PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
3. Pungtum lakrimalis
Ukuran punctum lakrimalis dengan diameter 0.3 mm terletak di sebelah
medial bagian superior dan inferior dari kelopak mata. Punctum relatif
avaskular dari jaringan disekitarnya selain itu warna pucat dari punctum ini
sangat membantu jika ditemukan adanya sumbatan. Punctum lalkrimalis
biasanya tidak terlihat kecuali jika kelopak bawah mata dibalik sedikit. Jarak
superior dan inferior punctum 0,5 mm, sedangkan jarak masing-masing ke
canthus medial kira-kira 6,5mm dan 6,0 mm. Air mata dari canthus medial
masuk ke punctum lalu masuk ke canalis lakrimalis.
2
3. Kanalikuli lakrimalis
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat
kecil, bernama puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat
pada tepi ekstremitas lateral lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil
dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian berbelok dengan
sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju
lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian
hamper horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus mengalami
dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat otot
tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter.
Ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak
dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan
prosesus frontalis maksila. Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran
panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian
bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.
3
1. Bagian Orbita berbentuk kenari, terletak di dalam fossa glandulae
lakrimalis di segmen temporal atas anterior orbita yang dipisahkan dari
bagian palpebra oleh kornu lateralis muskulus levator palpebra. Untuk
mencapai bagian kelenjar ini dengan pembedahan, harus diiris kulit,
muskulus orbikularis okuli, dan septum orbita.
2. Bagian Palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal
forniks konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimal, yang bermuara
pada sekitar 10 lubang kecil, yang mengubungkan bagian orbita dan bagian
palpebra kelenjar lakrimal dengan forniks konjungtiva superior.
Pengangkatan bagian palpebra kelenjar akan memutus semua saluran
penghubung dan mencegah seluruh kelenjar bersekresi.
4
2.2 Fisiologi Aparatus Lakrimal
5
Sistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama yaitu sistem
(1,3,5)
sekresi lakrimal yaitu kelenjar lakrimalis dan sistem drainase . Kelenjar
lakrimalis ini terdiri atas dua lobus, yaitu bagian orbita terletak pada sisi
temporal anterior rongga orbita dan bagian palpebra, yang terletak di sisi
lakrimal normalnya menghasilkan sekitar 1,2 µl air mata per menit. Sebagian
produksi air mata melebihi kapasitas sistem drainase, air mata yang berlebih
6
Kelenjar ekskresi terdiri dari: punktum lakrimalis, kanalis lakrimalis,
medial bagian atas dan bawah kelopak mata, bagian bawah punktum terletak
lebih lateral dibanding punktum atas(3,5,6,7). Secara normal punkta agak inversi,
tunggal sebelum masuk ke bagian dinding lateral dari sakus lakrimalis. Valva
7
dari sakus kembali ke kanalikuli. Terdapat beberapa studi yang menyatakan
tendo kantus medial sebelum memasuki sakus lakrimal. Belokan ini pada
anterior medial orbital, berada dalam cekungan tulang yang dibatasi oleh
dan posterior. Dari medial ke lamina papyracea merupakan bagian tengah dari
meatus hidung, kadang juga terdapat sel ethmiod. Bagian kubah dari sakus
sakus ini dilapisi dengan jaringan fibrosa. Ini menjelaskan mengapa pada
kantus medial. Pada bagian lateral, sakus lakrimal ini bersambung pula dengan
oleh lipatan mukosa (valva hasner). Kegagalan pembentukan ostium ini pada
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang
8
berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus
orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing
superior.
palpebra superior. Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau
pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur rumit dari cabang
utama mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan
musin.
di atas kornea dan menyalurkan kedalam sistem ekskresi pada aspek medial
palpebra. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan sesuai
dengan jumlah yang diuapkan dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai
9
ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan memasuki
mengelilingi ampula mengencang untuk mencegah air mata keluar. Pada waktu
yang sama, palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia
menarik air mata ke dalam sakus yang kemudian berjalan melalui duktus
Suplai darah sakus lakrimalis antara lain berasal dari cabang palpebra superior
dan inferior dari arteri oftalmika, arteri angularis, arteri infraorbitalis cabang
10
dari arteri sphenopalatina, kemudian mengalir ke vena angularis, vena
alveolaris (1).
dan minor, sel-sel goblet dan kelenjar meibom. Normal merupakan lapisan tipis
lembut.
2.3.1 Definisi
11
Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam
produksi dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang
menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata, yang disebarkan
diatas permukaan mata oleh kedipan mata. Kanalikuli, saccus lacrimalis, dan
ductus nasolacrimalis merupakan komponen ekskresi sistem ini yang
mengalirkan sekret ke dalam hidung 1.
2.3.2 Embriologi
12
distal (katup Hasner) terdapat pada 50% bayi saat lahir. Katup ini akan terbuka
spontan dalam beberapa bulan pertama kehidupan.2
13
Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, kantung lakrimal, dan
saluran nasolakrimal. Dengan berkedip setiap kelopak mata mendekat mulai
lateral, mendistribusikan air mata secara merata di seluruh kornea, dan mengalir
ke sistem ekskresi pada aspek medial kelopak.4
2.4 Definisi
14
keluar dari kanalikulus. Organismenya dapat dilihat secara mikroskopik pada
sediaan apus langsung dari kanalikulus. Kerokan substansi nekrotik pada
kanalikulus yang terkena, diikuti irigasi, umumnya efektif untuk menjaga
terbukanya saluran (Riordan-Eva, P., & Cunningham, Jr. E. T. 2011).
2.5 Etiologi
2.6 Patofisiologi
15
Kanalikulitis merupakan infeksi primer dan peradangan pada sistem aliran
lakrimal, pada tingkat kanalikulus tersebut. Beberapa patogen telah dikaitkan
dengan kondisi, termasuk bakteri, jamur dan beberapa virus. Kanalikulitis
terkait dengan Actinomyces israelii, bentuk gram positif anaerob (Sowka, J,W.,
Gurwood, A.S., Kabat, A.G., 2010).
Umumnya pasien datang dengan keluhan (Budiono et al, 2013; dan AAO,
2005):
16
Gambar 1. Gambar 2.
Keterangan : Gambar 1. Kanalikuli yang membengkak dan pungtum
yang meninggi; Gambar 2. Ekstraksi konkresi intraoperatif.
Pemeriksaan fisik meliputi palpasi pada kantus medial dan bulu
mata, pemeriksaan slit lamp, dan irigasi lakrimal. Sumbatan pada sistem
lakrimal umum terjadi pada kanalikulitis, dimana pada keadaan normal
kanalikuli masih dapat dialiri normal salin saat dilakukan irigasi.
Menemukan sumbatan pada sistem nasolakrimal sangat penting karena
obstruksi pada saluran lakrimal membutuhkan penatalaksanaan yang
berbeda. Disamping itu, tindakan irigasi dan palpasi dapat melokalisir
perpindahan posisi penyumbat pungtal pada pasien yang memiliki
riwayat pemasangan alat penyumbat pungtal, dimana pemasangan alat
ini umum dilakukan pada kanalikulitis sekunder (Zaveri dan Cohen,
2014).
17
Keterangan : A. Tanda panah menunjukkan ektasia pada kanalikuli
lakrimal; B. Tanda panah menunjukkan ektasia pada kanalikuli lakrimal,
dan tanda panah dobel menunjukkan Sinyal berbentuk bintik yang
cukup ekoik tampak pada kanalikuli lakrimal.
2.7 Penatalaksanaan
a. Non-farmakologis
2.8.3 Kompres air hangat (AAO, 2005).
b. Farmakologis (Budiono et al, 2013; Riordan-Eva & Cunningham, 2011;
Zaveri dan Cohen, 2014)
1. Antibiotik (sistemik Penisilin, Neomisin topikal, Polimiksin,
Basitrasin, atau Cefazolin; jika memungkinkan pemilihan
antibiotik dilakukan berdasarkan hasil kultur organisme).
2. Irigasi, pasca kuretase.
3. Tingtur yodium, juga dapat diberikan pasca kanalikulotomi.
18
c. Bedah
19
Epifora, konjungtivitis (kronik atau rekuren), obstruksi kanalikuli,
dakriosistitis, dan karsinoma kanalikuli lakrimal (Al-Mujaini, Wali, dan Al-
Senawi, 2009; Francis et al, 2013; AAO, 2005).
2.9 Komplikasi
Stenosis kanalikuli, proliferasi granuloma, migrasi dan/atau ekstrusi
penyumbat pungtal, dakriosistitis, kanalikulitis sekunder (Riordan-Eva &
Cunningham, 2011; Bourkiza dan Lee, 2012).
2.10 Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan jangka
panjang dari kanalikulitis primer, diantaranya tingkat kecurigaan adanya
kanalikulitis yang masih rendah sehingga menyebabkan tertundanya
diagnosis dan penatalaksanaan dari kanalikulitis. Metode konservatif
memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi, walaupun angka kekambuhannya
mencapai 33% dengan terapi farmakologis saja, terhadap angka
kekambuhan pada kelompok dengan intervensi tindakan bedah yang hanya
mencapai 16%. Sedangkan pada kanalikulitis sekunder, metode konservatif
secara umum tidak menghasilkan tingkat kesembuhan yang sempurna.
Sehingga terapi definitif yang diperlukan adalah kanalikulotomi dengan
kombinasi pelepasan penyumbat pungtal (Zaveri dan Cohen, 2014).
20
BAB III
KESIMPULAN
21
Prognosis berdasarkan angka kekambuhan yang tergantung pada
penatalaksanaannya. Pada pasien dengan terapi konservatif saja angka
kekambuhan lebih tinggi (33%) dibandingkan dengan intervensi
tindakan bedah yang hanya mencapai 16%.
Daftar Pustaka
4. Budiono S., Saleh, T. T., Moestidjab, dan Eddyanto. 2013. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya : Airlangga University Press, pp. 48-49.
22
5. Francis, I. L., Ramalingam, M., Ali, N. A. M., Joshi, N., Chinniah, T. R.,
Prabhu, K., et al. 2013. Actinomyces naeslundii : a rare cause of
chronic purulent canaliculitis. Case Report. Brunei Int Med J 9 (2), pp.
118-121.
8. Tao, H., Xu, L.P., Han, C., Wang, P., dan Bai, F. 2015. Diagnosis of
lacrimal canalicular diseases using ultrasound biomicroscopy : a
preliminary study. Int J Ophtalmol, Vol 7, No. 4, pp. 659-662.
23