Anda di halaman 1dari 19

Case Report Session

HORDEOLUM

Oleh:

Asep Hukanda 1110311005

Dani Putra Amerta 1110312035

Pembimbing :

Dr. Indra Ikhsan, Sp.A, M.Biomed

KEPANITERAAN KLINIK FOME 3

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PUSKESMAS ULAK KARANG

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata atau

palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata dan mengeluarkan sekresi

kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat

menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma

sinar dan pengeringan bula mata. 1 Penutupan kelopak mata berguna untuk

menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui

punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-

macam, mulai dari tumor jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi,

maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blefaroptosis.

Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau

pun mengancam penglihatan.2

Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada

kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion

akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar

kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum,

sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum

eksternum.3 Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan

mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan.1

Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga

terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang

kurang.4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra


Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, tepi palpebra (margo

palpebra), jaringan areolar subkutan, otot orbikularis, otot levator, septum orbita,

tarsus, dan konjungtiva yang berfungsi melindungi struktur mata. 3 Struktur kulit

palpebra sangat mudah digerakkan dan merupakan kulit paling tipis di antara kulit

di bagian tubuh yang lain karena tidak memiliki lemak pada jaringan areolar

subkutan.
Palpebra terdiri atas dua bagian yaitu palpebra superior dan palpebra

inferior.3 Palpebra superior memiliki otot levator palpebra superior yang berasal

dari apex orbita dan berinsersi pada lapisan kulit palpebra, permukaan anterior

lempeng tarsalis, dan konjungtiva forniks superior. 3 Palpebra superior lebih besar

dan lebih mudah digerakkan daripada palpebral inferior.


Sebuah alur yang dalam, biasanya terdapat pada posisi tengah palpebra

superior ras kulit putih, merupakan tempat melekatnya serat-serat otot levator.

Alur ini lebih dangkal atau bahkan tidak ada pada palpebra Asia. Seiring dengan

pertambahan usia, kulit tipis palpebra superior cenderung menggantung di atas

alur palpebra dan dapat menyentuh bulu mata.


Proses penuaan juga menipiskan septum orbital sehingga terlihat bantalan

lemak di bawahnya. Lapisan lemak orbita mendasari bagian posterior septum

orbita dan aponeurosis pada palpebra superior dan fascia kapsulopalpebra pada

palpebra inferior. Pada palpebra superior terdapat 2 kantung lemak yaitu di bagian

nasal dan sentral. Sedangkan pada palpebra inferior, terdapat 3 kantung lemak,

yaitu di bagian nasal, sentral, dan temporal.3


Gambar 2.1 Anatomi Kelopak Mata

Margo palpebra merupakan pertemuan permukaan mukosa konjungtiva,

sudut orbikularis, dan epitel. Di sepanjang margo palpebra terdapat bulu mata

(silia) dan kelenjar yang merupakan proteksi terhadap permukaan okular. Bulu

mata tersusun atas 2-3 baris yang irregular dan terdapat sekitar 100 silia pada

palpebra superior dan 50 silia pada palpebra inferior.5


Margo palpebra terdiri atas kelenjar Zeis yang merupakan kelenjar sebasea

yang berdekatan dengan silia dan kelenjar Moll yang merupakan kelenjar keringat

apokrin berdekatan dengan folikel rambut.7 Bagian tepi palpebra ditunjang oleh

tarsus, yaitu lempeng fibrosa kaku yang dihubungkan ke tepian orbita oleh tendo-

tendo kantus medialis dan lateralis.


Lempeng tarsal bagian atas dan bawah memiliki ukuran yang hampir sama

yaitu panjang sekitar 29 mm dan ketebalan 1 mm dengan lebar pada tarsus atas

sekitar 11 mm dan tarsus bawah 4 mm. Kelenjar Meibom atau glandula tarsalis

merupakan modifikasi kelenjar sebasea holokrin yang terletak pada stroma


lempeng tarsal yang tersusun vertikal. Pada satu baris terdapat 30-40 orifisium

meibom yang terletak pada palpebra superior dan 20-30 pada palpebra inferior.5

Gambar 2.2 Kelenjar pada Palpebra

Muskulus orbikularis okuli tersusun atas berkas yang konsentris di sekitar

fissure palpebra dan terbagi atas bagian orbita dan palpebra. Serat otot ini pendek

dan memiliki diameter terkecil diantara semua otot pada wajah. 8 Muskulus

orbikularis okuli melekat pada kulit yang permukaan dalamnya dipersarafi nervus

cranialis facialis (N.VII) untuk melakukan kontraksi otot.


Otot ini terdiri atas bagian orbital, praseptal, dan pratarsal. Bagian orbital

yang berfungsi menutup mata adalah suatu otot sirkular tanpa insersio di

temporal. Otot praseptal dan pratarsal memiliki caput medial superfisial dan

profundus yang berperan dalam pemompaan bola mata.5 Otot pratarsal yang

melekat erat pada kulit dan otot praseptal yang bersifat longgar sehingga

memungkinkan terjadinya akumulasi cairan.8


Septum orbita jaringan konektif tipis dan merupakan sawar yang penting

antara palpebra dan orbita. Di belakangnya terletak bantalan lemak


praaponeurotik. Septum orbita yang berasal dari tepian orbita melekat pada

aponeurosis levator yang menyatu pada tarsus. Pada palpebra superior, septum

orbita mengalami fusi dengan aponeurosis levator sekitar 2-5 mm di atas tepi atas

tarsus pada ras non- Asia. Pada palpebra inferior, septum bergabung dengan fascia

kapsulopalpebra atau tepi bawah tarsus.3 Konjungtiva melapisi permukaan dalam

palpebra. Konjungtiva palpebralis menyatu dengan konjungtiva yang berasal dari

bola mata dan mengandung kelenjar-kelenjar yang penting untuk pelumasan

kornea.3
2.2 Hordeolum
2.2.1 Definisi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom

yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.

Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi

kelenjar Zeiss atau Moll. 6

2.2.2 Epidemiologi

Secara epidemiologi, data tentang prevalensi hordeolum sangat sedikit.

Tidak ada data pasti yang menunjukkan insidensi dan prevalensi dari hordeolum

di Amerika Serikat, akan tetapi hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi

kelopak mata yang paling sering ditemukan dalam praktek kedokteran. Insidensi

tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi

lebih sering pada orang dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari beberapa

faktor seperti tingginya level androgen dan peningkatan insidensi meibomitis dan

rosacea pada dewasa.

2.2.3 Etiologi
Penyebab utama dari hordeolum adalah akibat infeksi dari bakteri

Staphylococcus aureus sebanyak 90-95%.4

2.2.4 Klasifikasi
Ada dua tipe klinis hordeolum yaitu2
1. Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll
dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum,
nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan
pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.

Gambar 2.3 Hordeolum Eksternum

2. Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di
dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum
eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan
tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan
tidak memecah sendiri.

2.2.5 Patogenesis Gambar 2.4 Hordeolum Internum 11


Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan

pus dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai

kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil

sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh

Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan pus dalam lumen kelenjar. Secara

histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris

nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar

Meibom di lempeng tarsal.4,5

2.2.6 Manifestasi Klinis

Nyeri, merah, dan bengkak adalah gejala utama hordeolum. Intensitas

sakit mencerminkan hebatnya pembengkakan palpebra. Pada pemeriksaan terlihat

suatu benjolan setempat, warna kemerahan, mengkilat, dan nyeri tekan. 3

2.2.7 Diagnosis
Evaluasi awal pada pasien dengan gejala dan tanda-tanda yang kita curigai

terkena hordeolum. Pada dasarnya hordeolum merupakan fokus abses. Oleh

karena itu, pasien akan datang dengan tampilan peradangan akut, seperti nyeri,

hangat, bengkak, benjolan merah di kelopak mata.8

Benjolan di kelopak mata juga dapat menyebabkan astigmatisme kornea

dan menyebabkan pandangan kabur. Kadang ditemukan pseudoptosis atau ptosis

yang terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat.7


Pasien sering memiliki riwayat lesi kelopak mata yang mirip atau memiliki

faktor risiko untuk hordeolum, seperti disfungsi kelenjar meibom, blepharitis, atau

rosacea.8

Pada pemeriksaan, nodul subkutan eritematosa tampak dekat margin

kelopak mata, yang dapat mengalami ruptur spontan dan drainase. Jika terdepat

edema maka akan sulit untuk meraba nodul diskrit. Nodul ini dapat unilateral atau

bilateral, tunggal atau ganda. Peradangan yang terkait dengan hordeola dapat

menyebar ke jaringan yang berdekatan dan menyebabkan selulitis preseptal

sekunder. Pasien mungkin juga memiliki tanda-tanda meibomitis, blepharitis, atau

rosacea okular.

2.2.8 Diagnosis Banding


 Angioedema

Pada angioedema terdapat eritem dan edem pada palpebra, biasanya

bilateral walaupun tidak selalu. Onsetnya mendadak dari beberapa

menit sampai beberapa jam dan tidak ada sisik

 Atopik dermatitis
Biasanya tampak sisik, edemanya lebih kecil dibanding kontak

dermatitis. Tanda-tanda dermatitis atopic lain mungkin bisa ditemukan.

Biasanya ada riwayat rhinitis alergi pada keluarganya.


 Kontak dermatitis
Pruritus pada alergi kontak dermatitis, rasa panas pada kontak

dermatitis yang iritan


 Blefaritis
Pada blefaritis adanya yellow scalling di margin kelopak mata. Pasien

mungkin memiliki pruritus atau terbakar. Kurang edema daripada

dengan selulitis atau dermatitis kontak; edema lebih menonjol di

margin kelopak mata.


 Kalazion
Pada dasarnya, hordeolum mewakili proses infeksi fokal akut,

sementara Kalazion sebuah merupakan reaksi granulomatosa kronis.

Dengan demikian, muncul benjolan pada palpebra tegas dan tidak

nyeri saat ditekan pada pemeriksaan klinis.

Gambar 2.8 Algoritma diagnosis banding kelopak mata bengkak dan merah11

2.2.9 Tatalaksana
Umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. 5

a. Non farmakologi
1) Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk

membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.

2) Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun

atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal

ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata

tertutup.

3) Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat

menimbulkan infeksi yang lebih serius.

4) Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu

menjadi penyebab infeksi.

5) Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke

kornea.

b. Farmakologi

Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam

tidak ada perbaikan, untuk mengobati infeksi, mengurangi

morbiditas, dan untuk mencegah komplikasi.

1) Antibiotik topikal

Pemberian terapi topikal dengan oksitetrasiklin salep mata atau

kloramfenikol salep mata setiap 8 jam. Apabila menggunakan

kloramfenikol tetes mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam.10

2) Antibiotik sistemik
Pemberian terapi oral sistemik dengan eritromisin 500 mg pada

dewasa dan anak sesuai dengan berat badan atau dikloksasilin 4 kali

sehari selama 3 hari.10

c. Pembedahan

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur

pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada

hordeolum.

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal

dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan

prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang

bila :

1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak

lurus pada margo palpebra.

2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh

isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan

salep antibiotik.

2.2.10 Komplikasi

Komplikasi hordeolum adalah mata kering, abses, atau selulitis palpebra

dan abses palpebra.8

2.2.11 Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa

mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata

tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang

sesuai.8

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. AS

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Negeri asal : Padang

Suku : Minang

Agama : Islam

Alamat : Ulak karang selatan, Padang

Pekerjaan : Mahasiswa

Keluhan utama

Bengkak pada kelopak mata kiri sejak 2 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang

 Bengkak pada kelopak mata kiri sejak 2 hari yang lalu. Bengkak bewarna

merah dan disertai nyeri terutama apabila di tekan.

 Perasaan terkalang (+) pada mata kiri sejak 2 hari yang lalu
 Keluhan gatal pada mata tidak ada

 Sekret tidak ada

 Riwayat trauma pada mata tidak ada

 Riwayat sering mengucek mata disangkal

 Riwayat mata terkena debu atau benda asing disangkal

Riwayat penyakit dahulu

Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Tidak tampak sakit

Kesadaran : Komposmentis Kooperatif

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Nafas : 18 kali/ menit

Suhu : 370C

Status oftalmikus

Status Oftalmikus OD OS

Visus tanpa koreksi 5/5 5/5

Visus dengan koreksi - -

Refleks fundus (+) (+)


Silia / supersilia Trikiasis (-), Madarosis (-) Trikiasis (-), Madarosis (-)

Edem (-), ekimosis (-), Edem (-), ekimosis (-),


Palpebra superior ektropion (-), entropion (-), ektropion (-), entropion (-),
lagoftalmus (-), ptosis (-) lagoftalmus (-), ptosis (-)

Edem (-), ekimosis (-),


Edem (-), ekimosis (-),
Palpebra inferior ektropion (-), entropion (-),
ektropion (-), entropion (-),
massa (+), hiperemis (+)

Margo palpebra Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)

Aparatus Lakrimalis Normal Normal

Hiperemis (-),Sekret (-) Hiperemis (-) Sekret (-)


Konjungtiva tarsalis
Papil (-) Folikel (-) Papil (-) Folikel (-)

Konjungtiva forniks Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Konjungtiva bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Sklera Putih Putih

Kornea Bening Bening

COA Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Iris Coklat Coklat

Bulat Rf +/+, diameter Bulat Rf +/+, diameter


Pupil 3mm 3mm

Lensa Bening Bening

Corpus Vitreus Bening Bening

Fundus :
- Media
- Papilla N.Optikus
Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- P.darah
- Retina
- Makula

TIO Normal palpasi Normal palpasi

Gerakan bulbus oculi Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah

Posisi bulbus okuli Ortho Ortho


Diagnosis kerja

Hordeolum interna OS

Terapi

Edukasi

1. Kompres hangat 3xsehari selama 15 menit dalam kondisi mata tertutup.

2. Jaga kebersihan mata, serta hindari menekan dan mengucek-kucek mata.

3. Hindari pemakaian make-up terlebih dahulu.

Obat

1. Oleskan kloramfenikol 1% salep mata 3x sehari pada mata kiri.

2. Paracetamol tab 500 mg, diminum ketika nyeri saja.

DINAS KESEHATAN KOTA PADANG

Puskesmas Ulak Karang

Padang, 25 November 2017

R/ Parasetamol tablet 500mg No.X

Sprn maks. 3dd Tab I @

R/ Kloramfenikol 1% salep mata No.I


Suc @

Pro: Nn AS (20th)

Alamat : Ulak karang selatan, Padang

BAB 3

DISKUSI

Seorang pasien perempuan berumur 20 tahun, berobat ke Puskesmas Ulak


Karang dengan diagnosa hordeolum. Pasien datang dengan keluhan utama
bengkak pada kelopak mata kiri sejak 2 hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan
bengkak pada kelopak mata kiri sejak 2 hari yang lalu. Bengkak berwarna merah
dan disertai nyeri, terutama apabila ditekan. Terdapat perasaan terhalang pada
mata kiri sejak 2 hari yang lalu. Keluhan mata gatal tidak ada, sekret tidak ada.
Tidak terdapat riwayat trauma. Pada anggota keluarga tidak ada yang mengalami
keluhan seperti ini, dari pemeriksaan fisik pasien dalam batas normal, kecuali
pada mata. Pada mata kiri di bagian palpebra inferior ditemukan adanya massa
sebesar kepala jarum pentul dan hiperemis.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien tersebut didiagnosis


sebagai hordeolum interna OS, karena pada pasien ditemukannya bengkak sebesar
kepala jarum pentul pada bagian kelopak mata kiri, kemerahan serta nyeri apabila
ditekan. Nyeri, merah dan bengkak adalah gejala utama dari hordeolum. Bengkak
tersebut terletak dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva
tarsal. Hal tersebut sesuai dengan dengan keadaan pada hordeolum interna.

Terapi yang diberikan kepada pasien adalah terapi umum dan khusus. Pada
terapi umum diberikan edukasi tentang perjalanan penyakit dan komplikasinya.
Selain itu juga diberikan edukasi untuk meningkatkan hygiene pasien, menjaga
kebersihan mata dengan menghindari menekan dan mengucek-kucek mata,
menghindari pemakaian make-up terlebih dahulu. Serta di lakukan kompres
hangat 3 x sehari selama 15 menit dalam kondisi mata tertutup. Sedangkan terapi
khusus diberikan kloramfenikol 1 % salep mata diaplikasikan 3 kali dalam sehari.
Serta diberikan paracetamol 500 mg untuk meredakan rasa nyeri pada mata.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. Orbit, Eyelids, and Lacrimal


System. 2011-2012. Section 7. Singapore: AAO Publishers. P.135-143.

2. Khurana AK. Disease of the Eyelids. Comprehensive Ophthlamology.


Edisi ke-4. New Delhi: New Age International Publishers; 2007. P. 246-
339, 344-5.

3. Riordan-Eva P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum.


17th ed. Jakarta: EGC; 2009.

4. Ilyas S. Kelainan kelopak dan jaringan orbita. Ilmu Penyakit Mata. Edisi
ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2010.P. 89-97.

5. Crick RP, Peng TW. Eyelids. A Textbook of Clinical Ophthalmology. Edisi


ke-3. Singapore: World Scientific Publishing Co; 2003.P. 453-4.

6. Arshad AR, Teyyeb AJ. Chronic Blepharitis: One Year Experience at a


United Nations Field Hospital. Pakistan Armed Forces Medical Journal.
2013; 3(9). [cited 2014 Apr 9]. Available from:
http://pafmj.org/showdetails.php?id=43&t=f.

7. American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea.


2011-2012. Section 8. Singapore: AAO Publishers. P.4-6.

8. Ehrenhaus, Michael P, MD. Hordeolum. 2016. at :


http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview#showall
Accessed December 4, 2017.

9. Kwitko Giofray M, MD. Preceptal Cellulitis. 2016. At


http://emedicine.medscape.com/article/1218009-overview Accessed
December 4, 2017.

10. Panduan prektek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer.
Edisi revisi tahun 2014.
11. Papier A, David J, Tara JM. Differential Diagnosis of the Swollen Red
Eyelid. American Academy of Family Physicians. 2007. P1815-24.
http:www.aafp.org/afp/2007/1215/p1815.html=afp20071215p1815-tl
Accessed December 4, 2017.

Anda mungkin juga menyukai