Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

Kanalikulitis adalah infeksi kronis pada kanalikuli lakrimalis yang


disebabkan oleh Actinomyces israelii, Candida albicans, atau spesies
aspergillus. Lebih sering terjadi pada kanalikuli inferior pada orang dewasa,
dan menyebabkan konjungtivitis purulen sekunder1,4

Kanalikulitis meliputi infeksi primer dan inflamasi sistem saluran


lakrimal, terutama pada bagian kanalikuli. Berbagai macam etiologi telah
dikaitkan dengan infeksi ini, diantaranya bakteri, jamur, dan beberapa virus.
Kanalikulitis terutama berkaitan erat dengan Actinomyces israelii, bakteri gram
positif anaerob yang sulit diisolasi dan diidentifikasi. Spesies Actinomyces
cenderung menyebabkan infeksi melalui pembentukan ruangan semu (jaringan)
saat kanalikuli terbentuk. Bakteri lain yang menyebabkan kanalikulitis
diantaranya Arcanobacterium haemolitycum, Mycobacterium chelonae,
Arachia propionica, Nocardia asteroides, Fusobacterium, Lactococcus latis
cremoris, Eikenella corrodens, dan Staphylococcus aureus.3,7

Banyak faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan jangka


panjang dari kanalikulitis primer, diantaranya tingkat kecurigaan adanya
kanalikulitis yang masih rendah sehingga menyebabkan tertundanya diagnosis
dan penatalaksanaan dari kanalikulitis4,10

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Aparatus lakrimalis terdiri dari 2 bagian : ( 1,2,3 )

1. Kelenjar lakrimalis yang berhubungan dengan pembentukan air mata


(sistem sekresi lakrimal)
2. Saluran air mata yang diteruskan ke dalam hidung (sistem ekskresi
lakrimal)

Bagian-bagian dari aparatus lakrimalis adalah: ( 2,4 )


1. Kelenjar lakrimalis

Terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus zigomatikum os


frontal. Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond,
dan terdiri dari dua bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis)
dan inferior (pars palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan
pendek menyamping di bawah konjungtiva.

2. Kelenjar aksesori ( kelenjar wolfring dan kelenjar Krause )

3. Pungtum lakrimalis
Ukuran punctum lakrimalis dengan diameter 0.3 mm terletak di sebelah
medial bagian superior dan inferior dari kelopak mata. Punctum relatif
avaskular dari jaringan disekitarnya selain itu warna pucat dari punctum ini
sangat membantu jika ditemukan adanya sumbatan. Punctum lalkrimalis
biasanya tidak terlihat kecuali jika kelopak bawah mata dibalik sedikit. Jarak
superior dan inferior punctum 0,5 mm, sedangkan jarak masing-masing ke
canthus medial kira-kira 6,5mm dan 6,0 mm. Air mata dari canthus medial
masuk ke punctum lalu masuk ke canalis lakrimalis.

2
3. Kanalikuli lakrimalis
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat
kecil, bernama puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat
pada tepi ekstremitas lateral lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil
dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian berbelok dengan
sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju
lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian
hamper horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus mengalami
dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat otot
tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter.

4. Saccus lakrimalis (kantong lakrimal)

Ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak
dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan
prosesus frontalis maksila. Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran
panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian
bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.

5. Duktus naso lakrimalis

Kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari


bagian bawah lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran
ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak
sempurna, plica lacrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran
mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseous, yang terbentuk
dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.

Kelenjar lakrimalis terdiri dari struktur-struktur berikut ini :

3
1. Bagian Orbita berbentuk kenari, terletak di dalam fossa glandulae
lakrimalis di segmen temporal atas anterior orbita yang dipisahkan dari
bagian palpebra oleh kornu lateralis muskulus levator palpebra. Untuk
mencapai bagian kelenjar ini dengan pembedahan, harus diiris kulit,
muskulus orbikularis okuli, dan septum orbita.
2. Bagian Palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal
forniks konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimal, yang bermuara
pada sekitar 10 lubang kecil, yang mengubungkan bagian orbita dan bagian
palpebra kelenjar lakrimal dengan forniks konjungtiva superior.
Pengangkatan bagian palpebra kelenjar akan memutus semua saluran
penghubung dan mencegah seluruh kelenjar bersekresi.

Kelenjar Lakrimal aksesorius terletak di dalam substansia propria di


konjungtiva palpebra dan hanya dapat dilihat secara mikroskopik.

Persarafan Aparatus Lakrimalis ( 4 )

Kelenjar air mata dipersarafi oleh :

1. Nervus Lakrimalis (sensoris), suatu cabang dari devisi pertama


Trigeminus.
2. Nervus Petrosus superficialis magna (sekretoris ), yang datang dari
nukleus salivarius superior.
3. Saraf simpatis yang menyertai arteria dan nervus lakrimalis.

4
2.2 Fisiologi Aparatus Lakrimal

5
Sistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama yaitu sistem
(1,3,5)
sekresi lakrimal yaitu kelenjar lakrimalis dan sistem drainase . Kelenjar

lakrimalis ini terdiri atas dua lobus, yaitu bagian orbita terletak pada sisi

temporal anterior rongga orbita dan bagian palpebra, yang terletak di sisi

temporal fornik konjungtiva superior. Kelenjar lakrimalis sebagai komponen


(1,3,5)
sekresi menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata . Kelenjar

lakrimal normalnya menghasilkan sekitar 1,2 µl air mata per menit. Sebagian

hilang melalui evaporasi. Sisanya dialirkan melalui sistem nasolakrimal. Bila

produksi air mata melebihi kapasitas sistem drainase, air mata yang berlebih

akan mengalir ke pipi (5,6)

Gambar 3. Struktur anatomi aparatus lakrimalis (Gerhard K.,2000)

6
Kelenjar ekskresi terdiri dari: punktum lakrimalis, kanalis lakrimalis,

sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis. Sistem ekskresi lakrimalis sebagai

sistem drainase lakrimal berawal melalui punktum lakrimalis yang terletak

medial bagian atas dan bawah kelopak mata, bagian bawah punktum terletak

lebih lateral dibanding punktum atas(3,5,6,7). Secara normal punkta agak inversi,

setiap punktum dikelilingi oleh ampulla, dengan setiap puncta mengarah ke

kanalikuli. Kanalikuli merupakan struktur non keratinasi, epitel squamous non

mucin. Berjalan 2 mm vertikal dan berputar 90 o, dan berjalan 8-10 mm medial

berhubungan dengan sakus lakrimalis (5,6,7)

Pada umumnya kanalikuli ini berkombinasi membentuk kanalikuli

tunggal sebelum masuk ke bagian dinding lateral dari sakus lakrimalis. Valva

Rosenmuller dideskripsikan sebagai struktur yang mencegah refluks airmata

7
dari sakus kembali ke kanalikuli. Terdapat beberapa studi yang menyatakan

bahwa kanalukuli membelok dari posterior ke bagian anterior di belakang dari

tendo kantus medial sebelum memasuki sakus lakrimal. Belokan ini pada

konjungtiva berperan untuk memblokir refluks. Sakus lakrimalis terletak

anterior medial orbital, berada dalam cekungan tulang yang dibatasi oleh

lakrimal anterior dan posterior, dimana tendokantus medial melekat. Pada

tendokantus medial merupakan struktur kompleks berkomposisi krura anterior

dan posterior. Dari medial ke lamina papyracea merupakan bagian tengah dari

meatus hidung, kadang juga terdapat sel ethmiod. Bagian kubah dari sakus

memanjang beberapa mm di atas tendo kantus medial. Padabagian superior,

sakus ini dilapisi dengan jaringan fibrosa. Ini menjelaskan mengapa pada

kebanyakan kasus, distensi sakus lakrimalis memanjang dari inferior ke tendo

kantus medial. Pada bagian lateral, sakus lakrimal ini bersambung pula dengan

duktus nasolakrimalis. Duktus nasolakrimalis berukuran 12 mm atau lebih

panjang. Berjalan melalui tulang dalam kanalis nasolakrimalis yang

melengkung inferior dan sedikit laterposterior. Duktus nasolakrimalis ini

membuka ke dalam hidung melalui ostium, yang biasanya sebagian dilapisi

oleh lipatan mukosa (valva hasner). Kegagalan pembentukan ostium ini pada

kebanyakan kasus adalah disebabkan oleh obstruksi duktus nasolakrimalis


(3)
kongenital .

Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang

terletak di fossa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang

8
berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus

orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing

dengan sistem saluran pembuangan tersendiri ke dalam forniks temporal

superior.

Lobus palpebra kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikkan

palpebra superior. Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau

iritasi fisik sehingga menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati

tepian palpebra. Persarafan kelenjar utama datang dari nukleus lakrimalis di

pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur rumit dari cabang

maxillaris nervus trigeminus (5,7).

Kelenjar lakrimal tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa

utama mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan

kelenjar utama namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini

terletak di dalam konjungtiva, terutama di fornix superior. Sel goblet uniseluler

yang juga tersebar di konjungtiva menghasilkan glikoprotein dalam bentuk

musin.

Setiap berkedip, palpebra menutup menyebarkan air mata secara merata

di atas kornea dan menyalurkan kedalam sistem ekskresi pada aspek medial

palpebra. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan sesuai

dengan jumlah yang diuapkan dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai

9
ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan memasuki

puncta sebagian karena sedotan kapiler konjungtiva (5).

Gambar .2. Gerakan mengedip yang menyebarkan air mata (8)

Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pra-tarsal yang

mengelilingi ampula mengencang untuk mencegah air mata keluar. Pada waktu

yang sama, palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia

mengelilingi sakus lakrimalis, berakibat memendeknya kanalikulus dan

menimbulkan tekanan negative di dalam sakus. Kerja pompa dinamik ini

menarik air mata ke dalam sakus yang kemudian berjalan melalui duktus

nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan ke dalam

meatus inferior hidung (5) .

Suplai darah sakus lakrimalis antara lain berasal dari cabang palpebra superior

dan inferior dari arteri oftalmika, arteri angularis, arteri infraorbitalis cabang

10
dari arteri sphenopalatina, kemudian mengalir ke vena angularis, vena

infraorbitalis dan vena-vena di hidung. Saluran getah bening masuk ke dalam

glandula submandibular dan glandula cervicalis. Persarafan berasal dari cabang

nervus infratrochlearis dari nervus nasociliaris dan antero-superior nervus

alveolaris (1).

Air mata merupakan komposisi dari kelenjar sekresi lakrimalis mayor

dan minor, sel-sel goblet dan kelenjar meibom. Normal merupakan lapisan tipis

sekitar 7-10 μm yang melapisi permukaan kornea dan kongjungtiva. ( 4 )

Fungsi dari air mata :

1. Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan

ketidakteraturan minimal di permukaan epitel.

2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungitva yang

lembut.

3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik

dan efek antimikroba.

4. Menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan.

2.3 Aparatus Lakrimalis

2.3.1 Definisi

11
Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam
produksi dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang
menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata, yang disebarkan
diatas permukaan mata oleh kedipan mata. Kanalikuli, saccus lacrimalis, dan
ductus nasolacrimalis merupakan komponen ekskresi sistem ini yang
mengalirkan sekret ke dalam hidung 1.

2.3.2 Embriologi

Kelenjar lakrimal berkembang dari beberapa solid ectodermal buds di


superolateral anterior orbita. Cabang tunas dan saluran ini, membentuk duktus
dan alveoli. Kelenjar lakrimal ini kecil dan tidak berfungsi sepenuhnya sampai
sekitar 6 minggu setelah lahir. Ini menjelaskan mengapa bayi yang baru lahir
tidak memproduk siair mata ketika menangis. Pada kehamilan akhir minggu
kelima terbentul alur nasolakrimal antara nasal dan tonjolan maksila.
Pembentukan saluran kearah bawah secara lengkap terjadi pada saat kelahiran.
Kegagalan pembentukan saluran pada bagian bawah akan menyebabkan
terjadinya congenital nasolacrimal duct obstruction. Obstruksi pada ujung

12
distal (katup Hasner) terdapat pada 50% bayi saat lahir. Katup ini akan terbuka
spontan dalam beberapa bulan pertama kehidupan.2

2.3.3 Sistem Sekresi Air Mata

Volume terbesar cairan air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal


terletak di fossa lakrimalis di kuadran temporal superior orbita. Kelenjar ini
berbentuk almond dibagi dengan lateral horn aponeurosis levator menjadi lobus
orbital yang lebih besar dan lobus palpebral lebih kecil, masing-masing dengan
sistem saluran sendiri mengosongkan ke forniks temporal superior. Lobus
palpebral kadang-kadang bisa dilihat dengan membalik kelopak mata atas.
Persarafan kelenjar utama adalah dari pontine lacrimalis nucleus melalui nervus
intermedius dan sepanjang jalur yang rumit dari divisi maksilaris dari saraf
trigeminal. Kelenjar lakrimalis aksesori, meski hanya sepersepuluh massa
kelenjar utama, memiliki peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring, identik
dalam struktur pada kelenjar lakrimal dengan saluran yang sedikit., berada di
konjungtiva terutama di forniks superior. Unicellule goblet cell, juga tersebar
diseluruh konjungtiva, mensekresi glikoprotein dalam bentuk musin.
Modifikasi sebasea dan kelenjar Meibom dan Zeis dari lid margin berkontribusi
lipid untuk air mata. Kelenjar Moll dimodifikasi kelenjar keringat yang juga
menambah film mata air. Sekresi dari kelenjar lakrimal yang dipicu oleh emosi
atau iritan fisik dan menyebabkan air mata mengalir deras diatas lid margin
(epifora). Kelenjar aksesori dikenal sebagai “sekretor dasar”, sekresinya
biasanya cukup untuk menjaga kesehatan kornea. Kehilangan sel goblet akan
menyebabkan kekeringan kornea walaupun dengan produksi berlimpah dari
kelenjar lakrimal (Budiono S., Saleh, T. T., Moestidjab, dan Eddyanto, 2013).

2.3.4 Sistem Ekskresi Air Mata

13
Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, kantung lakrimal, dan
saluran nasolakrimal. Dengan berkedip setiap kelopak mata mendekat mulai
lateral, mendistribusikan air mata secara merata di seluruh kornea, dan mengalir
ke sistem ekskresi pada aspek medial kelopak.4

Ketika air mata membanjiri kantung konjungtiva, akan memasuki


puncta secara parsialoleh daya tarik kapiler. Dengan penutupan kelopak mata,
otot orbikularis pretarsal sekitar ampula berkontraksi. Secara bersamaan
kelopak mata ditarik menuju posterior lacrimal crest dan traksi ditempatkan
pada fasia sekitar kantung lakrimal, menyebabkan kanalikuli memendek dan
menciptakan tekanan negatif di dalam kantung lakrimal. Pemompaan dinamis
ini menarik air mata ke dalam kantong lakrimal, yang kemudia melewati
gravitasi dan elastisitas jaringan melalui saluran nasolakrimal ke dalam meatus
inferior hidung 4,5

2.4 Definisi

Kanalikulitis adalah peradangan pada kanalikuli lakrimal yang


disebabkan oleh infeksi.3,10

Kanalikulitis adalah peradangan pada lakrimal kanalikuli yang


disebabkan oleh infeksi atau sebagai komplikasi dari konkresi yang penyumbat
pungtum. Hal ini sering salah didiagnosis menyebabkan keterlambatan dalam
diagnosis. Kanalikulitis umumnya kondisi unilateral.8
Kanalikulitis adalah infeksi infeksi kronis unilateral yang jarang.
Biasanya disebabkan oleh spesies Actinomyces israelii, candida albicans, atau
aspergigillus sp. Infeksi lebih sering mengenai kanalikulus bawah daripada
atas, khususnya pada orang dewasa, dan menimbulkan konjungtivitis purulen
sekunder yang tidak diketahui etiologinya. Jika tidak diobati, akan berakibat
stenosis kanalikuli. Pasien mengeluh matanya agak merah dan mengganggu,
dengan sedikit tahi mata.punctum biasanya sedikit menonjol dan dapat diperas

14
keluar dari kanalikulus. Organismenya dapat dilihat secara mikroskopik pada
sediaan apus langsung dari kanalikulus. Kerokan substansi nekrotik pada
kanalikulus yang terkena, diikuti irigasi, umumnya efektif untuk menjaga
terbukanya saluran (Riordan-Eva, P., & Cunningham, Jr. E. T. 2011).

2.5 Etiologi

Kanalikulitis adalah infeksi kronis pada kanalikuli lakrimalis yang


disebabkan oleh Actinomyces israelii, Candida albicans, atau spesies
aspergillus. Lebih sering terjadi pada kanalikuli inferior pada orang dewasa, dan
menyebabkan konjungtivitis purulen sekunder

2.6 Patofisiologi

Kanalikulitis meliputi infeksi primer dan inflamasi sistem saluran


lakrimal, terutama pada bagian kanalikuli. Berbagai macam etiologi telah
dikaitkan dengan infeksi ini, diantaranya bakteri, jamur, dan beberapa virus.
Kanalikulitis terutama berkaitan erat dengan Acnomyces israelii, bakteri gram
positif anaerob yang sulit diisolasi dan diidentifikasi. Spesies Actinomyces
cenderung menyebabkan infeksi melalui pembentukan ruangan semu (jaringan)
saat kanalikuli terbentuk. Bakteri lain yang menyebabkan kanalikulitis
diantaranya Arcanobacterium haemolitycum, Mycobacterium chelonae,
Arachia propionica, Nocardia asteroides, Fusobacterium, Lactococcus latis
cremoris, Eikenella corrodens, dan Staphylococcus aureus

Kanalikulitis berkaitan erat dengan pembentukan dakrioit yang


merupakan batu kecil atau konkresi yang mampu menyumbat saluran drainase
lakrimal. Konkresi inilah yang memicu terbentuknya “kantung” infeksi. Dalam
kantung, organisme-organisme tersebut tidak peka terhadap sifat antimicrobial
dan lapisan film air mata. Benda asing yang terdapat di dalam kanalikuli seperti
alat penyumbat pungtum, dapat menyebabkan reaksi (gejala) yang sama.

15
Kanalikulitis merupakan infeksi primer dan peradangan pada sistem aliran
lakrimal, pada tingkat kanalikulus tersebut. Beberapa patogen telah dikaitkan
dengan kondisi, termasuk bakteri, jamur dan beberapa virus. Kanalikulitis
terkait dengan Actinomyces israelii, bentuk gram positif anaerob (Sowka, J,W.,
Gurwood, A.S., Kabat, A.G., 2010).

2.7 Gejala Klinis

Umumnya pasien datang dengan keluhan (Budiono et al, 2013; dan AAO,
2005):

1. Mata agak merah dan teriritasi dengan sedikit sekret purulen.


2. Pungtum biasanya memerah, meninggi, dilatasi, dan material dapat
dikeluarkan melalui kanalikuli tersebut.
3. Sensasi gatal pada mata
.
2.8 Penegakan Diagnosis
2.8.1 Gejala Klinis & Pemeriksaan Fisik
Umumnya pasien datang dengan keluhan (Budiono et al, 2013; dan
AAO, 2005) :
1. Mata agak merah dan teriritasi dengan sedikit sekret purulen.
2. Pungtum biasanya memerah, meninggi, dilatasi, dan material
dapat dikeluarkan melalui kanalikuli tersebut
3. Sensasi gatal pada mata.

16
Gambar 1. Gambar 2.
Keterangan : Gambar 1. Kanalikuli yang membengkak dan pungtum
yang meninggi; Gambar 2. Ekstraksi konkresi intraoperatif.
Pemeriksaan fisik meliputi palpasi pada kantus medial dan bulu
mata, pemeriksaan slit lamp, dan irigasi lakrimal. Sumbatan pada sistem
lakrimal umum terjadi pada kanalikulitis, dimana pada keadaan normal
kanalikuli masih dapat dialiri normal salin saat dilakukan irigasi.
Menemukan sumbatan pada sistem nasolakrimal sangat penting karena
obstruksi pada saluran lakrimal membutuhkan penatalaksanaan yang
berbeda. Disamping itu, tindakan irigasi dan palpasi dapat melokalisir
perpindahan posisi penyumbat pungtal pada pasien yang memiliki
riwayat pemasangan alat penyumbat pungtal, dimana pemasangan alat
ini umum dilakukan pada kanalikulitis sekunder (Zaveri dan Cohen,
2014).

2.8.2 Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan mikroskopik (refluks sekret purulen dari penekanan
pada kanalikuli dengan cotton bud dapat membantu menegakkan
diagnosis) (AAO, 2005).
 Ultrasonografi biomikroskopik (UBM), menunjukkan gambaran
ektasia pada lumen kanalikuli lakrimal. Sinyal berbentuk bintik
yang cukup ekoik tampak pada kanalikuli lakrimal (Tao et al,
2015).
 Dakrioendoskopi, digambarkan sebagai salah satu pemeriksaan
penunjang yang cukup bermanfat, terutama pada kasus
kanalikulitis sekunder (Zaveri dan Cohen, 2014).

17
Keterangan : A. Tanda panah menunjukkan ektasia pada kanalikuli
lakrimal; B. Tanda panah menunjukkan ektasia pada kanalikuli lakrimal,
dan tanda panah dobel menunjukkan Sinyal berbentuk bintik yang
cukup ekoik tampak pada kanalikuli lakrimal.

2.7 Penatalaksanaan
a. Non-farmakologis
2.8.3 Kompres air hangat (AAO, 2005).
b. Farmakologis (Budiono et al, 2013; Riordan-Eva & Cunningham, 2011;
Zaveri dan Cohen, 2014)
1. Antibiotik (sistemik Penisilin, Neomisin topikal, Polimiksin,
Basitrasin, atau Cefazolin; jika memungkinkan pemilihan
antibiotik dilakukan berdasarkan hasil kultur organisme).
2. Irigasi, pasca kuretase.
3. Tingtur yodium, juga dapat diberikan pasca kanalikulotomi.

18
c. Bedah

Berbagai macam pilihan terapi telah banyak dilaporkan bahwa


terapi secara farmakologis saja sudah dapat menyembuhkan
kanalikulitis, namun beberapa orang berpendapat bahwa kombinasi
antara terapi farmakologis dan bedah dapat memberikan hasil yang lebih
optimal (Francis et al, 2013).

1. Kuretase disertai dengan kanalikulotomi, yang dapat digunakan


pula untuk menegakkan diagnosis (AAO, 2005).
2. Kanalikulotomi umumnya hanya dibatasi pada sisi horizontal
kanalikuli dan mengarah ke permukaan konjungtiva dari kelopak
mata. Insisi dibiarkan terbuka untuk sembuh secara alami
sekaligus mengantisipasi tindakan insisi selanjutnya serta tidak
membutuhkan intubasi silikon. Beberapa tindakan membutuhkan
“pewarnaan” dengan povidon iodin (Betadine) atau formula
khusus berbahan dasar Penisilin tetes mata secara perioperatif.
Pada kasus rekuren, kanalikulotomi dikombinasi dengan
intubasi silikon (AAO, 2005).
3. Kanalikuloplasti/pungtoplasti, merupakan salah satu metode
aman yang dapat dilakukan selain terapi farmakologis (Francis
et al, 2013). Sebuah studi terbaru menunjukkan tindakan
kanalikuloplasti dengan intubasi dilakukan dengan tujuan untuk
menghindari timbulnya sekuel post-kanalikulotomi. Teknik ini
berhasil menyembuhkan proses peradangan, menghindari resiko
terbentuknya skar pada sistem lakrimal yang kadang-kadang
diakibatkan oleh tindakan pungtotomi/kanalikulotomi, serta
mencegah proses stasis pada sistem kanalikuli yang dapat
berujung timbulnya rekurensi (Zaveri dan Cohen, 2014)

2.8 Diagnosis banding

19
Epifora, konjungtivitis (kronik atau rekuren), obstruksi kanalikuli,
dakriosistitis, dan karsinoma kanalikuli lakrimal (Al-Mujaini, Wali, dan Al-
Senawi, 2009; Francis et al, 2013; AAO, 2005).
2.9 Komplikasi
Stenosis kanalikuli, proliferasi granuloma, migrasi dan/atau ekstrusi
penyumbat pungtal, dakriosistitis, kanalikulitis sekunder (Riordan-Eva &
Cunningham, 2011; Bourkiza dan Lee, 2012).
2.10 Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan jangka
panjang dari kanalikulitis primer, diantaranya tingkat kecurigaan adanya
kanalikulitis yang masih rendah sehingga menyebabkan tertundanya
diagnosis dan penatalaksanaan dari kanalikulitis. Metode konservatif
memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi, walaupun angka kekambuhannya
mencapai 33% dengan terapi farmakologis saja, terhadap angka
kekambuhan pada kelompok dengan intervensi tindakan bedah yang hanya
mencapai 16%. Sedangkan pada kanalikulitis sekunder, metode konservatif
secara umum tidak menghasilkan tingkat kesembuhan yang sempurna.
Sehingga terapi definitif yang diperlukan adalah kanalikulotomi dengan
kombinasi pelepasan penyumbat pungtal (Zaveri dan Cohen, 2014).

20
BAB III

KESIMPULAN

 Kanalikulitis adalah peradangan pada kanalikuli lakrimal yang


disebabkan oleh infeksi.
 Etiologi bisa bakteri, jamur, dan beberapa virus. Yang paling berkaitan
dengan kanalikulitis adalah bakteri gram positif anaerob Actinomyces
israelii.
 Lebih sering terjadi pada kanalikuli inferior pada orang dewasa, dan
menyebabkan konjungtivitis purulen sekunder.
 Kanalikulitis berkaitan erat dengan pembentukan dakrioit yang
merupakan batu kecil atau konkresi yang mampu menyumbat saluran
drainase lakrimal.

21
 Prognosis berdasarkan angka kekambuhan yang tergantung pada
penatalaksanaannya. Pada pasien dengan terapi konservatif saja angka
kekambuhan lebih tinggi (33%) dibandingkan dengan intervensi
tindakan bedah yang hanya mencapai 16%.

Daftar Pustaka

1. AAO (American Academy of Ophtalmology). 2005. Orbit, Eyelids, and


Lacrimal System. Chapter 14 : Evaluation and Management of the
Tearing Patient, p. 276.

2. Al-Mujaini, A., Wali, U., dan Al-Senawi, R. 2009. Canaliculitis : Are


we missing the diagnosis?. Clinical Images. Oman Journal of
Ophtalmology, Vol 2, No. 3.

3. Bourkiza, R. dan Lee, V. 2012. A Review of the Complications of


Lacrimal Occlusion with Punctal and Canalicular Plugs. Review
Article. Informa Healthcare.

4. Budiono S., Saleh, T. T., Moestidjab, dan Eddyanto. 2013. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya : Airlangga University Press, pp. 48-49.

22
5. Francis, I. L., Ramalingam, M., Ali, N. A. M., Joshi, N., Chinniah, T. R.,
Prabhu, K., et al. 2013. Actinomyces naeslundii : a rare cause of
chronic purulent canaliculitis. Case Report. Brunei Int Med J 9 (2), pp.
118-121.

6. Riordan-Eva, P., & Cunningham, Jr. E. T. 2011. Vaughan & Ashbury’s


General Ophtalmology, Eighteenth Edition. Chapter 4 : Lids & Lacrimal
Apparatus. USA : McGraw Hill Medical, pp. 80-81.

7. Sowka, J,W., Gurwood, A.S., Kabat, A.G., 2010. The handbook of


Ocular Disease Management, twelfth edition, pp. 104.

8. Tao, H., Xu, L.P., Han, C., Wang, P., dan Bai, F. 2015. Diagnosis of
lacrimal canalicular diseases using ultrasound biomicroscopy : a
preliminary study. Int J Ophtalmol, Vol 7, No. 4, pp. 659-662.

9. Usharani L., Kamei, G.L., Meitei, C., 2014. Lacrimal canaliculitis.


IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. Vol. 13, pp. 10.

10. Zaveri, J. dan Cohen, A. J. 2014. Lacrimal canaliculitis. Saudi Journal


of Ophtalmology 28, pp 3-5.

23

Anda mungkin juga menyukai