Anda di halaman 1dari 28

PSIKOMOTOR

ANATOMI DAN KELAINAN PADA KUKU

Pembimbing :

dr. Chadijah Rifai, SpKK

Disusun Oleh:

Harniza Mauludi

2014730039

KEPANITERAAN KLINIK
STASE ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas Psikomotor Anatomi dan Kelainan pada Kuku. Pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan demi terselesaikannya tugas ini, khususnya kepada dr.
Chadijah Rifai, SpKK.

Penyusun menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, penyusun telah berupaya untuk menyusun tugas ini dengan sebaik-
baiknya dengan mengerahkan segala kemampuan. Oleh karena itu penyusun
meminta maaf atas segala kekurangan dari tugas ini dan penyusun menerima
dengan terbuka berbagai masukan, saran dan usul untuk memperbaiki tugas ini.
Penyusun berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Jakarta, September 2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

Kuku adalah suatu adneksa kulit berlapis tanduk yang terdapat pada ujung
jari tangan dan kaki. Kuku memiliki beberapa fungsi penting, yang seringkali
hanya disadari pada saat kuku tersebut kehilangan fungsinya. Fungsi paling nyata
adalah untuk meningkatkan nilai estetika tangan, namun terdapat fungsi lain
seperti proteksi falang distal terhadap trauma, efek counter-pressure yang
membantu fungsi berjalan serta meningkatkan sensasi taktil, menggaruk, dan
memanipulasi barang kecil.
Berbagai macam kelainan dapat terjadi pada kuku, seperti deformitas,
infeksi, paronikia, dan ingrown toenails. Insidensi kelainan bentuk kuku tidak
diketahui pasti, karena masih belum banyak studi yang dilakukan. Infeksi kuku
disebabkan oleh jamur, namun bisa juga oleh bakteri dan virus. Infestasi parasit
juga dapat menyebabkan perubahan pada lempeng kuku.
Kuku dapat mengalami perubahan pada berbagai kondisi sistemik dan
genetik atau akibat dari suatu trauma. Bentuk kuku abnormal seperti clubbing
finger sering dikaitkan dengan adanya kelainan paru, nail biting dan
onikotilomania merupakan petunjuk mengenai status emosional/psikis seseorang.
Infeksi pada kuku berpengaruh signifikan pada kualitas hidup seseorang. Masalah
yang berhubungan dengan infeksi kuku antara lain rasa tidak nyaman, kesulitan
dalam memakai alas kaki dan berjalan, kosmetik, dan rendah diri.
Dengan mengamati kondisi kuku, praktisi kesehatan dapat memperoleh
informasi mengenai kebiasaan, pekerjaan, dan status kesehatan seseorang karena
beberapa perubahan bentuk kuku dapat menjadi sebuah petunjuk mengenai suatu
penyakit sistemik. Maka dari itu, pemahaman menyeluruh mengenai anatomi dan
fisiologi kuku diperlukan untuk mengenali kelainan kuku lebih dini sehingga kita
dapat mendiagnosis dan menatalaksana penyakit kuku dengan cepat dan tepat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KUKU

Kuku adalah salah satu adneksa kulit yang mengandung lapisan tanduk yang
terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Fungsinya selain membantu jari-
jari untuk memegang, juga digunakan sebgai cermin kecantikan. Bagian terminal
lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Lempeng kuku terbentuk dari
sel-sel keratin yang mempunyai dua sisi, satu sisi berhubungan dengan udara luar
dan sisi lainnya tidak.1,2

Bagian kuku

1. Matriks kuku : pembentuk jaringan kuku yang baru


2. Dinding kuku (nail wall): lipatan2 kulit yg menutupi bag.pinggir & atas
3. Dasar kuku (nail bed): bagian kulit yg ditutupi kuku
4. Alur kuku (nail groove): celah antara dinding & dasar kuku
5. Akar kuku (nail root): bagian proksimal kuku, bagian kuku yg terbenam
dlm kulit jari
6. Lempeng kuku (nail plate) : bagian tengah kuku yg dikelilingi dinding
kuku
7. Lunula : bagian lempeng kuku yg berwarna putih didekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit
8. Eponikium : dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya menutupi bagian
permukaan lempeng kuku
9. Hiponikium : dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yg bebas (free edge)
menebal

3
Gambar 1. Anatomi kuku2

Gambar 2. Anatomi Kuku

B. KELAINAN KUKU

a) DERMATOSIS PENYEBAB KELAINAN KUKU


1. Paronikia
Paronikia adalah reaksi inflamasi mengenai lipatan kulit disekitar
kuku. Paronikia sering mengani seseorang yang acapkali kontak dengan
air, seperti tukang cuci, dokter gigi, pekerja di bar dan pada anak-anak
yang menghisap jari. Dapat juga mengenai penderita dermatitis pada

4
lipatan kuku. Paronikia dapat disebabkan oleh peradangan pada kulit
periungual setelah trauma atau tindakan manikur atau pedikur.2
Gambaran klinis ada dua bentuk yaitu paronikia akut dan paronikia
kronis. Gejala pertama adanya pemisahan lempeng kuku dari eponikium
yang disebabkan oleh trauma atau maserasi pada tangan yang sering kena
air. Celah lembab kemudian terkontaminasi oleh kokus Candida albicans,
sedangkan bakteri adalah Staphylococcus atau Pseudomonas aeruginosa.2
Faktor predisposisi, yaitu trauma sepatu yang sempit, atau tertusuk
duri. Adanya eritema dan edema pada jaringan periungual kemudian
terjadi supurasi dan mengeluarkan pus. Pada keadaan kronis dapat terjadi
distrofi kuku.2
Gejala klinis berupa pembengkakan jaringan yang nyeri dan dapat
mengeluarkan pus. Infeksi kronis terdapat celah horisontal pada dasar
kuku. Biasanya mengenai 1-3 jari terutama jari telunjuk dan jari tengah
Paronikia ditandai dengan jaringan kuku menjadi lembut dan membengkak
serta dapat mengeluarkan pus (nanah), kuku bertambah tebal, berubah
warna dan membentuk garis punggung.2
Setiap jari tangan dapat terkena, tetapi yang lebih sering adalah jari
manis dan jari kelingking. Celah yang lembab terkontaminasi oleh kokus
piogenik atau jamur (Staphylococcus atau Pseudomonas aeruginosa atau
Candida albicans)3
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan biakan pus untuk
mengetahui kuman penyebab. Paronikia yang disebabkan oleh
Pseudomonas menyebabkan kuku berwarna hijau.2
Terapi adalah dengan mencegah trauma dan menjaga agar kulit
tetap kering, mencuci dengan sarung tangan karet. Topikal antiseptik
seperti povidon yodium atau klorheksidin. Sistemik diberikan antibiotik
sesuai dengan kuman penyebab atau flukloksasilin 4x500 mg/hari.
Paronikia akut yang disertai supurasi harus di insisi.2

5
Gambar 1. Paronikia

2. Onikomikosis

Infeksi jamur pada kuku, prevalensinya meningkat sesuai dengan


peningkatan usia. 50% dari populasi umum dan 40% terjadi pada usia
lebih dari 60 tahun. Dermatofita sebagai penyebab dari 85% kasus dan
15% dari jamur nondermatofita.Infeksi pada orang dengan imunodefisiensi
virus memiliki jenis proksimal subungual onychomikosis. Candida Sp.
Hanya menjadi agen pada orang dengan imunosupresi 1

Penyebab berkaitan dengan T.pedis et manuum: T.rubrum, T.


mentagrophyte dan E.floccosum. Berkaitan dengan T. capitis: T. tonsuran,
T.violaceum dan T.schoenleini. Non-dermatofit: Scopulariopsis
brevicaulis, Acremonium, Fusarium, Aspergillus dan Candida albicans.
Gejala subyektif tidak ada. Untuk gejala obyektif1 :

a. Onikomikosis subungual distalis dimulai dari tepi distal kuku menjalar


ke proximal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh,
pemukaan distal hancur dan kuku rapuh menyerupai kapur 4
b. Leukonikia trikofita berupa keputihan pada permukaan kuku, infeksi
T.mentagrophytes
c. Onikomikosis subungual proksimal dimulai dari pangkal kuku bagian
proksimal, bagian distal tampak utuh, infeksi T.rubrum & T.megninii
d. Onikomikosis oleh Candida

6
Tabel I. Gejala Klinis Onychomycosis

Onikomikosis T.rubrum, T. Onikolisis berhubungan


subungual interdigitalis dengan subungual
distalis hyperkeratosis,
Onikomikosis T.rubrum Leukonikia proksimal dengan
subungual permukaan nail plate yang
proksimal normal
Fusarium Berhubungan dengan inflamasi
Scopulariopsis perungual dan purulent
Aspergillus discharge

Leukonikia T. Lebih luas dan dalam


trikofita interdigitalis
(white 
superficial Fusarium
onikomikosis Aspergillus
)

Terapi dermatofita merespon paling baik terhadap terbinafine


(Lamisil) 250 mg setiap hari, sedangkan ragi dan beberapa cetakan non-
dermatofita lebih baik diobati dengan itrakonazol 400 mg / hari selama 1
minggu setiap 4 minggu. Terapi denyut nadi ini telah terbukti setidaknya
sama efektifnya dengan itrakonazol kontinu 200 mg / hari. Flukonazol
diberikan sekali pada 150 mg per minggu, tetapi dosis ini tampaknya
terlalu rendah untuk individu beratnya lebih dari 70 kg. 1
Uji coba terkontrol telah menunjukkan bahwa kombinasi
pengobatan topikal plus sistemik dapat mengurangi tingkat kegagalan
terapi sistemik sendiri sebesar 50%. Tingkat kesembuhan mikologis
mereka adalah 11% tanpa tingkat kesembuhan total yang diberikan.1

7
Gambar 2. Onikomikosis

3. Liken planus kuku

Penyebab dari LP tidak diketahui namun mekanisme immunology dapat


terlihat dari rendahnya stimulasi antigen pada patogenesa penyakit
tersebut.Respon imun mediated-sel dipercaya berperan penting dalam
patogenesa penyakit ini. Kehadiran dari activated antigen presenting cells (sel
Langerhans, sel dendritic dan macrofag) pada lesi kulit dapat terlihat pada
tahap awal penyakit ini1
Perubahan kuku berupa belah longitudinal, lipatan kuku yg mengembung
(pterigium kuku), kadang kadang anonikia. Lempeng kuku menipis dan papul
liken planus dapat mengenai lempeng kuku.5
Lichen Planus dapat terjadi pada semua usia namun lebih banyak
ditemukan pada anak-anak. Keluhan utama yang terjadi adalah
pruritus.Kegatalan yang terjadi pada lesi LP biasanya diprofokasi oleh
menggosok lesi.5 Lesi pada LP ditandai dengan:
 Lesi memiliki karakteristik warna violet
 Papul papul polygonal dan plak, terang permukaan datar
 Permukaan kering dan tipis
 Lesi dapat terjadi dibagian manapun pada permukaan tubuh, yang
umum adalah pergelangan tangan, dan pergelangan kaki.
 Fenomena koebner +

8
Terdapat 6 (P) karakteristik dari lesi LP yaitu planar, polygonal, purple,
pruritic, papul dan plak5. Histopatologi dapat mendukung diagnose. Berikut
penemuan, dalam kombinasi yang merupakan karakteristik dari liken planus
yaitu5:

 Hyperkeratosis tanpa parakeratosis


 Hipergranulosis
 Akantosis yang irregular
 Degenerasi sel basal
 Badan civatte (badan koloid dan badan hyaline)
Terapi LP kuku umumnya tidak memuaskan, dicoba berikan steroid kuat
topikal dioleskan dari bagian distal ke proksimal selama 6 bulan. Penyuntikan
triamsinolon asetonid 0,5ml dosis 40 mg/ml dengan 1% lignokain setiap bulan
selama 6 bulan.2

Gambar 3. Liken Planus Kuku

4. Kuku Psoriasis (Psoriatic nails)

Kuku psoriasis terjadi pada 50% pasien psoriasis kulit. 1.Adanya pits
(cekungan), terowongan dan cekungan yang transversal (Beau’s line),
leukonikia dengan permukaan yang kasar atau licin.Pada dasar kuku terdapat
perdarahan dan merah. Hiponikia hijau kekuningan pada daerah
onikolisis.Keratosis subungual zat tanduk dibawah lempeng kuku dapat
menjadi medium pertumbuhan bakteri ataupun jamur. Pits terbentuk dari
kegagalan pembentukan kuku, biasa terdapat pada bagian proksimal kuku.

9
Beau’s line adalah terowongan transversal yang berjalan ke arah distal
sesuai pertumbuhan kuku disebabkan oleh penghentian sementara fungsi
matriks.

Onikolisis adalah terpisahnya kuku dari dasarnya terutama pada bagian


distal atau lateral. Warna kuku berubah menjadi kunig karena adanya pus,
udara atau skuama. Infeksi Pseudomonas akan memberi warna hijau,
sedangkan adanya perdarahan akan memberi warna coklat. Adanya eksudat
yang mengandung glikoprotein akan membentuk oily spot pada kuku
penderita psoriasis.2 Psoriasis kuku terlihat pada matriks kuku bagian
proksimal.5

Gejala tambahan dari kuku psoriasis yaitu onikolisis yang merupakan


paling umum yang terjadi, salmon patches dan hyperkeratosis subungual,
pada kuku jari kaki onikolisis sering terjadi bersamaan dengan
hyperkeratosis subungual dan sangat dekat dengan kejadian
onikomikosis.1,5,6

Terapi dengan Triamsinolon asetonid injeksi 10mg/ml setiap 6 minggu


dari proksimal kuku. Injeksi metrotrexat juga dapat diberikan.1

Gambar 4. Psoriasis Kuku

5. Alopesia areata

Kelainan kuku berupa pitting atau terowongan halus, semua kuku jari
tangan dan kaki dapat terkena, menjadi kasar, tidak berkilau dan menunjukkan
koilonikia, kadang terdapat bintik-bintik pada lunula, beberapa kuku menjadi
tipis dan beberapa menjadi tebal . Adanya kuku yang rapuh dan pecah-pecah

10
dengan perubahan warna longitudinal, bentuk V dan hiperkeratosis di bawah
kuku1

Alopecia areata (AA) memengaruhi antara 6 dan 7 juta individu di


Amerika Serikat. Prevalensi kuku kelainan bervariasi antara 10% dan 65%.
Tidak ada umur, ras, atau dominan etnis yang diketahui. Berbeda dengan
penyakit autoimun lainnya, itu folikel rambut biasanya tidak mengalami
cedera permanen dan mempertahankan potensinya untuk menumbuhkan
kembali rambut.

AA sering mempengaruhi kuku; semakin parah AA, semakin besar


kemungkinan keterlibatan kuku. Jadi kuku berubah jarang terjadi pada jenis
AA ringan yang paling sering hanya beberapa bercak botak dan tingkat
spontan yang tinggi resolusi, sedangkan perubahan kuku agak aturan di AA
universalis. Namun, secara umum diterima itu mungkin ada kuku AA tanpa
rambut rontok. Dua jenis perubahan kuku terlihat: kuku kasar yang telah
kehilangan sinar dan kuku berlubang dengan pembersih permukaan. Kuku
mungkin kehilangan transparansi, menjadi lebih tebal, menjadi rapuh dan
terbelah secara distal. Kutikula mungkin menjadi compang-camping.
Koilonychia adalah pertanda sangat parah keterlibatan kuku.1

Perawatan topikal dengan steroid atau kombinasi steroid-kalsipotriol


sering dicoba, tetapi kebanyakan sia-sia. Suntikan suspensi kristal
triamcinolone acetonide, 0,5 hingga 1 mg per lipatan proksimal, harus diulang
setiap 4 hingga 6 minggu, tetapi rumit dan menyakitkan.1

Prognosis kuku AA terkait dengan AA pada umumnya. Lesi pada kuku


bisa bertahan lebih lama dari kerontokan rambut. Distrofi kuku permanen
setelah resolusi AA tidak diamati.1

11
Gambar 5. Alopesia Areata

b) KELAINAN LEMPENG KUKU


1. Hippocratic (Clubbed) finger

Keadaan ini dapat menyertai neoplasma dan beberapa penyakit paru,


malformasi atrioventrikular, penyakit jantung congenital, inflammatory bowel
disease.Syndrome ini dapat terlihat pada pasien dengan bronkiektasis kronis,
sinusitis kronis, efusi pleura, malignansi, sindrom imunodefisiensi, dan
RA.Pada pasien dengan penyakit RA, kuku yang kuning pada umumnya dapat
ditemukan pada pasien dengan pengobatan thiol contohnya, bucillamine dan
sodium thiomalat emas7

Perubahan pada kuku dan falangs terminal.Kuku mengembung dan


berbentuk konveks arah transversal dan longitudinal seperti arloji. Eponikium
menebal dan jaringan lunak falangs terminal menyerupai pemukul drum,
pelebaran juga mengenai falangs tengah .Penyakit yang menyertai yaitu
Sarkoma, Bronkiektasis, Bronkitis kronik, Neoplasma, Tuberkulosis dan
Emfisema, serta kelainan jantung kongenital.2 Pemeriksaan penunjang adanya
tanda Lovi Bond, tanda Curth dan tanda Schamroth. Tidak diperlukan
pengobatan.2

12
Gambar 6. Hippocratic Fingers

2. Koilonika (spoon nails)


Kuku tipis dan berbentuk cembung dengan pinggir meninggi
Menyertai kelainan metabolisme besi yang merupakan gejala sindrom
Plummer Vinson dan juga disebabkan oleh sabun keras atau keadaan lain
yang menyebabkan penipisan kuku.2 Kelainan kongenital, seperti
trikotiroidistrofi dan nail patela syndrome memberi gambaran kuku
sendok.
Koilonika dapat menyertai kekurangan besi, hemokromatosis,
terdapat pula pada liken planus. Penipisan kuku ini dapat pula disebabkan
oleh kontak dengan bahan kimia. Gambaran klinis adalah kuku distrofi
pada arah transversal dan longitudinal, berbentuk cekung, seperti sendok.
Jaringan subungual mungkin normal atau menebal. Tatalaksana adala
menghilangkan kontak dengan bahan kimia yang dapat menipiskan kuku.

Gambar 7. Koilonika

13
3. Onikauksis

Kuku menebal tanpa kelainan kelainan bentuk .Menyertai penyakit


akromegali, Darier, psoriasis, dan Pitiriasis rubra pilaris, dapat juga herediter 2

Gambar 8. Onikauksis

4. Onikogrifosis

Kuku berubah bentuk dan menebal seperti cakar disebabkan trauma


neuropatia perifer dan perubahan vaskular perifer .Sering disebabkan
pemotongan kuku yang tidak teratur . Dapat mengenai ibu jari kaki orang
tua.2

Onychogryphosis adalah gangguan dimana kuku, paling seringpada ibu


jari kaki, menjadi menebal dan menjadi sangat bengkok, tampak
melengkung(kuku terompet ram).Kuku yang melengkung seperti kait bisa
melukai jari kakidiantaranya dan disebabkan oleh salah satu sisi pada kuku
berkembang cepatdibandingkan yang lain. Gangguan ini meliputi kerusakan
pada alas kuku, yang palingsering disebabkan oleh luka berulang (seperti oleh
sepatu yang tidak pas), tetapi bias juga terjadi pada gangguan seperti psoriasis.
Onychogryphosis umum pada orang tua.Kuku tersebut harus dirapikan dan
luka disekitar jari kaki bisa dicegah denganmenempatkan kapas diantara jari
kaki.8

14
Gambar 9. Onikogrifosis

5. Anonikia

Tidak tumbuhnya kuku karena defek Ektoderma kongenital, Iktiosis dan


infeksi berat dan fenomen Raynaud. 2

Gambar 10. Anonikia

6. Onikoatrofi

Kuku menjadi tipis dan lebih kecil akibat gangguan vaskular,


Epidermolisis bulosa, liken planus, penyakit Darier dan Sindrom nail-platella-
elbow. Mula-mula pertumbuhan kuku normal kemudian mengalamo regresi
sebagian atau seluruhnya.2

7. Onikolisis

15
Onycholysis adalah pemisahan piringan kuku dari alas kuku atau kuku
yang hilang sepenuhnya. Yang bisa terjadi dari trauma (seperti pada gerak
jalanatau bermain ski dalam waktu lama dengan alas kaki yang tidak pas) ;
dari terlalusemangat membersihkan kuku; dengan penyakit seperti psoriasis
dan thyrotoxicosis,atau dari bersentuhan dengan bahan kimia atau obat-obatan
tertentu8
Obat-obatanyang menyebabkan onycholysis termasuk doxorubicin,
bleomycin, captopril,5-fluoroyricil, dan retinoid. Obat-obatan lain, termasuk
tertracycline, psoralen,fluoroquinolone dan quinine, bisa menyebabkan
onycholysis paling sering ketika kukubersentuhan dengan sinar matahari
(photo-onycholysis)8
Orang dengan onycholysis berada pada resiko infeksi dengan cendawan
dan jamur.Menjaga kuku tetap kering dan menggunakan anti jamur preparat
pada unit kuku bias membantu. Onycholysis bisa terjadi pada orang dengan
infeksi jamur8
Terpisahnya kuku dari dasarnya terutama bagian distal atau lateral. Warna
kuku berubah kuning karena pus, udara atau skuama.Infeksi Pseudomonas
menimbulkan warna hijau, sedangkan perdarahan menimbulkan warna
kecoklatan.

Gambar 11. Onikolisis

8. Pakionikia

Penebalan pada lempeng kuku .Tebal kuku jari tangan normal : 0,5 mm,
kuku jari kaki 2x lebih tebal. Penebalan kuku terjadi karena adanya
hiperkeratosis dari dasar kuku atau karena perubahan matriks kuku.2

Dapat menyertai kelainan palmo, plantar iperkeratosis atau kongenital


iktiosis. Penebalan kuku pada orang tua merupakan normal. 1 Selain itu

16
kelainan kuku ini berhubungan dengan mutasi 5 gen keratin yaitu KRT6a,
KRT6b, KRT6c, KRT16, and KRT17. Terdapat 2 tipe Tipe 1 Jadassohn-
Lewandowsky dan sindrom Jackson-Lawler Tipe 2. 1 Ini juga trauma yang
berulang atau pekerja yang banyak menggunakan tangan.2

Gambar 12. Pakionikia

9. Beau’s lines

Lesi depresi linear melintang pada kuku disebut juga beau’s line sejak lesi
tersebut ditemukan tahun 1864. Garis beau terjadi pada tempat yang sama
pada lempeng kuku pada hampir semua penderita ini dan mungkin disebabkan
oleh penyakit yang berat sehingga merusak pertumbuhan kuku. Kuku hanya
mampu tumbuh 1 mm setiap 6 hingga 10 hari9

Kondisi ini ditandai dengan depresi melintang pada kuku yang dapat
disebabkan oleh trauma, terpapar suhu dingin pada penyakit
Raynaud’s9.Adanya terowongan transversal dimulai dari lunula dan berjalan ke
arah distal sesuai pertumbuhan kuku.Disebabkan karena penghentian
sementara fungsi matriks kuku, morbili dan reaksi obat.

17
Gambar 13. Beau’s Line

10. Onikoreksis (Brittle nail)

Kuku rapuh dan pecah karena pemakaian sabun kuat, penghapus cat kuku
dan pada keadaan hipotiroid serta defisiensi vitamin A dan B. Kuku rapuh
akibat sirkulasi yang terganggu karena adanya spasme arterial.2

Gambar 14. Onikoreksis


11. Hapalonikia

Kuku yang melunak karena defek pada matriks sehingga kuku tipis lunak
dan mudah sobek. Berhubungan dengan defisiensi vitamin A dan vitamin D.
Sering menyertai malnutrisi, miksedema, lepra dan fenomen Raynaud 2

18
Gambar 15. Hapalonikia

12. Median nail dystrophy (Distrofia unguis mediana kanaliformis)


Distrofia unguis mediana kanaliformis, distrofia longitudinalis
fussiriformis. Adanya celah yang longitudinal pada tengah-tengah kuku karena
trauma dapat sembuh spontan dan timbul kembali.2

Gambar 15. Median nail dystrophy)

13. Pterygium unguis

Kutikula yang tumbuh abnormal sehingga menutupi lempeng kuku


bagian proksimal seperti pada Liken planus. Pertama membagi kuku menjadi
2 bagian, tetapi dapat menyebabkan kehancuran kuku sepenuhnya ketika
menempati hampir seluruh saku kuku. 1,2

Gambar 16. Pterygium Unguis

19
14. Hang nail

Eponikium tumbuh berlebihan dan berbelah sehingga timbul fisura pada


pinggir kuku lateral, memberi rasa nyeri. Disebabkan oleh trauma atau hidrasi
berlebihan. Pengobatan dengan menggunting, pemakaian emolien untuk
menjaga agar kutikel selalu lunak2

Gambar 16. Hang Nail

c) PERUBAHAN WARNA PADA KUKU (KROMONIKIA)


1. Kuku berwarna hijau (green nails)

Pada kuku yang mengalami onikolisis dan paronikia yang berat akibat
infeksi Pseudomonas aeroginosa yang menghasilkan pigmen piosianin yang
berwarna hijau.Pigmen tersebut diendapkan pada lempeng kuku. Kelainan
warna dapat seluruh permukaan kuku atau hanya sebagian Bila infeksi terjadi
berulang akan timbul garis hijau yang horizontal atau disebut green striated
nails, warna hijau disebabkan olehCandida albicans atau Aspergilus flavus.2

2. Kuku berwarna biru (blue nails)


Lunula berwarna biru pada penyakit Wilkinson disebabkan penyakit
bawaan dengan degenerasi hepatolentikuler, terdapat kelainan metabolisme
tembaga (Cu) sehingga terjadi meningkatkan kadar Cu dalam badan. Obat

20
antimalaria (Atabrin). Dapat juga karena adanya hematoma subungual. Kuku
berwarna biru terdapat juga pada penyakit anemia pernisiosa kongenital. 6
3. Kuku berwarna kuning (yellow nails)

Sindrom kuku kuning dapat berhubungan maupun tidak berhubungan


dengan penyakit sistemik dan biasanya familial.Meskipun demikian, penting
bagi pasien untuk konsultasi dengan ahli paru. Kondisi lain yang dapat
berhubungan dengan kondisi ini adalah rheumatoid arthritis dan malignansi
internal. Sejarah pasien sangat penting, karena pasien selalu mengeluh kuku
mereka berhenti bertumbuh.Perubahan pada kuku dapat dihasilkan dengan
pemberian vitamin E oral dosis tinggi.Vitamin E topical disertai dengan
medikasi antifungal tidak memperlihatkan hasil yang efektif.2

Pertumbuhan kuku yang lambat, Kuku cembung dan tebal. Lunula tidak
tampak dan seluruh badan kuku menjadi kuning Adanya edema pada kuku,
muka dan pleural effusion.Pada limfangiografi ditemukan penyempitan
pembuluh getah bening 2

4. Kuku berwarna hitam (black nails)

Disebabkan karena melanogenesis yang berlebihan pada penyakit pinta,


def.vit B12, Melanoma maligna danPeutz-Jegher syndrome.Infeksi jamur oleh
Candida abicans dan Blastomyces dermatitides, Junction naevi dibawah kuku,
Sindrom Cushing yang disertai peningkatan MSH. Infeksi Proteus mirabilis
yang menghasilkan hidrogen sulfida yang bergabung dengan logam-logam
yang ada pada kuku membentuk sulfida yang berwarna hitam.2

5. Kuku berwarna tengguli atau coklat atau merah tua (brown nails)

Disebabkan oleh Obat antimalaria (klorokuin, Kinakrin dan Amodiakin),


Fenolftalin, Penyakit Addison, Akantosis nigrikans. Setelah dikompres dengan
larutan Permanganas kalikus atau larutan perak nitrat 2

21
6. Kuku berwarna putih (Leukonikia)

Akibat kelainan keratinisasi kuku. Terbagi atas dua yaitu leukonikia murni
dan pseudoleukonikia.

 Leukonikia Murni
Kelainan terletak pada matriks kuku. Dapat meliputi seluruh kuku atau
berupa garis longitudinal (leukonikia striata), transversal atau hanya
sebagai bintik-bintik putih (leukonikia pungtata). Leukonikia pungtata
dapat terjadi pada penyakit tifus, nefritis, karena trauma dan infeksi
jamur bahkan pada orang normal. leukonikia striata ada perubahan
warna kuku berupa garis-garis putih dapat disebabkan oleh kelainan
herediter, keracunan talium, atau trauma otak yang berat.
 Pseudoleukonikia
Warna putih disebabkan oleh penyakit di luar matriks kuku seperti
onikomikosis atau cat kuku. Leukonikia juga dapat terjadi pada
perubahan jaringan di bawah kuku, misalnya pada anemia dan
hipoalbuminemia akan memberikan gambaran kuku berwarna putih.
Half and half nails adalah warna kuku pada bagian proksimal putih
sedang bagian distal berwarna merah muda dengan batas yang jelas.
Perubahan warna ini ditemukan pada penderita ginjal kronis.
Meen’s transverse band adalah pita putih yang melintang ketika
keracunan arsen. Pada penderita pelagra berat, juga ditemukan pita
putih susu berbatas tegas yang menyeluruh.2

7. Melanonikia
Kuku berwarna coklat atau hitam. Adanya perubahan warna ini harus
waspada terhadap melanoma maligna. Kemungkinan melanoma memberikan
gambaran sebagai berikut:
- Hanya satu jari yang terkena

22
- Adanya penyebaran warna hitam dari periungual
- Sering terjadi pada usia di atas 50 tahun
- Adanya pigmentasi linier pada pinggir bebas kuku

Melanonikia longitudinal normal pada ras berwarna hitam. Ampir 100%


Negro mempunyai melanonikia longitudinal. Pemeriksaan penunjang adalah
biopsi kuku dengan histopatologi didapatkan melanosit yang atipikal.
Tatalaksana seperti melanoma kulit.2

8. Splinter Hemorrhages
Definisi adanya pendarahan yang terletak longitudnal pada dasar kuku
panjang kurang dari 3 mm. Lebih banyak dijumpao pada pria dan orang negro.
Splinter Hemorrhages dapat dipicu oleh trauma lokal, kelainan pembuluh
darah, pada penyakit hepatitis, sirosis dan penyakit buerger. Pendarahan ini
juga dijumpai pada penyakit psoriasis dan pemfigus. Penyebab perdarahan
belum pasti. Dapat disebabkan oleh adanya emboli pada pembuluh darah
bagian terminal atau fragilitas kapiler.
Perdarahan berbentuk alur panjang antara 2-3 mm. Umumnya hanya
mengenai satu jari. Pertama kali berwarna merah cerah, kemudian akan
berubah dalam dua hari menjadi cokelat kehitaman yang selanjutnya bergerak
lambat ke arah distal sesuai petumbuhan kuku.
Pemeriksaan penunjang dilakuan histokimia terbukti bahwa perubahan
warna berasal dari darah. Tatalaksana tidak diperlukan.2

d) TUMOR YANG MENGENAI KUKU


1. Onychocytic Matricoma
Pertama kali dijelaskan dengan nama keratosis seboroik subungual, nama
ini sekarang telah ditinggalkan demi matricoma onychocytic. Secara klinis, ada
kecoklatan memanjang untuk lesi kuning-kotor di bawah kuku yang bersinar
melalui piring. Melihat di bawah batas bebas kuku menunjukkan penebalan
bahan keratotik. Operasi pengangkatan menunjukkan suatu acanthoma secara
histologis terdiri dari sel-sel basaloid. Inklusi keratin bulat mirip dengan

23
pusaran skuamosa tetapi mode keratinisasi mereka adalah melalui zona
keratogen seperti pembentukan kuku yang normal.1

Gambar Onychocytic Matricoma

2. Onychomatricoma

Lebih dari 200 kasus onychomatricoma telah dilaporkan sejak deskripsi


pertama pada tahun 1992. Ini adalah neoplasma fibroepithelial yang berasal
dari matriks. Kuku menebal, berbentuk corong, kuning, lurik, dan mungkin
menunjukkan pendarahan sempalan. Di ujung bebas pelat, lubang kecil dapat
dikenali. Dermatoskopi menunjukkan bahwa terowongan mengandung kapiler
yang dapat berjalan jauh di kuku; dalam kasus yang jarang terjadi mereka tetap
paten, dan dapat menyebabkan perdarahan saat pemotongan kuku.

Penampilan klinis ini disebabkan oleh stroma fibrosa seluler yang padat
dengan proyeksi filiformis panjang yang semuanya ditutupi dengan epitel
matriks normal yang memanjang ke dalam kuku. Dengan demikian permukaan
matriks penghasil kuku diperbesar secara masif sehingga menyebabkan
penebalan kuku. Varian dari tumor ini adalah myxoid onychomatricoma dan
onychomatricoma berpigmen, dengan onychomatricoma berpigmen menjadi
diagnosis banding penting dari melanoma subungual.1

24
Gambar Onikomatricoma

3. Onychopapilloma
Ini adalah tumor spesifik kuku lainnya yang baru-baru ini dijelaskan yang
muncul dari matriks distal dan menghasilkan benang keratin abnormal. Secara
klinis, itu terlihat sebagai keputihan, berwarna gading, kekuningan, pita
kemerahan, atau coklat muda dengan lebar 4 sampai 8 mm di kuku, mirip
dengan matrikoma onikositik. Dermatoskopi kuku menunjukkan, namun,
penipisan lempeng kuku yang terbatas pada ujung distal kerikotik
onikopapilloma. Seringkali, kuku cenderung patah di sini dan onikolisis
berbentuk-V berkembang di dasar kuku bagian distal. Terapi dilakukan dengan
memotong seluruh lesi dari hyponychium ke mid-matrix.1

Gambar Onikopapiloma

25
Daftar Pustaka

1. Bergma, Tosti A, Piraccini BM, Levit K, De Berker D, Runne U et all.


Biology of nails and nail disorders. In: Tosti A, Piraccini BM, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 9 edition; 2018; Section
15;Chapter 87.p. 778-793.

2. Boediardja SA, Budimulja U. kelainan Kuku. Dalam: Lily Sopeardiman, Lili


Legiawati editor : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta:
FKUI; 2018. Hlm 378-87.

3. Raflizar. Paronikia gambaran dan tatalaksana, Cermin dunia kedokteran.;


Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
No. 130.2001. hlm 25-7.

4. Unandar Budimulja. Mikosis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5.


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;
2008. Hlm 93-4.

5. Debabrata B. Lichen planus. Dermatology lecture notes, 2011 Sept (cited


2019 Sept); 00488970(1-5). Available from: http://dermind.tripod.com/lp.htm

6. Tosti A, Iorizzo M, Piraccini BM; Nail psoriasis. Emedicinehealth. .


2011(cited 2019 Sept);p.3. Available from:
http://www.emedicinehealth.com/nail_psoriasis/ SymptomsTreatment

7. Myers KA, Farquhar, Abdelmalek NF, Gerber TL, Rockwell PG, Rodgers P,
et all; Nail Abnormalities: Clues to Systemic Disease. American family
physician AAFP.2004;69(6):1417-24.

8. Wingfield E. Rehmus, MD, MPH; Deformities and Discoloration of the


Nails.Merk manual home edition. Dalam; spesialis info, editor. Kelainan
bentuk dan perubahan warna kuku 2007 Agustus.p. 1-3. Tersedia dari:
http://www.spesialis.info/kelainan-bentuk-dan-perubahanwarna kuku

26
9. Myers KA, Farquhar, Abdelmalek NF, Gerber TL, Rockwell PG, Rodgers P,
et all; Nail Abnormalities: Clues to Systemic Disease. American family
physician AAFP.2004;69(6):1417-1424.

27

Anda mungkin juga menyukai