PENDAHULUAN
2) Hipersekresi Lakrima
Hipersekresi primer jarang terjadi dan harus dibedakan dengan obstruksi
duktulus eksretoriusnya. Hipersekresi sekunder mungkin psikogenik atau
sebagai reflek akibat iritasi pada epitel permukaan atau retina. Keadaan ini
dapat dihentikan dengan memblokade saraf sekresi air mata di ganglion
sphenopalatina.1
5) Dakrioadenitis
DEFINISI
Peradangan kelenjar lakrimal merupakan penyakit yang jarang
ditemukan dan dapat bersifat unilateral atau bilateral. Dakrioadenitis ialah
suatu proses inflamasi pada kelenjar air mata pars sekretorik. Dibagi
menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut dan kronik, keduanya dapat
disebabkan oleh suatu proses infeksi ataupun dari penyakit sistemik
lainnya.3
PATOFISIOLOGI
Patofisiologinya masih belum jelas, namun beberapa ahli
mengemukakan bahwa proses infeksinya dapat terjadi melalui penyebaran
kuman yang berawal di konjungtiva yang menuju ke ductus lakrimalis dan
menuju ke kelenjar lakrimalis. Beberapa penyebab utama dari proses infeksi
terbagi menjadi 3 , yaitu :
1. Viral (penyebab utama)
Mumps (penyebab tersering, terutama pada anak-anak), Epstein-Barr
virus, Herpes zoster, Mononucleosis, Cytomegalovirus, Echoviruses,
Coxsackievirus A
Pada anak dapat terlihat sebagai komplikasi dari kelenjar air liur, campah,
influenza.
2. Bacterial
Staphylococcus aureus and Streptococcus, Neisseria gonorrhoeae,
Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Mycobacterium leprae,
Mycobacterium tuberculosis, Borrelia burgdorferi.
Dapat terjadi juga akibat infeksi retrograd konjungtivitis. Trauma
tembus dapat menimbulkan reakso radang pada kelenjar lakrimal ini.
3. Fungal (jarang)
Histoplasmosis, Blastomycosis, aktinomises, nokardiosissporotrikosis
4. Sarkoid dan idiopati
Pada penyakit sistemik yang memungkinkan terjadinya dakrioadenitis
adalah :
Sarcoidosis
Graves disease
Sjogren syndrome
Orbital inflammatory syndrome
Benign lymphoepithelial lesion
DAKRIOADENITIS AKUT
Pada dakrioadenitis akut gejala biasanya berkembang selama berjam-jam
atau berhari-hari. Ada rasa sakit yang ditandai, dengan pembengkakan dan
kemerahan pada bagian luar dari kelopak atas, yang sering diasumsikan
berbentuk kurva S. Jika ada cairan purulen, pewarnaan Gram dan kultur dapat
dilakukan. Infeksi bakteri biasanya merespons antibiotik sistemik, tanpa perlu
drainase bedah.1
Pada suatu proses yang akut maka biasanya akan ditemukan sakit di
daerah glandula lakrimal yaitu di bagian depan temporall atas rongga orbita
disertai dengan kelopak ata yang bengkak, konjungtiva kemotik dengan
belek. Pada infeksi akan terlihat bila mata bergerak akan memberikan sakit
dengan pembesaran kelenjar preaurikel.3 Bila kelopak mata dibalik tampak
pembengkakan berwarna merah.
Diagnosis Banding :
1. Hordeolum internum biasanya lebih kecil dan melingkar
2. Abses kelopak mata terdapat fluktuasi
3. Selulitis orbita biasanya berkaitan dengan penurunan pergerakan
mata. Dapat dibedakan dengan melakukan biopsy kelenjar lakrimal
DAKRIOADENITIS KRONIK
Dakrioadenitis kronis, didefinisikan sebagai peradangan selama lebih
dari 1 bulan, lebih sering terjadi. Ini bisa bilateral dan gejala hamper sama
dengan fase akut hanya pada fase ini tidak didapatkan nyeri. Umumnya tidak
ditemukan nyeri , ada pembesaran kelenjar namun mobile, tanda-tanda ocular
minimal, ptosis bisa ditemukan, dapat ditemukan sindroma mata kering.1,3
Diagnosis bandingnya :
1. Periostitis dari kelopak mata atas sangat jarang terjadi
2. Lipodermoid tidak ada tanda-tanda inflamasi
PENGOBATAN
Biasanya dimulai dengan kompres hanagat, antibiotic sistemik dan bila
terlihat abses maka dilakukan insisi.Bila disebabkan oleh radang menahun maka
diberikan pengobatan yang sesuai.
PENYULIT
Dakrioadenitis akut dapat menyebabkan fistula pada kelenjar lakrimal.3
1.2 Kelainan pada Sistem Eksresi
1) DAKRIOSISTITIS
Definisi
Dakriosistitis adalah peradangan pada sakus lakrimalis akibat adanya
obstruksi pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi pada anak-anak biasanya
akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang
dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip
hidung.1,3
Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, dakriosistitis dibedakan menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu:
a. Akut
Pasien dapat menunjukkan morbiditasnya yang berat namun jarang
menimbulkan kematian. Morbiditas yang terjadi berhubungan dengan
abses pada sakus lakrimalis dan penyebaran infeksinya.
b. Kronis
Morbiditas utamanya berhubungan dengan lakrimasi kronis yang
berlebihan dan terjadinya infeksi dan peradangan pada konjungtiva.
Gejala Klinis
Gejala umum pada penyakit ini adalah keluarnya air mata dan
kotoran. Pada dakriosistitis akut, pasien akan mengeluh nyeri di daerah
kantus medial (epifora) yang menyebar ke daerah dahi, orbita sebelah
dalam dan gigi bagian depan. Sakus lakrimalis akan terlihat edema, lunak
dan hiperemi yang menyebar sampai ke kelopak mata dan pasien juga
mengalami demam. Jika sakus lakrimalis ditekan, maka yang keluar
adalah sekret mukopurulen.
Pada dakriosistitis kronis gejala klinis yang dominan adalah
lakrimasi yang berlebihan terutama bila terkena angin. Dapat disertai
tanda-tanda inflamasi yang ringan, namun jarang disertai nyeri. Bila
kantung air mata ditekan akan keluar sekret yang mukoid dengan pus di
daerah punctum lakrimal dan palpebra yang melekat satu dengan lainnya.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dakriosistitis dibutuhkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis
dapat dilakukan dengan cara autoanamnesis dan heteroanamnesis.
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik. Jika, dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik masih belum bisa dipastikan penyakitnya, maka boleh
dilakukan pemeriksaan penunjang.
Beberapa pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya obstruksi serta letak dan penyebab obstruksi.
Pemeriksaan fisik yang digunakan untuk memeriksa ada tidaknya
obstruksi pada duktus nasolakrimalis adalah dye dissapearence test,
fluorescein clearance test dan John's dye test. Ketiga pemeriksaan ini
menggunakan zat warna fluorescein 2% sebagai indikator. Sedangkan
untuk memeriksa letak obstruksinya dapat digunakan probing test dan
anel test. 4
Dye dissapearance test (DDT) dilakukan dengan meneteskan zat
warna fluorescein 2% pada kedua mata, masing-masing 1 tetes.
Kemudian permukaan kedua mata dilihat dengan slit lamp. Jika ada
obstruksi pada salah satu mata akan memperlihatkan gambaran seperti di
bawah ini.
Komplikasi
Dakriosistitis yang tidak diobati dapat menyebabkan pecahnya kantong
air mata sehingga membentuk fistel. Bisa juga terkadi abses kelopak mata,
ulkus, bahkan selulitis orbita.
Komplikasi juga bisa muncul setelah dilakukannya DCR. Komplikasi
tersebut di antaranya adalah perdarahan pascaoperasi, nyeri transien pada
segmen superior os.maxilla, hematoma subkutaneus periorbita, infeksi dan
sikatrik pascaoperasi yang tampak jelas.
Prognosis
Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika namun masih
berpotensi terjadi kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak
ditangani secara tepat, sehingga prognosisnya adalah dubia ad malam. Akan
tetapi, jika dilakukan pembedahan baik itu dengan dakriosistorinostomi
eksternal atau dakriosistorinostomi internal, kekambuhan sangat jarang terjadi
sehingga prognosisnya dubia ad bonam.
Etiologi
Dalam keadaan normal, air mata dari permukaan mata dialirkan ke dalam
hidung melalui duktus nasolakrimalis. Jika saluran ini tersumbat, air mata akan
menumpuk dan mengalir secara berlebihan ke pipi. Penyumbatan bisa bersifat
parsial (sebagian) atau total.
Penyumbatan duktus nasolakrimalis (dakriostenosis) bisa terjadi akibat:
1. Gangguan perkembangan sistem nasolakrimalis pada saat lahir (ODNLK)
2. Infeksi hidung menahun
3. Infeksi mata yang berat atau berulang
4. Patah tulang (fraktur) hidung atau wajah
5. Tumor
Obstruksi duktus nasolakrimal congenital (ODNLK) merupakan gangguan
system lakrimal yang paling lazim, terjadi pada sampai 5% bayi baru
lahir.Biasanya disebabkan kanalisasi yang tidak lengkap duktus nasolakrimalis
dengan membrane sisa pada ujung bawah duktus nasolakrimalis, dimana duktus
ini masuk rongga hidung.
Gejala
Tanda-tanda dapat timbul beberapa hari atau beberapa minggu setelah lahir
dan sering bertambah berat karena infeksi saluran pernapasan atas atau karena
pemajanan atas suhu dingin atau angin. Manifestasi obstruksi nasolakrimalis
yang paling lazim adalah ‘berair mata’ (tearing), yang berkisar dari sekedar mata
basah (peningkatan di cekungan air mata, ‘penimbunan’ atau ‘kubangan’)
sampai banjir air mata yang jelas (epifora), penimbunan cairan mukoid atau
mukopurulen (sering digambarkan oleh orang tua sebagai ‘nanah’), dan kerak.
Mungkin ada eritema atau maserasi kulit karena iritasi dan gesekan yang
disebabkan oleh tetes-tetes air mata dan cairan.
Penyumbatan karena tidak sempurnanya sistem nasolakrimalis biasanya
menyebabkan pengaliran air mata yang berlebihan ke pipi (epifora) dari salah
satu ataupun kedua mata (lebih jarang) pada bayi berumur 3-12 minggu.
Penyumbatan ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya pada usia 6
bulan, sejalan dengan perkembangan sistem nasolakrimalis.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah:
1. Pewarnaan mata dengan zat fluoresensi untuk menilai pengaliran air mata
Uji pewarna hilangnya Fluorescein mungkin berguna - setetes pewarna
ditanamkan ke dalam kedua matanya dan biasanya akan menghilang
selama 5 menit jika saluran yang paten, dan selanjutnya dapat terlihat
dalam lubang hidung menggunakan cahaya biru.
2. Probing dan Irigasi (Tes Anel)
Lakukan probing yang mula-mula dimasukan vertical ke dalam pungtum
lakrimal, kemudian horizontal, ke dalam kanalikuli lakrimal, sampai
ujungnya menyentuh dinding dari sakus lakrimal, tariklah sedikit keluar,
lalu sonde diputar 90 derajat ke atas dengan hati-hati. Kalo sonde ini telah
berhasil, disusul dengan tes Anel.
Dengan menggunakan sempritan yang diisi dengan larutan garam
fisiologis. Tes Anel (+), bila terasa asin di tenggorokan, berarti salurannya
berfungsi baik. Tes Anel (-), bila tidak terasa asin, berarti ada kelainan di dalam
saluran ekskresi tersebut. Bila cairan keluar lagi dari pungtum lakrimal superior,
berarti ada obstruksi di duktus nasolakrimalis. Kalau cairan kembali melalui
pungtum lakrimal inferior, berarti obstruksi terdapat di ujung nasal kanalikuli
lakrimal inferior.
Gambar Tes Probing
Penatalaksanaan
Dibedakan penanganan pada anak-anak dengan penanganan pada orang
dewasa. Epifora yang disertai hard stop menunjukkan letak sumbatan
nasolakrimal. Perkembangan sistim ekskresi lakrimal, khususnya duktus
nasolakrimalis bervariasi pada anak-anak yang mengalami kelainan
pembukaan Membrana Hassner. Timbulnya epifora bersamaan dengan
berfungsinya glandula lakrimalis sebagai sistim sekresi. Orang tua pada
umumnya lebih menyukai cara yang tidak menyakiti anak. Sondage vertikal
sebaiknya dihindari karena kemungkinan false route sangat besar.
Massage daerah lakrimal menjadi pilihan pertama. Massage dengan
tekanan pada pangkal hidung ke arah inferior dilakukan satu-dua menit tiap
hari. Bila dalam jangka waktu tiga bulan tidak menunjukkan perbaikan maka
irigasi berulang merupakan langkah berikutnya yang dilakukan sampai anak
berusia 1(satu) tahun. Batas usia ini tidak mutlak, apabila tanda radang tidak
ada maka irigasi dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun.
Suatu tindakan yang lebih agresif berupa intubasi tabung silikon dari
Jackson dapat juga dilakukan antara usia dua tahun dengan pembiusan umum.
Sumbatan nasolakrimal pada orang dewasa pada umumnya merupakan
indikasi suatu tindakan pembedahan yaitu dakriositorinostomi.Pembedahan
ini dilakukan pada keadaan peradangan tidak sedang dalam eksaserbasi akut.
1.4 Kanalikulitis
Definisi
Kanalikulitis adalah infeksi yang terjadi di kanalikulus. Anomali
kongenital dari sistem kanalikuli meliputi puncta imperforata, puncta aksesori,
fistula kanalikuli, dan agenesis sistem kanalikuli.
Etiologi
Gejala Klinis
Diagnosis
Penatalaksanaan
Terapinya dilakukan dengan dua cara , yang pertama adalah dengan
mengeluarkan benda asing disana (sekret ) dan antibiotik terapi. Dakriolit yang
kecil dan debris dapat dikeluarkan dengan cotton buds yang ditekankan pada
punctum lakrimalis . Jika batu yang terbentuk banyak dan susah dikeluarkan
dengan cara manual maka dapat dilakukan tindakan pembedahan yaitu
kanalikulotomi.