Anda di halaman 1dari 53

MATA TENANG VISUS TURUN MENDADAK

Disusun Oleh :
EGY ZELLA HASNESIA

Bagian Mata RSUD H. Abd. Manap Kota


Jambi
Fakultas kedokteran Universitas Jambi
MATA TENANG VISUS TURUN MENDADAK

Penyakit dari Penyakit dari Penyakit dari Penyakit dari


Lensa Vitreus Retina Nervus Optik
• Subluxation • Vitreous • Retinal • Optic Neuritis
• Dislocation Hemorrhage Detachment • Papilloedema
• Posterior • Retinal Artery
Vitreous Occlusions
Detachment • Retinal Vein
Occlusions
DISPLACEMENTLENSA
Definisi
• Terganggunya kedudukan lensa dari posisi normal oleh karena rupture sebagian atau total dari zonula lentis

Klasifikasi
•Klinis-etiologis
• Congenital Dislokasi
Simple ectopia lentis bilateral, simetris dan biasanya kearah atas. (diturunkan oleh gen autosomal
dominan)
Ectopia lentis et pupillae pupil bentuk celah di manadislokasi pada arah yang berlawanan
Ectopia lentis with systemic anomalies
• Traumatic dislokasi lensa
• Dislokasi spontan atau yang berurutan
•Topografis
• Subluxation Dislokasi parsial di mana lensa berpindah kesamping (atas, bawah, medial atau lateral,tetapi
tetap berada dibelakang pupil.Disebabkan karena ruptur parsial atau penarikan zonula yang tidak seimbang.
• Dislocation or luxation Ruptur total Zonula Zinnii Dislokasi lensa dapat inkarsersi ke dalam pupil
atau Bilik Mata Depan (anterior luxation), atau vitreous (posterior dislocation)

Manifestasi Klinis

• Penurunan visus, diplopia, iridodonesis

Komplikasi

• Uveitis, glaucomasekunder

Terapi

• Penggunaan kacamata dan lensakontak


• Pembedahanlensectomy
MATA TENANG VISUS TURUN MENDADAK
1. NEURITIS OPTIK

Penyebabnya sebagai berikut :


 Idiopatik
Peradangan dari nervus opticus
 Sklerosis multipel
 Neuromyelitis optica (Devic’s disease)

Neuritis
intraokular atau Peradangan papil saraf optik dalam bola mata
papilitis

Neuritis Radang saraf optik yang terletak di belakang


retrobulbar bola mata.
NEURITIS OPTIK
Definisi

• Kondisi peradangan dan demyelinisasi dari saraf optik

Major symptoms

•Penurunan visus mendadak (partial or complete)


•Mendadak buram/ berkabut
•Nyeri saat melirik pada mata yang bermasalah
•Pada banyak pasien dengan neuritis optik, bisa
kehilangan penglihatan untuk warna terutama merah
•Pada dewasa biasanya unilateral sedangkan pada anak
biasanya bilateral

Note: Symptoms peak several days to weeks after onset, while


symptoms failing to improve after 8 weeks should suggest a
diagnosis other than optic neuritis
DIAGNOSA

Anamnesis (gejala subjektif)

 Penglihatan turun mendadak dalam beberapa jam sampai hari yang mengenai
satu atau kedua mata.
 Penglihatan warna terganggu.
 Rasa sakit bila mata bergerak dan ditekan
 Adanya defek lapang pandang.
 Pasien mengeluh penglihatan menurun setelah olahraga atau suhu tubuh naik
(tanda Uhthoff).
 Beberapa pasien mengeluh objek yang bergerak lurus terlihat mempunyai
lintasan melengkung (Pulfrich phenomenon), kemungkinan dikarenakan
konduksi yang asimetris antara nervus optikus.
NEURITIS PALPITIS

• Pada palpitis pengelihatan akan terganggu dengan lapangan


pandang menciut, bintik buta melebar, skotoma sental
seksosentral, dan altitudinal.
• Pada papil akan tampak perdarahan, eksudat dengan perubahan
pada pembuluh darah retina, arteri tampak menciut dengan vena
yang melebar.
• Kadang-kadang terdapat edema papil (tidak melebihi 2-3
dioptri)
• Tampak eksudat star figure yang menyebar dari daerah papil ke
daerah makula.
NEURITIS RETROBULBAR

 Dapat disebabkan oleh sklerosis multiple, penyakit mielin


saraf, anemia pernisiosa, DM, dan Intoksikasi.

 Gejala akan tampak seperti gejala Neuritis tetapi dengan


gambaran fundus normal.

 Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan lapangan pandang


dan turunnya tajam pengelihatan yang berat

 Biasanya berjalan Akut yang mengenai satu / kedua bola mata


DIAGNOSA
Pemeriksaan (Gejala Objektif)

Pemeriksaan Didapatkan penurunan visus yang bervariasi mulai dari ringan


Visus sampai kehilangan total penglihatan

• Palpebra, konjungtiva, maupun


Pemeriksaan
kornea dalam keadaan wajar.
Segmen Anterior
• Refleks pupil menurun pada
mata yang terkena dan defek
pupil aferen relatif atau Marcus
Gunn pupil umumnya
ditemukan.
DIAGNOSA
Pemeriksaan (Gejala Objektif)

Pemeriksaan • Pada neuritis retrobulbar maka papil tampak normal, berjalannya


Segmen Posterior waktu, nervus optikus dapat menjadi pucat akibat atrofi.
• Pada bentuk papilitis akan tampak edema diskus yang hiperemis
dan difus, dengan perubahan pada pembuluh darah retina, arteri
menciut dan vena melebar.
DIAGNOSA
Pemeriksaan (Gejala Objektif)

Pemeriksaan • Tes ishihara untuk melihat adanya penglihatan warna yang


Penunjang terganggu, umumnya warna merah yang terganggu.
• Pemeriksaan foto sinar X kanal optika, sela tursika
• Pemeriksaan CT orbita dan kepala

TERAPI
• Terapi steroid digunakan karena mungkin dapat mempersingkat periode akut
penyakit, namun tidak mempengaruhi hasil akhir dari penglihatan.

• Pada penelitian Optic Neuritis Treatment Trial di Amerika Serikat, prednisolone


oral sendiri tidak meningkatkan kecepatan kembalinya tajam penglihatan dan
meningkatkan resiko terjadinya neuritis optik rekuren.
Suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan
2. ABLASIO RETINA sel batang retina dari koroid / sel epitel
pigmen retina

 Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus


Ablasio
yang mengalami likuifikasi dapat memasuki ruangan
Regmatogenosa subretina dan menyebabkan ablasio progresif
 Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada
Ablasio Retina
permukaan retina, misalnya seperti pada retinopati
Traksional
proliferatif pada diabetes mellitus

 Retina terdorong oleh neoplasma atau akumulasi cairan


Ablasio Retina
subretinal tanpa adanya kerusakan retina atau traksi retina
Eksudatif
akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia
pada kehamilan

Gambar ablasio retina dengan perpindahan cairan (A) perpindahan ke arah inferior saat pasien duduk; (B) perpindahan
ke arah superior saat pasien supinasi
DIAGNOSA

• Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena


ANAMNESIS adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang
lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.
• Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di
sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam
keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.
• Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya
sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas.
Pada keadaan yang telah lanjut dapat terjadi penurunan tajam
penglihatan yang lebih berat
DIAGNOSA

• Penurunan tajam penglihatan akibat kekeruhan media


OFTALMOLOGI
penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar
masuk.
• Lapangan pandang seperti tertutup tabir, pada lapangan
pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil
dan fotopsia
• Funduskopi :
Retina yang terangkat berwarna pucat
Terlihat robekan retina berwarna merah
Bila bola mata bergerak  retina yang terlepas
bergoyang.
TATALAKSANA

 Tatalaksana : Pembedahan
 Sebelum pembedahan pasien dirawat dengan mata tertutup.

 Dilakukan secepat mungkin antara 1- 2 hari.

 Tujuan : untuk melekatkan kembali bagian retina yang lepas


dengan Diatermi / laser :
 Diatermi Permukaan (surface diatermy)
 Diatermi setengah lebar sklera ( Partial penetrating
diatermy ) sesudah reseksi sklera
TATALAKSANA
A. Pneumatic Retinopexy
 Dilakukan jika robekan kecil yang terletak dibagian superior (2/3 atas
retina perifer) dan Onset baru (< 2 jam)
 Prosedur dengan menyuntikan gelembung gas (perfluoropropane atau
sulfurhexafluoride)  pada vitreous  menekan robekan retina sampai
retina melekat  laser/krioterapi
TATALAKSANA

B. Cleral buckling

• Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan


tergantung lokasi dan jumlah robekan retina.

• Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon


atau silikon padat.

• Pertama-tama dilakukan kryopeksi atau laser


untuk memperkuat perlengketan antara retina
sekitar dan epitel pigmen retina

• Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga


terjadi tekanan pada robekan retina sehingga
terjadi penutupan pada robekan tersebut.
TATALAKSANA

C. Vitrektomi
• Dengan membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan instrumen
hingga ke cavum melalui pars plana.

• Setelah itu pemotongan vitreus. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung
tipe dan penyebab ablasio.
PROGNOSIS

Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio,


diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.
Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai
makula atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan pembedahan
berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika
makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan
sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.
Adanya sumbatan pada
3. OKLUSI ARTERI RETINA SENTRAL pembuluh darah retina
sentral

Disebabkan oleh :

Berkurangnya suplay oksigen


 Emboli akibat penyaklit emboli jantung, nodus- pada daerah oklusi
nodus reuma, carotid plaque atau emboli
endokarditis.
 Radang arteri
 Spasme pembuluh darah, disebabkan oleh antara Kebutaan yang permanen
lain pada overdosis obat, keracunan alkohol,
tembakau, kina atau timah hitam.
 Akibat terlambatnya pengaliran darah retina yang
terjadi pada peninggian tekanan intraokular, stenosis
aorta atau arteri karotis.
 Giant cell artritis
 Kelainan hiperkoagulasi
 Trauma
DIAGNOSIS
• Awalnya penglihatan kabur yang hilang timbul (amaurosis fugaks)
ANAMNESIS • Tanpa nyeri
• Mengenai satu mata
• Hilangnya penglihatan yang tiba-tiba (memberat)

• Penurunan visus yang berupa serangan-serangan yang berulang


PEMERIKSAAN • Pupil anisokoria
FISIK • Pemeriksaan funduskopi
- Seluruh retina berwarna pucat akibat edema dan gangguan
nutrisi pada retina
- Terdapat gambaran berupa sosis pada arteri retina akibat
pengisian arteri retina yang tidak merata
- Sesudah beberapa jam retina akan tampak pucat akan terlihat
gambaran merah ceri (cherry red spot) pada makula lutea.
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN

Kerusakan retina irreversibel ternyata terjadi setelah 90 menit sumbatan total arteri retina
sentralis, sehingga hanya tersedia sedikit waktu untuk memulai terapi

• Menurunkan tekanan bola mata dapat dengan Asetazolamid (500 mg IV) bisa
ditambahkan timolol 0,5%
• Vasodilator pemberian bersama dengan antikoagulan. Akan tetapi antikoagulan
sistemik biasanya tidak diberikan.
• Steroid bila di duga terdapatnya peradangan
Sumbatan vena retina yang
4. OKLUSI VENA RETINA SENTRAL mengakibatkan gangguan
perdarahan di dalam bola
mata
KLASIFIKASI
Oklusi vena retina cabang (BRVO)
Terjadi ketika vena pada bagian distal sistem Oklusi vena retina sentral (CRVO)
vena retina mengalami oklusi, yang
menyebabkan terjadinya perdarahan di Terjadi akibat adanya trombus di dalam vena
sepanjang distribusi pembuluh darah kecil retina sentral pada bagian lamina cribrosa
pada retina pada saraf optik, yang menyebabkan
keterlibatan seluruh retina.
4. OKLUSI VENA RETINA SENTRAL
• Penyebab lokal dari oklusi vena retina adalah trauma,
PENYEBAB SUMBATAN glaukoma, dan lesi struktur orbita.
• Proses sistemik juga dapat menyebabkan oklusi vena
retina, di antaranya adalah hipertensi, atherosklerosis,
diabetes mellitus, glaukoma, penuaan, SLE dan lain-lain

Ketika vena mengalami hambatan aliran balik menyebabkan darah tersebut bocor ke retina

Sehingga terjadi malfungsi dari retina dan penurunan


ketajaman penglihatan.
DIAGNOSIS

• Penurunan tajam penglihatan sentral ataupun perifer


mendadak dan dapat memburuk
Anamnesis
• Tidak terdapat rasa sakit
• Mengenai satu mata

• Perdarahan retina kecil-kecil


Pemeriksaan Fundus yang tersebar dan bercak
cotton-wool
• Edema makula dengan adanya
penurunan tajam penglihatan
dan pembengkakan discus
opticus bisa saja muncul

Fluorescein
angiogram
PENATALAKSANAAN

• Pengobatan terutama ditujukan untuk mencari penyebab dan mengobatinya


• Antikoagulasi dan fotokoagulasi daerah retina yang mengalami hipoksia
• Triamcinolone acetonide intravitreous telah banyak digunakan untuk penanganan
edema makula yang tidak responsif dengan laser
• Sheathotomy, teknik bedah untuk memisahkan pembuluh darah yang berdekatan untuk
mengatasi edema makula dalam usaha meningkatkan tajam penglihatan

KOMPLIKASI

- Glaucoma, yang disebabkan oleh adanya pembuluh darah baru yang abnormal,
yang tumbuh di bagian depan mata
- Edema makula, yang disebabkan oleh kebocoran cairan di retina
5. KEKERUHAN & PERDARAHAN BADAN KACA

Perdarahan pada badan kaca dapat terjadi


Kekeruhan badan kaca akibat penuaan spontan pada diabetes mellitus, rupture
disertai degenerasi berupa terjadinya retina, ablasi badan kaca. Kelainan darah
koagulasi protein badan kaca dan trauma tumpul atau kontusi jaringan
dan suatu trauma tembus.

• Turunnya penglihatan mendadak, lapang


pandangan ditutup oleh sesuatu sehingga
mengganggu penglihatan tanpa rasa sakit.
DIAGNOSIS • Pemeriksaan fundus tidak terlihat adanya reflex
fundus yang berwarna merah dan sering
memberikan bayangan hitam yang menutup
retina.
• Pengobatan berupa istirahat dengan kepala lebih
TATALAKSANA tinggi paling sedikit selama 3 hari.
• Hentikan obat seperti aspirin, anti radang
nonsteroid, kecuali bila sangat dibutuhkan.
• Darah dikeluarkan dari badan kaca bila terdapat
bersama ablasi retina atau perdarahan yang lebih
lama dari 6 bulan, dan bila terjadi glaukoma
hemolitik.

• Dapat terjadi bila reaksi proliferasi jaringan


PENYULIT
(retinitis proliferans)
• Bila terbentuk jaringan parut ( perubahan bentuk
badan kaca yg mengakibatkan ablatio retinitis
Keracunan alkohol atau tembakau,
6. AMBLIOPIA TOKSIK
timah, dan bahan toksik lainnya.

• Terdapat tanda-tanda lapang pandangan yang


berubah-ubah.
• Pada uremia dapat terjadi ambliopia uremik di mana
penglihatan akan berkurang.
• Hilangnya tajam penglihatan sentral bilateral, akibat
keracunan metilalkohol dan juga akibat gizi buruk
BUTA SENTRAL
BILATERAL

• Penglihatan sentral berkurang pada kedua mata


dapat terjadi akibat migren (parasentral),
keracunan atau obat (methanol, etil alcohol),
degenerasi macula, buta akibat gerhana matahari,
neuritis retrobulbar bilateral, ambliopia nutrisional
dan lesi kortikal.
AMAUROSIS
FUGAKS
• Buta sekejap satu mata yang berulang.

• Gelap sementara selama 2 sampai 5 detik yang


biasanya mengenai satu mata pada saat serangan
dan normal kembali sesudah beberapa menit dan
jam, disertai dengan gangguan kampus segmental
tanpa rasa sakit dan terdapatnya gejala-gejala sisa.

• Terjadi akibat hipotensi ortostatik, spasme pembuluh


darah, aritmia, migren retina, anemia arthritis dan
koagulopati
PERDARAHANVITREOUS
Definisi

• Perdarahan intravitreal atau preretinal oleh karena pecahnya pembuluh darah retina

Etiologi

•Spontan robekan retina oleh karena Posterior Vitreous Detachment (PVD)


•Trauma mata
•Inflamasi korioretinitis
•Gangguan vascular retinopati hipertensi, oklusi vena sentralis retina
•Gangguan metabolic retinopati diabetic
•Idiopatik

Gejala

•Perdarahan kecil floater


•Perdarahan besar penurunan visus mendadak, tanpa nyeri

Tanda

•Terdapat perdarahan pada vitreous cavity

Terapi

•Konservatif bed rest, elevasi kepala, eye patch bilateral


•Terapi penyebab
•Vitrektomi
UVEITIS
POSTERIOR
 Uveitis posterior adalah radang uvea bagian
posterior yang biasanya disertai dengan
keradangan jaringan disekitarnya.
 Inflamasi ini terletak di uvea bagian belakang
dengan batas basis vitreus.
 Jika mengenai retina  retinitis

 Jika mengenai vitreous  vitritis.


ETIOLOGI
• Penyakit infeksi (uveitis granulomatosa)
o Virus  virus sitomegalo, herpes simpleks, herpes
zoster, rubella, rubeola, HIV, virus epstein-barr, virus
coxsackie.

o Bakteri  mycobacterium tuberculosis, brucellosis,


sifilis sporadik dan endemik, nocardia, neisseria
meningitides, mycobacterium avium-intracellulare,
yersinia, dan borrelia.

o Fungus  candidia, histoplasma, cryptococcus, dan


aspergillus.

o Parasit  toxoplasma, toxocara, cysticercus, dan


onchocerca.
• Penyakit non infeksi (uveitis non
granulomatosa)
o Autoimun  penyakit behcet, sindroma vogt-
koyanagi-harada, poliarteritis nodosa, ofthalmia
simpatis, vaskulitis retina.

o Keganasan  sarkoma sel retikulum, melanoma


maligna, leukemia, lesi metastatik.

o Etiologi tak diketahui  sarkoidosis, koroiditis


geografik, epiteliopati pigmen plakoid multifokal
akut, retinopati “birdshot”, epiteliopati pigmen
retina.
PATOFISIOLOGI

 Pada stadium awal  kongestif dan infiltrasi dari sel-sel


radang seperti PMN, limfosit, dan fibrin pada koroid dan
retina yang terkena.
 PMN lebih banyak berperan pada uveitis jenis granulomatosa
sampai terjadinya supurasi.
 Sebaliknya, pada uveitis non granulomatosa limfosit lebih
dominan.
 Apabila inflamasi berlanjut, lamina vitrea akan robek 
leukosit pada retina akan menginvasi rongga vitreum 
timbulnya proses supurasi di dalamnya.
 Yang dapat ditemukan pada uveitis posterior,
antara lain:
o Sel-sel radang pada humor vitreus

o Lesi berwarna putih atau putih kekuningan


pada retina dan atau koriod

o Eksudat pada retina

o Vaskulitis retina

o Edema nervus optikus


GEJALA KLINIS
 Penurunan ketajaman penglihatan
 dapat terjadi pada semua jenis uveitis posterior.
 Injeksi mata
 kemerahan mata tidak terjadi bila hanya segmen posterior
yang terkena, jadi gejala ini jarang pada toksoplasmosis dan
tidak ada pada histoplasmosis.
 Rasa sakit pada mata
 terdapat pada pasien dengan sindrom nekrosis retina akut,

sifilis, infeksi bakteri endogen, skleritis posterior, dan pada


kondisi-kondisi yang mengenai nervus optikus.
 Pasien toksoplasmosis, toksokariasis, dan retinitis
sitomegalovirus yang tidak disertai glaukoma umumnya
tanpa rasa sakit pada mata.
TANDA
 Hipopion
 Uveitis posterior dengan hipopion misalnya pada
leukemia, penyakit Behcet, sifilis, toksokariasis, dan
infeksi bakteri endogen.
 Pembentukan Granuloma
 Pada uveitis granulomatosa anterior yang juga
mengenai retina posterior dan koroid, sarkoidosis,
tuberkulosis, toksoplasmosis, sifilis, Sindroma Vogt-
Koyanagi-Harada, dan oftalmia simpatis.
 Glaukoma
 Sekunder mungkin terjadi pada pasien nekrosis retina
akut, toksoplasmosis, tuberkulosis, atau sarkoidosis
 Vitritis
 Peradangan korpus vitreum dapat menyertai uveitis
posterior.
 Berasal dari fokus-fokus radang di segmen posterior
mata.
 Morfologi dan lokasi lesi
 Toksoplasmosis adalah contoh khas yang
menimbulkan retinitis dengan peradangan koroid di
dekatnya.
 Pada pasien tuberkulosis, koroid merupakan sasaran
utama proses granulomatosa, yang juga mengenai
retina.
 Koroiditis geografik terutama mengenai koroid dengan
sedikit atau tanpa merusak retina dan pasien tidak
menderita pasien sistemik.
 Ciri morfologiknya dapat berupa lesi geografik, lesi
punctata, nodul Dalen-Fuchs
 Vaskulitis.
 Hemoragik retina.

 Parut lama.
TERAPI
 Prinsip pengobatan:
o Mempertahankan penglihatan sentral

o Mempertahankan lapang pandang

o Mencegah atau mengobati perubahan-perubahan


struktur mata yang terjadi (katarak, glaukoma
sekunder, sinekia posterior, kekeruhan badan kaca,
ablasi retina dan sebagainya)
 4 kelompok obat yang digunakan dalam terapi
uveitis, antara lain:
o Midriatikum
o Steroid
o Sitotoksik
o Siklosporin.
 Sedangkan uveitis akibat infeksi harus diterapi
dengan antibakteri atau antivirus yang sesuai.
 Midriatikum berfungsi untuk memudahkan follow
up keberhasilan pengobatan.
 Atropin tidak diberikan lebih dari 1-2 minggu
 Indikasi operasi:
o Rehabilitasi visual
o Biopsi diagnostik (hasil penemuan dari biopsi
menyebabkan adanya perubahan pada rencana
pengobatan)
o Pengeluaran opacities media untuk memonitor segmen
posterior.

 Apabila timbul perubahan struktur pada mata (katarak,


glukoma sekunder) maka terapi terbaik adalah dengan
operasi.
 Vitrektomi berfungsi  menentukan diagnosis dan
pengobatan.
 Indikasi vitrektomi
 Peradangan intraokular yang tidak sembuh pada
pengobatan
 Dugaan adanya keganasan dan infeksi pada mata.
 Uveitis posterior berkaitan dengan kekeruhan vitreus yang
tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan.
 Vaskulitis dan oklusi vaskular pada pars planitis, penyakit
behcet dan sarkoidosis
 neovaskularisasi retina atau pada diskus optikus (pada
pasien uveitis) yang dapat menyebabkan timbulnya
perdarahan pada vitreus.
KOMPLIKASI
 Dapat mengenai daerah sekitar koroid, misalnya
retina, vitreus humour, badan siliar, iris, nervus
optikus, dan sklera.
 Sinekia posterior.

 Edema makula sistoid.

 Vaskular dan optik atropi.

 Traction retinal detachment.

 Uveitis posterior dapat menyebabkan katarak


sisi posterior.
PROGNOSIS

 Prognosis pasien tergantung pada lokasi dan


luasnya eksudasi dan atrofi daerah lesi.
 Lesi yang kecil tetapi jika mengenai daerah
makula lutea akan berpengaruh pada fungsi
penglihatan.
 Sebaliknya lesi yang meluas sepanjang fundus
tidak mempengaruhi penglihatan apabila tidak
mengenai area makula.
TERIMAKASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai