Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur atau dermatomikosis

merupakan penyakit yang sering dijumpai terutama di negara tropis karena udara

yang lembab dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi berkembangnya

penyakit jamur khususnya mikosis superfisialis. Salah satu bentuk

dermatomikosis adalah onikomikosis yaitu infeksi jamur pada kuku. Zaias

menyatakan onikomikosis adalah satu kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi

jamur dematofita, ragr (yeasts) dan kapang (moulds). Penyakit tersebut bersifat

menahun dan sangat resisten terhadap pengobatan. Onikomikosis adalah istilah

umum untuk ke lainan kuku akibat infeksi jamur. Semula, secara tradisional

istilah onikomikosis hanya digunakan untuk infeksi nondermatofita. Tinea

unguium adalah kelainan kuku akibat infeksi dermatofita.1

Onikomikosis adalah semua infeksi jamur pada kuku. Istilah onikomikosis

berasal dari Bahasa Yunani onyx berarti kuku dan mykes berarti jamur. Kuku

jari kaki 25 kali lebih sering terinfeksi daripada kuku jari tangan. Jari kaki

terpanjang, baik pertama ataupun kedua menopang bagian terberat tekanan dan

trauma dari alas kaki, lebih rentan terhadap invasi meskipun infeksi kuku multipel

juga sering terjadi. Terdapat tiga kelompok jamur yang menyebabkan

onikomikosis, yaitu: dermatofita, nondermatofita, dan yeast. Onikomikosis adalah

kelainan kuku tersering pada dewasa, sekitar 15-40% dari semua penyakit kuku.

Prevalensi onikomikosis bervariasi 2-3% hingga 13% pada populasi barat.

1
Infeksi jamur pada kuku dapat mendestruksi permukaan kuku. Onikomikosis

memiliki gambaran klinis yang berbeda-beda untuk setiap penyebabnya.1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KUKU

2
2.1.1Anatomi Kuku

Kuku terdiri dari lempeng kuku (nail plate), lipatan kuku lateral dan

proksimal, hiponikium, dasar kuku (nail bed) dan matriks. Matriks dan dasar kuku

membantu pembentukan lempeng kuku. Bagian ventral lempeng kuku dibentuk

oleh dasar kuku, sedang sisanya berasal dari matriks. Lempeng kuku berwarna

translucent, melalui lempeng kuku merupakan struktur yang paling besar, melekat

kuat pada dasar kuku dimana perlekatan ini kurang kuat kearah proksimal,

terpisah dari sudut postolateral. Seperempat bagian kuku ditutupi oleh lunula

putih. Pada pemotongan longitudinal, lipatan kuku bagian proksimal terlihat

berupa lanjutan dari kulit sekitar dorsum dan phalangs terminal. Epidermis pada

lipatan ini berlanjut disekitar dasar kuku. Lipatan kuku bagian proksimal dan

memiliki dua permukaan epitel yaitu: bagian dorsal dan ventral. Pada

persambungan keduanya dijumpai kutikula yang berproyeksi kearah distal diatas

permukaan kuku. Matriks kuku dapat dibagi atas bagian dorsal yaitu bagian

intermediate yang menutupi lempeng kuku bagian proksimal sampai ujung distal

dari lunula, dan bagian ventral. Pada daerah pemisahan antara lempeng kuku dan

dasar kuku, dapat dijumpai epitel sohlenhorn. Pada keadaan normal struktur ini

hanya berupa sisa.1

3
GAMBAR I. Anatomi kuku

2.1.2 Fisiologi Kuku

Matriks merupakan pusat pertumbuhan kuku. Kuku tangan tumbuh lebih

cepat dari kuku kaki, yaitu sepanjang 2-3 mm perbulan, sedangkan kuku kaki 1

mm perbulan. Diperlukan waktu 100 sampai 180 hari (6 bulan) untuk mengganti

satu kuku tangan dan sekitar 12-18 bulan untuk satu kuku kaki. Beberapa faktor

dapat mempengaruhi laju pertumbuhan kuku dan meliputi genetik, usia (laju

pertumbuhan melambat selama dekade ketiga kehidupan), dan cuaca (laju

pertumbuhan meningkat selama masa-masa yang lebih hangat dalam tahun).

Kecepatan pertumbuhan kuku menurun pada penderita penyakit pembuluh darah

perifer dan pada usia lanjut.1

2.2 DEFINISI

Onikomikosis adalah Infeksi jamur pada lempeng kuku, yang dapat

disebabkan oleh dermatofita, kandida, dan jamur lain.2

4
2.3 EPIDEMIOLOGI

Onikomikosis adalah infeksi jamur superfisial yang ditemukan di seluruh

dunia. Di negara maju (industri) didapatkan angkat insiden onikomikosis hingga

30% dari seluruh kejadian infeksi jamur superfisial, 40% dari seluruh penyakit

kuku dan diperkirakan terjadi 2 hingga 18% pada populasi. Onikomikosis lebih

sering terjadi pada kuku jari kaki dari pada kukujari tangan. Onikomikosis

disebabkan oleh jamur dermatofita sebesar 76%, oleh ragi (yeast) sebesar 13,5%

dan kapang (moulds) sebesar 5,5%, sisanya sebesar 5% oleh karena infeksi

campuran. Jamur dermatofita penyebab onikomikosis terbanyak adalah

Trichophyton rubrum sebesar 70% disusul Trichophyton mentagrophyta sebesar

19,8% dan Epidermophyton floccosum sebesar 2,2%, sisanya jamur dermatofita

lainnya. Ragi (yeast) penyebab onikomikosis adalah Candida albicans sebesar

61,5%, sisanya dari jenis ragi lain, sedangkan kapang (moulds) yang menjadi

penyebab onikomikosis adalah Scopulariopsis brevicaulis sebesar (37,0%),

sisanya adalah Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Hendersonulla toruloida,

pada infeksi campuran, sejumlah 44% di antara semua kasus yang dijumpai juga

ditemukan Trichophyton rubrum. Onikomikosis merupakan dermatomikosis

superfisial yang sebagian besar penyebabnya adalah golongan dermatofita, berarti

jamur yang keratinolitik, dimana di dalam hidupnya membutuhkan keratin. Jamur

akan mengambil keratin disekitarnya untuk hidupnya. Kuku tersusun dari keratin.

Karena keratin diambil oleh jamur maka lambat laun kuku menjadi rapuh dan

akhirnya rusak.2

2.4 ETIOLOGI

5
Terdapat tiga kelompok jamur yang menyebabkan onikomikosis, yaitu:

dermatofita, nondermatofita, dan yeast. Dermatofita paling sering menyebabkan

onikomikosis (90% pada kuku jari kaki dan sedikitnya 50% pada infeksi kuku jari

tangan). Studi di Inggris menemukan 8590% infeksi kuku disebabkan oleh

dermatofita dan 5% akibat mould nondermatofita. Moulds non-dermatofita

menyebabkan 1,5-6% onikomikosis. Infeksi Candida menyebabkan 510% dari

semua kasus onikomicosis.2

Tabel 1. Kelompok jamur yang menyebabkan onikomikosis. 3


Dermatofita Nondermatofita Yeast

Trichophyton rubrum Acremonium sp. Candida albicans


Trichophyton Fusarium sp. Candida parapsilosis
mentagrophytes Alternaria sp.
Epidermophyton Aspergillus sp.
floccosum Botryodiplodia theobromae
Microsporum canis Onycochola canadensis
Scytalidium dimidiatum
Scytalidium hyalinum
Geotrichum candidum
Cladosporium carrionii
Scopulariopsis brevicaulis

2.5 PATOGENESIS

Sebelum memahami patogenesis terjadinya onikomikosis (tinea unguium)

maka diperlukan pemahaman mengenai fungsi dan anatomi kuku. Fungsi utama

dari kuku adalah untuk memberikan perlindungan ke ujung digiti, meningkatkan

diskriminasi sensorik, dan dalam beberapa individu, berfungsi sebagai aksesori

kosmetik.3

Lipatan kuku proximal lempeng


lunula kuku

6
kutikula dasar tautan onikodermal
kuku
lipatan dorsum proksimal kuku lempeng
kutikula
dasar kuku
lipatan ventral proksimal kuku kuku
bagian lipatan hiponikium
proksimal kuku lekukan distal

matriks phalanges distal

GAMBAR 2. Anatomi dan struktur kuku.3


Kuku merupakan struktur unit yang tiap komponennya bergabung dan

disebut sebagai unit kuku. Unit kuku terdiri dari lempeng kuku (nail plate) dan

empat struktur epitel: lipatan kuku proksimal (proximal nail fold), matriks, dasar

kuku (nail bed) dan hiponikium. (Gambar 1). Lempeng kuku berbentuk persegi

panjang, tembus pandang relatif tidak fleksibel, mengandung kalsium, fosfat, besi,

seng, mangan dan tembaga, juga sulfur dalam matriks kuku yang bertanggung

jawab untuk kualitas fisik kuku. Lempeng kuku muncul dari bawah lipatan kuku

proksimal dan berbatasan di kedua sisi dengan lipatan kuku lateralis. Di bagian

proksimal terdapat lingkaran putih yang disebut lunula. Permukaan dorsal unit

kuku tampak berwarna merah muda karena peningkatan pembuluh darah dari

dasar kuku (nail bed). Daerah antara permukaan dorsal dan ventral terdapat

kutikula (eponychium) yang melindungi matriks dari kerusakan.3

7
Pada tinea unguium invasi terjadi pada kuku yang sehat. Jamur dapat

masuk melalui tiga cara yaitu dari manusia ke manusia (antrofopilik), dari hewan

ke manusia (zoofilik) dan dari tanah ke manusia (geofilik). Dermatofita, tidak

seperti kebanyakan jamur lain, menghasilkan keratinases (enzim yang memecah

keratin), yang memungkinkan untuk invasi jamur ke dalam jaringan keratin.

Dinding sel dermatofit juga mengandung mannans (sejenis polisakarida) yang

dapat menghambat respon kekebalan tubuh. Trichophyton rubrum khususnya

mengandung mannans yang dapat mengurangi proliferasi keratinosit. Terdapat

beberapa predisposisi yang memudahkan terjadinya tinea unguium yang mungkin

sama dengan penyakit jamur superfisial lainnya seperti kelembaban, trauma

berulang pada kuku, penurunan imunitas serta gaya hidup seperti penggunaan

kaos kaki dan sepatu tertutup terus-menerus, olahraga berlebihan dan juga

penggunaan tempat mandi umum. Invasi kuku oleh jamur juga akan meningkat

pada pasien dengan defek pada suplai vaskularisai seperti akibat pertambahan

usia, insufisiensi vena, penyakit arteri perifer, serta pasien imunokompromise.3


Jamur menyerang kuku melalui berbagai area sesuai dengan bagian kuku

yang pertama diinfeksinya. Invasi jamur ke kuku biasanya di mulai dari lipatan

kuku lateral atau ujung kuku, hal ini akan memberikan gambaran klinis berbeda

sesuai dengan klasifikasi berdasarkan bagian kuku yang terkena. Selanjutnya

dapat terjadi onikomikosis sekunder dimana infeksi terjadi setelah jaringan di

sekitar kuku sudah terinfeksi seperti pada psoriasis atau trauma pada kuku. tinea

unguium pada kuku jari kaki biasanya terjadi setelah tinea pedis, pada kuku jari

tangan dikaitkan dengan tinea manus, tinea corporis dan tinea kapitis.3
2.6 GAMBARAN KLINIS

8
Kuku jari kaki lebih sering terinfeksi dibandingkan kuku jari tangan. 1 Sekitar

80% tinea unguium terjadi pada kaki. Gambaran klinis tinea unguium berdasarkan

klasifikasinya, yaitu:2

1. Onikomikosis Distal Subungual (ODS)

Onikomikosis Distal Subungual (ODS) merupakan pola tinea unguium yang

paling sering terjadi. Infeksi dimulai dari stratum korneum daerah hiponokium

atau lipatan kuku, kemudian masuk ke subungual. Onikomikosis Distal Subungual

(ODS) sering dikaitkan dengan tinea pedis. Biasanya disebabkan oleh T. rubrum.3

GAMBAR 3. Onikomikosis Distal Subungual (ODS)

2.

Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP)


Jamur masuk melalui kutikula lipatan kuku posterior kemudian berpindah

sepanjang lipatan kuku proksimal menginvasi matrik kuku. Pada tipe ini, paling

sering disebabkan oleh T. rubrum. Tipe ini selalu dikaitkan dengan keadaan

immunocompromised. Banyak ditemukan pada pasien HIV. Onikomikosis

Subungual Proksimal (OSP) dapat mengenai satu atau dua kuku. Gambaran klinis

yang dapat ditemukan adalah bintik putih di bawah lipatan kuku proksimal.3

9
GAMBAR 4.
Onikomikosis
Subungual
Proksimal
(OSP)

3. Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT)

Pada tipe ini, jamur menginvasi permukaan dorsal kuku. Penyebab terbanyak

adalah T. mentagrophytes atau T. rubrum (pada anak-anak). Penyebab yang jarang

Acremonium, Fusarium, dan Aspergillus terreus. Permukaan lempeng kuku yang

terinvasi oleh jamur menunjukkan gambaran putih, seperti tepung/ serbuk kapur

(chalky white) dan kadang mudah retak.3

GAMBAR 5. Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT)

4. Onikomikosis kandida (OK)

10
Spesies Candida menyerang kuku biasanya terjadi pada orang yang sering

membenamkan tangan mereka di dalam air. Dapat terjadi pada pasien

immunocompromised, dan pada orang dengan kandidiasis mukokutan kronis.

Infeksi dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu : (1) Dimulai sebagai paronikia

yang kemudian menginvasi matriks kuku sehingga memberikan gambaran klinis

depresi transversal kuku sehingga kuku menjadi cekung, kasar, dan akhirnya

distrofi. (2) Pada kandidiasis mukokutan kronis, kandida langsung menginvasi

lempeng kuku sehingga baru pada stadium lanjut tampak sebagai pembengkakan

lipat kuku proksimal dan lateral yang membentuk gambaran pseudoclubbing atau

chicken drumstick. (3) Invasi pada kuku yang telah onikolisis, terutama pada

tangan, tampak sebagai hiperkeratosis subungual dengan massa abu-abu

kekuningan di bawahnya. Pada keadaan lanjut keempat tipe tersebut akan

menunjukkan gambaran distrofik total.3

GAMBAR 6. Onikomikosis kandida (OK)

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

11
Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan adalah pemeriksaan

mikroskopik langsung yang diikuti biakan untuk identifikasi spesies penyebab.4

2.7.1 Pemeriksaan mikroskopik langsung

Pemeriksan langsung dapat dilakukan dengan sediaan KOH 20-30% dalam

air atau dalam dimetil sulfoksida (DMSO) 40% untuk mempermudah lisis keratin.

Zat warna tambahan misalnya tinta parker blue-black, atau pewarnaan PAS akan

mempermudah visualisasi jamur. Penambahan zat warna chorazol black E atau

calcofluor white pada KOH bersifat spesifik untuk elemen jamur karena hanya

terikat pada khitin yang merupakan dinding jamur, tetapi tidak pada keratin atau

benang dan artefak lain. Namun untuk calcoflour white dibutuhkan mikroskop

fluoresen untuk memeriksannya.4

Selain memastikan hasil positif atau negatif, perlu dicari bentuk tipikal

atau atipikal elemen jamur, misalnya hifa dermatofita tidak berwarna (hialin), hifa

Scytalidium panjang dan berkelok-kelok serta jamur dematiaceae berwarna

hitam.3

Pada pemeriksaan mikroskopik terkadang sulit untuk mengidentifikasi

jenis jamur spesifik tetapi pada kebanyakan kasus yeast dapat dibedakan dengan

dermatofita secara morfologi. Pemeriksaan secara mikroskopik merupakan

pemeriksaan yang paling sederhana dan cepat.4

2.7.2 Pemeriksaan Biakan

12
Pemeriksaan dengan biakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan

langsung sediaan basah untuk menentukan spesies jamur. Pada biakan jamur

pemisahan jamur akan lebih baik jika menggunakan antibiotik untuk mencegah

kontaminasi bakteri. Penghancuran spesimen kuku harus dilakukan sebelum

inokulasi pada media. Sampel yang diambil dari kuku yang terinfeksi disuntikkan

ke media agar Sabouraud dengan atau tanpa cycloheximide. Biakan jamur

menggunakan media agar Sabouroud dengan chloramphenicol dan cycloheximide

memiliki sensitivitas 32%. Untuk melihat hasil biakan jamur ini dibutuhkan waktu

beberapa hari sampai dengan satu minggu.4

2.7.3 Pemeriksaan Histopatologi


Bila secara klinis kecurigaan tinea unguium besar namun hasil sediaan

mikroskopik langsung maupun biakan negatif, pemeriksaan histopatologi dapat

membantu. Dapat dilakukan biopsi kuku atau cukup dengan nail clippings pada

Onikomikosis Subungual Distal (ODS). Periodic Acid Schiff (PAS) digunakan

untuk mencari elemen jamur pada kuku. Pemeriksaan ini dapat sekaligus

membantu memastikan bahwa jamur terdapat dalam lempeng kuku dan bukan

komensal atau kontaminan di luar lempeng kuku. Teknik ini merupakan teknik

yang paling dapat dipercaya untuk membangun diagnosis tinea unguium. Pada

beberapa penelitian sensitivitas PAS adalah 41-93%.4


2.8 PENATALAKSANAAN
Seperti penatalaksanaan penyakit jamur superfisial lainnya, maka prinsip

penatalaksanaan tinea unguium menghilangkan faktor predisposisi yang

memudahkan terjadinya penyakit, serta terapi dengan obat anti jamur yang sesuai

dengan penyebab dan keadaan patologi kuku. Perlu ditelusuri pula sumber

penularan.5

13
Pengobatan pada tinea unguium yaitu dengan pemberian obat anti jamur

baik secara topikal maupun sistemik. Pengobatan topikal yaitu dengan

menggunakan siklopiroks dan amprolfin. Sedangkan pengobatan sistemik

digunakan anti jamur golongan alilamin seperti terbinafin dan golongan azol

seperti flukonazol dan itrakonazoltinea unguium ada dua cara yaitu secara

sistemik dengan menggunakan obat.4,5

Obat topikal

Obat topikal berbentuk krim dan solusio, namun sulit untuk penetrasi ke

dalam kuku sehingga kurang efektif untuk pengobatan tinea unguium, namun

masih dapat digunakan untuk superfisial Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT).

Obat topikal dengan formulasi khusus dapat meningkatkan penetrasi obat ke

dalam kuku, yakni:5

a. Amorolfin : merupakan derivat morfolin yang bersifat fungisidal. Bekerja

dengan cara menghambat biosintesis ergosterol jamur. Untuk infeksi jamur

pada tinea unguium digunakan amorolfin dalam bentuk cat kuku

konsentrasi 5% untuk kuku jari tangan, dioleskan satu atau dua kali setiap

minggu selama 6 bulan sedangkan untuk kuku kaki harus digunakan

selama 9-12 bulan.4

b. Siklopiroks merupakan anti jamur sintetik hydroxypiridone, bersifat

fungisidal, sporosidal dan anti jamur ini mempunyai penetrasi yang baik

pada kulit dan kuku. Untuk pengobatan tinea unguium digunakan

siklopiroks nail lacquer 8%. Setelah dioleskan pada kuku yang sakit,

larutan tersebut akan mengering dalam waktu 30-45 detik, zat aktif akan

14
segera dibebaskan dari pembawa berdifusi menembus lapisan lempeng

kuku hingga ke dasar kuku dalam beberapa jam sampai kedalaman 0,4 mm

dan hasil pengobatan akan dicapai setelah 24-48 kali pemakaian.

Diberikan 2 hari sekali selama bulan pertama, setiap 3 hari sekali pada

bulan kedua dan seminggu sekali pada bulan ketiga hingga bulan keenam

pengobatan. Dianjurkan pemakaian cat kuku siklosporik tidak melebihi

dari 6 bulan.4,5

Dibutuhkan ketekunan pasien karena umumnya masa pengobatan panjang.

Meskipun penggunaan obat topikal mempunyai keterbatasan, namun masih dapat

digunakan sebagai pengobatan tinea unguium karena tidak mempunyai risiko

sistemik, relatif lebih murah dan dapat digunakan sebagai kombinasi dengan oral

untuk memperpendek masa pengobatan, selain itu bentuk cat kuku juga mudah

digunakan.5

Obat Sistemik

Terapi anti jamur sistemik, meski dikaitkan dengan tingginya angka

kejadian dan peningkatan keparahan efek samping, namun tetap diperlukan untuk

pengobatan infeksi tertentu, termasuk tinea manus, kapitis dan unguium. Obat

antijamur baru memberikan lebih banyak pilihan untuk terapi sistemik.

Table 2. Obat yang dianjurkan pada tinea unguium.5

Flukonazol Griseofulvin Itrakonazol Terbinafin


Kuku tangan dan kuku kaki
Dosis 150200 12 g/hari 200 mg/hari 12 250 mg/hari
mg/minggu hingga kuku minggu 12 minggu
Dewas
Atau
9 bulan normal
200 mg 1
a
minggu/bulan

15
selama 34 bulan
Hanya kuku tangan
150200 12 g/day 200 mg/hari 6 250 mg/hari
mg/minggu hingga kuku minggu 6 minggu
6 bulan normal
Atau

200 mg 1 bulan
selama 2 bulan
6 mg/kg/ 20 5 mg/k/hari (<20 62.5 mg/hari
minggu mg/kg/hari kg), (<20 kg)
100 mg/hari (2040 125 mg/hari
1216 hingga kuku
kg), 200 mg/hari (2040 kg) or
minggu normal
250 mg/hari
(4050 kg)
(kuku
Atau (>40 kg) 6
tangan) or 200 mg (>50 kg)
minggu (kuku
Dosis 1826 1 minggu/bulan for
tangan) or 12
minggu 2 (kuku tangan)
anak- minggu (kuku
(kuku kaki) atau 3 (kuku kaki)
kaki)
anak
bulan

Obat sistemik yang dapat digunakan untuk pengobatan tinea unguium yaitu

derivat azol dan derivat alilamin. Derivat azol bersifat fungistatik tetapi

mempunyai spektrum anti jamur luas dan derivat alilamin bersifat fungisidal

namun efektif terutama terhadap dermatofita.5

Terapi Bedah

16
Pengangkatan kuku dengan tindakan bedah skalpel selain menyebabkan

nyeri juga dapat memberikan gejala sisa distrofi kuku. Tindakan bedah dapat

dipertimbangkan bila kelainan hanya 1-2 kuku, bila terdapat kontraindikasi

terhadap obat sistemik, dan pada keadaan patogen resisten terhadap obat.

Tindakan bedah tetap harus dikombinasi dengan obat anti jamur topikal atau

sistemik.5

2.9 KOMPLIKASI

Perlukaan kulit di sekitar kuku yang sakit memudahkan kolonisasi

mikroorganisme sehingga meningkatkan risiko infeksi. Komplikasi pada lansia

dan penderita diabetes yang pernah dilaporkan dianataranya selulitis,

osteomyelitis, sepsis, dan nekrosis jaringan.4

2.10 PROGNOSIS
Kondisi ini sulit diobati, dibutuhkan pengobatan dalam waktu yang

panjang.3 onikomikosis (Tinea unguium) tahap awal lebih mudah diobati pada

orang muda, dan individu sehat dibandingkan dengan individu yang sudah tua

dengan kondisi kesehatan yang buruk.4,

17
BAB III

KESIMPULAN

Onikomikosis (Tinea unguium) adalah infeksi jamur dermatofita pada

kuku. Prevalensi tinea meningkat sesuai dengan pertambahan usia, lebih banyak

terjadi pada laki-laki daripada wanita. Patogen penyebab terbanyak adalah T.

rubrum dan T. mentagrophytes. Ada 3 jenis onikomikosis yaitu Onikomikosis

Subungual Distal (OSD), Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP), dan

Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT). Jenis yang paling sering adalah

Onikomikosis Subungual Distal (OSD). Diagnosis berdasarkan gambaran klinis

yang harus dikonfirmasi dengan ditemukannya elemen jamur pada pemeriksaan

mikroskopik langsung dengan preparat KOH, pemeriksaan histopatologi PAS

(Periodic Acid Schiff Stain) atau dengan biakan jamur. Penatalaksanaan pada tinea

unguium terdiri dari penatalaksanaan umum dan khusus. Penatalaksanaan umum

yaitu memberikan informasi dan edukasi mengenai tinea unguium kepada pasien.

Penatalaksanaan khusus terdiri dari pengobatan topikal dan sistemik.

Penatalaksanaan dengan topikal yaitu dengan menggunakan siklopirok dan

amorolfin, sedangkan penatalaksanaan dengan sistemik digunakan anti jamur

golongan alilamin seperti terbinafin dan golongan azol seperti flukonazol dan

itakonazol. Tinea unguium sulit untuk diobati. Pengobatan tahap awal lebih

18
mudah diobati pada orang muda dan individu sehat dibandingkan individu yang

sudah tua dengan kondisi kesehatan yang buruk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budi IP. Onikomikosis. Medan: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin Universitas Sumatera Utara. 2008; hal.9-12.

2. Unandar Budimulja dkk (2001) Onikomikosis dalam Dermatomikosis

Superfisialis. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

3. Unandar Budimulja (2000) Mikosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan

kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

4. Anonim.Onikomikosis.http://medicastore.com/penyakit/663/Onikomikosis

.html. Tanggal akses 24 Juni 2017.

5. Antonella Tosti. Onychomycosis. eMedicine Journal.

http://emedicine.medscape.com/article/1105828. Tanggal akses 26 Juni

2017.

19

Anda mungkin juga menyukai