Anda di halaman 1dari 15

Latar Belakang

Paronychia adalah salah satu penyakit yang sering menyerang tangan. Paronychia
merupakan penyakit infeksi superfisial terlokalisir atau abses pada perionikiuim (lipat kuku)
tangan, jarang pada kaki. Paronychia terjadi jika adanya kerusakan pada daerah kulit lipat
kuku yang berbatasan dengan lempeng kuku sehingga kuman dapat masuk.

Paronychia noninfeksi dapat terjadi karena adanya kontak iritant dan pemakaian
pelembab berlebihan, Secara klinis, paronychia dibagi menjadi akut dan kronik. Paronychia
akut paling sering disebabkan kuman stafilokok, walaupun dapat juga dsebabkan oleh bakteri
aerob dan anaerob. Paronychia kronik,jika lama penyakit berlangsung lebih dari 6 minggu,
dapat disebabkan oleh jamur. Orang yang sering bekerja sebagai bartender, pencuci piring,
pembuat roti merupakan faktor predisposisi untuk menderita paronychia kronis
1
.
Pengobatan paronychia akut terdiri dari merendam dalam air hangat, terapi
antimikroba, dan drainase. Paronychia kronis hindari kontak iritan, terapi anti jamur, dan
steroid. Jika tidak berespon dengan pengobatan lakukan pemeriksaan lebih lanjut, untuk
mengetahui ada tidak nya penyebab lain seperti keganasan
1
.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan referat ini agar dapat memahami penyebab, patofisiologi, jenis-
jenis, gambaran klinik sampai dengan terapi paronychia akut maupun kronis.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan referat ini adalah dapat menegakan diagnosis dengan tepat
pada praktek klinik sehingga dapat dilakukan tatalaksana yang sesuai dengan penyakit
tersebut.

Biologi kuku
II.1.1 Matriks kuku
Matriks kuku adalah jaringan yang melindungi kuku, bagian dari kuku yang terletak di
bawah kuku dan berisi saraf, getah bening dan pembuluh darah Matriks bertanggung jawab.
memproduksi sel-sel yang menjadi lempeng kuku. Lebar dan ketebalan lempeng kuku
ditentukan oleh ukuran, panjang, dan ketebalan dari matriks, sedangkan bentuk dari ujung jari
itu sendiri menunjukkan jika lempeng kuku yang rata, melengkung atau bengkok Matriks
akan terus tumbuh selama ia menerima nutrisi dan tetap dalam kondisi sehat Seperti sel-sel
kuku baru dibuat, mereka mendorong sel-sel lempeng tua ke depan;. Dan dengan cara ini sel-
sel tua tertekan, datar, dan tembus. Hal ini membuat kapiler di kuku di bawah terlihat,
menghasilkan warna merah muda
2
.
Matriks merupakan struktur epitel khusus yang terletak pada distal phalanx. Setelah
elevasi dari lipat kuku proksimal. Bentuk matriks yang berbentuk seperti bulan sabit melebar
kearah proksimal dan lateral. Keratinosit matriks kuku terbagi dalam lapisan sel basal dan
keratin tanpa zona agranular. Pada tempat keratinisasi matriks kuku dapat dengan mudah
dibedakan bagian histologinya yaitu area eosinifilik dimana sel menunjukan fragmentasi dari
inti sel dan bagian kondensasi dari sitoplasmanya. Pada area ini, fragmen inti dihancurkan
oleh enzim deoxyribonuklease dan enzim ribonuklease. Pada beberapa kondisi fragmen inti
mungkin tetap dalam lempeng kuku bagian intermediate, memproduksi bercak leukoplakial
2
.
Maturasi dan diferensiasi pada keratinosit matriks kuku tidak mengikuti axis vertikal,
seperti pada epidermis, tapi terjadi sepanjang diagonal. Keratinisasi sel matriks kuku
proksimal memproduksi lempeng kuku distal sedangkan keratinisasi sel matrik distal
memproduksi lempeng kuku proksimal. Pada beberapa jari matriks distal tidak sepenuhnya
ditutupi lipat kuku proksimal tapi dapat telihat melalui lempeng kuku sebagai area berbentuk
bulan sabit, lunula
2
.
Lunula adalah bagian yang terlihat dari matriks, dasarnya pada kuku berbentuk bulan
sabit putih warna putih. Lunula yang terbesar terdapat di ibu jari dan sering tidak ada di jari
kelingking. Warna putih dari lunula sebagai hasil dari 2 faktor anatomi: 1) zona keratinisasi
matriks distal mengandung fragmen inti yang menyebabkan defraksi sinar, 2) pembuluh
2
kapilernya kurang terlihat dibanding kapiler dasar kuku, karena ketebalan relatif dari epitel
matriks kuku.
Gambar 1. Histologi matriks kuku dan akar kuku
Sumber : http://neuromedia.neurobio.ucla.edu/campbell/skin/wp.htm
II.1.2 Akar kuku
Akar kuku (radix unguis) adalah bagian dari kuku terletak di sinus kuku, yaitu pangkal
kuku di bawah kulit. Ini berasal dari jaringan aktif tumbuh di bawahnya
2
.
II.1.3 Dasar Kuku
Dasar kuku adalah kulit di bawah lempeng kuku. Seperti semua kulit, itu terbuat dari
dua jenis jaringan: dermis yang lebih dalam, jaringan hidup yang meliputi kapiler dan
kelenjar, dan epidermis superfisial, lapisan tepat di bawah lempeng kuku yang bergerak maju.
Epidermis melekat pada dermis dengan alur memanjang kecil dikenal sebagai puncak
matriks. Selama usia tua, lempeng tipis dan alur ini lebih terlihat
2
.
Dasar kuku meluas dari margin distal lunula ke pita onchynodermal dan dan sepenuhnya

terlihat dari lempeng kuku. Epitel dasar kuku tipis dan terdiri dari dua sampai lima lapissan
sel. Keratinisasi dasar kuku memproduksi lapisan mati tipis yang membentuk lempeng kuku
depan. Kontribusi dasar kuku pada pembentukan lempeng kuku kira-kira satu perlima dari
massa dan ketebalan. Lempeng kuku depan dapat dengan mudah dibedakan karena gambaran
eosinofilik. Keratinisasi dasar kuku tidak berhubungan dengan pembentukan lapisan
granular
2
4 Lempeng kuku
lempeng kuku (corpus unguis) adalah bagian kuku yang sebenarnya, terbuat dari
protein keratin. Beberapa lapisan mati, sel yang dipadatkan menyebabkan kuku menjadi kuat
namun fleksibel. bentuk dari lempeng kuku ditentukan oleh bentuk tulang yang
mendasarinya. Dalam penggunaan umum, kuku kata sering merujuk ke bagian saja
2
.
Gambar 3. Histologi Lempeng kuku
Sumber : http://ctrgenpath.net/static/atlas/mousehistology/Windows/integumentary/
II.1.5 Hiponikium
Hiponikium adalah epitel terletak di bawah lempeng kuku di persimpangan antara tepi
bebas dan kulit ujung kuku. Ini membentuk bagian yang melindungi kuku. Pita onychodermal
4

adalah bagian antara lempeng kuku dan hyponychium tersebut. Hal ini ditemukan tepat di
bawah tepi bebas, yang sebagian dari kuku berakhir dan dapat dikenali dengan warna keabu-
abuan (pada orang berkulit putih)
2
.
Gambar 4. Histologi hyponychium
Sumber : http://classroom.sdmesa.edu/anatomy/Histologypages/integument.htm
II.1.6 Eponikium
Eponikium adalah bagian kecil dari epitel yang memanjang dari dinding kuku posterior
ke dasar kuku.Sering disebut lipatan proksimal atau kutikula, eponikium adalah akhir dari
lipatan proksimal merupakan epidermis lapisan kulit yang baru membentuk lempeng kuku.
Lapisan non-hidup, kulit yang hampir tidak terlihat adalah kutikula merupakan permukaan
lempeng kuku. Bersama-sama, eponychium dan kutikula membentuk segel pelindung.
Kutikula pada lempeng kuku adalah sel-sel mati dan sering dihapus selama manikur. tapi
eponychium ini sel-sel hidup dan tidak boleh disentuh
2
.
Gambar 5. Eponychium (E)
5

Dinding kuku

Dinding kuku (vallum unguis) pada lipatan kulit tumpang tindih sisi dan ujung
proksimal kuku. Margin lateral (margo lateralis) terletak di bawah dinding kuku pada sisi
kuku dan alur kuku . lipat kuku (sulkus matricis unguis) adalah celah kulit dimana margin
lateral tertanam
2
.
II.1.8 Lipatan Kuku Proximal
Lipatan kuku proksimal adalah lipatan kulit yang terdiri dari bagian dorsal dan ventral.
Bagian dorsal secara anatomi serupa dengan kulit pada jari pada dorsal jari tetapi lebih tipis
tetapi tanpa unit pilosebaseus. Bagian depan melanjut menjadi matrix germinative menutupi
kira-kira seperempat lempeng kuku. Lipatan kuku proksimal berdekat dengan permukaan
lemnpeng kuku. Batas antara lipatan kuku proksimal dan matriks kuku yaitu tempat
hilangnya lapisan granular.
Gambar 6.Lipatan kuku proximal
Sumber :http://www.dermcoll.asn.au/public/a-z_of_skin-nail_disorders.asp
II.1.9 Melanosit
Melanosit memegang kunci pada enzim yang diperlukan dalam produksi melanin.
Melanosit mungkin diaktifkan oleh kondisi fisiologi dan patologis. Aktivasi melanosit matrix
kuku memproduksi pigmentasi kuku difus atau teralur dan lebi sering pada ras kulit hitam
dan jepang dibanding orang kulit putih
2
.
II.1.10 Sel Langerhans
6

Sel langerhans banyak terdapat pada matrix proximal dibanding distal matrix kuku.
Pada epidermis normal, sel langerhans dominan ditemukan pada lapisan suprabasal.
Walaupun mereka kadang ditemukan pada lapisann dasar dari epitle matrix kuku
2
.
II.1.11 Sel Merkel
Keberadaan sel merkel dalam matriks kuku sudah diperlihatkan. Densitasnya
dipengaruhi oleh umur. Dimana jumlahnya lebih banyak saat bayi dari pada dewasa
2
.
II.1.12 Zona Membrane Basal
Struktur antigen membran basal diidentikan dengan epidermis, sehingga tidak ada
perbedaan komposisi antigen membran basal dengan bagian kuku lainya.
Ini mungkin
menjelaskan keikutsertaan kuku pada kondisi mutasi membran basal berhubungan dengan
genetik seperti kelainan kulit autoimun yang mengikutsertakana antigen membran basal
2
.
II.1.13 Dermis
Dermis adalah bagian kuku tanpa jaringan subkutan, dan tidak mengandung kelenjar
pilosebaseus. Pembagian rete ridges bervariasi dalam jumlah yang berbeda dalam komponen
kuku. Lapisan dermis dibawah matrix kuku proximal terdiri dari jaringan ikat padat seperti
tendon mrnghubungkan matriks kukun dengan periosteum tulang jari proximal. Jaringan
lemak subdermal dalam jumlah kecil terletak dekat periosteum pada dasar jari
2
.
II.1.14 Pertumbuhan kuku
Pertumbuhan lempeng kuku terus-menerus seumur hidup. Kuku jari tangan tumbuh
lebih cepat dibanding kuku jari kaki. Kuku jari tangan rata-rata tumbuh 3 mm/bulan
sedangkan kuku jari kaki tumbuh 1 mm/bulan. Penggantian sempurna kuku memerlukan
waktu 100-180 hari (6 bulan). Ketika lempeng kuku diekstraksi rata-rata perlu waktu 40 hari
sebelum kuku jari muncul dari lipat kuku proksimal. Setelah 120 hari akan mencapai ujung
jari. Waktu regenerasi total dari jari kuku kaki 12-18 bulan. Sehingga kuku jari kaki lebih
lambat untuk tumbuh. Penyakit pada matrix kuku, terlihat dalam waktu yang lebih cepat dari
waktu onset tetapi memerlukan waktu yang lebih lama untuk menghilang
Tingkat pertumbuhan kuku bervariasi diantara individu yang berbeda dan berbeda
pula diantara jari pada individu yang sama.Tergantung waktu pergantian sel matrix kuku dan
dipengaruhi oleh kondisi fisiologi dan patologis. Pertumbuhan kuku lambat saat baru lahir,
meningkat saat masa kanak-kanak dan biasanya mencapai puncak antara usia kedua dan
ketiga dekade kemudian menurun setelah usia 50 tahun. Kondisi yang berhubungan dengan
menurunnya kecepatan pertumbuhan meliputi penyakit sistemik, malnutrisi, penyakit
vaskular, penyakit neurologis, dan pengobatan dengan obat-obat antimitotik. Kuku yang
terkena penyakitn onchimycisus biasanya kecepatan pertumbuhannya menurun. Sedangkan
pada sindrom kuku kuning pertumbuhannya kuku terhenti. Kondisi yang berhubungan
dengan bertambahnya kecepetan pertumbuhan kuku meliputi kehamilan, trauma pada jari,
psoriasis dan pengobatan dengan retinoid oral dan itrakonazol

Paronychia
Paronychia (Paronychia) adalah infeksi pada lipatan kuku yang disebabkan oleh kuman
(bakteri) Streptokokus, ditandai dengan pembengkakan lipatan kuku
3
.
Paronychia adalah infeksi pada kulit di sekitar kuku jari tangan atau kuku jari kaki.
Paronychia biasanya akut, tetapi kasus kronis bisa terjadi. Pada paronychia akut, bakteri
(biasanya Staphylococcus aureus atau streptococci) masuk melalui robekan pada kulit
diakibatkan dari trauma pada lapisan kuku (lapisan pada kulit keras yang tumpang tindih
disisi kuku), hilangnya kutikula, atau iritasi kronis (seperti dari air dan detergent). Paronychia

lebih umum pada orang yang menggigit atau menghisap jari-jari mereka. Pada kaki, infeksi
seringkali mulai pada jari kaki yang tumbuh ke dalam.
Paronychia terjadi sepanjang garis tepi kuku (samping dan dasar lapisan kuku) kebanyakan
penderita paronychia mengalami rasa sakit terlebih pada saat berjalan, hangat, kemerahan,
dan pembengkakan. Nanah biasanya terkumpul dibawah kulit sepanjang garis tepi kuku dan
kadangkala di bawah kuku
3
.
II.2.1 Paronychia akut
II.2.1.A Etiologi dan Faktor Predisposisi
Paronychia akut kerupakan keluhan yang sering terjadi dan biasanya disebabkan oleh
stafilokokus. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma langsung ataupun tidak langsung,
misalnya kuku pecah, menggigit kuku, menghisap kuku, kuku yang tumbuh ke dalam, akibat
manikur, pemakaian kuku palsu atau dapat pula terjadi tanpa trauma terlebih dahulu.
Juga sering terjadi sebagai komplikasi paronychia kronik. Bakteri patogen yang sering
menyebabkan paronikia akut antara lain, Streptococcus pyogenes , Pseudomonas
pyocyaneaceae, Organisme koliform dan Proteus Vulgaris, flora normal yang berasal dari
mulut, bakteri anaerob gram negatif

II.2.1.B Manifestasi klinis


9

Pada paronikia biasanya hanya satu jari kuku yang terkena, Kondisi ini ditandai oleh
eritema, edema, rasa nyeri pada lipat kuku lateral dan proximal. Biasanya terjadi dua sampai
lima hari serelah trauma. Tanda awal berupa infeksi superfisial dan akumulasi pus dibawah
lipatan kuku yang diindikasikan mengalirnya pus ketika lipatan kuku ditekan. Infeksi yang
tidak diobati dapat berubah menjadi abses subungual dengan adanya peradangan dan nyeri
pada matriks kuku. Manifestasi lanjut, dapat terjadi distrofi sementara atau permanen pada
lempeng kuku. Paronikia akut rekuren dapat berkembang menjadi paronikia kronis
3
.
II.2.1. .C Diagnosis

Diagnosis paronychia akut berdasar riwayat trauma, penemuan pada pemeriksaan fisik
lipat kuku. Tes tekan jari dapat membantu pada infeksi stadium awal keberadaan atau luas
abses Pengujian ini dilakukan meminta pasien menjauhkan ibu jari dan jari yang terkena,
kemudian memberi tekanan ringan pada aspek volar distal digit yang terkena. Peningkatan
tekanan di dalam lipatan kuku ( khususnya cavum abses) menyebabkan perubahan warna
menjadi putih dari kulit di atasnya dan demarkasi yang jelas dari abses. Pada pasien dengan
infeksi berat atau abses, spesimen harus diperoleh untuk mengidentifikasi patogen yang
bertanggung jawab dan untuk menyingkirkan infeksi Staphylococcus aureus resisten
metisilin (MRSA)
3
.
II.2.1.D Diagnosis Banding
Psoriasis dan sindrom Reiter mungkin juga melibatkan lipatan kuku proksimal dan
dapat meniru paronychia akut Paronychia akut rekuren harus meningkatkan kecurigaan
adanya herpes whitlow, yang biasanya terjadi pada petugas kesehatan sebagai akibat
inokulasi topikal. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi anak-anak sehat setelah terinfeksi
herpes primer oral. Herpetic whitlow muncul satu atau sekelompok bula dengan penampilan
seperti sarang lebah dekat dengan kuku. Diagnosis dapat dikonfirmasi oleh pengujian Tzanck
atau biakan virus. Insisi dan drainase kontraindikasi pada pasien herpetic wihlow. Terapi
dengan tujuh to sepuluh hari salep acycliver 5% atau krim asiklovir (Zovirax) atau agen
antivirus oral seperti asiklovir, famsiklovir (Famvir), atau valacyclovir (Valtrex), tetapi bukti
dari uji klinis yang kurang
3
.
II.2.1.E Pengobatan
Pengobatan paronychia akut ditentukan oleh tingkat peradangan. Jika abses tidak
terbentuk, penggunaan kompres air hangat dan merendamkan yang terkena dalam larutan
Burow (yaitu, aluminum asetat) atau cuka mungkin efektif. Acetaminophen atau obat anti-
inflammasi untuk mengurangi gejala. Kasus ringan dapat diobati dengan krim antibiotik
(misalnya, mupirocin [Bactroban], gentamisin, bacitracin / neomycin / polimiksin B
[Neosporin]) sendiri atau dalam kombinasi dengan kortikosteroid topikal. Kombinasi
antibiotik topikal dan kortikosteroid seperti betametason (Diprolene) adalah aman dan efektif
untuk pengobatan paronychia bakteri akut dan tampaknya mempunyai keuntungan
dibandingkan dengan antibiotik topikal saja
3
.
Pada infeksi yang menetap, rendaman air hangat sebagai tambahan obat antistafilokok
dan bidai pelindung pada bagian yang sakit. Anak yang menghisap jari dan pasien yang
menggigit jari diobati untuk melawan bakteri anaerob dengan terapi antibiotik. Penisilin dan
ampisilin obat paling efektif. Bagaimana pun, Staphylococcus aureus dan Bakteriodes dapat
resisten terhadap antibiotik ini. Clindamisin dan kombinasi amoksisilin clavulanat efektif
untuk melawan bakteri yang terisolasi. Sefalosporon generasi pertama kurang efektif karena
resistensi tehadap beberapa bakteri anaerob dan Escherichia coli. Beberapa ahli
merekomendasikan kultur bakteri aerob dan anaerob pada paronikia berat sebelum memulai
terapi antibiotik. Ketika terdapat abses atau fluktuasi dilakukan usahakan drainase secara
spontan, atau drainase dengan intervensi bedah. Jika paronychia didiamkan, pus mungkin
menyebar kebawah sulkus kuku pada daerah yang berlawanan sehingga mengakibatkan
terjadinya abses disekitar kuku. Pus berakumulasi pada bawah kuku dan mengangkat
lempeng kuku. Jika sudah terjadi kasus ini maka kuku harus diekstraksi untuk mendrainase
pus secara adekuat
3
Terapi pembedahan
Seperti dalam pengobatan abses apapun, drainase diperlukan. Perlu dilakukan anestesi
blok kecuali jika kulit yang melapisi abses menjadi kuning atau putih, mengindikasikan
bahwa saraf telah menjadi infark, membuat penggunaan bius lokal yang tidak perlu. Lipat
kuku yang mengandung nanah harus diinsisi dengan skalpe no. 11 atau no. 15. Pisau
11
diarahkan menjauh dari dasar kuku untuk menghindari cedera dan pertumbuhan abnormal.
Setelah nanah dikeluarkan, abses harus irigasi dan dibalut dengan kain kasa. obat antibiotik
oral harus diresepkan. Balut dilepas selepas 48 jam, diikuti oleh meredam dalam air hangat
empat kali sehari selama 15 menit
4
.
Jika saraf telah infark, anestesi mungkin tidak diperlukan untuk intervesi bedah. Dalam
hal ini, bagian datar pisau bedah no.11 dengan hati-hati ditempatkan di atas kuku dan ujung
pisau diarahkan ke depan abses
4
.
II.2.2 Paronychia kronis
II.2.2.A Etiologi dan Faktor Predisposisi
Paronychia kronik adalah penyakit inflamasi multifaktorial pada lipatan kuku proximal

terhadap iritan dan alergen. Penyakit ini sebagai hasil berbagai kondisi seperti mencuci
piring, menghisap jari, pengangkatan kutikula pada manikur, kontak dengan bahan kimia.
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang tangannya banyak terkena air, pada orang yang
diabetik. Lebih sering pada wanita daripada pria. Dapat timbul pada umur berapa saja,tetapi
kasus tersering adalah antara 30 sampai 60 tahun. Kadang-kadang terlihat pada anak-anak,
terutama akibat pengisapan jari atau jempol. Merupakan penyakit yang dominan pada ibu-
ibu rumah tangga dan orang yang mempunyai pekerjaan tertentu seperti juru masak, pelayan
bar, pedagang ikan, Gejala dimulai sebagai pembengkakan ringan, jauh lebih ringan daripada
paronychia akut.
5
Kutikula dapat hilang dan pus dapat terbentuk di bawah lipat kuku.
Paronychia kronis dapat disebabkan oleh infeksi Candida albicans, eksaserbasi akut dapat
terjadi dan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. Berbagai organisme
dapat ditemukan, termasuk Stafilokokus aureus atau albus, Proteus vulgaris, Escherichia
coli dan Pseudomonas pyocyanea
5
. Penggunaan obat sistemik, seperti retinoid dan proteasem
inhibitor, seperti indinavir, lamivudin dapat menyebabka paronychia kronis. Indinavir paling
sering menyebabkan paronychia kronis atau rekuren pada jari kaki atau tangan pada orang
yang terinfeksi HIV. Mekanisme indinavir dan retinoid menyebabkana paronychia kronis
belum jelas. Paronychia dilaporkan juga terjadi pada pasien yang mengonsumsi cetuximab,
antibodi reseptor faktor pertumbuhan anti epidermal yang digunakan untuk mengobati
tumor
Diagnosis
Diagnosis paronychia kronis didasarkan pada pemeriksaan fisik lipatan kuku dan
riwayat kontak terus-menerus dengan air, kontak dengan sabun, deterjen, atau bahan kimia
lainnya; atau penggunaan obat sistemik (retinoid, ARV, anti-EGFR antibodi). Manifestasi
klinis yang mirip dengan paronychia akut: eritema, nyeri, dan bengkak, dengan terangkatnya
lipatan kuku proksimal dan tidak adanya kutikula yang berdekatan. Nanah bisa terbentuk di
bawah lipat kuku. Satu atau beberapa kuku biasanya terkena, biasanya ibu jari dan kedua atau
ketiga tangan dominan. Lempeng kuku menjadi tebal dan berwarna. Paronychia kronis
umumnya terdapat selama setidaknya enam minggu pada saat diagnosis. Kondisi ini biasanya
memiliki penyebab yang berkepanjangan dengan berulang, eksaserbasi akut yang sembuh
sendiri.
Gambar 10. Paronychia kronis.
Sumber : http://hardinmd.lib.uiowa.edu/dermnet/paronychia4.html
II.2.2.C Diagnosis Banding
Penyakit lain yang mengenai ujung jari, seperti karsinoma sel skuamosa kuku,
melanoma ganas, dan metastasis dari tumor ganas, mungkin menyerupai paronychia. Dokter
harus mempertimbangkan kemungkinan karsinoma ketika proses inflamasi kronis tidak
responsif terhadap pengobatan. Setiap kecurigaan untuk penyakit tersebut harus meminta
dilakukan biopsi. Beberapa penyakit yang mempengaruhi jari-jari, seperti eksim, psoriasis,
dan sindrom Reiter, mungkin melibatkan lipatan kuku
1,3
.
II.2.2.D Pengobatan
Pengobatan paronychia kronis mencakup paparan menghindari kontak dengan zat
iritasi dan manajemen yang tepat terhadapt penyebab dasar inflamasi dan infeksi, cegah
adanya trauma dan jaga agar kulit tetap kering, misal jika mencuci gunakan sarung tangan
6
.
Agen broadspectrum anti jamur topikal dapat digunakan untuk mengatasi kondisi tersebut
dan mencegah kekambuhan
7
. Penerapan lotion emolien untuk melumasi kutikula yang baru
dan tangan biasanya bermanfaat.
Salah satu percobaan acak terkontrol menggunakan 45 orang dewasa dengan paronikia
kronis untuk pengobatan dengan agen antijamur sistemik (itrakonazol [Sporanox] atau
terbinafine [Lamisil]) atau topikal krim steroid (metilprednisolon aceponate [Advantan, tidak
tersedia di Amerika Serikat]) selama tiga minggu. Setelah sembilan minggu, lebih banyak
pasien dalam kelompok steroid topikal yang terdapat perbaikan atau sembuh
Keberadaan Candida sp tampaknya tidak terkait dengan efektivitas pengobatan.
Mengingat risiko dan biaya mereka lebih rendah dibandingkan dengan antijamur sistemik,
steroid topikal harus menjadi pengobatan lini pertama untuk pasien dengan paronychia
kronis
8
. Atau, pengobatan topikal dengan kombinasi steroid dan agen antijamur juga dapat
digunakan pada pasien dengan paronychia kronis sederhana, meskipun data menunjukkan
keunggulan pengobatan antifungal terhadap penggunaan steroid saja kurang,pengobatan
anti jamur yang digunakan dapat berupa terapi sistemik seperti amfoterisin B 0,5-1 mg/kgBB
intravena, tablet nistatin 3x100.000 IU selama 1-4 minggu, ketokonazol 400 mg/hari selama
5
hari atau flukonazol 150 mg/hari selama 7 hari
8
.
Administrasi kortikosteroid intralesi (triamcinolone [Amcort]) dapat digunakan dalam
kasus-kasus refrakter. Kortikosteroid sistemik dapat digunakan untuk pengobatan peradangan
dan rasa sakit pada jangka waktu terbatas pada pasien dengan paronychia berat melibatkan
beberapa kuku. Jika pasien dengan paronychia kronis tidak merespon terhadap terapi topikal
dan menghindari kontak dengan air dan iritasi, penggunaan antijamur sistemik dapat berguna
sebelum mencoba pendekatan invasif.
Pada pasien dengan paronychia kronis sulit diobati, eksisi en block pada lipatan kuku
proksimal efektif. Pengangkatan lempeng kuku (total atau parsial, terbatas pada dasar
lempeng kuku) meningkatkan hasil bedah. Atau, marsupialization eponychial, dengan atau
tanpa pengangkatan kuku, dapat dilakukan. Teknik ini melibatkan eksisi bagian proksimal
bagian kulit setengah lingkaran pada lipatan kuku dan sejajar dengan eponychium,
memperluas ke tepi lipatan kuku di kedua sisi. Paronychia disebabkan oleh cetuximab
penghambat EGFR cetuximab dapat diobati dengan antibiotik seperti doxycycline
(Vibramycin). Pada pasien dengan paronychia diinduksi oleh indinavir, penggantian rejimen
antiretroviral alternatif yang mempertahankan lamivudine dan protease inhibitor dapat
mengatasi manifestasi seperti retinoid tanpa kambuh
II.3 Prognosis
Paronychia kronis berespon perlahan terhadap pengobatan. Resolusi biasanya memakan
waktu beberapa minggu atau bulan, tetapi tingkat perbaikan lambat seharusnya tidak
membuat putus asa dokter dan pasien. Dalam kasus ringan sampai sedang, sembilan minggu
pengobatan biasanya efektif. Dalam kasus membandel, eksisi en block lipatan kuku
proksimal dengan pengangkatan kuku dapat menghasilkan tingkat kesembuhan yang
15
signifikan. Hasil pengobatan yang berhasil juga tergantung pada langkah-langkah pencegahan
yang diambil oleh pasien (misalnya, memiliki penghalang air di lipatan kuku). Jika pasien

tidak diobati, episode inflamasi akut, sporadis diduga sebagai hasil dari penetrasi terus
menerus dari berbagai patogen

Bab III
Kesimpulan
Paronychia adalah salah satu penyakit yang sering menyerang tangan. Paronychia
merupakan penyakit infeksi superfisial terlokalisir atau abses pada perionikiuim (lipat kuku)
16
tangan, jarang pada kaki. Paronychia terjadi jika adanya kerusakan pada daerah kulit lipat
kuku yang berbatasan dengan lempeng kuku sehingga kuman dapat masuk.
Paronychia akut kerupakan keluhan yang sering terjadi dan biasanya disebabkan
oleh stafilokokus. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma langsung ataupun tidak
langsung, misalnya kuku pecah, menggigit kuku, menghisap kuku, Bakteri patogen yang
sering menyebabkan paronikia akut antara lain, Streptokokus pyogenes , Pseudomonas
pyocyaneaceae, Organisme koliform dan Proteus Vulgaris, flora normal yang berasal dari
mulut, bakteri anaerob gram negatif.
Paronychia kronik adalah penyakit inflamasi multifaktorial pada lipatan kuku
proximal terhadap iritan dan alergen. Penyakit ini sebagai hasil berbagai kondisi seperti
mencuci piring, menghisap jari, pengangkatan kutikula pada manikur, kontak dengan bahan
kimia
Manifestasi paronikia akut Pada paronikia biasanya hanya satu jari kuku yang
terkena, Kondisi ini ditandai oleh eritema, edema, rasa nyeri pada lipat kuku lateral dan
proximal. Biasanya terjadi dua sampai lima hari serelah trauma.
Manifestasi klinis yang mirip dengan paronychia akut: eritema, nyeri, dan bengkak,
dengan terangkatnya lipatan kuku proksimal dan tidak adanya kutikula yang berdekatan.
Nanah bisa terbentuk di bawah lipat kuku. Satu atau beberapa kuku biasanya terkena,
biasanya ibu jari dan kedua atau ketiga tangan dominan. Lempeng kuku menjadi tebal dan
berwarna. Paronychia kronis umumnya terdapat t selama setidaknya enam minggu pada saat

diagnosis.
Pengobatan paronikia akut dan kronis yang umum digunakan adalah antibiotik
peroral , antibiotik topikal, antimikotik, kortikosteroid topikal atau kombinasi antara
kortikosteroid topikal dan anti jamur.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rockwell P. Acute and chronic paronychia. Am Fam Physician.2001;63:1113-6.
http://www.aafp.org/afp/2001/0315/p1113.html. Accesed on July 30,2012
17

2. Tosti A, Piraccini BM. Biology of nails and Nail disorders. In:Klause W, Lowell A,
Goldsmith, editors. Fritzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. New
York: McGraw-Hill Inc; 2008. P 778-781.
3. Rigopoulos D, Larios G, Gregorious S. Acute amd chronic paronychia. Am Fam
Physician.2008;77(3)339-346,347-348.
http://www.aafp.org/afp/2008/0201/p339.html. Accessed on July 28, 2012
4. Murphy-lavoie H. Paronychia in emergency.[internet] 2012 [updated 2012 May 31].
Available from: http://www.emedicine.medscape.com/article/785158.overview.
Accessed on July 28,2012
5. Paronychia [internet] 2011 [ cited 2011 May 5]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.gov/pubmedhealth/PMH0002416/. Accessed on July 30, 2012
6. Soeparman L. Kelainan kuku. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu
penyakit kulit dann kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit fakultas kedokteran
Indonesia. 2007. hal 312-313
7. Wolff K, Johnson RA. Fritzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical dermatology.6th
ed. New York: McGraw-Hill Inc;2009.Chapter 33. Disorder of the nail; p 1003.
8. Siregar RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi ke-2. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Bab 2. Penyakit jamur. Hal 32

Anda mungkin juga menyukai