I. Pendahuluan
Apparatus
lakrimal
terdiri
atas:
glandulalakrimalisutama,
lakrimal
terdiri
atas:
glandulalakrimalisutama,
orbitalisdan
Glandulalakrimal
pars
pars
orbita,danmemilikiduafaciesyaitufacies
superior
yang
di
atasm.levatorpalpebra
superior.Glandulalakrimal
pars
palpebralislebihkecildanhanyamemilikisatuataudualobuliterleta
k tepat di atas segmen temporal dari forniks konjungtiva superior. Dari
kelenjar ini, air mata diproduksi dan kemudian dialirkan
melalui 10-12 duktus kecil yang mengarah ke bagian lateral
dari fornix konjungtiva superior dan di sini air mata akan
disebar ke seluruh permukaan bola mata oleh kedipan
kelopak mata.1,4
Glandula lakrimalis aksesori terbagiduayaituglandula Krause dan
Wolfring. Glandula Krause berada di bawahkonjungtivapalpebradiantara
fornix dantepi tarsus.Kelenjariniberjumlah 42 di fornix superior dan 6-8 di
fornix inferior.Glandulawolfringterletak di dekattepiatas tarsal superior
dansepanjangtepibawah tarsus inferior1,6
(dikutipdarikepustakaan 5)
Punktum lakrimalis berupa celah kecil, bulat atau oval yang terletak di
sebelah medial pada kelopak mata atas dan bawah(punktum superior dan
inferior). Hubungan antara punktum dan sakus lakrimal disebut kanalikuli
lakrimal, kanalikuli ini memiliki bagian vertikal yang panjangnya 1-2 mm
dan bagian horisontal yang terletak di dekat ampula dengan panjang 6-8 mm.
Banyak dari bagian horizontal kanalikuli superior dan inferior membentuk
kanalikuli komunis. Dari kanalikuli lakrimalis masuk ke sakus lakrimalis
dihubungkan oleh katup rosenmulleryang mencegah refluks air mata.1,5
Sakus lakrimalis terletak pada fossa lakrimal di pars anterior dari
medial dinding orbita. Ketika melebar, panjangnya menjadi 15mm dan lebar
5-6mm. Sakus lakrimalis memiliki 3 bagian yaitu fundus, corpus, dan collum.
Ductus nasolacrimalismerupakan lanjutan dari collum sakus lakrimalis dan
bermuara pada meatus nasi inferior. Panjangnya kira-kira 15-18mm. Terdapat
beberapa katup membran di ductus nasolakrimalis,yang paling penting adalah
katup hasner, yang letaknya paling bawah dari ductus dan berfungsi
mencegah refluks dari hidung.1,2
Patofisiologi
Sistem ekskresi terdiri atas punktum, kanlikuli, sakus lakrimalis, dan
duktus nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mulai di lateral
dan menyebarkan air mata secara merata di atas kornea dan menyalurkannya
ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Dalam keadaan
normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan sesuai dengan jumlah yang
diuapkan, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem
ekskresi.Ekskresi air mata dimulai dari mengalirnya air mata ke punktum dan
Tahap obstruksi
Pada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi pada sakus lakrimalis, sehingga
yang keluar hanyalah air mata yang berlebihan.
Tahap Infeksi
Pada tahap ini, yang keluar adalah cairan
mukus,mukopurulen,
atau
purulent
tergantung
yang
pada
bersifat
organisme
penyebabnya.
Tahap Sikatrik
Pada tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun pus lagi. Hal
ini dikarenakan sekret yang terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga
membentuk suatu kista.
Epidemiologi
Epidemiologi dakriosistitis berdasarkan:2
Usia
Dakriosistitis paling sering terjadi pada anak-anak khususnya yang baru
lahir yang disebut sebagai kongenital dakriosistitis dan pada orang
dewasa umur 60-70 tahun yang disebut dengan acquired dakriosistitis.
Jenis Kelamin
Dakriosistitis pada anak-anak perbandingannya sama, sedangkan pada
orang dewasa lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria.
Ras
Orang berkulit hitam lebih jarang terkena dakriosistitis dibandingkan
dengan orang berkulit putih. Hal ini karena ostium nasolakrimal pada
hidung lebih besar pada orang berkulit hitam dibandingkan dengan ras
lainnya.
V. Klasifikasi
Dakriosistitisdibagimenjadi
bentuk,
yaitu:
congenital
dandakriosistitisdewasa (akutdankronik).1,2,3,6
a. Dakriosistitisakutmerupakaninflamasisupuratifakutpadasakuslakrimalis
yang ditandaidengangejalapembengkakan yang nyeri di daerahsakus,
epifora, dandemam. Pasien dapat menunjukkan morbiditasnya yang berat
namun
jarang
menimbulkan
kematian.
Morbiditas
yang
terjadi
kronislebihseringditemukandibandingkandakriosistitisakut.
Karakteristikawal
yang
ditunjukkanberupapeningkatanlakrimasidanbiasanyadapatmerupakankelan
jutandaridakriosistitisakut,
tandainflamasibiasanyatidakada.
danbersifatrekuren.
Morbiditas
utamanya
Tandaberhubungan
yang
biasajugadisebutdakriosistitisneonatorum.
(dikutipdarikepustakaan 2)
(dikutipdarikepustakaan 2)
VI.
Etiologi
Etiologidaridakriosistitiskronikyaitu
multifaktorial.Faktor-
jeniskelamin,
ras,
hereditas,
status
air
bendaasing,
lakrimasiberlebih,
inflamasipadasakuslakrimalis,
danobstruksipadabagianbawahduktusnasolakrimalissepertipoliphidung.
3. Sumberinfeksi,
sakuslakrimalismendapatinfeksidarikonjungtiva,
cavumnasi (penyebaran retrograde) atau sinus paranasalis.
4. Organismekausatif, meliputi staphylococci, pneumococci, streptococci,
dan pseudomonas pyocyanea. Infeksi granulomatous kronik yang
jarangberupa
tuberculosis,
sifilis,
leprosy,
danrhinosporiodosisjugadapatmenyebabkandakriosistitis.
VII.
Gejala Klinis
Gejala utama dakriosistitis adalah mata berair (epifora) dan banyak
sekret. Dakriosistitis pada orang dewasa, terdiri dari akut dan kronik. Pada
keadaan akut, terdapat tanda dan gejala radang berupa nyeri, eritema dan
edema pada daerah sakus lakrimalis. Pembesaran sakus yang terbungkus oleh
fascia lakrimal menimbulkan rasa nyeri. Pembesaran ini berisi sekret
mukopurulen yang akan memancar keluar jika ditekan. Terkadang juga
disertai oleh demam, walaupun demamnya ringan. Apabila tidak ditangani
dengan baik, pembesaran ini dapat mengecil dengan membentuk fistel.3,4,6
Pada keadaan kronik tidak terdapat rasa nyeri, tanda dan gejala radang
pun sangat tidak dominan, biasa gejala berupa mata berair yang bertambah
banyak bila mata kena angin. Bila kantung air mata ditekan dapat keluar
sekret mukoid dengan pus di daerah punktum lakrimal dan kelopak mata
melekat satu dengan yang lainnya.3,4,6
Gambaranklinispadadakriosistitiskronikdapatdibagimenjadi 4 stadium,
yaitu:1
1. Stadium
dakriosistitiskronikkataraldikarakteristikkandenganinflamasiringandarisak
uslakrimaldihubungkandengan
stadium
ini,
blockade
duktusnasolakrimalis.
gejala
Pada
yang
munculberupamataberairdankadangmatamerahringan di kantusdalam.
2. Stadium
mukokellakrimalberupastagnasikronikmenyebabkandistensisakuslakrimal
9
yang
ditandaidenganepiforakonstandihubungkandenganpembengkakanpadakant
usdalam.Regurgitasicairanmukoid
gelatinous
daripunktum
inferior
yang
a.Dakriosistitis kronik
b.Dakriosistitis akut
VIII. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan
hasil pemeriksaan fisik. Dari anamnesis dan gejala klinik didapatkan mata
berair dan disertai dengan sekret yang banyak dan lengket, mata merah
disertai udem dan gejala bertambah berat jika terkena angin dan cuaca dingin
atau diawali dengan reaksi peradangan sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan udem dan nyeri tekan pada daerah sakus lakrimal dan bila
dilakukan penekanan pada kantung mata dapat keluar sekret yang mukoid
dengan pus di daerah punktum lakrimal.2
Beberapa
pemeriksaan
fisik
yang
dilakukan
bertujuan
untuk
10
(dikutipdarikepustakaan 2)
Fluorescein clearance testdilakukan untuk melihat fungsi saluran
ekskresi lakrimal. Uji ini dilakukan dengan meneteskan zat warna fluorescein
2% pada mata yang dicurigai mengalami obstruksi pada duktus
nasolakrimalisnya. Setelah itu pasien diminta berkedip beberapa kali dan
pada akhir menit ke-6 pasien diminta untuk beringus (bersin) dan
menyekanya dengan tissue. Jika pada tissue didapati zat warna, berarti duktus
nasolakrimalis tidak mengalami obstruksi.2
Jones dye test juga dilakukan untuk melihat kelainan fungsi saluran
ekskresi lakrimal. Uji ini terbagi menjadi dua yaitu Jones Test I dan Jones
Test II. Pada Jones Test I, mata pasien yang dicurigai mengalami obstruksi
pada duktus nasolakrimalisnya ditetesi zat warna fluorescein 2% sebanyak 12 tetes. Kemudian kapas yang sudah ditetesi pantokain dimasukkan ke meatus
11
nasal inferior dan ditunggu selama 3 menit. Jika kapas yang dikeluarkan
berwarna hijau berarti tidak ada obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya.
Pada Jones Test II, caranya hampir sama dengan Jones test I, akan tetapi jika
pada menit ke-5 tidak didapatkan kapas dengan bercak berwarna hijau maka
dilakukan irigasi pada sakus lakrimalisnya. Bila setelah 2 menit didapatkan
zat warna hijau pada kapas, maka dapat dipastikan fungsi sistem lakrimalnya
dalam keadaan baik. Bila lebih dari 2 menit atau bahkan tidak ada zat warna
hijau pada kapas sama sekali setelah dilakukan irigasi, maka dapat dikatakan
bahwa fungsi sistem lakrimalnya sedang terganggu.2
Gambar 9. Irigasi mata setelah ditetesi fluorescein pada Jones dye test II.
(dikutipdarikepustakaan 2)
Anel test merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi ekskresi air
mata ke dalam rongga hidung. Tes ini dikatakan positif bila ada reaksi menelan.
Hal ini menunjukkan bahwa fungsi sistem ekskresi lakrimal normal. Pemeriksaan
lainnya adalah probing test. Probing test bertujuan untuk menentukan letak
obstruksi pada saluran ekskresi air mata dengan cara memasukkan sonde ke dalam
saluran air mata. Pada tes ini, punctum lakrimal dilebarkan dengan dilator,
kemudian probe dimasukkan ke dalam sackus lakrimal. Jika probe yang bisa
masuk panjangnya lebi dari 8 mm berarti kanalis dalam keadaan normal, tapi jika
yang masuk kurang 8 mm berarti ada obstruksi.2
12
(dikutipdarikepustakaan 2)
Pemeriksaan penunjang juga memiliki peranan penting dalan
penegakkan diagnosis dakriosistitis. CT scansangat berguna untuk mencari
tahu penyebab obstruksi pada dakriosistitis terutama akibat adanya suatu
massa
atau
keganasan.
Dacryocystography
(DCG)
(dikutipdarikepustakaan 2)
Dakriosistography
Lokasi obstruksi yang tepat dikonfirmasi dengan menyuntikkan
pewarna radiopak ke dalam sistem nasolakrimal (fakriosistogram) kemudian
digunakan sinar X untuk mengikuti passase zat pewarna melalui sistem.9
13
PatologiAnatomi (PA)
Pasiendakriosistitiskronikdengankeluhanpembengkakanpersistenpadakantus
medial
danepiforadilakukandakriosistorinostomi.Saccuslacrimalis
mengalamipembesarandiangkatdan
di
yang
belah,
14
padapemeriksaansakuslakrimalislumen
berisi
mucus
purulensertadindingsaccus
dan
material
yang
mengalamipenebalan.Padapemeriksaanhistologik,
penebalandindingdikarenakaninfiltrasilimfositdenganformasifolikelpadasubm
ukosadanmenampakkan pus dan mucus di lumen.7
Gambar 14 (dikutipdarikepustakaan 7)
Gambar 15 (dikutipdarikepustakaan 7)
IX.
Diagnosis Banding1
15
Sinusitis etmoidal akut, biasanya lebih sering terjadi pada anak. Dengan
gejala berupa nyeri dan nyeri tekan diantara kedua mata dan di atas
jembatan hidung, ditemukan juga hidung tersumbat.
Selulitis orbita, infeksi jaringan lunak pada rongga orbita di sekitar bola
mata. Dengan gejala klinisnya berupa demam, nyeri pada daerah orbita
yang disertai bengkak dan kemerahan. Dimana bola mata mengalami
ptosis dengan lapangan pandang yang terbatas dan pasien merasa sakit saat
menggerakan bola mata.
X. Penatalaksanaan
Prinsip utama penatalaksanaan dari dakriosistitis adalah dengan
melakukan kompres hangat pada duktus lakrimalis serta pengurutan daerah
sakus sehingga nanah bersih dari dalam kantung dan diberi antibiotik lokal,
dan sistemik. Bila terlihat fluktuasi dengan abses pada sakus lakrimal maka
dilakukan insisi untuk membuka dan membuang nanah. Bila kantung lakrimal
telah tenang dan bersih maka dilakukan pemasokan pelebaran duktus
nasolakrimal. Bila sakus tetap meradang dengan adanya obstruksi duktus
16
nasolakrimal
dapat
diperbaiki
dengan
cara
untuk
dakriosistitis
mengurangi
dengan
angka
pembedahan
rekurensi.
Prosedur
(dikutipdarikepustakaan 1)
Dakriosistorinostomi internal memiliki beberapa keuntungan jika
dibandingkan dengan dakriosistorinostomi eksternal. Adapun keuntungannya
yaitu, (1) trauma minimal dan tidak ada luka di daerah wajah karena operasi
dilakukan tanpa insisi kulit dan eksisi tulang, (2) lebih sedikit gangguan pada
fungsi pompa lakrimal, karena operasi merestorasi pasase air mata fisiologis
tanpa membuat sistem drainase bypass, dan (3) lebih sederhana, mudah, dan
cepat (rata-rata hanya 12,5 menit).
Kontraindikasi pelaksanaan DCR ada 2 macam, yaitu kontraindikasi
absolut dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi relatif dilakukannya
DCR adalah usia yang ekstrim (bayi atau orang tua di atas 70
18
(dikutipdarikepustakaan5)
XI.
Komplikasi
Penyulit
dakriosistitis
dapat
berbentuk
pecahnya
pus
yang
mengakibatkan fistel sakus lakrimal, abses kelopak, ulkus dan selulitis orbita.
Dakriosistitis dapat menjadi kronik sehingga sukar diobati. Adanya
19
Prognosis
Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika namun masih
berpotensi terjadi kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak
ditangani secara tepat, sehingga prognosisnya adalah dubia ad malam. Akan
tetapi, jika dilakukan pembedahan baik itu dengan dakriosistorinostomi
eksternal atau dakriosistorinostomi internal, kekambuhan sangat jarang terjadi
sehingga prognosisnya dubia ad bonam.2
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
9
Riardon, P. E, Whitcher, J. Lacrimal Apparatus. In: Voughan and Asburys
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
21
DAFTAR PUSTAKA
22