyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa
kerucut itu.7

Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran, dengan menarik garis searah


dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbro, sehingga didapatkan bagian anterior-superior, posterior-superior, anterior-
inferior, dan posterior-inferior untuk menyatakan letak perforasi membran
timpani.7

Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat
aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan
antrum mastoid.7

B. DEFINISI

Benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di telinga merupakan
masalah yang sering ditemukan oleh dokter THT, dokter anak dan dokter layanan
primer terutama di pelayanan gawat darurat. Benda asing yang ditemukan di liang

5
telinga dapat sangat bervariasi, baik berupa benda mati atau benda hidup. 2,4
Kejadian tersering adalah pada telinga bagian luar. Jika tidak ditatalaksana dengan
baik, maka dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti perforasi
membran timpani, gangguan pendengaran dan edema pada liang telinga.2,3,10

C. EPIDEMIOLOGI
Benda asing dari telinga relatif umum dalam pengobatan emergency.
Mereka terlihat paling sering tetapi tidak spesifik pada anak-anak. Berbagai objek
dapat ditemukan, termasuk mainan, manik-manik, batu, kertas dilipat, dan bahan-
bahan biologis seperti serangga atau biji-bijian. Sebuah studi oleh Svider et al
menggunakan National Electronic Injury Surveillance System memperkirakan
bahwa 2008-2012, ada 280.939 didapatkan di Amerika Serikat untuk benda asing
aural, dengan anak-anak paling sering berusia 2-8 tahun. Didapatkan perhiasan
merupakan persentase terbesar dari benda asing yang ditemukan di telinga
(39,4%) , benda asing yang paling sering ditemui pada kelompok 2 sampai 8
tahun. Pada orang dewasa, cotton bud adalah objek yang paling sering ditemukan.
Alat bantu dengar dan aksesoris telinga-spesifik lainnya juga sering ditemui pada
orang dewasa.3
Berbeda dengan yang dilaporkan Ngo bahwa benda asing di telinga lebih
banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 2:1,
dengan usia terbanyak antara 4-8 tahun. Berdasarkan lokasi benda asing di telinga,
Ribeiro melaporkan insersi benda asing lebih banyak terjadi di telinga kanan
dibanding telinga kiri.11

D. ETIOPATOGENESIS
Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa benda mati organik
dan non organik, atau benda hidup.2 Pada orang dewasa, serangga (misalnya,
kecoa, ngengat, lalat, semut rumah tangga) adalah benda asing yang paling umum
ditemukan di telinga. Jarang, benda-benda lain dilaporkan (misalnya, gigi, beton,
obat-obatan terlarang, bahan tanaman). Beberapa orang dari Meksiko dan
Amerika Tengah dilaporkan memasukkan daun dan bahan tanaman lainnya ke
mereka telinga sebagai bentuk obat asli. Juga, beberapa orang dewasa dengan

6
gangguan kejiwaan datang ke unit gawat darurat dengan benda asing bersarang di
telinga mereka sebagai bentuk melukai diri sendiri. Pada anak-anak, berbagai
benda asing sering ditemui. Partikel makanan (misalnya, permen, sayuran,
kacang-kacangan, permen karet) dan bahan organik lainnya (misalnya, daun,
bunga, buah kapas) yang biasa ditemui. Benda anorganik seperti mainan kecil,
manik-manik, penghapus pensil, dan batu juga umum ditemui.12
Faktor-faktor yang berperan dalam masuknya benda asing di liang telinga
adalah keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga tubuh (orifisium) terutama
pada anak. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak
dari benda-benda yang berisiko masuk ke liang telinga. Faktor lainnya antara lain
rasa ingin tahu (curiosity), iritasi karena otalgia, ketertarikan pada benda-benda
kecil, retardasi mental dan ADHD. Sementara pada dewasa biasanya disebabkan
karena kecelakaan/ ketidaksengajaan.2,10,13

E. MANIFESTASI KLINIS

Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa


ada sesuatu dalam telinganya. Sementara pada anak, berdasarkan usianya,
mungkin dapat mengetahui bahwa ada benda asing dalam telinganya atau muncul
dengan keluhan nyeri telinga atau telinga berair. Pasien mungkin dapat merasakan
ketidaknyamanan dan keluhan mual atau muntah jika ada serangga yang hidup di
liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan pendengaran atau rasa penuh
di liang telinga.3
Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung benda dan
lama waktu benda tersebut sudah berada di liang telinga. Benda asing yang baru
saja masuk ke dalam telinga biasanya muncul tanpa kelainan selain adanya benda
asing tersebut yang terlihat secara langsung atau dengan otoskopi. Nyeri atau
perdarahan dapat terjadi pada benda yang melukai liang telinga atau jika terjadi
ruptur membran timpani akibat usaha pasien yang memaksakan pengeluaran
benda tersebut. Jika sudah terlambat, dapat ditemukan eritema, pembengkakan
dan sekret berbau dalam liang telinga.3

7
Berdasarkan penelitian oleh Yaroko gejala klinis yang paling banyak
dikeluhkan adalah nyeri telinga (56,9%) diikuti oleh keluarnya darah (8,6%). Dua
gejala tersebut muncul karena tekanan langsung oleh benda asing atau akibat
trauma dalam mengeluarkan benda asing. Mudahnya terjadi nyeri dan tauma
karena secara alamiah liang telinga sempit, dikelilingi tulang, banyak
mengandung vaskular dan sangat sensitif.10

F. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada
pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang direkomendasikan sebagai
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik yang utama.
Otoskop dapat digunakan sambil menarik pinna ke arah posterosuperior. 3 Pada
pasien yang dicurigai terdapat gangguan pendengaran dapat dilakukan
pemeriksaan audiometri nada murni. CT scan dapat dilakukan untuk menentukan
lokasi dan komplikasi akibat benda asing.14
G. PENATALAKSANAAN

Benda asing di liang telinga harus dikeluarkan. Liang telinga luar terdiri
dari bagian tulang rawan dan bagian tulang yang dilapisi oleh lapisan tipis dari
kulit dan periosteum. Bagian tulang sangat sensitif karena kulit hanya
memberikan sedikit bantal yang melapisi periosteum. Dengan demikian, upaya
mengeluarkan benda asing dapat sangat menyakitkan. Selain itu, liang telinga luar
menyempit di bagian perhubungan antara bagian tulang rawan dan bagian tulang.
Benda asing dapat menjadi tersangkut di tempat tersebut sehingga meningkatkan
kesulitan pada saat dikeluarkan. Upaya untuk mengeluarkan benda asing dapat
mendorongnya lebih jauh ke dalam liang telinga dan tersangkut di titik yang
sempit tersebut. Selain itu, membran timpani dapat rusak akibat penekanan benda
asing yang terlalu dalam atau akibat peralatan yang digunakan selama proses
pengangkatan. Oleh sebab itu, visualisasi yang adekuat, peralatan yang memadai,
pasien yang kooperatif, dan kemampuan dokter adalah kunci untuk mengangkat
benda asing,15

8
Pengeluaran benda asing di telinga merupakan suatu prosedur umum yang
dilakukan di departemen emergensi. Pengeluaran benda asing menjadi terindikasi
harus segera dilakukan tiap ditemukan benda asing yang tampak jelas terlihat pada
pemeriksaan liang telinga dan tidak dtemukan komplikasi lain. Adanya perforasi
membran timpani, kontak benda asing dengan membran timpani, atau visualisasi
inkomplit dari liang telinga menjadikan kasus benda asing ditelinga harus segera
dikonsulkan ke departemen emergengi dari THT-KL untuk pengeluaran benda
asing melalui prosedur operasi mikroskopik dan spekulum.12
Pada kasus-kasus tertentu, seperti baterai, konsultasi ke konsul cito ke
departemen THT-KL harus segera dilakukan karena time-sensitive berkaitan
dengan nekrosis likuefaksi dapat menyebabkan perforasi membrane timpani dan
komplikasi-komplikasi lain lebih lanjut. Irigasi pada kasus seperti ini tidak
direkomendasikan karena dapat mempercepat proses nekrosis.12
Tidak ada indikasi khusus pasien dengan benda asing di telinga untuk
dirawat inap. Kadang-kadang, tatalaksana untuk atasi nyeri atau mual diperlukan.
Pada pasien dengan benda asing di telinga berupa serangga memerlukan perhatian
khusus. Iritasi serta komplikasi lain seperti sengatan atau gigitan dapat terjadi jika
serangga masih hidup di liang telinga. Oleh karenanya serangga tersebut harus
dimatikan dulu dengan meneteskan mineral oil atau lidokain 2% ke liang telinga.
Penggunaan krim EMLA dilaporkan memberikan hasil yang efektif sama dengan
anastesi lokal untuk membunuh serangga di liang telinga.3,13
Pasien dengan benda asing di telinga diharapkan menghindari makan dan
minum selama 8 jam. Beberapa kasus benda asing di telinga memerlukan sedasi
untuk mengeluarkan benda asing tersebut dengan aman. Sedasi lebih aman
diberikan jika pasien puasa selama 8-12 jam.13
Alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk tatalaksana benda asing di telinga
yaitu:12
- Otoskop (dengan lensa yang removeable)
- Otoskop mikroskopik
- Spekulum telinga
- Lampu kepala
- Forsep Bayonet

9
- Forsep Aligator
- Right-angle hook
- Spuit
- Angiokateter nomor 20 gauge
- Basin
- Peralatan suction
- Magnet untuk benda asing berupa logam

Untuk tatalaksana, pasien dewasa diposisikan dalam keadaan duduk. Pina


ditarik superior-posterior meluruskan liang telinga untuk visualisasi optimal benda
asing. Pada pasien anak, orang tua memangku anaknya dengan mengapit kedua
kakinya dan menahan tangan serta kepalanya agar pada anak yang tidak koperatif
tidak terjadi trauma ketika pengeluaran benda asing. Pina pada pasien bayi ditarik
posterior bahkan inferior untuk visualisasi liang telinga.12
Anastesi lokal tidak rutin dilakukan dan juga tidak dianjurkan pada kasus
tanpa komplikasi karena bersifat invasif dan innervasi yang kompleks di dalam
liang telinga. Lokal anastesi diperlukan untuk kasus dengan benda asing berupa
serangga di telinga untuk mematikannya.3,12
Teknik-teknik untuk mengeluarkan benda asing di telinga yaitu melalui
teknik ekstraksi mekanis, irigasi, dan suction. Teknik yang digunakan pada pasien
dapat variatif pada tiap pasien tergantung dengan jenis benda asing pada pasien,
lokasi, serta riwayat kesehatan telinga pasien. Benda asing organik yang mampu
menyerap air, riwayat telinga berair pada pasien adalah beberapa kontraindikasi
dari metode irgasi. Serangga, materi organik, serta benda asing yang berpotensi
rapuh dan pecah menjadi beberapa bagian lebih sering dikeluarkan dengan metode
suction dibandingkan dengan forsep. Serangga yang masih hidup harus dimatikan
terlebih dahulu dengan mineral oil, lidokain 2%, atau krim EMLA.3,12
1. Ekstraksi Mekanis
Posisi pasien harus nyaman. Secara singkat mengulang
pemeriksaan telinga sambil mengamati lokasi dan kedalaman benda
asing. Pindahkan lensa otoscop ke satu sisi dan hati-hati memasukkan
forsep bayonet atau forsep buaya melalui lensa otoscope. Majukan forsep
secara bertahap melalui saluran pendengaran luar sampai benda asing

10
digenggam. Dengan lembut menarik forcep bersama dengan benda asing
yang tergenggam keluar dari saluran pendengaran. Selalu periksa benda
asing yang telah dikeluarkan, perforasi membran timpani, dan lecet dari
saluran pendengaran.12
Kadang-kadang modifikasi forsep dengan memberikan beberapa
tetes cyanoacrylate (lem super) memberikan hasil efektif untuk
mengeluarkan benda asing yang lunak, bersih, dan kering. Cyanoacrylate
dapat dikeluarkan secara manual setelah 24-48 jam setelah terjadi
deskuamasi epitel liang telinga. Jika lengket dan melekat pada membran
timpani, segera rujuk ke spesialis THT-KL untuk tatalaksana lebih lanjut.
3

Sebuah benda asing berukuran kecil yang tidak menyumbat


liang telinga dapat dikeluarkan dengan hook. Alat tersebut dimasukkan
disekeliling dan dibelakang benda asing dan perlahan-lahan ditarik
sambil alat tersebut memegang benda asing serta mengeluarkannya dari
liang telinga. Jika benda asing menyumbat liang secara total, dapat
digunakan pengait sudut-kanan yang kecil yang dimasukkan disepanjang
bagian superior liang dan diputar setelah alat tersebut berada dibelakang
benda asing. Sebelum mencoba mengeluarkan benda asing yang
menyumbat, penting untuk menilai terlebih dahulu panjang liang telinga
berdasarkan pengalaman.5
Jika benda asing itu logam, instrument yang kita gunakan dapat
dimagnetisasi dahulu. Hal ini untuk mempermudah menggapai logam
tersebut dan stabil ketika dikeluarkan.13
Setiap selesai tindakan nilai kembali liang telinga tersebut
dengan otoskop. Penilaian ini penting untuk mendeteksi adanya
komplikasi paska tindakan.15
2. Irigasi
Irigasi merupakan metode terbaik untuk mengeluarkan benda
asing yang tidak teralu lengket dengan dinding liang telinga. Metode ini
juga minimal invasif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan irigasi adalah ada/tidak perforasi pada membran timpani

11
pasien (keluhan telinga berair), cairan yang digunakan untuk mengirigasi,
serta tindakan irigasi dan posisi pasien. Tindakan irigasi menjadi
kontraindikasi pada pasien dengan riwayat perforasi pada membrane
timpani. Cairan yang digunakan dapat berupa air steril atau saline yang
telah dihangatkan sesuai suhu tubuh pasien agar tidak memicu
vertigo.12,16
Tindakan irigasi menggunakan spuit yang telah dihubungkan
dengan angioakateter nomor 20 gauge. Posisikan pasien secara aman dan
nyaman. Lindungi lokasi sekitar telinga dengan kain agar tetap kering.
Tempatkan basin di bawah telinga dengan benda asing untuk
mengumpulkan cairan atau benda asing yang diharapkan keluar. Secara
gentle, posisikan ujung angiokateter tadi pada liang telinga luar (jangan
terlalu dalam) dan injeksikan cairan sampai benda asing tersebut keluar.
Setelah keluar evaluasi kembali liang telinga.12,16
3. Suction
Suction adalah pilihan yang tepat untuk mengekstraksi benda
asing di telinga yang rapuh dan mudah terpecah menjadi beberapa bagian
seperti serangga kecil yang telah mati atau beberapa materi organic.
Setelah mesin suction dihidupkan, kateternya dimasukkan perlahan
melalui otoskop dengan lensa removable dan lakukan terus sampai benda
asing tersedot atau jika lebih besar benda asing tersebut melekat pada
ujung kateter. Setelah itu keluarkan kateter dan evaluasi liang telinga,
apakah masih ada benda asing atau komplikasi yang terjadi setelah
tindakan tadi.12
Ketika sedang melakukan salah satu dari tindakan di atas terjadi
komplikasi seperti benda asing terdorong lebih ke dalam, ada perdarahan,
edem, atau nyeri pada telinga semakin bertambah, maka hentikan
tindakan dan segera konsulkan pasien kepada Spesialis THT-KL.
Pengulangan tindakan pada kasus-kasus dengan komplikasi seperti yang
disebutkan di atas cendrung akan menimbulkan infeksi, perforasi, ada
comorbid lainnya.12

12
Tidak ada indikasi pemberian antiobiotik profilak untuk pasien
yang diekstraksi benda asing tanpa komplikasi. Jika ada tanda-tanda
infeksi atau abrasi liang telinga pasien dapat diberikan obat tetes telinga
yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid seperti kortisporin
(hidrokortison/neomisin/polimiksin) 5 tetes/hari selama 5-7 hari.3,12
H. KOMPLIKASI
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi seperti
kemampuan mengeluarkan benda asing, pengalaman, ketersediaan alat dan
keadaan benda asing. Rata-rata 11% kasus gawat darurat THT adalah benda asing
dengan angka komplikasi 22%. Komplikasi yang terjadi dapat ringan atau berat
seperti perforasi membran timpani. Sedangkan kerusakan telinga dalam
merupakan kasus yang jarang terjadi.11

Tabel 1 Komplikasi akibat benda asing di telinga berdasarkan usia 17

Penanganan yang tidak tepat akan dapat menimbulkan pendarahan, trauma


pada liang telinga, trauma pada membran timpani dan tulang-tulang pendengaran.
Hal ini akan menambah angka kesakitan pada pasien, sehingga akan memerlukan
tindakan eksplorasi dalam bius umum untuk mengangkat benda asing tersebut.
Marques seperti dikutip Figueiredo menyatakan kurangnya pengalaman dalam
manajemen benda asing di telinga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya komplikasi iatrogenik.11

Pada pasien ini tindakan pertama mengeluarkan benda asing dilakukan


tanpa bius, ternyata gagal. Pada tindakan kedua dilakukan dalam bius umum.
Setelah itu pasien mengalami pusing berputar dan nyeri pada telinga. Trauma
telinga tengah biasanya menimbulkan tuli konduktif. Perforasi membran timpani,

13
hemotimpani dan kerusakan tulang-tulang pendengaran merupakan penyebab
terbanyak tuli konduktif pada trauma telinga tengah. 90 % perforasi membran
timpani dapat menutup secara spontan. Miringoplasti dilakukan apabila penutupan
spontan tidak terjadi dalam 3 bulan. Pembedahan dilakukan bila terdapat
kerusakan yang serius di telinga, benda asing di telinga dalam atau ada gejala
kerusakan di telinga tengah.11

Perforasi membran timpani tanpa kelainan di telinga tengah akan


menyebabkan dua efek berbeda pada pendengaran. Pertama adalah pengurangan
luas membran timpani yang merupakan pusat pengerahan tenaga ke telinga tengah
sehingga mengurangi gerakan tulang pendengaran. Makin besar perforasi makin
berkurang permukaan membran sebagai pengumpul tenaga suara, akhirnya suara
hanya ditampung di kuadran posterior sisa membran timpani tempat tulang-tulang
pendengaran atau sisa tulang-tulang pendengaran berada. Efek kedua terhadap
pendengaran oleh perforasi adalah akibat energi suara yang lansung ke tingkap
bulat tanpa dihambat oleh membran timpani. Efek itu akan semakin besar
sebanding dengan besarnya perforasi.11

Tabel 2.Komplikasi benda asing telinga berdasarkan tipenya 17

Kehati-hatian ahli THT dalam mengangkat benda asing di telinga


hendaklah ditingkatkan untuk menghindari terjadinya komplikasi iatogenik.
Benda asing dapat dilihat dengan jelas bila pencahayaan optimal, bahkan

14
penggunaan mikroskop lebih disarankan untuk menghindari terjadinya
komplikasi. 11

I. PENCEGAHAN
Rasa ingin tahu dan eksplorasi tubuh seseorang adalah tahap alami dari
perkembangan anak. Mengajar anak bahwa tidak baik untuk menempatkan
sesuatu ke telinga dapat mencegah beberapa kecelakaan tersebut. Jika diduga anak
telah memasukkan sesuatu ke dalam nya telinga, penting untuk mendekati situasi
ini dengan cara yang tidak menghakimi, sehingga objek dapat ditemukan dan
aman dihilangkan sebelum komplikasi berkembang.13

15
BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

• Nama : Ny.FYN

• Umur : 49 tahun

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

• Suku Bangsa : Minang

• Alamat : Padang

ANAMNESIS

Seorang pasien peremuan berumur 49 tahun datang ke IGD RSUP

M.Djamil dengan :

Keluhan Utama: Masuk serangga ke telinga kiri sejak setengah jam

sebelum masuk rumah sakit

Riwayat penyakit sekarang

- Masuk serangga ke telinga kiri sejak setengah jam sebelum masuk

rumah sakit.

- Awalnya pasien sedang ingin shalat, kemudian tiba – tiba telinga

terasa sakit dan terasa ada yang bergerak di dalam telinga. Pasien

langsung berobat ke RSUP M.Djamil.

- Usaha mengeluarkan serangga tidak ada.

- Rasa penuh pada telinga kiri ada

- Rasa gatal pada telinga kiri tidak ada

16
- Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada

- Riwayat keluar darah dari telinga tidak ada

- Penurunan pendengaran tidak ada

- Riwayat batuk pilek tidak ada

- Demam tidak ada

- Riwayat trauma tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien tidak pernah mengalami kemasukan benda asing dalam

telinga sebelumnya.

- Riwayat alergi tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Keluarga pasien tidak pernah mengalami kemasukan benda asing

dalam telinga sebelumnya.

Riwayat Pekerjaan

- Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Composmentis cooperatif

Nadi : 80 kali/menit

Nafas : 20 kali/menit

Tekanan darah : 120/80mmHg

Suhu ; 36,5°C

17
Pemeriksaan sistemik

Kepala : Normocephal, tidak ditemukan kelainan

Rambut : Hitam dan tidak mudah rontok

Wajah : Tidak ditemukan kelainan

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Toraks : Dalam batas normal

Jantung : Dalam batas normal

Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba

Extremitas : Teraba hangat, refilling kapiler baik (CRT<2 detik)

STATUS LOKALIS THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Kel. Kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Daun Telinga
Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
N yeri tekan Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Lapang Tampak benda
Dinding liang
asing berwana
telinga
kehitaman
Sempit - -
Hiperemi - -
Edema + -
Massa - -
Bau - -
Warna - -
Sekret / Jumlah - -
Jenis - -
Serumen
Membran Timpani
Warna Putih mutiara Sulit dinilai
Utuh
Refleks cahaya Ada , arah jam 5 Sulit dinilai

18
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi -
-
Jumlah perforasi - -
Jenis - -
Perforasi
Kwadran - -
Pinggir - -

Gambar

Tanda radang Tidak ada Tidak ada


Fistel Tidak ada Tidak ada
Mastoid Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinne + +
Schwabach Sama dengan Sama dengan

pemeriksa pemeriksa
Tes Garpu tala
Weber Tidak ada lateralisasi
Kesimpulan Normal
Audiometri -

Hidung

Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra


Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan congenital Tidak ada Tidak ada
Hidung luar Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada

Sinus Paranasal

Pemeriksaan Dextra Sinistra


Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -

Rinoskopi Anterior

19
Vestibulum Vibrise Ada Ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Kavum nasi Cukup lapang (N) + +
Sempit - -
Lapang - -
Lokasi - -
Jenis - -
Sekret Jumlah - -
Bau - -
Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada

Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi


Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada

Septum Cukup Tidak ada deviasi

lurus/deviasi
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Spina Tidak ada Tidak ada
Krista Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Massa Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Warna Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Mudah digoyang Tidak ada Tidak ada
Pengaruh Tidak ada Tidak ada

vasokonstriktor
Rinoskopi Posterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Cukup lapang (N) Lapang Lapang
Koana Sempit - -
Lapang - -

20
Warna Merah muda Merah muda
Mukosa Edema Tidak ada Tidak ada
Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Konka superior
Permukaan Rata Rata
Edema Tidak ada Tidak ada
Adenoid Ada/tidak Tidak ada Tidak ada
Muara tuba Tertutup secret Terbuka Terbuka
Edema mukosa
Tidak ada Tidak ada
eustachius
Massa Lokasi Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Ada/tidak Tidak ada Tidak ada
Post Nasal Drip
Jenis - -

Orofaring dan Mulut

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Palatum mole + Simetris/tidak Simetris Simetris
Warna Merah muda Merah muda
Arkus faring Edema Tidak ada Tidak ada
Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Rata Rata
Muara kripti Tidak Melebar
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan Tidak ada Tidak ada

dengan pilar
Peritonsil Warna Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Tumor Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada

21
Karies/radiks Tidak ada
Gigi
Kesan Higiene oral cukup baik
Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Normal Normal
Lidah
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada

Laringoskopi Indirek

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Bentuk Tenang Tenang
Warna Merah muda Merah muda
Epiglotis Edema Tidak ada Tidak ada
Pinggir rata/tidak Rata Rata
Massa Tidak ada Tidak ada
Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Aritenoid
Massa Tidak ada Tidak ada
Gerakan Simetris Simetris
Warna Merah muda Merah muda
Ventrikular Band Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Warna Putih Putih
Gerakan Simetris Simetris
Plika Vokalis
Pinggir medial Rata Rata
Massa Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Subglotis/trachea
Sekret ada/tidak Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Sinus piriformis
Sekret Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Sekret (jenisnya) Tidak ada Tidak ada
Valekule

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher

- Pada inspeksi tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening leher.

- Pada palpasi tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher.

Pemeriksaan Penunjang:
- Tidak ada

22
Penatalaksanaan:
- Ekstraksi benda asing : berhasil
- Evaluasi telinga kiri : Liang telinga lapang, membran timpani utuh, refleks
cahaya ada searah jam 7, ekskoriasi ada, hiperemis ada.

Prognosis :
Quo ad vitam
:
Bonam
Quo ad

functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam

23
BAB III
DISKUSI

Benda asing di telinga merupakan masalah yang sering ditemukan oleh

dokter THT, dokter anak dan dokter layanan primer terutama di pelayanan gawat

darurat. Benda asing yang ditemukan di liang telinga dapat sangat bervariasi, baik

berupa benda mati atau benda hidup. Pasien dewasa pada umumnya dapat

mengatakan kepada pemeriksa bahwa ada sesuatu dalam telinganya. Pasien

mungkin dapat merasakan ketidaknyamanan dan keluhan mual atau muntah jika

ada serangga yang hidup di liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan

pendengaran atau rasa penuh di liang telinga.3

Pada pasien ini ditemukan benda asing pada telinga kiri berupa serangga

kecil yang menyebabkan adanya rasa sakit dan rasa seperti benda yang bergerak

di dalam telinga pasien. Pada orang dewasa, serangga (misalnya, kecoa, ngengat,

lalat, semut rumah tangga) adalah benda asing yang paling umum ditemukan di

telinga.

Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung benda dan

lama waktu benda tersebut sudah berada di liang telinga. Benda asing yang baru

saja masuk ke dalam telinga biasanya muncul tanpa kelainan selain adanya benda

asing tersebut yang terlihat secara langsung atau dengan otoskopi. Nyeri atau

perdarahan dapat terjadi pada benda yang melukai liang telinga atau jika terjadi

ruptur membran timpani akibat usaha pasien yang memaksakan pengeluaran

benda tersebut. Jika sudah terlambat, dapat ditemukan eritema, pembengkakan

dan sekret berbau dalam liang telinga.3

Berdasarkan penelitian oleh Yaroko gejala klinis yang paling banyak

dikeluhkan adalah nyeri telinga (56,9%) diikuti oleh keluarnya darah (8,6%). Dua

24
gejala tersebut muncul karena tekanan langsung oleh benda asing atau akibat

trauma dalam mengeluarkan benda asing. Mudahnya terjadi nyeri dan tauma

karena secara alamiah liang telinga sempit, dikelilingi tulang, banyak

mengandung vaskular dan sangat sensitif.10 Pada pasien ini dinyatakan bahwa

pasien merasa seperti adanya serangga yang masuk ke dalam telinga kiri setengah

jam sebelum masuk rumah sakit. Setelah dilakukan ekstraksi pada benda asing

dan dilakukan evaluasi, didapatkan liang telinga hiperemis dan terdapat

ekskoriasi. Hal ini disebabkan oleh serangga yang kemungkinan menggigit liang

telinga pasien ketika masuk ke dalam telinga. Tidak ditemukan sekret atau darah

pada liang telinga hal ini disebabkan singkatnya waktu dari awal serangga masuk

sampai dibawa ke rumah sakit.

Pengeluaran benda asing di telinga merupakan suatu prosedur umum

yang dilakukan di departemen emergensi. Pengeluaran benda asing menjadi

terindikasi harus segera dilakukan tiap ditemukan benda asing yang tampak jelas

terlihat pada pemeriksaan liang telinga dan tidak ditemukan komplikasi lain.

Sebuah benda asing berukuran kecil yang tidak menyumbat liang telinga dapat

dikeluarkan dengan hook. Alat tersebut dimasukkan disekeliling dan dibelakang

benda asing dan perlahan-lahan ditarik sambil alat tersebut memegang benda

asing serta mengeluarkannya dari liang telinga. Jika benda asing menyumbat liang

secara total, dapat digunakan pengait sudut-kanan yang kecil yang dimasukkan

disepanjang bagian superior liang dan diputar setelah alat tersebut berada

dibelakang benda asing.5

Pada pasien ini dilakukan ekstraksi benda asing dengam menggunakan

hook yang dimasukkan disekeliling dan dibelakang benda asing dan perlahan-

25
lahan ditarik sambil alat tersebut memegang benda asing serta mengeluarkannya

dari liang telinga. Setelah ekstraksi berhasil dilakukan, selanjutkan dilakukan

kembali evaluasi pada liang telinga kiri dan didapatkan hasil liang telinga lapang,

membran timpani utuh, refleks cahaya ada searah jam 7, terdapat hiperemis dan

ekskoriasi pada liang telinga.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi seperti

kemampuan mengeluarkan benda asing, pengalaman, ketersediaan alat dan

keadaan benda asing. Rata-rata 11% kasus gawat darurat THT adalah benda asing

dengan angka komplikasi 22%. Komplikasi yang terjadi dapat ringan atau berat

seperti perforasi membran timpani. Sedangkan kerusakan telinga dalam

merupakan kasus yang jarang terjadi.11

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Ogunleye AOA and Sogebi R. Otic Foreign Bodies In Children In Ibadan,


Nigeria. Nigerian journal of surgical Research. 2005; Vol 7 (3-4): 305-
308.
2. Shrestha I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat
Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu University Medical
Journal. 2012; Vol 11 (2); 4-8.
3. Mantooth R. Ear Foreign Body Removal in Emergency Medicine. 2013.
Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/763712-overview
pada tanggal 27 Juni 2016.
4. T. Nagendran MP. Management of Foreign Bodies in the Emergency
Department. Nagendran: Foreign Bodies. 1999; Pp 27-44.
5. Lucente, E.Frank et all. Ilmu THT Esensial. Edisi V. 2011. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Adam, George L. BOIES Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan THT Edisi 6. 1997; hal.57-59.
7. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli).
Dalam Soepardi EA, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7 Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2012; hal.10-13.
8. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2010; hal.189.
9. A.Bhatt R. Ear Anatomy. 2013. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1948907-overview pada tanggal
27 Juni 2016.
10. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign Bodies in
Hospital Universiti Sains Malaysia. Malaysian Family Physician.
2012;7(1):2-5.
11. Edward Y, Fitria H. Trauma pada Tingkap Lonjong akibat Ekstraksi Benda
Asing di Liang Telinga. Available from

27
http://repository.unand.ac.id/17151/1/Ruptur_ tingkap_lonjong.pdf.
Diakses pada tanggal 27 Juni 2016.
12. Kwong AO, Provataris JM. 2014. Ear Foreign Body Removal Procedures.
Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/80507. Diakses pada
tanggal 27 Juni 2016.
13. Buccino K, Plantz SH, Talavera F, Taylor JP. 2014. Foreign Body, Ear.
Diakses dari www.emedicinehealth.com/foreign_body_ear/. Diakses pada
tanggal 27 Juni 2016.
14. Asokarathinam K, Shwetha, Prabakaran J. Unrolling Stone Gathers no
Moss! Asymptomatic Long-Standing Foreign Body in the External Ear- A
Case Report. International Journal of Basic and Applied Medical
Sciences. 2014;4(1):7-9.
15. Heim SW, Maughan KL. Foreign Bodies in the Ear, Nose, and Throat.
Am Fam Physicians. 2007;76:1185-9
16. Feled C, Smith M, Handler J, Gillam M. 1985. Common Simple
Emergencies. Diakses dari www.ncemi.org/cse/cse0305.htm. Diakses
pada tanggal 27 Juni 2016.
17. Fornazieri MA, Cutolo D, Moreira JH, et al. Foreign-body in External
Auditory Meatus: Evaluation of 462 Cases. Intl. Arch. Otorhinolaryngol.,
São Paulo – Brazil. 2010;14(1):45-49.

28

Anda mungkin juga menyukai