Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak


terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang
tidak responsif. Tumor payudara merupakan salah satu neoplasma yang sering
terjadi, terutama tumor ganas dan merupakan penyebab utama kematian pada
wanita di seluruh dunia. Setiap tahunnya diperkirakan insidensi tumor payudara
akan semakin meningkat.1

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kanker


payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan.2 Berdasarkan data dari
Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker
tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap yakni mencapai 12.014 orang
(28.7%).3

Berdasarkan data Subdit Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak


Menular (PPTM) Kemenkes RI terdapat sekitar 36.761.000 perempuan seluruh
Indonesia yang berumur 30-50 tahun. Sejak tahun 2007-2013 deteksi dini yang
telah dilakukan oleh perempuan sebanyak 644.951 orang (1,75%) dengan
penemuan suspek benjolan (tumor) payudara 1.682 orang (2,6 per 1000
penduduk).4

Kanker payudara umumnya ditemukan setelah gejala muncul, tetapi


banyak wanita dengan kanker payudara dini tidak memiliki gejala. Pemeriksaan
SADARI (periksa payudara sendiri), pemeriksaan klinis dokter, pemeriksaan
radiologi (mammografi ataupun ultrasonografi), maupun biopsi tanpa
pembedahan merupakan deteksi dini untuk kanker payudara.5

Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui namun
data epidemiologi mengisyaratkan bahwa faktor genetik, endokrin dan lingkungan
mungkin sangat berperan inisiasi dan/atau promosi pertumbuhan kanker
payudara.6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak


terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang
tidak responsif. Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau
kanker. Karakteristik dari tumor jinak pada gambaran mikroskopik dan
makroskopik yaitu, berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan progresif dan lambat,
massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan normal disekitarnya, dan tidak
bermetastasis ke organ lain. Sedangkan karakteristik dari tumor ganas/kanker
adalah anaplastik, pertumbuhan progresif dan cepat, serta dapat menginfiltrasi ke
jaringan sekitar. Sel-sel kanker juga dapat bermetastasis ke bagian lain dari tubuh
secara hematogen maupun limfogen.1

Tumor ganas atau kanker mammae adalah karsinoma yang berasal dari
epitel duktus atau lobules payudara, merupakan masalah global dan isu kesehatan
internasional yang penting.10
2.2 Epidemiologi
Kanker payudara adalah keganasan paling sering pada wanita di Negara
maju dan no. 2 setelah kanker serviks berkembang. Secara keseluruhan
merupakan penyebab kematian no.2 karena kanker, setelah kanker paru. Insiden
kanker payudara terus meningkat, saat ini lebih dari 170.000 kasus ditemukan
pertahun.10
Insiden tertinggi dijumpai di Negara-negara maju seperti Amerika Utara,
Eropa Barat dan Utara, dan Australia kecuali Jepang. Di Amerika Serikat pada
tahun 2005, ditemukan kasus baru berkisar 212.930 kasus dan sekitar 40.870
meninggal.11
Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi
no.1 dan terdapat kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Sebagian besar
keganasan payudara datang pada stadium lanjut. Jumlah kanker payudara di
Indonesia didapatkan kurang lebih 23140 kasus baru/tahun.10

2
Muchlis Ramli dkk pada penelitiannya di RSCM, mendapatkan stadium
IIIa dan IIIb sebanyak 43,4%, stadium IV sebanyak 14,3%, berbeda dengan
Negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam stadium
dini. Ini mungkin kurangnya informasi, pendidikan, banyaknya iklan yang
menerangkan tentang pengobatan alternative, alat diagnostic kurang memadai
(mammografi dan USG).10
Sel-sel kanker dapat menjadi massa yang besar untuk dapat menjadi
displasia selama 7 tahun. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita
mesikupun angka kejadian kanker pada laki-laki jarang terjadi.1

2.2 Embriologi

Pada embrio muda, timbul sebuah garis penebalan ektoderm disebut rigi
susu, yang terbentang dari axilla miring ke region inguinal. Linea ini menghilang,
kecuali sebagian kecil di regio pektoralis. Daerah ini menebal, sedikit tertekan,
dan mengirim 15 sampai 20 tali padat, yang tumbuh ke dalam mesenkim
dibawahnya. Sementara itu mesenkim berproliferasi dan ektoderm yang tertekan
menebal menjadi timbul ke permukaan untuk membentuk papilla mammaria. Pada
usia 5 bulan, dapat ditemukan areola pada kulit sebagai area sirkular yang
berpigmen di sekitar bakal papilla mammaria.7
Beberapa hari setelah lahir, dapat terjadi pembesaran payudara unilateral
atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut mastitis
neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya
sinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh
tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar
hormone ini menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk memproduksi
prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbukan perubahan pada payudara.8
2.3 Anatomi7,9
Jaringan payudara dibentuk oleh glandula yang memproduksi air susu
(lobulus) yang dialirkan ke putting (nipple) melalui duktus. Struktur lainnya
adalah jaringan lemak yang merupakan komponen terbesar, connective tissue,
pembuluh darah dan beserta kelenjar limfatik. Setiap payudara mengandung 15-20
lobus yang tersusun sirkular. Jaringan lemak yang membungkus lobus
memberikan bentuk dan ukuran payudara. Tiap lobus terdiri dari beberapa lobulus

3
yang merupakan tempat produksi air susu sebagai respon dari sinyal hormonal.
Terdapat 3 hormon yang mempengaruhi payudara yakni, estrogen, progesterone
dan prolaktin, yang menyebabkan jaringan glandular payudara dan uterus
mengalami perubahan salama siklus menstruasi. Areola adalah area
hiperpigmentasi di sekitar nipple. Dasar mammae terbentang dari costae II sampai
VI dan dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media.7

Mamae terletak diantara fascia superficialis dinding thorax anterior dan


fascia profunda (Pectoralis), antara mamae dan dinding thorax terdapat bursa
retromamaria yang merupakan ruang antara fascia superficialis dengan fascia
profunda (pektoralis), dengan adanya bursa ini menjamin mobilitas mammae
terhadap dinding thorax.9
Aliran darah kulit payudara tergantung pada pleksus subdermal, yang
terhubung dengan pembuluh darah dalam yang mensuplai darah ke parenkim
payudara. Innervasi sensori berasal dari cabang anterolateral dan anteromedial
nervus interkostalis T3-T5. Nervus suprakalivikula yang berasal dari pleksus
servikalis juga mensarafi bagian atas dan lateral payudara.9
Pembuluh limfatik dan kelenjar getah bening (kgb) dari glandula
payudara adalah sangat penting. Pembuluh limfatik berjalan dari tepi lateral
muskulus pektoralis mayor dan bersatu dengan kelenjar getah bening pectoral,
yang mengiringi pembuluh darah torakalis lateralis. Kelenjar getah bening
menyebar ke muskulus seratus anterior dari sini aliran limfatik kemudian ke kgb
aksila (mesentrika superior dan interpektoral).9
Arteri
Suplai darah berasal dari

4
1. Perforator dari arteri mammaria interna
2. Arteri thorakalis lateralis
3. Arteri torakodorsalis
4. Perforator arteri interkostalis dan
5. Arteri torakoakromialis.
Vena
- Cabang-cabang vena mamaria interna
- Cabang-cabang vena aksilaris
- Vena-vena kecil pada vena interkostalis
Pembuluh limfatik berjalan di tepi lateral muskulus pektoralis mayor dan
bersatu dengan kelenjar getah bening pectoral, yang mengiringi pembuluh darah
thorakalis lateralis. Kelenjar getah bening menyebar ke muskulus seratus anterior
dari sini aliran limfatik kemudian ke kelenjar getah bening aksila (mesenterika
superior dan interpektoral). Jalur limfatik drainage lainnya adalah melalui
pektoralis mayor dekat garis parasternal dan melalui intercostals space menuju
kgb parasternal yang terletak sepanjang pembuluh darah mammaria interna.9
Surgical level (Berg’s Level) dari kelenjar getah bening payudara
dikelompokkan pada tiga level.9,10
Level I  Kelompok kelenjar getah bening yang berada di lateral otot
pektoralis minor yang meliputi kelompok kelenjar getah bening
mammaria eksterna dan kgb vena aksilaris
Level II  Kelenjar getah bening di posterior pektoralis minor yakni kelenjar
getah bening sentral.
Level III  Kelenjar getah bening di sebelah medial pektoralis minor sampai
dengan ligamentum Halsted yaitu kelompok kelenjar getah bening
subklavikula.
2.4 Fisiologis Payudara
Kelenjar payudara terbentuk secara embriologis sebagai invaginasi
ektoderm permukaan di sepanjang garis ventral, garis laktasi, garis aksila
selangkangan. Setiap kelenjar payudara terdiri atas 15-25 lobus dari jenis
tuboalveolar kompleks, yang berfungsi menyekresi air susu untuk memberi nutrisi

5
neonatus. Setiap lobus dipisahkan oleh jaringan ikat padat dan banyak jaringan
adiposa disebut duktus lacteferi.9,10
Kelenjar mammae merupakan target dari berbagai hormone,
perkembangan, sekresi susu dan fungsi lainnya hanya dipengaruhi system
endokrin dan korteks serebri secara tak langsung. Perkembangan dan hyperplasia
duktus glandula mammae bergantung pada hormone gonadotropin dan estrogen,
sedangkan lobules bergantung pada efek bersama dari progesterone dan estrogen
dengan proporsi sesuai barulah dapat berkembang baik.10
Beberapa hari setelah lahir, dapat terjadi pembesaran payudara unilateral
atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut mastitis
neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya
sinus laktiferus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak
langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah
lahir, kadar hormon ini menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk
memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbukan perubahan pada
payudara.8
Sebelum pubertas, kelenjar mammae pada laki-laki dan perempuan terdiri
atas sinus lacteferi didekat putting, dengan cabang duktus yang kecil dari sinus
ini. Pada gadis yang mengalami pubertas dan kadar estrogen sirkulasi yang lebih
besar, payudara membesar akibat akumulasi adiposity dijaringan ikat dan
meningkatnya pertumbuhan dan percabangan system duktus. Putting membesar
seiring pertumbuhan sinus lactiferi.7
Pada wanita dewasa lobus terdiri atas lobulus, setiap lobulus juga memiliki
cabang kecil lagi. Sinus lacteferi dilapisi oleh epitel kuboid berlapis dan lapisan
duktus lacteferi dan duktus terminalis adalah epitel kuboid selapis yang dilapisi
oleh sel miopitel yang berhimpitan erat. Sel epitel duktus menjadi sedikit lebih
kolumnar pada saat kadar estrogen mencapai puncak disekitar ovulasi dan pada
fase premenstruasi siklus, jaringan ikat payudara menjadi agak edematosa, yang
membuat payudara agak lebih besar.7
Kulit yang melapisi putting membentuk areola dan merupakan kulit yang
cukup tipis dengan kelenjar sebasea. Areola lebih banyak mengandung melanin
dibanding dengan kulit bagian lain dan bertambah gelap selama kehamilan. Kulit

6
putting banyak disuplai ujung saraf sensorik. Jaringan ikat putting kaya akan
serabut otot polos yang berjalan sejajar dengan sinus lactiferi dan menimbulkan
ereksi putting ketika berkontraksi.7
Kelenjar payudara mengalami pertumbuhan selama kehamilan sebagai
akibat kerja sinergis beberapa hormon, terutama estrogen, progesterone, prolaktin
dan laktogen plasenta manusia. Salah satu efek hormon ini adalah proliferasi
alveoli sekretoris di ujung duktus intralobularis. Perkembangan kelenjar bervariasi
antar lobus dan lobulus.7
Ketika alveoli dan system duktus tumbuh dan berkembang selama
kehamilan sebagai persiapan untuk laktasi, stroma menjadi kurang mencolok.
Jaringan ikat longgar dalam lobulus terinfiltrasi oleh limfosit dan sel plasma, sel
plasma menjadi lebih banyak pada kehamilan lanjut ketika sel-sel ini mulai
memproduksi immunoglobulin (IgA sekretoris).7
Pada kehamilan lanjut, alveoli dan duktus kelenjar melebar oleh tumpukan
kolostrum, suatu cairan yang kaya akan protein, vitamin A dan elektrolit tertentu
yang dihasilkan dalam pengaruh prolaktin. Antibodi disintesis dalam jumlah
banyak oleh sel plasma dan diangkut ke dalam kolostrum, dari kolostrum ini
neonatus yang menyusui memperoleh kekebalan pasif.7
Setelah kelahiran, kadar estrogen dan progesterone dalam darah menurun
dan alveoli kelenjar payudara menjadi sangat aktif memproduksi air susu, yang
terutama dipengaruhi oleh prolaktin dan hipofisis anterior.7
Dengan berhenti menyusui, sebagian besar alveoli yang memiliki sifat
sekretoris selama kehamilan mengalami degenerasi. Terdapat apoptosis dan
pengelupasan sel-sel utuh, dengan sel-sel mati dan debris yang dihilangkan oleh
makrofag, serta autofagi pada sebagian besar sel-sel epitel lain. Sistem duktus
kelenjar kembali ke gambaran umunya pada keadaan inaktif sebelum kehamilan.
Setelah menopause, ukuran alveoli dan duktus kelenjar payudara berkurang dan
terjadi pengurangan fibroblast, kolagen, dan serat elastin di stroma.7 Fungsi lain
mammae adalah sebagai cirri seksual sekunder yang penting dari wanita.10
2.5 Faktor Risiko Tumor Payudara10
a. Jenis kelamin wanita. Insiden tumor payudara pada wanita dibanding pria
lebih dari 100:1.

7
b. Usia. Kejadian tumor payudara lebih sering ditemukan pada usia 40-49
tahun.
c. Riwayat keluarga. Pasien dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu
dan saudara kandung) mempunyai risiko 4-6 kali dibanding wanita yang
tidak mempunyai faktor risiko ini.
d. Usia melahirkan anak pertama, jika usia 30 atau lebih risiko 2 kali
diabndingkan wanita yang melahirkan usia kurang dari 20 tahun.
e. Riwayat menderita kanker payudara, juga merupakan faktor risiko untuk
payudara kontralateral, risiko ini tergantung pada usia saat diagnosis.
Risiko ini meningkat pada wanita usia muda.
f. Predisposisi genetikal. Risiko ini berjumlah 5-10% kanker payudara
terjadi akibat adanya predisposisi genetik. Berdasarkan hasil pemetaan,
mutasi germline pada gen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan 13
ditetapkan sebagai gen predisposisi kanker payudara dan kanker ovarium
hediter.
g. Ductal carcinoma in situ (DCIS) dan lobular carcinoma in situ (LCIS)
pada biopsy. Hal ini merupakan marker untuk terjadinya lesi invasif.
h. Proliferasi benigna dengan hiperplasia atipikal. Faktor ini meningkatkan
risiko 4 kali.
i. Radiasi. Wanita semasa kecil atau dewasa mudanya pernah menjalani
terapi penyinarann pada daerah dada, biasanya keganasan limfoma
Hodgkin maupun nonHodgkin, mereka berisiko menderita keganasan
payudara secara signifikan. Pada usia dibawah 16 tahun mempunyai risiko
100 kali, radiasi sebelum umur 20 tahun mempunyai risiko 18 kali, usia
20-29 tahun risiko 6 kali, radiasi setelah usia 30 tahun risiko tidak
bermakna.
j. Hormonal. Menarche dibawah usia 12 tahun risiko 1,7 - 3,4 kali,
menopause usia diatas 55 tahun risiko 1,5 kali. Penggunaan oral
kontrasepsi lebih dari 8-10 tahun juga meningkatkan risiko.
k. Berat badan. Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko
kanker payudara, sebaliknya obesitas pramenopause justru menurunkan
risikonya.

8
l. Aktivitas fisik. Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko
sebesar 30%. Untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara,
American Cancer Society merekomendasikan olahraga selama 45-60
menit setiap harinya.
m. Merokok. Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.
n. Alcohol. Lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi alkohol
secara berlebihan meningkatkan risiko kanker payudara. Alkohol
meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga mempengaruhi
responsivitas tumor terhadap hormone.
Faktor risiko dan kelompok yang berisiko tinggi menderita kanker payudara8
Demografi  Usia lanjut
 Penduduk di Negara maju (Amerika Serikat dan Negara
barat, sedikit lebih banyak pada wanita kulit putih
 Status ekonomi tinggi hingga rendah
Genetik dan  Mutasi genetic BRCA1, BRCA2, chkCHEK2, pp53,
Familial ATM, NBS1, LKB1
 Riwayat kanker payudara pada anggota keluarga yang
berusia muda (<40 tahun)
 Riwayat menderita hyperplasia atipik
 Riwayat menderita kanker pada salah satu payudara
 Riwayat kanker payudara pada laki-laki
 Riwayat kanker ovarium
Reproduksi dan  Usia menarche <10 tahun
Hormonal  Usia menopause >55 tahun
 Usia kehamilan I >35 tahun
 Hormon Eksoge :
- Sedang menggunakan kontrasepsi oral
- Menjalani terapi sulih hormone >10 tahun
- Menggunkan dietilstilbestrol (DES) pada masa
kehamilan
 Menyusui <27 minggu seumur hidupnya
Gaya hidup  Asupan lemak jenuh
 Berat badan :
- Pramenopause, BMI <35
- Pascamenopause, BMI >35
 Konsumsi alcohol yang berlebihan
 Merokok
Lingkungan  Riwayat menjalani radiasi pingion >10 tahun
 Pajanan DDT (pestisida), cadmium (pada cat)

9
2.6 Tumor Payudara

1. Tumor Jinak Payudara


Kista
Kista payudara biasanya ditemukan pada usia dekade kelima dan menurun
setelah wanita melewati menopause. Etiologi pastinya belum jelas, kemungkinan
akibat perubahan hormonal. Kista payudara ini tampaknya berasal dari destruksi
dan dilatasi lobules dan duktus terminalis payudara. Kista dapat tunggal dan
multiple, unilateral atau bilateral, dan biasanya terasa nyeri jika dipalpasi. Kista
teraba sebagai massa yang berbatas jelas, mobil, dan berisi cairan. Daerah yang
terkena memperlihatkan nodul diskret dan densitas yang batasnya kabur. Massa
kista dapat dipastikan dengan aspirasi dan ultrasonografi. Kista biasanya berisi
cairan keruh dan debris. Perkembangan keganasan dari kista payudara sangat
jarang yaitu hanya sekitar 0,1%. Pembedahan membuang kista dilakukan jika
aspirat kista mencurigakan atau kista rekuren (berulang) walaupun telah di
aspirasi.10
Kista memiliki garis tengah bervariasi mulai lebih kecil dari 1 sampai 5 cm.
jika tidak dibuka, kista berwarna coklat sampai biru (blue dome cysts) dan terisi
oleh cairan serosa keruh. Secara hsitologis, pada kista kecil, epitel lebih kuboid
hingga silindris dan kadang berlapis-lapis dibeberapa tempat. Pada kista yag lebih

10
besar, epitel mungkin menggepeng atau bahkan atrofi total. Kadang-kadang
proliferasi epitel ringan menyebabkan penumpukan massa atau tonjolan papilaris
kecil. Kista umumnnya dilapisi oleh sel polygonal besar dengan sitoplasma
eosinofilik granular serta nucleus kecil, bulat dan sangat kromatik, hal ini hampir
selalu jinak.11
Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah tumor jinak tersering pada payudara perempuan.
Peningkatan mutlak atau nisbi aktivitas estrogen diperkirakan beperan dalam
pembentukannya. Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda, insiden
puncak adalah pada usia 30-an.8,11 Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya
dan amat mudah di gerakkan kesana kemari. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri,
tapi kadang di rasa nyeri. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple. Pada masa
remaja, fibroadenoma dapat dijumpai dalam ukuran besar. Fibroadenoma dapat
dengan cepat tumbuh, kadang ada yang tumbuh banyak dan berpotensi kambuh
saat rangsangan estrogen tinggi.8
Secara morfologi fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya
tunggal, mudah digerakkan dan bergaris tengah hingga 10 cm. Berapapun
ukurannya tumor ini biasanya mudah di kupas. Secara makroskopis, semua tumor
teraba padat dengan warna seragam coklat-putih pada irisan, dengan bercak-
bercak kuning-merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar. Secara
histologis, tampak stroma fibroblastic longgar yang mengandung rongga mirip
duktus berlapis epitel dengan ukuran dan bentuk beragam.11
Perubahan Fibrokistik
Perubahan fibrokistik yang dulu disebut kelainan fibrokistik ini sebenarnya
bukannlah merupakan suatu kelainan. Perubahan fibrokistik timbul pada berbagai
usia, terjadi akibat ketidak seimbangan hormonal, dan terkait dengan proses
penuaan alami.8
Gambaran klinis pada perubahan fibrokistik biasanya gejala yang
membuat pasien datang biasanya terjadi bengkak, adanya benjolan yang kadang
nyeri jika disentuh, adanya pengerasan dan benjolan payudara membesar sebelum
periode haid, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.8 Gejala tersebut

11
menghilang setelah wanita memasuki fase menopause. Pembengkakan payudara
biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.11
Diangnosis perubahan fibrokistik dapat diketahui melalui anamnesis,
pemerikasaan fisik, mammogram (jaringan payudara tampak memadat tanpa
adanya kelainan lain), atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan Fibrokistik biasanya
pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.13
Gambaran makroskopis biasanya hiperplasia epitel tidak khas dan sering
didominasi oleh perubahan fibrosa atau kistik. Secara hitologi, spectrum
perubahan proliferative hamper bersifat tak terbatas. Duktus-duktus atau lobules-
lobulus mungkin terisi oleh sel kuboid yang tersusun teratur.11 Apabila keluar
cairan dari putting, baik bening, cair atau kehijauan sebaiknya dilakukan tes
hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang keluar dari
putting susu bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar, maka
kemungkinan benjolan tersebut jinak.13

Tumor Filoides
Tumor filoides (dahulu bernama sistosarkoma filoides) merupakan suatu
neoplasma jinak yang berasal dari jaringan penyokong nonepitel, bersifat
menyusup secara local dan mungkin ganas. Pertumbuhannya cepat dan tedapat
pada semua usia, tapi kebanyakan usia 30 tahun.8
Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hamper
sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari 2 jaringan yaitu jaringan stroma dan
glandular. Tumor ini mungkin kecil (garis tengah 3-4 cm), tetapi sebagian besar
tumbuh dengan ukuran besar, mungkin massif sehingga payudara membesar.

12
Sebagian mengalami lobulasi dan menjadi kistik, karena pada potongan
memperlihatkan celah mirip daun, tumor ini disebut tumor filoides.11
Penanggulangan terhadap tumor tersebut adalah eksisi luas. Jika tumor sudah
besar, biasanya perlu dilakukan mastektomi simple. Bila tumor ternyata ganas,
harus dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis secara
hematogen seperti sarkoma.8
Galaktokel
Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Galaktokel berbatas jelas dan
mobil, dan biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti menyusui. Galaktokel
biasanya terletak ditengah dalam payudara atau dibawah putting.8
Penatalaksanaan dilakukan dengan aspirasi jarum halus untuk mengeluarkan
sekret susu. Pembedahan dilakukan jika terlalu kental dan sulit di aspirasi atau
jika terjadi infeksi dalam galaktokel tersebut.8
Papiloma Intraduktus
Papiloma intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus
mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepitelium. Sering
terjadi pada wanita paramenopausal atau postmenopaus dengan insiden tertinggi
pada decade ke-6. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa keluarnya discharge
serosa atau berdarah dari putting payudara, adanya tumor subareolar kecil dengan
garis tengah beberapa millimeter, retraksi putting payudara (jarang).8,11
Tumor biasanya tunggal dengan garis tengah <1 cm, terdiri atas
pertumbuhan yang halus, bercabang-cabang di dalam suatu kista atau duktus yang
melebar. Secara histologist, tumor terdiri atas papilla-papila, masing-masing
memilki aksis jaringan ikat yang dibungkus oleh sel epitel silindris atau kuboid
yang sering terdiri atas 2 lapis, dengan lapisan epitel luar terletak di atas lapisan
mioepitel.11
Konfirmasi papiloma indtraduktus dilakukan dengan duktografi, terapinya
eksisi.8
Duktus Estasia
Duktus estasia merupakan kelainan jinak akibat kerusakan elastin dinding
duktus payudara, berkaitan dengan penyumbatan duktus eksretorius utama oleh
sekresi payudara, diikuti infiltrasi sel radang dan hasil akhirnya adalah dilatasi dan

13
pemendekan duktus. Biasanya menyerang wanita 40-50 tahun dan dianggap
sebagai variasi normal proses payudara wanita usia lanjut.8,11
Tampilan klinis adalah keluarnya cairan keruh dari putting dan terabanya
massa berupa duktus yang membesar, sekret berwarna hijau atau hitam pekat dan
lengket. Pada putting serta daerah sekitarnya akan terasa sakit serta tampak
kemerahan. Retraksi putting kadang juga dapat terjadi. Mamografi dan
ultrasonografi tidak menunjukkan kelainan yang jelas, ini untuk membedakan
duktus estasia dengan keganasan. Pasien diberikan keyakinan bahwa kelainan ini
bukanlah keganasan, namun eksisi duktus dilakukan seandainya yang keluar dari
putting sangat banyak dan sangat mengganggu.8
Adenosis Sklerosis
Adenosis adalah pembesaran lobules payudara, yang mencakup kelenjar-
kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobules saling
berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobules dengan adenosis ini
kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis
dimana pembesaran lobules disertai dengan parut seperti jaingan fibrous.8,11
Adenosis sklerotik dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini
dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Perubahan histologis berupa
proliferasi (proliferasi duktus) dan involusi (stromal fibrosis, regresi epitel).11
Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah
tumor ini jinak atau tidak, namun dengan biopsi melalui pembedahan dianjurkan
untuk memastikan tidak terjadinya kanker.1,8
Mastitis Sel Plasma
Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo. Lesi ini merupakan radang
subakut yang didapat pada system duktus yang mulai dibawah areola. Mastitis
merupakan infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui atau
pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar putting.8
Kerusakan pada kulit sekitar putting tersebut akan memudahkan bakteri dari
permukaan kulit untuk memasuki duktus menjadi tempat berkembangnya bakteri
dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk
melawan infeksi, namun juga menyebabkan pembengkakan jaringan dan
peningkatan aliran darah.14

14
Pada mastitis menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri dan terasa hangat
saat perabaan. Adanya massa, konsistensi keras, bias melekat ke kulit dan
menimbulkan retraksi putting susu akibat fibrosis periduktal dan bias terdapat
pembesaran kelenjar getah bening aksila.14
Biasanya diterapi dengan antibiotic. Pada beberapa kasus mastitis
berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui
pembedahan.14
Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi jika jaringan payudara yang berlemak rusak, bias
terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubu
berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami
kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut. Nekrosis lemak berupa massa, agak
nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kult dan batasnya tidak rata.
Pada histologist tedapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis.
Dilakukan tindakan biopsy jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi.8

2. Tumor Ganas Mammae


Kanker Epithelial noninvasif
a. Karsinoma Lobular In Situ (LCIS)
Karsinoma lobular invasif telah menembus dinding lobulus dan mulai
menyerang jaringan payudara sekitar. Gejala klinis dari karsinoma lobular invasif
ini bisa asimptomatik dan juga bisa teraba massa besar yang bersifat multifokal

15
bilateral. Sekitar 10% dari semua kanker payudara invasif adalah karsinoma
lobular invasif. Gambaran sel pada karsinoma lobular invasif mirip dengan sel
pada LCIS. Sel-sel tersebut menginvasi stroma dan terkadang mengelilingi asinus
atau duktus sehingga membentuk yang disebut sebagai mata sapi (bull’s eye).8
b. Karsinoma Duktal In Situ (DCIS)
Sekitar 70 - 80% dari semua kanker payudara adalah karsinoma duktal in situ.
Kanker ini yang telah menembus dinding duktus laktiferus dan menyerang
jaringan payudara sekitarnya. Gambaran mikroskopis dari karsinoma duktal in
situ heterogen, nukleus dengan derajat rendah, sel tumor yang anaplastik, tepi
tumor iregular. Kanker dengan tahap lanjut menimbulkan gambaran massa
melekat ke otot pektoralis sehingga terjadi fiksasi lesi, melekat ke kulit sehingga
menyebabkan retraksi dan cekungan (dimpling) kulit payudara. Keganasan ini
sering timbul pada saat sebelum maupun sesudah menopause pada usia dekade
kelima dan keenam.10
Keganasan Epithelial Invasif
a. karsinoma duktal invasive
Merupakan bentuk keganasan payudara yang paling sering ditemukan.
Metastasis makro maupun mikro ke kelenjar aksila terjadi pada 60% kasus.
Keganasan ini paling sering timbul pada wanita pramenopause dan
pascamenopause pada usia decade kelima dan keenam, sebagai massa tunggal
yang padat. Prognosis buruk.10
b. Karsinoma tubulus
Hanya merupakan 2% dari kanker payudara. Diagnosis ditegakkan bila lebh
dari 75% tumor menunjukkan formasi tubulus. Jarang metastasis ke kgb aksila.
Prognosis sangat bagus dibanding tipe lain.10
c. Karsinoma medular
Merupakan 5-7% dari kanker payudara. Karsinoma medular kerap merupakan
keganasan payudara yang dikaitkan dengan BRCA-1. Pada pemeriksaan fsi,
biasanya berukuran besar dan terletak jauh di dalam payudara. Kanker ini
teraba lunak dan bersifat hemoragik. Pembesaran cepat ukuran tumor mungkin
berasal dari nekrosis dan perdarahan dalam massa tumor.8 Secara histologik
lesi ditandai oleh inti dengan diferensiasi buruk, batas tegas, banyak infiltasi

16
limfosit dan plasma sel, dan sedikit atau tanpa DCIS (Ductal Carsinoma In
Situ). Prognosis untuk pasien yang murni karsinoma medular adalah baik, tapi
jika bercampur dengan komponen duktal invasive prognosisnya sama dengan
karsinoma duktal.10
d. Karsinoma koloid (Mucinous)
Merupakan 3% dari kanker payudara. Merupakan jenis kanker payudara yang
biasanya timbul pada orang lanjut usia berupa massa cukup besar.8 Ditandai
dengan akumulasi yang menonjol dari mucin ekstraselular melingkupi
kelompok sel tumor. Karsinoma colloid tumbuh lambat dan cenderung untuk
besar ukurannya (bulky). Bila terdapat predominan musinous, prognosis baik.11
e. Karsinoma papiler
Karsinoma papiler merupakan jenis kanker payudara yang biasanya muncul
pada wanita berusia 70 tahun dan banyak ditemui pada wanita non-kaukasia.
Karsinoma papiler biasanya kecil dan diameternya tidak lebih dari 3 cm, nodul
padat yang sering multiple. Metastasis ke kelenjar aksila jarang terjadi. Angka
harapan hidup 5 tahun dan 10 tahun.8
f. Karsinoma lobular invasive
Karsinoma lobular invasive yang berasal dari epithelial lobus payudara
merupakan 10% dari seluruh keganasan payudara. Gambaran histopatologisnya
berupa sel kecil dan nucleus yang bulat, nukleulus yang yang tidak jelas, dan
sitoplasma yang sedikit. Gambaran klinis bervariasi mulai dari asimtomatik
hingga berupa massa yang sangat besar. Pada mammografi sering
menunjukkan lesi tumor yang lebih kecil dari yang sebenarnya, kadang sulit
untuk dideteksi.8
Keganasan campuran jaringan epitel dan jaringan ikat
Angiosarkoma
Keganasan payudara ini berasal dari pembuluh darah dan limfe. Kadang
angiosarkoma timbul 5-10 tahun setelah radioterapi pascamastektomi keganasan
payudara sebelumnya. Angiosarkoma cenderung mengalami nekrosis sentral.
Gambaran klinis berupa ruam merah hingga ungu pada kulit yang radiasi. Pada
derajat tinggi dapat menonjol keluar ke permukaan kulit. Kemoterapi tidak banyak

17
member manfaat. Rata-rata harapan hidup angiosarkoma dengan metastasis
sekitar dua tahun.8
2.7 Diagnosis
Anamnesis pribadi:10
-
usia,
-
jenis kelamin,
-
status pernikahan,
-
tempat tinggal
-
pekerjaan.
Keluhan utama:10
Keluhan utama yang sering dialami penderita dapat berupa:
- Adanya massa tumor di payudara dengan atau tanpa rasa sakit,
- Keluar cairan/darah dari puting susu,
- Retraksi puting susu,
- Adanya ekzema sekitar areola,
- Kulit melekuk ke dalam (dimpling), dan
- Berkerut seperti kulit jeruk “peau d’orange” akibat obstruksi pembuluh limf
kulit/limfedema lokal dan jaringan subkutan oleh sel-sel tumor.
- Eritema, edema
- Satelit nodule8
- Payudara terasa panas, nyeri dengan atau ada masa dipayudara
- Ada benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara
Keluhan tambahan, seperti :
- Benjolan di aksila atau leher
- Nyeri pinggang/punggung atau tulang belakang, lemah atau kelumpuhan
tungkai, nyeri atau patah tulang
- Sesak nafas atau batuk-batuk
- Rasa penuh, mual, perut gembung, mata kuning
- Nyeri kepala hebat, muntah, kesadaran menurun
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

18
Adanya massa dapat ditentukan sejak berapa lama, cepat atau tidak
pertumbuhan, disertai rasa sakit atau tidak. Tumor pada kegansanan mempunyai
gejala tidak nyeri dan massa yang irreguler serta tumbuh progresif.8
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi  Bentuk, ukuran, simetris kedua payudara, apakag ada edema, retraksi
kulit atau putting, dan eritema.8
Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan
posisi tangan di samping, diatas kepala dan kacak pinggang.10

Palpasi  Apakah ada massa, palpasi kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan
parasternal. Setiap massa yang teraba harus dinilai lokasi, ukuran, konsistensi,
bentuk dan mobilitasnya.(de jong)

Palpasi dilakukan pada pasien dengan posisi tidur, lengan ipsilateral diatas
kepala dan punggung diganjal bantal kecil. Hasil pemeriksaan palpasi dicatat
dalam bentuk level kecurigaan keganasan (the level of suspicion for malignancy,
Willet AM et al) :10
P1 = Normal

19
P2 = Benigna
P3 = Uncertain
P4 = Suspek Maligna
P5 = Maligna

Pemeriksaan Penunjang
1. Mamografi
Mamografi dapat digunakan sebagai metode pilihan deteksi dini kanker
payudara pada tumor yang tidak teraba saat palpasi. Hasil dari mamografi
dikonfirmasi dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB), core biopsy, atau
biopsi bedah. Mamografi memegang peranan penting dalam deteksi dini kanker
payudara. Sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada
gejala atau tanda. Lesi dengan ukuran 2 mm sudah dapat dideteksi dengan
mammografi. Akurasi mamografi untuk prediksi malignasi adalah 70-80%.
Namun, akurasi pada pasien usia muda (<35 tahun) dengan payudara yang padat
adalah kurang akurat disamping nyeri yang signifikan.10
Terdapat dua tipe pemeriksaan mammografi : skrining dan diagnostic.
Skrining mammografi dilakukan pada wanita yang asimptomatik. Deteksi dini
dari kanker payudara yang masih kecil memungkinkan pasien untuk mendapatkan
kesuksesan terapi dengan kualitas hidup yang lebh baik. Skrining mammografi
direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (missal wanita dengan tingkat pertama
menderita kanker payudara). Untuk skrining mammografi, masing-masing
payudara dibuat dalam posisi cranio-caudal (CC) dan medo-lateral oblique
(MLO).10

20
Mamografi diagnostik dilakukan pada wanita yang simptomatik, tipe II
lebih rumit dan waktu lebih lama dibanding mamografi skrining dan digunakan
untuk menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas payudara, untuk
evaluasi jaringan sekitar dan kelenjar getah bening sekitar payudara. Untuk
mamografi diagnostic, masing-masing payudara difoto dalam posisi carnio-caudal
(CC), medo-lateral (MLO) dan dapat ditambah dengan latero-medial (LM) atau
medio-lateral (ML).10
Protocol PERABOI 2002 merekomendasikan pemeriksaan mamografi
untuk tumor dengan ukuran kurang dari 3 cm tapi MD. Anderson Cancer center
menganjurkan untuk dilakukan mamografi pada ukuran berapapun dengan tujuan
untuk skrining adanya lesi nonpalpable pada kedua payudara (ipsilateral dan
kontralateral) dan untuk mengevaluasi risiko melignasi lesi tumor. Bilateral
synchronous cncer terjadi sekitar 3% dari kasus, minimal setengahnya adalah
nonpalpable. Gambaran mamografi untuk lesi ganas dibagi atas tanda primer dan
sekunder.10
Tanda primer berupa :10
- Identitas yang meninggi pada tumor
- Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jells (komet sign).
- Gambaran translusen disekitar tumor
- Gambaran stelata
- Adanya mikrokalsifikasi sesuai criteria Egan
- Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.

21
Tanda sekunder :
- Retraksi kulit atau penebalan kulit
- Bertambahnya vaskularisasi
- Perubahan posisi putting
- Kelenjar getah bening aksila (+)
- Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
- Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
Gambaran kalsifikasi yang diduga panas menurut criteria Egan adalah
kalsifikasi dengan lokasi di parenkim payudara, ukuran dari 0,5 mm, jumlah lebih
dari 5 dan bentuk stelata.10
Pada lesi nonpalpable gambaran mamografi dapat dibagi menjadi 2
kategori yaitu mikrokalsifikasi dan perubahan densitas. Mikrokalsifikasi dapat
berkelompok (clustered), atau menyebar (scarted). Perubahan densitas mencakup
massa terpisah-pisah (discrete masses), distorsi arsitektur dan asimetri. Gambaran
mamografi yang paling prediktif untuk malignasi adalah massa berspekula
(stelata), mikrokalsifikasi berkelompok dan mikrokalsifikasi di dalam massa.10

2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat membedakan lesi solid dan kistik serta menentukan ukuran
lesi.8
3. Biopsi
Setiap ada kecurigaan dari hasil pemeriksaan fisik dan mammografi,
biopsi harus dilakukan. FNAB hanya memungkinkan evaluasi sitologi, sedangkan
biopsy jarum besar dan biopsy bedah memungkinkan analisis arsitektur jaringan
payudara sehingga ahli patologi dapat menentukan apakah tumor bersifat invasive
atau tidak.8

22
a. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Jaringan tumor diaspirasi dengan jarum halus lalu diperiksa dibawah
mikroskop. Kekurangan dari FNAB ini kadang tidak dapat menentukan grade
tumor dan kadang tidak memberikan diagnosis yang jelas sehingga dibutuhkan
biopsi lainnya.8
b. Core Biopsy
Dengan menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar, lalu diambil
spesimen silinder jaringan tumor. Kelebihan dari core biopsy adalah dapat
membedakan tumor yang noninvasif dan invasif serta grade tumor.8
c. Biopsi Terbuka
Indikasi dilakukan biopsi terbuka jika pada mamografi terlihat adanya
kelainan yang mengarah ke keganasan, hasil FNAB atau core biopsy yang
meragukan.8
Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan
menyertakan sedikit jaringan sehat disekitar massa tumor ini digunakan untuk
kasus yang masih operabel atau stadium dini dan biopsi insisional hanya
mengambil sebagian massa tumor yang sudah inoperabel yang selanjutnya akan
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.8
d. Sentinel Node Biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan keterlibatan dari kelenjar limfe
aksila dan parasternal.8
4. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau
parafin.8
Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui:

23
- Core biopsy
- Biopsi eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
- Biopsi insisional untuk tumor operabel ukuran >3 cm sebelum operasi
definitif dan inoperabel
- Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan kelenjar getah bening
- Pemeriksaan imunohistokimia

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN


Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun
secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biaya mahal
dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI dapat
dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat atau pada
payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi untuk
menderita kanker payudara.8
Stadium10
Stadium penyakit kanker payudara adalah suatu keadaan dari hasil
penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya,
sudah sejauh manakah penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan
sekitar maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor
ganas atau kanker dan tidak pada tumor jinak. Banyak sekali cara untuk
menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium
dan derajat tumor ganas payudara berdasarkan kalsifikasi TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer) atau AJCC
(American Joint Committee On Cancer). Pada system TNM dinilai 3 faktor
utama, yaitu:
1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya
(T, Tumor)
2. Kelenjar getah bening disekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar
kekelenjar getah bening disekitarnya (N, Node)
3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain (M, Metastasis)

24
Ketiga factor T, N, M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi,
juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). pada kanker
payudara, penilaian TNM sebagai berikut:
 T (Tumor size), ukuran tumor
T0 : tidak ditemukan tumor primer
T1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T3 : ukuran tumor diameter >5 cm
T4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit
atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema
atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil
di kulit di luar tumor utama.

Tumor Size pada TNM staging


 N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB)
N0 : tidak terdapat metastasis pada KGB regional di ketiak/aksila
N1 : ada metastasis ke KGB aksila yang masih dapat digerakkan
N2 : ada metastasis ke KGB aksila yang sulit digerakkan
N3 : ada metastasis ke KGB di atas tulang selangka (supraclavicula)
atau pada KGB di mammary interna di dekat tulang sternum.

25
Node (N) TNM staging
 M (Metastasis), penyebaran jauh
Mx : metastasis jauh belum dapat dinilai
M0 : tidak terdapat metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh

Metastasis (M) TNM Staging


Untuk menentukan stadium maka semua TNM di gabung:
Stadium 0  T0 N0 M0
Stadium I  T1 N0 M0
Stadium IIA T0 N1 M0/ T1 N1 M0/ T2 N0 M0
Stadium IIB  T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium IIIA  T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
Stadium IIIB  T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
Stadium IIIC  Tiap-T N3 M0
Stadium IV  Tiap-T Tiap-N M1

26
2.3.6 Penatalaksanaan
Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan
yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu terapi dapat bersifat
kuratif atau paliatif. Terapi kuratif ditandai oleh adanya periode bebas penyakit
(disease free interval), peningkatan harapan hidup (overall survival) dan
peningkatan kualitas hidup, dilakukan pada kanker payudara stadium I, II, dan III.
Terapi paliatif betujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya periode
bebas penyakit, umumnya dilakukan pada stadium IV. Kesembuhan yang tinggi
dengan kualitas hidup yang baik akan tercapai bila kanker diterapi pada stadium
dini.10
Pengobatan pada stadium dini, keuntungan penatalaksanaan tumor stadium
dini adalah:10
1. Kemungkinan tidak dilakukan kemoterapi bila tidak ada metastasis kgb
aksila dan tergolong risiko rendah.
2. Tidak perlu dilakukan diseksi aksila jika sentinel negative, sehingga risiko
terjadinya limpadem berkurang
3. Tidak diperlukan radiasi
4. Dapat dilakukan BCT bagi yang memenuhi criteria atau dilakukan
SSM/NSP sekaligus rekonstuksi sehingga bentuk dan fungsinya masih
baik
5. Biaya penetalaksanaan jauh lebih ekonomis
6. Disease free interval dan overall survival lebih baik
a. Operasi (Pembedahan)
CRM (Classic Radical Mastectomy)
Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple
areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta diseksi
aksila level I-III.8,10
MRM (Modified Radical Mastectomy)
Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple
areola komplek, kulit diatas tumor dan fascia pectoral serta diseksi aksila level I-
III. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan local lanjut.
Merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan.8,10

27
SSM (Skin Sparing Mastectomy)
Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor dan nipple
areola komplek dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi
aksila level I-III. Dilakukan pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke kulit
jauh (>2 cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi sarat untuk BCT.10

NSP (Nipple Sparing Mastectomy)


Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor dengan
mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta diseksi aksila level I-III.
Dilakukan tumor stadium dini dengan ukuran <2 cm, lokasi perifer, secara klinis

28
NAC tidak terlibat, kgb N0, histopatologi (PA) baik, dan potong beku sub
areola.10

b. Terapi Secara Medikalis (Non-pembedahan)


Radioterapi (RT)
Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mammae.
Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi adjuvant
diberikan untuk mengurangi resiko rekuren local, juga dilakukan untuk stadium I,
IIa, IIb setelah lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada kasus risiko/kecurigaan
metastasis yang tinggi. Pada karsinoma mammae yang lanjut (stadium IIa dan
IIb), dimana resiko rekurensi dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan
pembedahan dilanjutkan dengan terapi adjuvant.8,10
Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
meghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat
sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat
local/setempat. Obat sitostatika dibawa melalui aliran darah atau diberikan
langsung kedalam tumor, jarang menembus blood-brain barrier sehingga obat ini
sulit mencapai system saraf pusat. Ada 3 jenis kemoterapi yakni adjuvant,
neoadjuvan dan primer (paliatif):10
 Adjuvant kemoterapi

29
Terapi tambahan setelah terapi utama (pembedahan) atau pasca
mastektomi untuk membunuh sel-sel tumor yang tertinggal atau
menyebar secara mikroskopik. Tujuannya untuk mengendalikan occult
micrometastic disease sehingga menurunkan risiko timbulnya
kekambuhan dan metastasis jauh. Usia, ukuran tumor, karakter
biologic tumor dan status kelenjar getah bening merupakan factor yang
menentukan dalam pemeberian kemoterapi. Kemoterapi bekerja paling
efektif pada tumor yang berukuran kecil dan masih dalam fase
pertumbuhan linier. Adjuvant kemoterapi menurunkan 25% mortalitas
tumor/kanker payudara.10
 Neoadjuvan Kemoterapi
Pemberian kemoterapi pada penderita kanker dengan high grade
malignancy dan belum pernah mendapat tindakan loco-regional
dengan bedah atau radiasi. Biasanya pasien dengan stadium local
lanjut (stadium IIIa, IIIb, IIIc) lebih dianjurkan neoadjuvan (3 siklus
sebelum operasi dan 3 siklus pasca operasi). Neoadjuvan kemoterapi
bertujuan untuk memperkecil ukuran tumor dan control
mikrometastasis, disamping itu neoadjuvan dapat memberikan
informasi tentang respon kemoterapi.10
 Primer Kemoterapi (Paliatif)
Diberikan pada stadium lanjut, untuk mengendalikan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit kanker. Tujuannya untuk mempertahankan
kualitas hidup, kontrol progresi tumor dan memperlama harapan hidup.
Respon terbaik diperoleh dengan first line kemoterapi dan kombinasi
regimen. Kombinasi yang sering dianjurkan adalah anthracycline
dengan taxane.10
Terapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal untuk menghilangkan aatau mengurangi estrogen
dalam sel tumor.10 Terapi hormonal terdiri dari obat-obatan anti-estrogen
(tamoksifen, toremifen), inhibitor aromatase selektif (anastrazol, letrozol), agen
progestasional (megesterol asetat), agen androgen. Terapi hormonal standar yang

30
berperan sebagai terapi adjuvant adalah tamoksifen selama 5 tahun untuk pasien
pramenopause dan penghambat aromatase untuk pasien pascamenopause.8
Terapi Target (Biologi)10
Tujuannya untuk menghambat proses yang berperan dalam pertumbuhan
sel-sel kanker. Yang termasuk terapi ini untuk kanker payudara adalah :
1. Trastuzumab (Herceptin)
Merupakan antibody monoclonal yang bekerja langsung di reseptor
HER2/neu, dan terbukti secara signifikan memiliki aktifitas anti tumor
pada metastatic breast cancer dengan overekspresi HER2/neu (25% dari
tumor payudara). Di follow up 30 bulan jika diberikan sebagai kombinasi
dengan kemoterapi.
2. Bevacizumab
Merupakan monoclonal antibody manusia yang didisain untuk memblock
aksi dari vascular endothelial growth factor (VEGF). Dosis 3-10 mg/kg iv
setiap 2 minggu dalam kombinasi dengan kemoterapi.
3. Lapitinib
Merupakan antibody monoclonal yang mampu menghambat dua reseptor
dalam sel kanker dan tumor. Direkomendasikan dengan capecitabine
(2000mg/m2/hari dalam 2x pemberian). Dosis lapatinib 1250 mg/hari
dalam dosis tunggal. Keduanya diberikan peroral
Penatalaksanaan Menurut Stadium10
Stadium Nol (T0, DCIS, LCIS, Paget)
DCIS  penanganan berdasarkan Van Nuys Prognostic Index (VNPI)
Score 1 2 3
Ukuran (cm) < 1,5 1,5-4 >4
Batas sayatan >1 cm 9-10 mm <1 mm
Klasifikasi Non high grade Non high grade dengan High grade denga
Histopatologi Tanpa nekrosis Nekrosis Atau tanpa nekrosis

1. Score 3-4  Cukup dilakukan eksisi tumor dengan batas 1 cm, diseksi
aksila dan adjuvant radiasi tidak diperlukan.

31
2. Score 5-7  Lakukan eksisi tumor dengan batas lebih 1 cm, diseksi aksila
dan radiasi tidak diperlukan.
3. Score 8-9  Lakukan simple mastektomi dengan dan tanpa rekonstruksi,
diseksi tergantung sentinel, adjuvant radiasi tidak diperlukan.
LCIS  Cukup lakukan observasi dengan pemeriksaan klinis tiap 6-12 bulan dan
mammografi tiap tahun. Untuk mengurangi risiko diberikan tamoxifen pada
premenopause dan untuk post menopause berikan tamoxifen atau raloxifen.
Dalam kondisi khusus dipertimbangkan untuk mastektomi bilateral dengan atau
tanpe rekonstruksi.
Stadium Dini (Stadium I dan II)
 Pembedahan berupa NSP, SSM, BCT dan MRM.
Stadium Lokal lanjut (Stadium IIIA, IIIB, IIIC)
 Jika operable dilakukan MRM atau CRM kemudian dilanjutkan
adjuvant kemoterapi dan radioterapi.
 Jika inoperable diberikan neoadjuvan kemoterapi 3 siklus kemudian
dievaluasi responnya, jika respon parsial/komplet lakukan MRM atau
CRM. Jika respon minimal atau progresif ganti regimen kemoterapi
dengan second line chemotherapy atau radioterapi. Pasca pembedahan
kemoterapi dilengkapi sampai 6 siklus, 1 bulan pasca kemo deberikan
radiasi.
Stadium lanjut (IV)
 Penanganan bersifat paliatif tergantung lokasi dan kondisi metastasis.
Terapi utama adalah sistemik (kemoterapi, hormonal terapi, targeting
terapi) pada kondisi tertentu terapi local (radiasi dan pembedahan) juga
diperlukan.
Komplikasi atau Efek Samping beberapa terapi yang bias terjadi: (BEDAH
ONKOLOGI)
- Mual dan muntah
- Rambut rontok
- Mukositis
- Ekstavasasi (nyeri, eritem, nekrosis luas pada kulit dan subkutis)
- Nekrosis jaringan lunak payudara, edema payudara, fraktur iga

32
- Penurunan mobilitas bahu
- Parastesia dan nyeri lengan
- Limfedema
- Infeksi luka dan abses
- Nekrosis flap kulit
- Parastesia dinding dada
- Nyeri
Prognosis dan Follow Up
Setelah terapi, pasien harus di follow up untuk kemungkinan rekuren atau
metastasis. Penderita dianjurkan ke dokter untuk mendiskusikan adanya gejala
baru, pemeriksaan fisik dan mamografi setiap tahun. Follow up dilakukan setiap 4
bulan (1-2 tahun pertama), setiap 6 bulan (tahun ke 3-5 dan), setiap bulan
melakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri).8
Prognosis tergantung jumlah kgb aksila yang terlibat. Disamping kgb
aksila faktor prognosis lain adalah ukuran tumor, status hormon reseptor, grading
histipatologi.8
Pencegahan
Tumor payudara dapat dicegah dengan mengetahui faktor risiko dan
mengetahui cara pencegahannya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) satu bulan sekali sekitar hari ke-8
menstruasi, obat profilaksis untuk keganasan payudara seperti tamoksifen dan
mamografi sebagai screening kanker payudara yang dapat dilakukan setiap tahun
sejak usia 25 tahun, mamografi terutama dilakukan pada perempuan yang telah
menopause atau usia 50 tahun ke atas. Selain itu, kejadian kanker payudara dapat
dicegah dengan menyusui lebih dari 2 tahun, pemberian ASI ekslusif selama 6
bulan, indeks massa tubuh (IMT) sekitar 20-25 kg/m2, menghindari konsumsi
alkohol, konsumsi makanan seimbang, dan olahraga yang teratur.8

33
Periksa Payudara Sendiri

34
BAB III
KESIMPULAN
1. Tumor payudara adalah benjolan yang tidak normal pada payudara akibat
pertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus.
2. Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah
karsinoma serviks uterus. Pencegahannya dapat dilakukan dengan
pemeriksaan rutin payudara. Insidensi kanker payudara pada wanita 126 per
100.000 penduduk, sedangkan pada laki-laki 0,6 per 100.000 penduduk. Rasio
penderita wanita dibanding pria sekitar 100 : 1.
3. Penegakan diagnosis Karsinoma payudara dapat dilakukan melalui prosedur
pemeriksaan klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang, dengan Gold
standard diagnostik menggunakan pemeriksaan histopatologik.
4. Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk
stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan
inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan terapi
multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif
diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis
jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.

35

Anda mungkin juga menyukai