Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Benda asing pada meatus akustikus eksternus merupakan kasus yang
sering terjadi dan terkadang menjadi kasus yang sulit ditangani. Berbagai
jenis benda asing dapat ditemukan pada meatus akustikus eksternus. Benda
asing pada telinga diklasifikasikan menjadi benda hidup seperti serangga
kecil dan benda mati. Benda mati dibagi menjadi organik seperti kacangkacangan, padi

dan anorganik seperti manik-manik, lipatan kertas dan

peluru mainan.1,2
Didapatkan perhiasan merupakan persentase terbesar dari benda
asing yang ditemukan di telinga (39,4%) , benda asing yang paling sering
ditemui pada kelompok 2 sampai 8 tahun. Pada orang dewasa, cotton bud
adalah objek yang paling sering ditemukan. Alat bantu dengar dan aksesoris
telinga-spesifik lainnya juga sering ditemui pada orang dewasa.3
Benda asing sering terjebak di dalam liang telinga dikarenakan
terdapat dua area sempit secara anatomis didalamnya yaitu daerah yang
menghubungkan bagian

kartilago dan bagian tulang, kemudian daerah

isthmus dari bagian tulang.4


Meskipun dapat asimptomatik, benda asing di dalam liang telinga luar
umumnya menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri, kongesti, ketulian,
perdarahan atau gatal. Benda asing tersebut harus disingkirkan untuk
menghindari atau mengatasi infeksi dan menghilangkan gejala. Pengambilan
benda tersebut, penting untuk dilakukan dalam kondisi yang optimal dengan
pencahayaan yang cukup, instrumensi yang baik dan anastesia jika perlu,
untuk mencegah kerusakan di liang telinga, membrane timpani, dan telinga
tengah. Keberhasilan pengeluaran benda asing bergantung pada tingkat
kooperatif pasien, identifikasi jenis dan lokasi benda asing serta peralatan
yang tepat.5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA LUAR


Telinga luar terdiri dari daun telinga,liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga (pinna/ aurikulla) berasal dari pinggir-pinggir celah
brankial pertama dari arkus brankialis pertama dan kedua. Daun telinga
disarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf
aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus
servikalis. Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm.
Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu
stadium perkembanganya, liang telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh
suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali, namun
demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor penyebab dari
beberapa kasus atresia atau stenosis pada liang telinga ini.6
Daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan yang di liputi
kulit. Bentuk tulang rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar,
harus di usahakan untuk mempertahankan bagunan ini. Kulit dapat terlepas
dari rawan di bawahnya oleh hematom atau pus, dan eawan yang nekrosis
dapat menimbulkan deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol). 6

Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun


bertulang di sebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada
perbatasan tulang dan rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar
parotis

terletak

di depan terhadap liang teling sementara prosesus

mastoideus terletak di belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen


stilomasteodeus dan berjalan ke lateral menuju prosesus stilodeus di
posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan di bawah liang teling
untuk memasuki kelnjar parotis. Rawan liang telinga merupakan salah satu
patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari saraf fasialis; patokan
lainnya adalah sutura timpanomasteodeus.6
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada
seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit
dijumpai kelenjar serumen.7

Gambar 1. Anatomi Telinga

Membran timpani adalah perbatasan telinga tengah, berbentuk bundar


dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap
sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell),

sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan
bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran
napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier
di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.7

Gambar 2. Anatomi membran timpani

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani


disebut sebagai umbo, dari umbo bermula suatu reflek cahaya ke arah
bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani kanan. Refelek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari
luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat
2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang mneyebabkan
timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu.7
Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran, dengan menarik garis
searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada
garis itu di umbro, sehingga didapatkan bagian anterior-superior, posteriorsuperior, anterior-inferior, dan posterior-inferior untuk menyatakan letak
perforasi membran timpani.7
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini
terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga
tengah dengan antrum mastoid.7

B. DEFINISI
Benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di telinga
merupakan masalah yang sering ditemukan oleh dokter THT, dokter anak
dan dokter layanan primer terutama di pelayanan gawat darurat. Benda
asing yang ditemukan di liang telinga dapat sangat bervariasi, baik berupa
benda mati atau benda hidup.2,4 Kejadian tersering adalah pada telinga
bagian luar. Jika tidak ditatalaksana dengan baik, maka dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi seperti perforasi membran timpani, gangguan
pendengaran dan edema pada liang telinga.2,3,10

C. EPIDEMIOLOGI
Benda asing dari telinga relatif umum dalam pengobatan emergency.
Mereka terlihat paling sering tetapi tidak spesifik pada anak-anak. Berbagai
objek dapat ditemukan, termasuk mainan, manik-manik, batu, kertas dilipat,
dan bahan-bahan biologis seperti serangga atau biji-bijian. Sebuah studi oleh
Svider et al menggunakan National Electronic Injury Surveillance System
memperkirakan bahwa 2008-2012, ada 280.939 didapatkan di Amerika
Serikat untuk benda asing aural, dengan anak-anak paling sering berusia 28 tahun. Didapatkan perhiasan merupakan persentase terbesar dari benda
asing yang ditemukan di telinga (39,4%) , benda asing yang paling sering
ditemui pada kelompok 2 sampai 8 tahun. Pada orang dewasa, cotton bud
adalah objek yang paling sering ditemukan. Alat bantu dengar dan aksesoris
telinga-spesifik lainnya juga sering ditemui pada orang dewasa.3
Berbeda dengan yang dilaporkan Ngo bahwa benda asing di telinga
lebih

banyak

terjadi

pada

laki-laki

dibanding

perempuan

dengan

perbandingan 2:1, dengan usia terbanyak antara 4-8 tahun. Berdasarkan


lokasi benda asing di telinga, Ribeiro melaporkan insersi benda asing
lebih banyak terjadi di telinga kanan dibanding telinga kiri.11

D. ETIOPATOGENESIS
Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa benda mati
organik dan non organik, atau benda hidup. 2 Pada orang dewasa, serangga
(misalnya, kecoa, ngengat, lalat, semut rumah tangga) adalah benda asing
yang paling umum ditemukan di telinga. Jarang, benda-benda lain dilaporkan
(misalnya, gigi, beton, obat-obatan terlarang, bahan tanaman). Beberapa
orang dari Meksiko dan Amerika Tengah dilaporkan memasukkan daun dan

bahan tanaman lainnya ke mereka telinga sebagai bentuk obat asli. Juga,
beberapa orang dewasa dengan gangguan kejiwaan datang ke unit gawat
darurat dengan benda asing bersarang di telinga mereka sebagai bentuk
melukai diri sendiri. Pada anak-anak, berbagai benda asing sering ditemui.
Partikel makanan (misalnya, permen, sayuran, kacang-kacangan, permen
karet) dan bahan organik lainnya (misalnya, daun, bunga, buah kapas) yang
biasa

ditemui.

Benda

anorganik

seperti

mainan

kecil,

manik-manik,

penghapus pensil, dan batu juga umum ditemui.12


Faktor-faktor yang berperan dalam masuknya benda asing di liang
telinga

adalah

keinginan

untuk

mengeksplorasi

rongga-rongga

tubuh

(orifisium) terutama pada anak. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan
orang tua terhadap anak dari benda-benda yang berisiko masuk ke liang
telinga. Faktor lainnya antara lain rasa ingin tahu (curiosity), iritasi karena
otalgia, ketertarikan pada benda-benda kecil, retardasi mental dan ADHD.
Sementara

pada

dewasa

biasanya

disebabkan

karena

kecelakaan/

ketidaksengajaan.2,10,13
E. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa
bahwa ada sesuatu dalam telinganya. Sementara pada anak, berdasarkan
usianya, mungkin dapat mengetahui bahwa ada benda asing dalam
telinganya atau muncul dengan keluhan nyeri telinga atau telinga berair.
Pasien mungkin dapat merasakan ketidaknyamanan dan keluhan mual atau
muntah jika ada serangga yang hidup di liang telinga. Gejala lainnya dapat
berupa gangguan pendengaran atau rasa penuh di liang telinga.3
Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung benda
dan lama waktu benda tersebut sudah berada di liang telinga. Benda asing
yang baru saja masuk ke dalam telinga biasanya muncul tanpa kelainan
selain adanya benda asing tersebut yang terlihat secara langsung atau
dengan otoskopi. Nyeri atau perdarahan dapat terjadi pada benda yang

melukai liang telinga atau jika terjadi ruptur membran timpani akibat usaha
pasien

yang

memaksakan

pengeluaran

benda

tersebut.

Jika

sudah

terlambat, dapat ditemukan eritema, pembengkakan dan sekret berbau


dalam liang telinga.3
Berdasarkan penelitian oleh Yaroko gejala klinis yang paling banyak
dikeluhkan adalah nyeri telinga (56,9%) diikuti oleh keluarnya darah (8,6%).
Dua gejala tersebut muncul karena tekanan langsung oleh benda asing atau
akibat trauma dalam mengeluarkan benda asing. Mudahnya terjadi nyeri dan
tauma karena secara alamiah liang telinga sempit, dikelilingi tulang, banyak
mengandung vaskular dan sangat sensitif.10

F. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada
pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang direkomendasikan sebagai
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik yang
utama.

Otoskop

posterosuperior.3

dapat
Pada

digunakan
pasien

sambil

yang

menarik

dicurigai

pinna

terdapat

ke

arah

gangguan

pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni. CT scan


dapat dilakukan untuk menentukan lokasi dan komplikasi akibat benda
asing.14
G. PENATALAKSANAAN
Benda asing di liang telinga harus dikeluarkan. Liang telinga luar terdiri
dari bagian tulang rawan dan bagian tulang yang dilapisi oleh lapisan tipis
dari kulit dan periosteum. Bagian tulang sangat sensitif karena kulit hanya
memberikan sedikit bantal yang melapisi periosteum. Dengan demikian,
upaya mengeluarkan benda asing dapat sangat menyakitkan. Selain itu,
liang telinga luar menyempit di bagian perhubungan antara bagian tulang
rawan dan bagian tulang. Benda asing dapat menjadi tersangkut di tempat
tersebut sehingga meningkatkan kesulitan pada saat dikeluarkan. Upaya

untuk mengeluarkan benda asing dapat mendorongnya lebih jauh ke dalam


liang telinga dan tersangkut di titik yang sempit tersebut. Selain itu,
membran timpani dapat rusak akibat penekanan benda asing yang terlalu
dalam atau akibat peralatan yang digunakan selama proses pengangkatan.
Oleh sebab itu, visualisasi yang adekuat, peralatan yang memadai, pasien
yang kooperatif, dan kemampuan dokter adalah kunci untuk mengangkat
benda asing,15
Pengeluaran benda asing di telinga merupakan suatu prosedur umum
yang dilakukan di departemen emergensi. Pengeluaran benda asing menjadi
terindikasi harus segera dilakukan tiap ditemukan benda asing yang tampak
jelas terlihat pada pemeriksaan liang telinga dan tidak dtemukan komplikasi
lain. Adanya perforasi membran timpani, kontak benda asing dengan
membran timpani, atau visualisasi inkomplit dari liang telinga menjadikan
kasus benda asing ditelinga harus segera dikonsulkan ke departemen
emergengi dari THT-KL untuk pengeluaran benda asing melalui prosedur
operasi mikroskopik dan spekulum.12
Pada kasus-kasus tertentu, seperti baterai, konsultasi ke konsul cito ke
departemen THT-KL harus segera dilakukan karena time-sensitive berkaitan
dengan nekrosis likuefaksi dapat menyebabkan perforasi membrane timpani
dan komplikasi-komplikasi lain lebih lanjut. Irigasi pada kasus seperti ini tidak
direkomendasikan karena dapat mempercepat proses nekrosis.12
Tidak ada indikasi khusus pasien dengan benda asing di telinga untuk
dirawat inap. Kadang-kadang, tatalaksana untuk atasi nyeri atau mual
diperlukan. Pada pasien dengan benda asing di telinga berupa serangga
memerlukan perhatian khusus. Iritasi serta komplikasi lain seperti sengatan
atau gigitan dapat terjadi jika serangga masih hidup di liang telinga. Oleh
karenanya serangga tersebut harus dimatikan dulu dengan meneteskan
mineral oil atau lidokain 2% ke liang telinga. Penggunaan krim EMLA

dilaporkan memberikan hasil yang efektif sama dengan anastesi lokal untuk
membunuh serangga di liang telinga.3,13
Pasien dengan benda asing di telinga diharapkan menghindari makan
dan minum selama 8 jam. Beberapa kasus benda asing di telinga
memerlukan sedasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut dengan
aman. Sedasi lebih aman diberikan jika pasien puasa selama 8-12 jam.13
Alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk tatalaksana benda asing di
telinga yaitu:12
-

Otoskop (dengan lensa yang removeable)


Otoskop mikroskopik
Spekulum telinga
Lampu kepala
Forsep Bayonet
Forsep Aligator
Right-angle hook
Spuit
Angiokateter nomor 20 gauge
Basin
Peralatan suction
Magnet untuk benda asing berupa logam

Untuk tatalaksana, pasien dewasa diposisikan dalam keadaan duduk.


Pina ditarik superior-posterior meluruskan liang telinga untuk visualisasi
optimal benda asing. Pada pasien anak, orang tua memangku anaknya
dengan mengapit kedua kakinya dan menahan tangan serta kepalanya agar
pada anak yang tidak koperatif tidak terjadi trauma ketika pengeluaran
benda asing. Pina pada pasien bayi ditarik posterior bahkan inferior untuk
visualisasi liang telinga.12
Anastesi lokal tidak rutin dilakukan dan juga tidak dianjurkan pada kasus
tanpa komplikasi karena bersifat invasif dan innervasi yang kompleks di
dalam liang telinga. Lokal anastesi diperlukan untuk kasus dengan benda
asing berupa serangga di telinga untuk mematikannya.3,12

Teknik-teknik untuk mengeluarkan benda asing di telinga yaitu melalui


teknik ekstraksi mekanis, irigasi, dan suction. Teknik yang digunakan pada
pasien dapat variatif pada tiap pasien tergantung dengan jenis benda asing
pada pasien, lokasi, serta riwayat kesehatan telinga pasien. Benda asing
organik yang mampu menyerap air, riwayat telinga berair pada pasien
adalah beberapa kontraindikasi dari metode irgasi. Serangga, materi organik,
serta benda asing yang berpotensi rapuh dan pecah menjadi beberapa
bagian lebih sering dikeluarkan dengan metode suction dibandingkan
dengan forsep. Serangga yang masih hidup harus dimatikan terlebih dahulu
dengan mineral oil, lidokain 2%, atau krim EMLA.3,12
1. Ekstraksi Mekanis
Posisi pasien harus nyaman. Secara singkat mengulang
pemeriksaan telinga sambil mengamati lokasi dan kedalaman benda
asing. Pindahkan lensa otoscop ke satu sisi dan hati-hati memasukkan
forsep bayonet atau forsep buaya melalui lensa otoscope. Majukan
forsep secara bertahap melalui saluran pendengaran luar sampai
benda asing digenggam. Dengan lembut menarik forcep bersama
dengan

benda

asing

yang

tergenggam

keluar

dari

saluran

pendengaran. Selalu periksa benda asing yang telah dikeluarkan,


perforasi membran timpani, dan lecet dari saluran pendengaran.12
Kadang-kadang

modifikasi

forsep

dengan

memberikan

beberapa tetes cyanoacrylate (lem super) memberikan hasil efektif


untuk mengeluarkan benda asing yang lunak, bersih, dan kering.
Cyanoacrylate dapat dikeluarkan secara manual setelah 24-48 jam
setelah terjadi deskuamasi epitel liang telinga. Jika lengket dan
melekat pada membran timpani, segera rujuk ke spesialis THT-KL
untuk tatalaksana lebih lanjut.

Sebuah benda asing berukuran kecil yang tidak menyumbat


liang

telinga

dapat

dikeluarkan

dengan

hook.

Alat

tersebut

dimasukkan disekeliling dan dibelakang benda asing dan perlahanlahan ditarik sambil alat tersebut memegang benda asing serta
mengeluarkannya dari liang telinga. Jika benda asing menyumbat
liang secara total, dapat digunakan pengait sudut-kanan yang kecil
yang dimasukkan disepanjang bagian superior liang dan diputar
setelah alat tersebut berada dibelakang benda asing. Sebelum
mencoba mengeluarkan benda asing yang menyumbat, penting untuk
menilai

terlebih

dahulu

panjang

liang

telinga

berdasarkan

pengalaman.5
Jika benda asing itu logam, instrument yang kita gunakan
dapat dimagnetisasi dahulu. Hal ini untuk mempermudah menggapai
logam tersebut dan stabil ketika dikeluarkan.13
Setiap selesai tindakan nilai kembali liang telinga tersebut
dengan otoskop. Penilaian ini penting untuk mendeteksi adanya
komplikasi paska tindakan.15
2. Irigasi
Irigasi merupakan metode terbaik untuk mengeluarkan benda
asing yang tidak teralu lengket dengan dinding liang telinga. Metode
ini juga minimal invasif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum melakukan irigasi adalah ada/tidak perforasi pada membran
timpani pasien (keluhan telinga berair), cairan yang digunakan untuk
mengirigasi, serta tindakan irigasi dan posisi pasien. Tindakan irigasi
menjadi kontraindikasi pada pasien dengan riwayat perforasi pada
membrane timpani. Cairan yang digunakan dapat berupa air steril
atau saline yang telah dihangatkan sesuai suhu tubuh pasien agar
tidak memicu vertigo.12,16
Tindakan irigasi menggunakan spuit yang telah dihubungkan
dengan angioakateter nomor 20 gauge. Posisikan pasien secara aman

dan nyaman. Lindungi lokasi sekitar telinga dengan kain agar tetap
kering. Tempatkan basin di bawah telinga dengan benda asing untuk
mengumpulkan cairan atau benda asing yang diharapkan keluar.
Secara gentle, posisikan ujung angiokateter tadi pada liang telinga
luar (jangan terlalu dalam) dan injeksikan cairan sampai benda asing
tersebut keluar. Setelah keluar evaluasi kembali liang telinga.12,16
3. Suction
Suction adalah pilihan yang tepat untuk mengekstraksi benda
asing di telinga yang rapuh dan mudah terpecah menjadi beberapa
bagian seperti serangga kecil yang telah mati atau beberapa materi
organic. Setelah mesin suction dihidupkan, kateternya dimasukkan
perlahan melalui otoskop dengan lensa removable dan lakukan terus
sampai benda asing tersedot atau jika lebih besar benda asing
tersebut melekat pada ujung kateter. Setelah itu keluarkan kateter
dan evaluasi liang telinga, apakah masih ada benda asing atau
komplikasi yang terjadi setelah tindakan tadi.12
Ketika sedang melakukan salah satu dari tindakan di atas
terjadi komplikasi seperti benda asing terdorong lebih ke dalam, ada
perdarahan, edem, atau nyeri pada telinga semakin bertambah, maka
hentikan tindakan dan segera konsulkan pasien kepada Spesialis THTKL. Pengulangan tindakan pada kasus-kasus dengan komplikasi
seperti yang disebutkan di atas cendrung akan menimbulkan infeksi,
perforasi, ada comorbid lainnya.12
Tidak ada indikasi pemberian antiobiotik profilak untuk pasien
yang diekstraksi benda asing tanpa komplikasi. Jika ada tanda-tanda
infeksi atau abrasi liang telinga pasien dapat diberikan obat tetes
telinga

yang mengandung antibiotik

dan kortikosteroid seperti

kortisporin (hidrokortison/neomisin/polimiksin) 5 tetes/hari selama 5-7


hari.3,12

H. KOMPLIKASI
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi seperti
kemampuan mengeluarkan benda asing, pengalaman, ketersediaan alat dan
keadaan benda asing. Rata-rata 11% kasus gawat darurat THT adalah benda
asing dengan angka komplikasi 22%. Komplikasi yang terjadi dapat ringan
atau berat seperti perforasi membran timpani. Sedangkan kerusakan telinga
dalam merupakan kasus yang jarang terjadi.11
Tabel 1 Komplikasi akibat benda asing di telinga berdasarkan usia 17

Penanganan yang tidak tepat akan dapat menimbulkan pendarahan,


trauma pada liang telinga, trauma pada membran timpani dan tulang-tulang
pendengaran. Hal ini akan menambah angka kesakitan pada pasien,
sehingga akan memerlukan tindakan eksplorasi dalam bius umum untuk
mengangkat benda asing tersebut. Marques seperti dikutip Figueiredo
menyatakan kurangnya pengalaman dalam manajemen benda asing di
telinga

merupakan

salah

satu

faktor

yang

menyebabkan

terjadinya

komplikasi iatrogenik.11
Pada pasien ini tindakan pertama mengeluarkan benda asing dilakukan
tanpa bius, ternyata gagal. Pada tindakan kedua dilakukan dalam bius
umum. Setelah itu pasien mengalami pusing berputar dan nyeri pada
telinga. Trauma telinga tengah biasanya menimbulkan tuli konduktif.
Perforasi membran timpani, hemotimpani dan kerusakan tulang-tulang
pendengaran merupakan penyebab terbanyak tuli konduktif pada trauma
telinga tengah. 90 % perforasi membran timpani dapat menutup secara

spontan. Miringoplasti dilakukan apabila penutupan spontan tidak terjadi


dalam 3 bulan. Pembedahan dilakukan bila terdapat kerusakan yang serius di
telinga, benda asing di telinga dalam atau ada gejala kerusakan di telinga
tengah.11
Perforasi membran timpani tanpa kelainan di telinga tengah akan
menyebabkan dua efek berbeda pada pendengaran. Pertama adalah
pengurangan luas membran timpani yang merupakan pusat pengerahan
tenaga

ke

telinga

tengah

sehingga

mengurangi

gerakan

tulang

pendengaran. Makin besar perforasi makin berkurang permukaan membran


sebagai pengumpul tenaga suara, akhirnya suara hanya ditampung di
kuadran posterior sisa membran timpani tempat tulang-tulang pendengaran
atau

sisa

tulang-tulang

pendengaran

berada.

Efek

kedua

terhadap

pendengaran oleh perforasi adalah akibat energi suara yang lansung ke


tingkap bulat tanpa dihambat oleh membran timpani. Efek itu akan semakin
besar sebanding dengan besarnya perforasi.11
Tabel 2.Komplikasi benda asing telinga berdasarkan tipenya 17

Kehati-hatian ahli THT dalam mengangkat benda asing di telinga


hendaklah ditingkatkan untuk menghindari terjadinya komplikasi iatogenik.
Benda asing dapat dilihat dengan jelas bila pencahayaan optimal, bahkan

penggunaan mikroskop lebih disarankan untuk menghindari terjadinya


komplikasi.

11

I. PENCEGAHAN
Rasa ingin tahu dan eksplorasi tubuh seseorang adalah tahap alami
dari

perkembangan

anak.

Mengajar

anak

bahwa

tidak

baik

untuk

menempatkan sesuatu ke telinga dapat mencegah beberapa kecelakaan


tersebut. Jika diduga anak telah memasukkan sesuatu ke dalam nya telinga,
penting untuk mendekati situasi ini dengan cara yang tidak menghakimi,
sehingga objek dapat ditemukan dan aman dihilangkan sebelum komplikasi
berkembang.13
DAFTAR PUSTAKA

1. Ogunleye AOA and Sogebi R. Otic Foreign Bodies In Children In Ibadan, Nigeria.
Nigerian journal of surgical Research. 2005; Vol 7 (3-4): 305-308.
2. Shrestha I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat Foreign
Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu University Medical Journal. 2012; Vol 11 (2);
4-8.
3. Mantooth R. Ear Foreign Body Removal in Emergency Medicine. 2013. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/763712-overview pada tanggal 11 mei 2016.
4. T. Nagendran MP. Management of Foreign Bodies in the Emergency Department.
Nagendran: Foreign Bodies. 1999; Pp 27-44.
5. Lucente, E.Frank et all. Ilmu THT Esensial. Edisi V. 2011. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
6. Adam, George L. BOIES Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan THT Edisi
6. 1997; hal.57-59.
7. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli).
Dalam Soepardi EA, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7
Indonesia. 2012; hal.10-13.

Fakultas Kedokteran Universitas

8. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010;
hal.189.
9. A.Bhatt

R.

Ear

Anatomy.

2013.

Diakses

dari

http://emedicine.medscape.com/article/1948907-overview pada tanggal 11 mei 2016.


10. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign Bodies in Hospital Universiti
Sains Malaysia. Malaysian Family Physician. 2012;7(1):2-5.
11. Edward Y, Fitria H. Trauma pada Tingkap Lonjong akibat Ekstraksi Benda Asing di Liang
Telinga.

Available

from

http://repository.unand.ac.id/17151/1/Ruptur_

tingkap_lonjong.pdf. Diakses pada tanggal 11 Mei 2016.


12. Kwong AO, Provataris JM. 2014. Ear Foreign Body Removal Procedures. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/80507. Diakses pada tanggal 11 Mei 2016.
13. Buccino K, Plantz SH, Talavera F, Taylor JP. 2014. Foreign Body, Ear. Diakses dari
www.emedicinehealth.com/foreign_body_ear/. Diakses pada tanggal 11 Mei 2016.
14. Asokarathinam K, Shwetha, Prabakaran J. Unrolling Stone Gathers no Moss!
Asymptomatic Long-Standing Foreign Body in the External Ear- A Case Report.
International Journal of Basic and Applied Medical Sciences. 2014;4(1):7-9.
15. Heim SW, Maughan KL. Foreign Bodies in the Ear, Nose, and Throat. Am Fam
Physicians. 2007;76:1185-9
16. Feled C, Smith M, Handler J, Gillam M. 1985. Common Simple Emergencies. Diakses
dari www.ncemi.org/cse/cse0305.htm. Diakses pada tanggal 11 Mei 2016.
17. Fornazieri MA, Cutolo D, Moreira JH, et al. Foreign-body in External Auditory Meatus:
Evaluation of 462 Cases. Intl. Arch. Otorhinolaryngol., So Paulo Brazil.
2010;14(1):45-49.

Anda mungkin juga menyukai