Anda di halaman 1dari 16

Referat Timpanosklerosis

Wilson william
406148108
UNTAR

Membran Timpani Normal Telinga Kanan

Anatomi

Membran timpani merupakan pembentuk utama dinding lateral telinga


tengah, berupa lapisan tipis, resisten, semitransparan, abu-abu mengkilat,
dan mirip kerucut (cone-like).
Apeks membran timpani terletak pada umbo, yang mana berhubungan
dengan bagian terbawah dari tangkai malleus.
Kebanyakan keliling membran timpani menebal untuk membentuk suatu
cincin fibrokartilago, annulus timpani, yang terletak pada alur tulang
timpani yang disebut dengan sulkus timpani.

Anatomi
Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu
pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran
timpani kanan.
Reflek cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane
timpani. Pada membran timpani terdapat 2 macam serabut yaitu serabut
sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek
cahaya yang berbentuk kerucut tersebut.
Secara klinis reflek cahaya ini dinilai misalnya bila reflek cahaya mendatar
berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus malleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas belakang, bawah depan,
dan bawah-belakang. Hal ini berguna untuk menyatakan letak perforasi dari
membrane timpani.

Definisi dan klasifikasi

Timpanosklerosis merupakan suatu kondisi yang mana didapatkan


hialinisasi dan kalsifikasi pada membran timpani, telinga tengah atau
keduanya dan jika meluas dapat mempengaruhi pendengaran.
Timpanosklerosis ini diklasifikasikan sebagai berikut :
- Myringosclerosis, hanya mengenai membran timpani
- Intratympanic tympanosclerosis, mengenai bagian telinga tengah lain.

Etiologi

-Etiologi dari timpanosklerosis belum diketahui dengan pasti, mungkin


dibentuk dari sisa-sisa/bekas yang berhubungan dengan inflamasi kronis
telinga tengah.
- Otitis media supurativa kronis (OMSK) dan otitis media dengan efusi.
- Insersi Grommet (timpanostomi tuba) meningkatkan resiko terjadinya
timpanosklerosis
- Sklerosis sistemik
- Kemungkinan berhubungan dengan atheroma karotis atau aterosklerosis
- Hubungan dengan cholesteatoma masih diperdebatkan, meskipun dua
keadaan ini dapat muncul bersamaan.

Gejala klinis

Gambaran klinis yang umumnya muncul adalah ditemukannya plak putih


pada membran timpani. Jika proses ini hanya terbatas pada membrane
timpani saja biasanya tidak mempengaruhi pendengaran, namun bila proses
ini telah mencapai telinga tengah, maka rantai osikular menjadi tidak mobil
yang akan menyebabkan terjadinya tuli konduktif.

Patogenesis

Timpanosklerosis secara histologi tampak sebagai hialinisasi jaringan


penyangga subepitelial membran timpani dan telinga tengah, pada
kebanyakan kasus dapat ditemukan kalsifikasi.
Osteogenesis juga dapat muncul bersamaan dengan lesi yang terjadi. Saat
plak muncul pada membrane timpani, plak tersebut hanya terbatas pada
lamina propia.
Hussl dan Lim menemukan bahwa plak ini merupakan proses degenerative
yang mengakibatkan terjadinya kalsifikasi pada jaringan penyangga pada
telinga tengah.
Mereka membuat hipotesa bahwa OME atau OMA mengakibatkan
terjadinya proses destruktif pada jaringan penyangga, yang mana akan
memicu untuk terjadinya degenarasi dari jaringan kolagen dan kalsifikasi
distropik.
Degenerasi kolagen dapat merupakan akibat langsung dari inflamasi atau
infeksi yang terjadi pada telinga tengah (oleh proteinase dan kolagenase
bakteri).

Mekanisme
terbentuknya plak
timpanosklerosis

Diagnosis

Timpanosklerosis diduga merupakan komplikasi dari otitis media, pasca


trauma, dan tindakan pembedahan yang mana ditemukan lapisan hialin
yang aselular dan akumulasi deposit kalsium pada membran timpani dan
submukosa telinga tengah.
Pada kebanyakan pasien, gejala yang ditimbulkan tidak begitu signifikan
secara klinis dan mengakibatkan sedikit atau tidak ada gangguan
pendengaran.
Pada pemeriksaan otoskopi, timpanosklerosis memberikan gambaran
semisirkuler atau seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada membrane
timpani.

. (A) Membran timpani pada timpanosklerosis, (B), Telinga


kiri, perforasi anateroinferior kering, (C) Perforasi
anteroinferior dengan plak timpanosklerotik, (D) Telinga kiri,
perforasi subtotal karna timpanosklerosis

(A) Telinga kanan, plak timpanosklerosis pada


rantai osiikular, (B) Telinga kiri, perforasi total
dengan timpano sklerosis.

Pemeriksaan penunjang

- Audiometri, dapat menentukan derajat dan tipe gangguan pendengaran


- Timpanometri, hasil timpanogram dapat dipengaruhi oleh adanya
timpanosklerosis
- CT Scan dapat membantu menegakkan diagnosis terutama bila disertai
dengan kelainan pada kavitas telinga tengah.7

Penatalaksana

Timpanoplasti dan rekonstruksi osikular dapat dilakukan sebagai


penatalaksanaan pada pasien-pasien dengan timpanosklerosis, namun
resiko untuk kerusakan kokhlea lebih tinggi dibandingkan dengan yang
disebabkan oleh penyakit telinga tengah lain, ini dikarenakan oleh tindakan
diseksi luas yang dibutuhkan pada kasus timpanosklerosis dan terdapatnya
erosi dari labirin.

Kesimpulan
1. Timpanosklerosis merupakan suatu kondisi yang mana didapatkan hialinisasi dan
kalsifikasi pada membran timpani, telinga tengah atau keduanya dan jika meluas
dapat mempengaruhi pendengaran.
2. Timpanosklerosis merupakan kelanjutan yang sering terjadi pada kasus-kasus otitis
media kronis atau rekuren dan setelah tindakan pembedahan pada telinga tengah.
3. Etiologi timpanosklerosis belum diketahui dengan pasti, namun faktor-faktor yang
mungkin berhubungan antara lain OMSK, otitis media dengan efusi, insersi
Grommet, sklerosis sistemik, atheroma karotis atau aterosklerosis, dan
cholesteatoma.
4. Jika proses timpanosklerosis ini hanya pada membran timpani biasanya tidak
mempengaruhi pendengaran, namun bila proses ini telah mencapai telinga tengah
dapat menyebabkan terjadinya tuli konduktif.
5. Gambaran timpanosklerosi pada pemeriksaan otoskopi adalah semisirkuler atau
seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada membran timpani
6. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu antara lain audiometri,
timpanometri, dan CT Scan.
7. Plak timpanosklerosis yang kecil tidaklah membahayakan dan dapat dibiarkan saja.
8. Timpanoplasti dan rekonstruksi osikular dapat dilakukan sebagai penatalaksanaan.

Daftar pustaka
1. Asarkar, Ameya, and Shishir Gosavi. "Tympanosclerosis - a Beginner's Worry:
a case Series and Review of Literature." Otolaryngology, 2013.
2. Lalwani AK, Agrawal SK, Aguila DJ, et al. Current Diagnosis and Treatment :
Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2nd Edition. New York : Mc Graw
Hill Lange; 2007.
3. Snow Jr, James B and Ballenger, John Jacob. Ballengers Otorhinolaryngology
Head and Neck Surgery. 16th Edition. Spain : BC Decker Inc; 2003.
4. EMIS & PIP. Tympanosclerosis. Disitasi dari http://www.patient.co.uk/
showdoc/40025285.htm pada tanggal 3 Juli 2014. Last Update [Januari 2009].
5. Sanna, Mario, Russo, Alessandra, and De Donato, Giuseppe. Color Atlas of
Otoscopy : From Diagnosis to Surgery. 1st Edition. New York : Thieme
Inc; 1999.
6. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran dan Kelainan
Telinga. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.

Anda mungkin juga menyukai