PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah penyakit virus yang sering mengenai saraf sensorik
karena ganglion terkena. Terkenanya ganglion genikulatum memberikan
sekelompok gejala yang karakteristik (pertama kali diuraikan oleh Ramsay Hunt
pada 1910).2,3
Penyakit virus DNA ini pada dasarnya harus timbul pada pasien yang
sebelumnya menderita varisela. Penyebab reaktivasi sampai sekarang belum
dietahui. Terlihat bahwa virus herper zoster tak ditransmisikan langsung dari anak
dengan varisela juga tidak dari orang dewasa yang menderta herpes zoster.
Insidens relative tetap sepanjang tahun walau terdapat peningkatan jelas bagi
varisela selama musim dingin.7
Penyakit ini terutama pada orang dewasa diatas 50 tahun, walau sekitar 510 % mengenai anak-anak. Mengenai kedua jenis kelamin dalam jumlah yang
sama.7
Sindroma Ramsay Hunt diakhibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan
otikus, sehingga memberikan gejala paralisis muka (paralisis Bell), kelainan kulit
yang sesuai dengan tingkat persyarafan, tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran,
nistagmus, nausea, juga terdapat gangguan pengecapan.6,7
Biasanya penyakit ini berlangsung singkat, penyembuhan terjadi dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu. Namun nyeri dapat menetap sampai
berbulan-bulan. Penatalaksanaan Sindroma Ramsay Hunt dapat dilakukan dengan
konservatif dan operatif. Obat yang sering diberikan adalah kortikosteroid dan
antivirus. Prognosis sindroma Ramsay Hunt tergantung derajat kerusakan. Jika
kerusakan saraf ringan maka diharapkan penyembuhan terjadi dalam beberapa
minggu. Jika kerusakan saraf berat maka terjadi penyembuhan dalam beberapa
bulan.2,3,10
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjer serumen
(kelenjer keringat) dan rambut. Kelenjer keringat terdapat pada seluruh kulit liang
telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjer serumen.1
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membrane shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.1
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah
bawah yaitu pada pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk
membrane timpani kanan.1
Batas luar
: membrane timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas
: tegmen timpani (meningen/otak)
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis sermisirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli.1
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lingkap dan
memebentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani disebelah bawah dan skala media
(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di dalam
perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar
skala vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membrane basalis. Pada membrane ini terletak organ corti.1
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.1
Gambar 4. Labirin2
kontralateral. Traktus
kortikalis
serebrum
juga
mensarafi
belahan
labirin menuju segmen timpani dari saraf. Saraf memasuki segmen timpani dan
membuat genu (putaran) kedua. Di sini, di dekat fenestra ovalis, saraf menjadi
terpapar dan dapat diraba dalam telinga tengah. Saraf berjalan turun dari genu
secara vertical da mengeluarkan cabang untuk otot stapedius. Di bawah tingkat
ini, muncul cabang kedua dan kembali masuk ke dalam telinga sebagai saraf
korda timpani. Korda membawa serabut-serabut nyeri, raba, dan suhu, serta
pengecapan untuk duapertiga anterior lidah.3
Saraf ini juga mengurus salivasi kelenjer submandibularis. Korda berjalan
diantara maleus dan inkus, kemudian keluar dari tulang temporal melalui iter
anterior. Bagian utama dari saraf fasialis membawa serabut-serabut motorik dan
keluar dari foramen stilomastoideum tepat di medial prosessus mastoideus. Tujuh
puluh persen serabut pada tempat ini merupakan serabut motorik untuk wajah.
Selanjutnya saraf membelok ke anterior dan memecah menjadi lima cabang
utama- temporalis, zigomatikus, bukalis, dan servikalis. Cabang-cabang ini dapat
saling beranastomosis satu dengan yang lainnya ketika saraf melalui kelenjer
parotis.3
Saraf otak kedelapan terdiri dari 2 berkas saraf yang menyalurkan dua
macam impuls. Yang pertama ialah, nervus koklearis yang menhantarkan impuls
pendengaran. Dan yang kedua ialah nervus vestibularis yang menyalurkan impuls
keseimbangan.9
Alat penangkap rangsang pendengaran dan keseimbangan serabut kedua
bagian nervus oktavus berasal merupakan juga satu bangunan yang terdiri dari
dua bagian. Bangunan tersebut ialah labirin. Ia terdiri dari bagian koklea dan
vestibula.9
Baik rangsangan pendengaran maupun rangsang keseimbangan bersifat
gelombang. Gelombang suara diteruskan oleh gendang telinga, tulang maleus,
inkus dan stapes melalui fenestra vestibularis ke perilimfe. Perilimfe ini ialah
cairan yang merupakan bantalan bagi labirinus membranikus. Endolimfe ialah
cairan yang terkandung oleh labirintus membranikus. Dengan demikian di bagian
koklea terdapat tiga ruangan. Ruang vestibular atau skala vestibule, ruang koklear
atau duktus koklear, dan ruang timpani atau skala timpani. Dinding diantara ketiga
skala itu dibentuk oleh membrane vestibule(membrane Reissner) dan membrane
basilaris. Gelombang suara membangkitkan goncangan di perilimfe didalam skala
vestibule.
Kejadian
tersebut
menggerakkan
membrane
Reissner
yang
dan sakulus. Dan juga merupakan alat penangkap rangsang keseimbangan, atau
makula. Karena gerakan badan dan kepala timbul akselerasi endolimfe ketiga alat
vestibule itu. Akselerasi angular merangsang makula kanalis semisirkularis.
Gerakan kepala terutama merangsang utrikulus sedangkan vibrasi merangsang
makula sakulus.9
Makula bersambung dengan juluran sel yang berkumpul di pangkal makula.
Juluran eferen sel itu menyusun nervus vestibularis. Di dalam meatus akustikus
internus vestibularis menggabungkan diri pada nervus koklearis. Impuls yang
dicetuskan oleh makula dari kanalis semisirkularis menuju ke inti di pons dan dari
situ kemudian dikirim ke inti-inti saraf okular. Impuls yang dicetuskan oleh
makula utrikulus dihantarkan ke inti pons juga, tetapi tujuan akhirnya ialah
korteks serebri di bagian belakang girus temporalis. Selain korteks lobus
temporalis dan inti-inti saraf okular, impuls keseimbangan diterima juga oleh
serebelum melalui serabut aferen inti vestibular dan substansia retikularis serta
medulla spinalis. Impuls keseimbangan yang dipancarkan ke serebelum terutama
diproyeksikan kepada lobus flokulonodularis ipsilateral. Dan sel-sel di medulla
spinalis yang menerima impuls dari inti vestibular ialah sel-sel di kornu anterior
terutama di bagian servikal.9
BAB III
PEMBAHASAN
3.3. Epidemiologi
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang diterangkan
dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita
mendapat varisela. Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada
pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari
pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster. 6
Paralisis fasialis perifer timbul pada kira-kira tiga perempat kasus, hampir
40 % mengenai n. VIII.5
3.4. Pathogenesis
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion
kranialis, kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan
daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang
ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala
gangguan motorik.6
10
Pada herpes zoster saraf kranialis, beberapa jenis dapat dibedakan; (1) tipe
trigeminus (menyerang ganglion gasserian) dengan terlibatnya satu atau lebih
cabang, (2) otikus zoster (menyerang pada ganglion genikulatum), (3) zoster dari
saraf glosofaringeus, (4) zoster dari saraf vagus, dan tipe segmental lain. Zoster
oftalmikus terutama berbahaya, karena seringkali mengenai konjungtiva dan
kornea, dan iritis, glaucoma, dan bahkan panoftalmitis dapat terjadi.3
Selama terjadinya infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi di kulit dan
permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian secara sentripetal
virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik tersebut menuju ke ganglion saraf
sensorik. Dalam ganglion ini, virus memasuki masa laten dan disini tidak
infeksius dan tidak mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia
kehilangan daya infeksinya.8
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan, akan terjadi
reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion.
Ini menyebabkan nekrosis pada saraf serta terjadi inflamasi yang berat, dan
biasanya disertai neuralgia yang hebat.8
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik, sehingga terjadi
neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik di kulit dengan
gambaran erupsi yang khas untuk erupsi herpes zoster.8
3.5. Gejala klinis
Setelah masa inkubasi 4-20 hari, gangguan timbul dengan fase prodormal
neuralgik. Dalam dua sampai tiga hari, terdapat bentuk vesikel berkelompok pada
daerah yang dipersarafi oleh saraf yang terkena. Jika wajah terkena, seperti pada
oftalmikus zoster atau otikus zoster (sindrom Ramsay Hunt), nyeri terutama
sangat hebat, dan gejala-gejala prodormal umum seperti demam dan nausea
tampak jelas. Dengan timbulnya vesikel, jarang sebelumnya, timbul limfadenitis
regional yang nyeri. Herpes zoster terjadi lebih sering pada pria daripada wanita
dan terutama mengenai individu yang berusia lebih dari 45 tahun.3
11
Sindroma Ramsay Hunt atau herpes zoster otikus, melibatkan saraf fasialis
dan menimbulkan suatu ruam pada liang telinga dan pinna. Pustula-pustula kecil
terbentuk dalam liang telinga dan sangat nyeri.1
(paralisis Bell),
kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinnitus, vertigo, gangguan
pendengaran, nistagmus dan nausea, juga terdapat gangguan pengecapan.1
Gambaran paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan
hampir selalu unilateral. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi
oleh salah satu ganglion sensorik.8
12
3.6. Histopatologi
Ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut
saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal, dan inflamasi
bungkus ganglion.8
Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen VZV
dapat dilihat secara imunofluoresensi.8
3.7. Diagnosis
Diagnosis SRH dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang THT-KL. Pemeriksaan fungsi nervus VII diperlukan
untuk menentukan letak lesi, beratnya kelumpuhan dan evaluasi pengobatan.
Pemeriksaan meliputi fungsi motorik otot wajah, tonus otot wajah, ada tidaknya
sinkinesis atau hemispasme, gustatometri dan tes Schimer.10
Diagnosis biasanya secara klinis. Pemeriksaan audiometry dan uji fungsi
saraf mungkin diperlukan. Namun untuk memastikan penyebabnya karena virus,
13
dapat dilakukan pemeriksaan percobaan Tzanck dapat ditemukan sel datia berinti
banyak atau dengan pemeriksaan imunofluoresens/ kultur virus.4
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan audiometri nada murni,
timpanometri, Brainsteam Evoked Response Audiometry (BERA) dan tes
elektronistagmografi (ENG). Diagnosis pasti ditegakkan dengan mengisolasi
virus, deteksi antigen spesifik untuk virus varisela zoster atau dengan hibridasi
DNA virus.10
3.8. Diagnosis Banding
Bell palsy
Herpes simplek
Otitis eksterna
Otitis media
Stroke
14
BAB IV
PENATALAKSANAAN
4.1. Pengobatan
Pengobatan sesuai dengan tatalaksana herpes zoster. Terapi sistemik
umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik. Dapat
ditambahkan neurotropik : vitamin B1, B6, dan B12. Jika disertai infeksi sekunder
diberikan antibiotik.1,6,8,14
Indikasi obat antiviral adalah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan
defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa digunakan ialah
asiklovir
dan
modifikasinya
misalnya
valasiklovir. Pemberian
antivirus
(valacyclovir) dalam 2x 24 jam setelah terjadinya penyakit. Jika lesi baru masih
tetap timbul obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari
sejak lesi baru tidak timbul lagi.6,5
Isoprinosin sebagai imunostimulator tidak berguna karena awitan kerjanya
baru setelah 2-8 minggu, sedangkan masa aktif penyakit kira-kira hanya
seminggu.6
Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk sindrom Ramsay Hunt.
Pemberian harus sedini dininya untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa
kami berikan ialah prednisone dengan dosis 3x 20 mg sehari, setelah seminggu
dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis prednisone setinggi itu imunitas
akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antiviral. Dikatakan
kegunannya untuk mencegah fibrosis ganglion.6,13
Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel
diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar
tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosive diberikan kompres terbuka. Kalau
terjadi ulserasi dapat diberikan salap antibiotik.6
15
Bila paralisis fasial menetap lebih dari 60 hari tanpa tanda-tanda perbaikan,
tindakan dekompresi harus dikerjakan. Dalam hal ini dekompresi dikerjakan pada
segmen horizontal dan ganglion genikulatum.2
4.2. Komplikasi
Neuralgia postzoster merupakan nyeri yang sangat hebat untuk beberapa
bulan atau bahkan bertahun-tahun, terutama pada orang yang lebih tua. Kombinasi
dari anesthesia atau hipestesi dari segmen yang terkena, seringkali dengan
neuralgia yang sangat berat, terutama sangat menderita. Di samping itu, herpes
zoster dapat menjadi neuralgia trigeminalis yang menusuk.3
4.3. Prognosis
Untuk kulit baik, sembuh dalam beberapa hari sampai minggu, walaupun
sakit lama baru hilang sampai beberapa bulan. Paralise pun lama dapat
menghilang, ialah setelah beberapa minggu walaupun ada kalanya ini tidak dapat
sembuh dengan sempurna. Prognosis untuk pendengaran tidak begitu baik.4,14,15
16
BAB V
KESIMPULAN
Herpes zoster otikus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varicella zoster. Keadaan ini disebut juga sindroma Ramsay Hunt. Tampak lesi
kulit yang vesikuler pada kulit di daerah muka sekitar liang telinga, otalgia, dan
terkadang disertai paralisis otot wajah. Pada keadaan yang berat ditemukan
gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural. Diagnosis biasanya ditegakkan
secara klinis, pemeriksaan audiometry, uji fungsi saraf, dan pemeriksaan
penunjang lain seperti percobaan Tzanc atau imunofluoresens. Terapi umumnya
bersifat suportif dan simtomatik. Biasanya penyakit ini berlangsung singkat,
penyembuhan terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Namun nyeri
dapat menetap sampai berbulan-bulan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Universitas
Andalas/RS
Dr.M.Djamil
Padang.
www.repository.unand.ac.id
11. CJ Sweeney, D H Gilden, Department of Neurology, Mail Stop B182,
University of Colorado Health Sciences Center. www.jnnp.com
12. Herpes Zoster Oticus : A rare clinical entity, Department of Oral Diagnosis,
Medicine and Radiology, K.M. Shah Dental Collage and Hospital, Piparia,
Vadodara, Gujarat, India www.contempclindent.org
13. Corticosteroids as adjuvant to antiviral treatment in Ramsay Hunt
Syndrome (herpes zoster oticus with facial palsy) in adult (Review)
http://www.thecochranelibrary.com
14. Pediatric
Clinical
Support
Ramsay
Hunt
Syndrome
http://www.biomedicentral.com/1756-0500/6/337
18
15. Prognostic Factors inherpes Zoster Oticus (Ramsay Hunt Syndrome) The
University of Sydney; and Royal Prince Alfred Hospital, Sydney, Australia.
Otology & Neurotology, Inc. Unauthorized reproduction of this arthicle is
prohibited
19