Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI FISIOLOGI DAN HISTOLOGI KUKU

Kuku adalah sel-sel epidermis yang terkeratin dan keras. Sel-sel ini membentuk
bungkusan padat, jernih, membentuk permukaan dorsal bagian ujung tangan dan kaki.
Setiap kuku terdiri dari sebuah badan kuku, tepi bebas, dan akar kuku. Badan kuku
adalah bagian kuku yang padat dilihat, tepi bebas kuku adalah bagian yang menjorok
menjauhi jari, dan akar kuku adalah bagian yang tersembunyi di dalam celah proximal
kuku.

Kuku tertanam di dalam palung kuku. Dermisnya memuat garis-garis lekukan


dan bukan papil-papil seperti pada kulit. Pada palung kuku terdapat banyak saraf dan
mengandung banyak pembuluh darah. Bagian proksimal kuku terletak di dalam lipatan
kulit yang merupakan bagian paling tipis. Bagian putih yang disebut lunula karena
bentuknya seperti setengah bulan merupakan awal kuku tumbuh maju.

Bagian-bagian kuku:

 Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru


 Dinding kuku (nail wail): merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi
bagian pinggir dan atas
 Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku
 Alur kuku (nail groove): merupakan celah antara dinding dan dasar kuku
 Akar kuku (nail root): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi
dinding kuku
 Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi
dinding kuku
 Lunula: merupakan bagian lempeng kuku berwarna putih dekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit
 Eponikium: merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya
menutupi bagian permukaan lempeng kuku
 Hiponikium: merupakan dasar kuku, kulit ari di bawah kuku yang bebas (free
adge) menebal
 Kutikula ialah stratum korneum yang terbentuk dari lipatan kuku proksimal,
yang lengket dengan lempeng kuku (nail plate)

Daerah pertumbuhan kuku terletak pada akar kuku, tersusun dari sel germinal
yang selalu membelah untuk menghasilkan kuku. Kuku juga tersusun dari sel-sel mati,
yaitu lapisan kompak dari epitel yang mengalami pertandukan. Kuku tumbuh ke arah
distal, meluncur ke atas kulit dasar kuku yang disebut hiponisisum, melanjutkan diri ke
epidermis yang meliputi permukaan ventral jari-jari. Perluasan epidermis berzat tanduk
pada ujung lipatan proksimal kuku adalah eponisium atau kutikula. Kuku hamper tidak
berwarna tetapi nampak kemerahan karena warna darah yang berada di dalam kapiler di
bawah kuku.

2.2 JENIS-JENIS KELAINAN PADA KUKU

a. Paronikia

Penyakit paronikia adalah infeksi kulit dan jaringan lunak yang mengelilingi kuku kaki atau
kuku jari. Kelainan kuku ini bisa muncul secara tiba-tiba (acute Paronychia) atau secara
bertahap (chronic Paronychia).9,10

Paronikia akut paling sering terjadi karena Staphylococcus aureus dan biasanya mengenai
kuku anak. Faktor predisposisi termasuk mengigit atau mengisap kuku dan trauma pada kuku
karena pekerjaan. Paronikia kronik biasanya disebabkan oleh adanya trauma mekanik atau
bahan kimia yang dapat merusak kutikula dan menyebabkan penetrasi atau iritan dan zat
alergenik lingkungan di bawah lipatan kuku proksimal, sehingga menyebabkan rekasi inflamasi
pada lipatan dan matriks. Infeksi sekunder dari Candida sp. dan/atau bakteri terjadi pada banyak
kasus.2,10
Paronikia ditandai dengan pembengkakan jaringan yang nyeri dan dapat mengeluarkan
nanah dibawah kulit samping kuku atau dibawah kuku itu sendiri. Daerah sekitar kuku yang
lembut, merah dan agak bengkak pada kutikula yang menghilang; dan kulit di sekitar kuku
terasa lembab atau “boggy (berkabut)”. Biasanya terkena pada satu kuku.9,10

Paronikia akut dimulai terjadi pembengkakan kulit yang berwarna merah, hangat dan nyeri
di sekitar kuku. Sedangkan pada paronikia kronik, kemerahan dan kelembutan kurang terlihat
dibandingkan infeksi akut. Kuku mungkin berwarna hijau oleh karena infeksi pseudomonas.9,10

Gambar 2 : Paronikia akut disebabkan bakteri Staphylococcus.10

Gambar 3 : Paronikia kronik disebabkan kontak iritan.10

Pilihan pengobatan tergantung pada tingkat infeksi. Jika didiagnosis lebih awal, paronikia
akut tanpa abses dapat diobati tanpa operasi, seringkali dengan antibiotik topikal saja. Jika abses
telah terjadi, sayatan dan drainase harus dilakukan. Antibiotik oral terhadap bakteri gram positif
seperti Staphylococcus aureus seperti cephalexin, amoxicillin dengan asam klavulanat, dan
klindamisin.2
Perlindungan tangan dari bahaya lingkungan adalah hal yang harus dilakukan untuk
mengobati paronikia kronis, yang dapat dianggap sembuh hanya bila kutikula tumbuh kembali.
Anti jamur sistemik tidak efektif untuk penyakit ini. Paronikia kronik harus diterapi seperti
dermatitis kontak, dengan steroid topikal atau tacrolimus yang terkait dengan antiseptik topikal
untuk mencegah dari kolonisasi mikroba sekunder.2
b. Onikomikosis

Onikomikosis adalah kelainan kuku akibat infeksi jamur. Jamur yang termasuk dalam
spesies Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Angka kejadian onikomikosis terus
meningkat dimana 50% dari seluruh penyakit kelainan kuku dan 30% dari seluruh kasus jamur
superfisialis.11
Ada empat tipe klinis dari onikomikosis :
1) Distal lateral subungual onychomycosis (DLSO)
Merupakan bentuk onikomikosis yang paling sering dijumpai. Infeksi ini berkembang
terutamanya di matriks kuku bermula dari distal ke proksimal melalui sisi distal lateral atau
melalui alur lateral lempeng kuku. Infeksi ini sering disebabkan oleh jamur golongan
Trichophyton spp. dan kadang oleh Scytalidium spp, Candida spp dan nondermatofit yang lain.
Gambaran klinis ditandai hiperkeratosis subungual, onikolisis (terlepasnya lempeng kuku dari
nail bed ), dan penebalan kuku. Ruang subungual adalah tapak bagi jamur dan bakteri infeksius
dimana boleh menyebabkan diskolorasi lempeng kuku menjadi warna kuning.11,12

Gambar 4 : Distal subungual onychomycosis.12

2) Superficial white onychomycosis (SWO)


Kelainan ini jarang ditemui. Nama lainnya adalah Leukonikia Mikotika. Kelainan ini terjadi
apabila jamur menginvasi langsung lapisan superfisial lempeng kuku yang disebabkan sering
oleh T.mentagrophytes dan kadang oleh nondermatofit seperti Acremonium spp, Aspergillus
terreus dan Fusarium oxysporum. Gambaran khas yang dapat dilihat adalah bercak-bercak putih
“white island” yang berbatas tegas di permukaan lempeng kuku yang dapat berkonfluensi.
Lambat laun, kuku akan menjadi kasar, lunak dan rapuh.11,12

Gambar 5 : Superficial white onychomycosis.12

3) Proximal subungual onychomycosis (PSO)


Merupakan bentuk paling jarang ditemui, tetapi umumnya ditemukan pada penderita AIDS
dimana ia dianggap sebagai tanda awal seseorang itu terkena infeksi HIV. Penyebab tersering
adalah T.rubrum. Selain itu, penyebab lain adalah C.albicans, Fusarium spp, Aspergillus spp
dan Scopulariopsis brevicaulis. Jamur menginvasi daerah bawah kutikula kuku yang akan
menyebabkan infeksi pada lempeng kuku proksimal. Infeksi ini akan berkembang secara distal
pada seluruh permukaan kuku. Gambaran klinis berupa hiperkeratosis dan onikolisis proksimal
serta destruksi lempeng kuku proksimal.11,12

Gambar 6 : Proximal subungual onychomycosis.12

4) Candida onychomycosis
Infeksi kuku yang disebabkan oleh kandida didapatkan pada pasien yang menderita
kandidiasis mukokutan kronis dimana sering disebabkan oleh C.albicans yaitu sebanyak 70%
dari seluruh kasus onikomikosis. Selain itu, disebabkan oleh C.parapsilosis, C.tropicalis dan
C.krusei.11,12

Gambar 7 : Chronic mucocutaneous candidiasis.12


Apapun jenis klinisnya, onikomikosis yang tidak diobati akan terjadi destruksi total pada
lempeng kuku dimana merupakan stadium akhir dari seluruh jenis onikomikosis. Seluruh
permukaan kuku menjadi tebal dan distrofik (total dystrophic onychomycosis).11,12
Pengobatan onychomycosis telah berkembang pesat dalam dekade terakhir. Ada beberapa
obat antijamur oral yang bisa digunakan dengan tingkat keberhasilan tinggi sejak dulu yaitu,
griseofulvin dan ketoconazole (Nizoral) namun keduanya memiliki keterbatasan. Griseofulvin
merupakan fungistatic dan perlu diminum dalam dosis yang relatif tinggi untuk 1 tahun atau
lebih untuk kuku kaki. Penggunaan ketokonazol dibatasi karena potensi hepatotoksisitas. Tiga
obat baru telah melengkapi obat yang sebelumnya. Terbinafine merupakan Allylamine yang
diresepkan dengan dosis 250 mg setiap hari selama 12 minggu untuk kuku kaki dan 6 minggu
untuk kuku jari. Itrakonazol dapat diberikan terus menerus dengan dosis 100 mg dua kali setiap
hari selama 12 minggu atau 200 mg dua kali sehari selama 1 minggu setiap bulan selama 3
bulan. Flukonazol merupakan triazol dengan kegunaan melawan ragi dan dermatofit. Ini
diberikan dalam dosis 200 mg sekali seminggu sampai kuku kembali normal, periode waktu
bisa sampai 12 bulan untuk kuku kaki dan 9 bulan untuk kuku jari. Terapi onychomycosis
topikal berkembang dengan cepat. Ada satu obat antijamur topical yaitu cyclopirox disetujui
oleh FDA untuk pengobatan onikomikosis, dan ada beberapa obat antijamur topikal lainnya
dalam uji klinis untuk onikomikosis.12
c. Kuku Liken Planus

Liken planus pada kuku dapat timbul tanpa kelainan kulit. Perubahan pada kuku berupa
belah longitudinal, lipatan kuku yang mengembung (pterigium kuku), kadang-kadang anonikia.
Lempeng kuku menipis dan papul liken planus dapat mengenai lempeng kuku. Lokalisasi kuku
dari liken planus harus ditanggapi dengan serius, karena bisa menghancurkan kuku. Oleh karena
itu, penting untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit sesegera mungkin.2,13

Gambar 8 : Lichen planus pada matriks kuku.2

Lichen planus pada matriks kuku memerlukan perawatan oral atau intramuskular dengan
steroid sistemik. Suntikan kortikosteroid intralesional (vs sistemik) harus dipertimbangkan pada
pasien dengan keterlibatan kurang dari tiga jari.2

Gambar 9 : Liken planus pada matriks kuku sebelum dan sesudah


diterapi dengan steroid sistemik.2
d. Kuku Psoriasis

Keterlibatan kuku sangat umum terjadi selama psoriasis, antara 10% sampai 78% pasien
yang terkena. Kuku yang lebih banyak terkena adalah kuku jari kaki, dan biasanya lebih dari 1
kuku yang terlibat. Psoriasis pada kuku dapat dengan mudah didiagnosis dengan melihat tanda
khas, biasanya hanya bisa dideteksi di kuku jari: psoriatic pitting, onycholysis dengan batas
eritematosa dan salmon patches pada kuku. Onycholysis sebenarnya adalah manifestasi
psoriasis kuku yang paling umum dan dapat mempengaruhi kedua kuku dan kuku kaki. Di kuku
jari ada batas eritematosa di sepanjang area onycholytic yang bersifat diagnostik psoriasis kuku.
Pada kuku kaki, onycholysis biasanya disertai dengan hiperkeratosis subungual dan mungkin
mirip dengan onikomikosis. Salmon patches muncul sebagai area warna merah kuning di bagian
kuku atau berbatasan dengan area onycholytic. Tanda umum lainnya yang umum tapi agak
aspiratif termasuk splinter hemorrhages dan paronikia.2,14

Gambar 10 : Psoriasis kuku: onycholysis dikelilingi oleh sebuah garis eritematosa dan salmon
patches pada dasar kuku.2

Gambar 11 : Psoriasis kuku kaki yang memproduksi hiperkeratosis


subungual dan onikolisis.2

Pengobatan pada psoriasis kuku, penting untuk menginstruksikan pasien untuk menghindari
trauma dan rujuk pasien ke rheumatologist jika terasa nyeri. Perawatan sistemik untuk psoriasis
kulit dan sendi umumnya efektif untuk psoriasis kuku (metotreksat, siklosporin A). Sejak
munculnya terapi biologis psoriasis kulit dan sendi yang parah, efeknya pada gejala kuku telah
diselidiki dan infliximab 5 mg / kg tampaknya yang paling efektif sampai saat ini. Steroid
intralesi (triamcinolone acetonide 2.5-5,0 mg / mL dalam air garam) adalah perawatan terbaik
untuk psoriasis matriks kuku bisa disuntikkan di lipatan kuku proksimal setiap 4-8 Minggu.
Acitretin dengan dosis rendah (0,2-0,3 mg / kg / hari) Selama 4 sampai 6 bulan merupakan
pilihan yang efektif pada psoriasis kuku yang parah. Pada psoriasis kuku, pengobatan topikal
dengan kalsipotriol, kombinasi kalsipotriol dan betametason, atau tazaroten mungkin efektif
setelah pengangkatan lempeng kuku yang terpisah.2

e. Penyakit Darier

Penyakit darier merupakan kuku yang rapuh dan pecah-pecah dengan perubahan warna
longitudinal dan hyperkeratosis di bawah kuku. Penyakit Darier, juga dikenal sebagai keratosis
follicularis, merupakan autosom dominan kondisi yang diwariskan dengan keterlibatan kuku
pada 90% pasien. Keterlibatan matriks kuku menyebabkan onychorrhexis, dengan pemecahan
dan kerapuhan disertai garis longitudinal berwarna merah dan putih.13

Gambar 12 : Perubahan kuku pada penyakit Darier.13


Pengobatan pada penyakit darier yaitu:15
1) First line :
 menghindari pemicu (panas, berkeringat, gesekan) dan meminimalkan UVB - induced
exacerbations.
 Emolien yang mengandung urea atau asam laktat.
 Pengganti sabun dan antiseptik topikal.
 Kortikosteroid topikal atau poten dengan antibiotik topikal.
 Retinoid topikal: isotretinoin (0,05%, 0,1%), tretinoin, gel tazaroten, gel adapalen
0,1%.
2) Second line :
 Oral acitretin 0,25-0,5 mg/kg/ hari diberikan selama 3 bulan untuk memiliki efek
maksimal. Acitretin harus dihentikan selama 2 tahun sebelum wanita mencoba untuk
hamil.
 Isotretinoin oral 0,5 mg / kg / hari. Kurang efektif dibanding acitretin tapi mungkin
ditunjukkan pada wanita muda. Isotretinoin harus dihentikan selama 1 bulan sebelum
wanita mencoba untuk hamil.
3) Third line :
 Topical 5-fluorouracil.
 Siklosporin oral untuk eksimidasi dengan dosis 2,5 mg / kg / hari.
 Operasi laser, electrosurgery, atau dermabrasi.
 Terapi fotodinamik.
 Toksin Botulinum .
 Mammaplasty.

f. Alopesia Areata

Alopesia areata adalah kondisi yang menyebabkan rambut rontok dan perubahan kuku,
meski tidak harus pada saat bersamaan. Perubahan kuku yang disebabkan oleh alopsia areata
adalah pitting, penipisan lempeng kuku dan terkadang lunula berwarna merah. Perubahan kuku
pada alopesia areata lebih sering terjadi pada anak-anak, lebih dari 46% dari 272 anak dengan
alopesia areata memiliki keterlibatan kuku. Pada orang dewasa, perubahan kuku terjadi pada
orang dewasa sekitar seperlima pasien yang datang dengan alopecia areata kulit kepala.2,13
Triamsinolon topikal dan intralesional 2,5-3 mg/ml pada interval bulanan sangat membantu.
Pitting, trachyonychia, Beau’s line dan onychomadesis dapat dilihat pada alopecia areata pada
kuku. Bintik merah muda di lunula sering terlihat pada alopesia areata kuku.13

Gambar 13 : Pitting dari alopesia areata pada kuku.13


Gambar 14 : Bintik merah di lanula13
g. Kelainan Kuku pada Penyakit Sistemik

Pada penyakit sistemik, manifestasi kuku biasanya melibatkan sebagian besar atau semua
kuku. Diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis, morfologi, dan distribusi kelainan kuku.
Beberapa tanda kuku yang berhubungan dengan sistem organ dan penyakit sistemik.16
Koilonikia biasa disebut kuku sendok, terjadi saat ujung kuku terbalik. Koilonikia bisa
idiopatik atau berhubungan Dengan berbagai kondisi seperti anemia, luka akibat kerja dan
trauma atau kondisi endokrin seperti hipo dan hipertiroidisme. Koilonikia umum terjadi pada
kuku jari kaki anak sehat.16

Gambar 15: Koilonikia atau kuku sendok.16

Clubbing finger ditandai dengan peningkatan massa ujung jari distal dan bertambah
kelengkungan longitudinal dan horizontal dari lempeng kuku. Clubbing terjadi pada kuku jari
dan kuku kaki. clubbing diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu: bawaan / turun temurun,
didapatkan dan idiopatik. Tanda klinis clubbing adalah kelengkungan abnormal dari lempeng
kuku di kedua sumbu longitudinal dan horizontal. Pada clubbing, sudut Lovibond (Sudut antara
lempeng kuku dan Lipatan kuku proksimal bila dilihat dari samping) lebih besar dari 180°,
sedangkan pada kuku normal, sudutnya kurang dari 160°. Tanda clubbing berarti ada sesuatu
yang tidak berjalan dengan baik dalam tubuh. Infeksi, neoplastik dan peradangan paru paling
sering terjadi. Penyakit paru seperti neoplasma pada paru-paru, bronkiektasis, emfisema, radang
paru-paru dan limfoma semaksimal mungkin. Etiologi kardiovaskular seperti gagal jantung
kongestif, dan jantung bawaan/ penyakit yang berhubungan dengan katup jantung, seperti
halnya gangguan gastrointestinal dan hati seperti sirosis dan kolitis ulserativa kategori idiopatik
dan kongenital kurang umum.16,17
Gambar 16: Clubbing dari kuku jari karena kanker paru-paru.17

Gambar 17: Clubbing dari kuku kaki.16

Beau’s line adalah depresi melintang pada satu atau lebih kuku yang disebabkan dari
pertumbuhan yang tertahan dalam matriks kuku mengikuti penyakit sistemik atau trauma berat.
Trauma lokal, seperti dari manikur atau onychotillomania, atau berhubungan dengan penyakit
kulit lokal terutama dermatitis, eritema periungual, dan paronikia, adalah penyebab Beau's line.
Beau’s line menunjukkan penyebab sistemik, yang paling umum di antaranya adalah obat-
obatan (terutama kemoterapi), demam tinggi, penyakit virus, operasi dan iskemia perifer.16
Gambar 18 : Beau’s line pada penyakit sistemik.16

Half-and-half nails digambarkan memiliki setengah putih dibagian proksimal dan bagian
distal merah/ coklat, setengah karena perubahan warna pada kuku. Half-and-half nails terjadi
sebagai tanda ketidakmampuan kerja ginjal dan uremia. Kuku kembali normal saat fungsi ginjal
normal atau setelah transplantasi ginjal.16

Gambar 19 : Half-and-half nails.16

Terry’s nails digambarkan sebagai kuku putih susu yang meluas dari lipatan kuku proksimal
dan merah-coklat di daerah onychodermal di kuku. Lunula biasanya ditutupi oleh si putih.
Menekan pada lempeng kuku akan mengubah Penampilan dan warna kuku. Terry’s nails
dikaitkan dengan gagal jantung kongestif, penyakit hati dan bahkan penuaan.16
Gambar 20 : Terry’s nails.16

Hemorrhages splinter adalah perubahan kuku yang ditandai dengan garis liner kecil
berwarna merah/ coklat di dasar kuku. Hemorrhages splinter asimtomatik dan biasanya terjadi
pada bagian distal kuku, dan merupakan hasil dari perdarahan kecil di alur longitudinal dasar
kuku. Yang paling umum penyebab perdarahan adalah trauma. Beberapa kuku psoriasis
menunjukkan perdarahan akibat mikroorganisme. Beberapa kondisi di mana ditemukan
perdarahan splinter termasuk trichinosis, endocarditis, kejadian embolik, diskrasia darah, dan
pengobatan tertentu.16,17

Gambar 21 : Infective endocarditis: splinter hemorrhage.17

Gambaran iskemik dari lupus eritematosus sistemik (SLE) menyebabkan mayoritas


perubahan kuku yang sangat bervariasi dalam presentasi. Infark vaskular, mikronekrosis lipatan
kuku dan lesi kutikular vaskular cukup umum terjadi. Dalam kasus yang lebih parah, mungkin
ada nekrosis dan gangren parah akibat trombosis vaskular pada pembuluh darah ekstremitas.16
Gambar 22 : Lupus sistemik eritematosus: eritema lipatan kuku dan telangiektasis.17

Yellow nail syndrome ditandai dengan kuku berwarna kuning, pertumbuhan kuku lambat,
dengan lunula dan kutikula yang tidak ada. Kuku bisa menebal dan tampak melengkung dan
menjadi buram sehingga lunula tertutupi. Kondisi yang terkait dengan sindrom kuku kuning
adalah lymphedema, kondisi pernafasan termasuk bronkiektasis, sinusitis, dan efusi paru. Ada
laporan bahwa yellow nail syndrome menanggapi terapi vitamin E oral.16,17

Gambar 23 : Yellow nail syndrome.17

Penanganan dari kelainan bentuk kuku akibat penyakit sistemk lebih cenderung pada
etiologi penyakit yang mendasarinya.

h. Kelainan Kuku Herediter dan Kongenital

Ectodermal dysplasia merupakan sekumpulan kelainan herediter dimana terjadi cacat


perkembangan yang melibatkan dua dari tiga struktur utama dari ectoderm embrio yaitu rambut,
gigi, kuku, dan kelenjar keringat. Perubahan pada kuku terkait dengan hypotrichosis,
hypodontia, dan hypohidrosis. Gambaran umum dari kelaianan kuku yaitu kuku pendek,
menebal, dan hipoplastik.2
Gambar 24 : kuku pada ectodermal dysplasia.2

Epidermosis bulosa termasuk dalam kelaianan herediter dengan ciri umum berupa kelainan
kuku pada sebagian besar subtipe epidermolisis bulosa. Faktor trauma diduga berpengaruh besar
terhadap terjadinya dystrophy pada kuku dan kuku jari kaki yang menjadi besar karena terkena
dampak parah dari trauma. Gambaran umum kelaianan pada kuku yaitu hilangnya sebagian
atau seluruh kuku, Pachyonychia, lepuhan yang disertai darah pada subungual atau periungual,
dan erosi periungual diserta granulasi jaringan. Pada tipe junctional epidermolisis bulosa dan
dermolitik epidermolisis bulosa kelainan pada kuku dapat berupa anonychia.2

Gambar 25: Epidermolysis bullosa simplex nail dystrophy.18

Pachyonichia Congenital merupakan genodermatosis autosomal dominan yang ditandai


dengan nyeri keratoderma, penebalan kuku, leukokeratosis oral, dan kista epidermal. Tingkat
keparahan Pachyonichia Congenita dapat sangat bervariasi pada beberapa pasien. Jenis
Pachyonichia yang berat diantaranya yaitu Painfull Palmoplantar Keratoderma (PPK),
merupakan penebalan patologis terutama karena hyperkeratosis pada kulit yang tidak memiliki
rambut seperti telapak tangan dan telapak kaki. Gambaran kelaianan pada kuku yaitu kuku
menebal, sangat sulit dipotong, dan warnanya gelap. Penebalan kuku merupakan akibat dari
hyperkeratosis dari dasar kuku (nail bed), yang lebih jelas pada bagian distal yang melengkung
ke atas.2
Gambar 26 : kelainan kuku pada Pachyonichia Congenital.18

Nail patella syndrome merupakan penyakit genetic yang jarang terjadi, yang melibatkan
organ-organ yang berasal dari ectodermal dan mesodermal. Kelaianan kuku pada penyakit ini
dapat terjadi pada semua kuku atau hanya terbatas pada kuku ibu jari yang selalu terkena
dampak parah. Gambaran kelainannya berupa hipoplasia atau aplasia, dan lunula. Hipoplasia
kuku biasanya pada bagian tengah kuku dan bentuk dari lunula berbentuk segitiga (triangular
lunula).2

Gambar 27 : kelainan kuku pada nail patella syndrome.2

Congenital malalignment of the hallux merupakan penyebab umum dari kuku yang tumbuh
ke dalam dan biasanya didiagnosis saat anak mulai berjalan. Gambaran kelainan ini dapat
berupa jari yang dapat terasa sangat nyeri dan kuku jari kaki menunjukkan gambaran Beau’s
line dan onikolisis. Kelainan ini dapat unilateral atau bilateral. Perbaikan pada kelaianan ini
dapat terjasdi secara spontan dan umumnya pada anak tidak bergejala saat berumur 2 tahun.
Peradangan yang terjadi akibat kuku yang tumbuh ke dalam dapat diatasi dengan pemijatan
setiap hari pada lipatan lateral kuku dengan krim yang mengandung steroid, antibiotic dan urea.
Pembedahan mungkin diperlukan apabila gejala pada kuku memberat dan tidak mereda dengan
adanya pertumbuhan kuku.2
Gambar 28 : Congenital malalignment of the hallux.2

3.1 ANATOMI FISIOLOGI DAN HISTOLOGI RAMBUT

Pertumbuhan epidermis yang didistribusi secara bervariasi di seluruh tubuh


adalah rambut (pili). Fungsi utama rambut adalah sebagai perlindungan. Walaupun
perlindungan ini terbatas, rambut melindungi kulit kepala dari luka dan cahaya matahari.
Alis dan bulu mata melindungi mata dari benda asing. Rambut hidung dan pada canalis
auditorius internal melindungi telinga dari serangga dan debu.

Fase pertumbuhan rambut (The Hair Growth Cycle) terdiri atas 3 tahapan, yaitu :
 Fase Anagen (Growth), meliputi 85% dari masa hidup rambut, rambut akan
tumbuh rata - rata 1 cm/bulan selama 3 - 6 tahun.
 Fase Catagen (Transitional), berlangsung selama 1 - 2 minggu, panjang folikel
rambut menyusut hingga 1/6 ukuran normal, bagian dermal papila masuk dalam
fase istirahat.
 Fase Telogen (Resting), berlangsung antara 5 - 6 minggu, rambut tidak tumbuh
tetapi menunggu dermal papila dalam masa istirahat dan kembali ke fase anagen.
Folikel rambut merupakan lekukan jeluk di dalam epidermis. Folikel rambut
dibatasi sel epidermis dan di atas dasarnya terdapat papil tempat awal rambut tumbuh.
Dalam keadaan sehat, bila sehelai rambut rontok maka akan diganti sehelai lain yang
tumbuh dari papil yang sama.

Setiap rambut terdiri dari sebuah batang dan sebuah akar. Batang rambut adalah
bagian permukaan, sebagian besar menjorok di atas permukaan kulit. Batang rambut
kasar terdiri dari tiga bagian utam, yaitu medula disusun oleh barisan sel-sel polihedral
yang berisi granula eleidin dan rongga udara. Bagian kortex membentuk bagian terbesar
batang dan terdiri dari sel-sel elongata yang berisi granula pigmen pada rambut hitam,
tetapi pada rambut putih sebagian besar berisi udara. Kutikula adalah lapisan terluar,
terdiri dari sebuah lapisan sel tunggal tipis, pipih, seperti sisik yang merupakan bagian
terbesar yang terkerantinkan. Tersusun seperti atap sirap di sisi sebuah rumah daerah
Kalimantan, tetapi tepinya lebih mengarah ke atas daripada ke bawah.

Akar rambut adalah bagian yang terletak di bawah permukaan yang menembus
dermis, juga lapisan subcutaneous, seperti bagian batang rambut ia juga berisi medula,
kortex, dan kutikula. Akar rambut dibungkus oleh folikuli rambut, yang dibuat dari
selubung akar external dan selubung akar internal. Selubung akar external melanjut arah
ke bawah lapisan basale dan spionosum epidermis. Dekat permukaan ia mengisi semua
lapisan epidermal. Pada pangkal folikuli rambut, selubung akar external hanya mengisi
stratum basale. Selubung akar internal dibentuk oleh proliferasi sel-sel matrix dan
mengambil bentuk selubung tubular dalam menuju ke selubung akar external

Dasar setiap folikuli membesar menjadi suatu struktur yang berbentuk seperti
bawang, disebut bulbus. Struktur ini mengisi suatu lekukan yang dianamakan papila
rambut, terisi oleh jaringan ikat longgar. Papila rambut berisi beberapa pembuluh darah
dan memebrikan makanan untuk pertumbuhan rambut. Bulbus rambut juga mengisi
suatu daerah sel-sel yang disebut matrix, suatu lapisan germinal. Sel-sel matrix
menghasilkan rambut-rambut baru, karena sel membelah ketika rambut tua luruh.
Penggantian ini terjadi dalam folikel yang sama.

Warna rambut disebabkan jumlah pigmen di dalam epidermis. Berhubungan


dengan folikel rambut terdapat otot polos kecil, yaitu erektor pilorum atau “penegak
rambut”, terdapat juga kelenjar sebaseus yang mengeluarkan sekret yang disebut sebum.
Sebum ini memelihara kulit supaya empuk dan halus, dan rambut mengilat.

Pada orang-orang dewasa berusia lanjut, 70-100 helai rambut yang luruh setiap
harinya masih tergolong normal. Kecepatan tumbuh maupun siklus pergantian
dipengaruhi oleh keadaan sakit, makanan, dan faktor-faktor lain. Misalnya, demam yang
parah atau sakit lain yang parah, pembedahan besar, kehilangan darah yang cukup
banyak banyak, ataupun stress kejiwaan dapat meningkatkan kecepatan rotoknya
rambut. Kecepatan kehilangan berat badan termasuk pembatasan pengambilan makanan
berkalori atau protein yang sangat besar juga dapat meningkatkan rontoknya rambut.

Peningkatan rontoknya rambut dapat juga terjadi selama 3-4 bulan setelah
melahirkan bayi. Obat-obat tertentu dan pengobatan memakai radiasi juga merupakan
faktor yang menambah kerontokan rambut. Substansi yang melepaskan rambut
berlebihan disebut suatu depilatory. Substansi tersebut melarutkan protein dalam batang
rambut, mengubahnya menjadi suatu massa gelatin yang dapat disapu lepas. Karena akar
rambut tidak dipengaruhi, pertumbuhan kembali rambut dapat terjadi. Dalam
elektrolisis, bulbus rambut dirusak oleh arus listrik sehingga rambut tidak dapat tumbuh
kembali.

Kelenjar sebasea dan satu berkas otot polos juga berhubungan dengan rambut.
Otot ini disebut otot arrector pili, otot ini memanjang dari dermis kulit menuju folikuli
rambut. Pada posisi normalnya, rambut membentuk sudut terhadap permukaan kulit.
Otot arrector pili berkontraksi di bawah kondisi ketakutan dan dingin, rambut ditarik
sehingga posisinya berubah dari sudut di bawah 900 menjadi 900. Disekitar setiap
folikuli rambut terdapat ujung syaraf, disebut plexus akar rambut, syaraf ini sangat peka
terhadap rangsangan berupa sentuhan.

3.2 ALOPESIA
Alopesia merupakan kehilangan atau penipisan rambut.7 Sering disebut juga sebagai
kebotakan.1
Berdasarkan daerahnya, alopesia dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Alopesia universalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut yang ada pada
tubuh.1
2. Alopesia totalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut kepala. 1
3. Alopesia areata: kebotakan yang terjadi setempat-setempat dan berbatas tegas,
umumnya terdapat pada kulit kepala, tetapi dapat juga mengenai daerah berambut
lainnya. 1
Alopesia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan terdapatnya jaringan parut atau tidak,
yakni:
1. Scarring alopecia, keadaan ini terkait dengan fibrosis, peradangan, dan hilangnya
folikel rambut Kulit kepala yang halus dengan penurunan jumlah bukaan folikel
biasanya dapat diamati secara klinis, namun dalam beberapa kasus perubahan hanya
terlihat dalam spesimen biopsi dari daerah yang terkena dampak. Biasanya
disebabkan oleh penyakit kulit primernya, seperti lichen planus, folliculitis
decalvans, chroniccutaneous (discoid) lupus, atau linear scleroderma (morphea).8

2. Nonscarring alopecia, batang rambut tampak hilang, tetapi folikel rambut tetap ada.
Hal ini menjelaskan sifat reversibel dari nonscarring alopecia. Biasanya disebabkan
oleh telogen effluvium, androgenetic alopecia, alopecia areata, tinea capitis, dan
beberapa kasus dari alopesia akibat trauma kepala.8
a. ALOPESIA AREATA

DEFINISI
Alopecia areata (AA) adalah hilangnya rambut lokal di daerah bulat atau oval tanpa
terlihat adanya peradangan pada kulit di daerah yang ditumbuhi rambut. Predileksi utamanya
adalah pada kulit kepala. Terdapat beberapa jenis, yaitu: AA totalis (AAT): total ketiadaan
rambut kepala terminal; AA universalis (AAU): Kehilangan total rambut terminal pada kepala
dan seluruh tubuh; Ophiasis: Ketiadaan rambut yang berpola mirip pita lebih dari pinggiran
kulit kepala.3

ETIOLOGI
Belum diketahui, sering dihubungkan dengan adanya infeksi fokal, kelainan endokrin
dan stres emosional. Sebagian penderita menunjukkan keadaan neurotik dan trauma psikis. 1
Namun, hipotesis yang paling banyak diterima bahwa alopecia areata dapat terjadi akibat
peranan sel T-autoimun yang paling mungkin terjadi pada individu yang memiliki riwayat
genetik.9

GEJALA KLINIS
Ditandai dengan adanya bercak dengan kerontokan rambut pada kulit kepala, alis,
janggut, dan bulu mata. Bercak ini berbentuk bulat atau lonjong. 1 Durasi kerontokan ini
bertahap selama minggu hingga beberapa bulan. Bercak tersebut bisa stabil dan sering
menunjukkan pertumbuhan kembali spontan selama beberapa bulan.3
Pada tepi daerah yang botak ada rambut yang terputus, bila rambut ini dicabut terlihat
bulbus atrofi. Sisa rambut terlihat seperti tanda seru. Rambut tanda seru (exclamation mark
hair) adalah batang rambut yang ke arah pangkal makin halus, rambut sekitarnya tampak
normal, tetapi mudah dicabut. Pada beberapa penderita kelainan menjadi progresif dengan
terbentuknya bercak baru sehingga terdapat alopesia totalis.1
Ikeda membaginya menjadi 4 tipe :1
1. Tipe umum: terjadi pada umur 20-40 tahun, 6% akan berkembang menjadi
alopesia totalis.

2. Tipe atipik: dimulai pada masa kanak-kanak dan 75% akan berkembang menjadi
alopesia totalis.

3. Tipe prehipertesif: dimulai pada usia dewasa muda, 39% akan menjadi alopesia
totalis.
4. Tipe kombinasi: dimulai setelah usia 40 tahun dan 10% akan menjadi alopesia
totalis.

5.

6.

7.

8.

9.

Gambar 2.1 Alopesia Areata; lesi soliter


(atas) dan universal (kanan)3

PATOGENESIS
Pada alopesia areata masa fase telogen menjadi lebih pendek diganti dengan
pertumbuhan rambut anagen yang distrofik.1

Gambar 2.2 Siklus Aktivitas Folikel Rambut pada Alopesia Areata2

Berbagai faktor dianggap mempengaruhi terjadinya kelainan ini antara lain:1


a. Genetik. Alopesia areata ditemukan secara autosomal dominan pada 25% penderita.
b. Imunologi. Alopesia areata merupakan penyakit autoimun. Pengaruh imunitas
humoral ditunjukkan dengan pemeriksaan imunofluoresensi yang memperlihatkan
adanya endapan C3, kadang-kadang ada IgG dan IgM sepanjang membrane
basalis.
c. Faktor lain. Keadaan atipikal dibuktikan berhubungan dengan alopesia areata.
HISTOPATOLOGI
Rambut kebanyakan dalam fase anagen. Folikel rambut terdapat dalam berbagai
ukuran, tetapi lebih kecil dan tidak matang. Bulbus rambut di dalam dermis dan dikelilingi
oleh infiltrasi limfosit.1

DIAGNOSIS BANDING
Tinea kapitis, lupus eritematosus, trikotilomania, secondary syphilis ("moth-
eaten" appearance in beard or scalp), traction alopecia, dan alopesia androgenika.3

PENGOBATAN
Beberapa kasus dapat sembuh spontan. Penyuntikan intralesi dengan triamsinolon
asetonid dapat menolong, juga aplikasi topikal dengan kortikosteroid. Dapat juga dengan
penutulan fenol 95% yang dinetralisasikan dengan alkohol setiap minggu.1

b. ALOPESIA ANDROGENIKA
DEFINISI
Alopesia androgenika merupakan alopesia terpola akibat faktor hormon androgen dan
genetik.10

GEJALA KLINIS
Timbul pada akhir umur duapuluh atau awal umur tigapuluhan, rambut rontok secara
bertahap dimulai dari bagian vertex dan frontal. Garis rambut anterior menjadi mundur dan
dahi menjadi terlihat lebar. Puncak kepala menjadi botak. Beberapa varian bentuk kerontokan
rambut dapat terjadi, tetapi yang tersering adalah resesi bagian frontoparietal dan vertex
menjadi botak.1

Folikel membentuk rambut yang lebih halus dan berwarna lebih muda sampai akhirnya
sama sekali tidak terbentuk rambut terminal. Rambut velus tetap terbentuk menggantikan
rambut terminal. Bagian parietal dan oksipital menipis. Penyebabnya ialah berbagai factor
herediter yang dominan dan naiknya konsentrasi androgen ekstra gonadal di kulit kepala.1

Bila pasangan suami istri sama-sama menderita, maka semua anak laki-laki dan
setengah jumlah anak wanita akan mengalami hal yang sama.1
Pada wanita perjalanan penyakitnya sama, kerontokan rambut wanita temporal lebih
sedikit daripada pria dan lebih banyak pada daerah vertex. Pada wanita yang demikian jangan
diberikan obat kontrasepsi yang mengandung progesterone dominan. Menurut SMITH dan
WELIS, male pattern alopecia dapat terjadi pada wanita homozigot dan pria heterozigot.1

Kerontokan rambut pada wanita juga terjadi secara difus mulai dari puncak kepala.
Rambutnya menjadi tipis dan suram. Sering disertai rasa terbakar dan gatal. Keadaan ini
berlangsung dalam jangka lama. Etiologinya dianggap sebagai kelebihan androgen, meskipun
demikian umumnya kadar testosterone yang beredar tidak meninggi. Kerontokan ini disebut
female pattern baldness.1

Gambar 2.3 Alopesia Androgenika pada Pria (kiri) dan Wanita (kanan)3
Hamilton membaginya menjadi 8 tipe:1
Tipe I : rambut masih penuh
Tipe II : tampak pengurangan rambut pada kedua bagian temporal; pada tipe I dan
II belum terlihat alopesia

Tipe III : borderline

Tipe IV : pengurangan rambut daerah frontotemporal, disertai pengurangan rambut


bagian midfrontal.

Tipe V : tipe IV yang menjadi lebih berat


Tipe VI : seluruh kelainan menjadi satu
Tipe VII : alopesia luas dibatasi pita rambut jarang
Tipe VIII : alopesia frontotemporal menjadi satu dengan bagian vertex
Pada wanita tidak dijumpai tipe VI sampai dengan VII, kebotakan pada wanita tampak tipis
dan disebut female pattern baldness.1

Gambar 2.4 Tipe Gambaran Alopesia


Androgenika pada Pria dan Wanita3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Trikogram

Pada alopesia androgenika, terjadi perubahan awal yakni berupa peningkatan persentase
rambut telogen.3

Pemeriksaan Dermatopatologi

Banyak terdapat folikel tahap telogen, terkait dengan penurunan ukuran dan atrofi
folikel rambut.3

Pemeriksaan Hormon

Pada wanita dengan rambut rontok dan bukti peningkatan androgen (ketidakteraturan
menstruasi, infertilitas, hirsutisme, jerawat kistik berat, virilisasi), berguna untuk
menentukan: testosteron (total dan bebas), dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS), dan
prolaktin.3

DIAGNOSA BANDING
Lupus eritematosus sistemik, alopesia akibat defisiensi besi, hiper/hipotiroidisme,
effluvium telogen, dan alopesia areata stadium permulaan.10

PENATALAKSANAAN
Pada tatalaksana medikamentosa, dapat dengan penggunaan rambut palsu, wig, atau
toupee, ataupun dengan pembedahan, antara lain transplantasi rambut atau reduksi scalp.10

Untuk pengobatannya, dapat digunakan finasteride 1mg/hari, spironolactone dengan


dosis antara 50-300 mg perhari, atau siproteron asetat dosis 2 mg dan dikombinasikan dengan
50 mg etinil estradiol selama 21 hari pada pasien wanita. Pengobatan topikal juga dapat
digunakan seperti minoksidil 2-5% (derivate piperidinopirimidin), 2x sehari. Pertumbuhan
rambut baru akan terlihat setelah 4-6 bulan pengobatan.10
c. ALOPESIA PREMATUR
DEFINISI
Alopesia prematur merupakan alopesia yang sering terjadi pada laki-laki muda pada
umur duapuluhan. Sering disertai dermatitis seboroika yang berat. Umumnya prognosisnya
buruk.1

ETIOLOGI
Tidak diketahui. Umumnya merupakan penyakit keturunan dan hormonal, sering
bergantung pada rangsangan hormone androgen. Pada sida-sida (eunuchs) tidak pernah
timbul alopesia ini, bila dilakukan kastrasi sebelum atau semasa adolesens. Bila kepada
mereka diberikan pengobatan dengan androgen, maka kebotakan akan timbul. Ada korelasi
antara herediter, androgen, dan faktor usia. 1

PATOGENESIS
Terpusat pada fase telogen yang bertambah panjang dan fase anagen yang memendek.
Makin pendek fase anagen makin pendek pertumbuhan rambut. 1
PENGOBATAN
Sampai saat ini tidak ada pengobatan untuk mempertahankan pertumbuhan rambut,
pengobatan untuk dermatitis seboroika dapat diberikan. Transplanatasi rambut dari bagian
oksipital ke bagian garis rambut anterior pernah dilakukan dan memberikan penyembuhan
sementara. 1
d. BENTUK ALOPESIA YANG LAIN
Kerontokan rambut yang sempurna maupun sebagian, dapat bervariasi dan disebabkan
oleh banyak faktor.1

 Alopesia liminaris (alopesia marginalis)

Kerontokan rambut di sekeliling tepi kulit kepala yang berambut. Sering pada wanita
Negro yang mengikat rambutnya erat-erat atau karena alat pengering rambut yang
merusak batang rambut.1

 Trikotilomania

Merupakan alopesia neurosis. Rambut ditarik berungkali sehingga putus. Sering pada
gadis yang mengalami depresi.1

 Alopesia karena faktor lisis

Karena radiasi yang berlebihan (radiodermatitis kronik) atau epilepsy dengan


menggunakan sinar X pada pengobatan tinea kapitis; alopesia karena tekanan,
misalnya pada bayi yang berbaring pada satu sikap1
 Alopesia karena sisir panas
Pada wanita negro yang ingin meluruskan rambutnya.1
 Alopesia karena tarikan (alopesia traksi)
Pada model rambut yang memerlukan tarikan atau kebiasaan memilin-milin rambut
dengan jari. Alat pengeriting dan pita rambut dapat menimbulkan alopesia.1

 Alopesia perinevi
Dinyatakan oleh QUIROGA dan PECORARO, alopesia areata di sekitar nevus
pigmentosus di kepala.1

 Alopesia sifilitika

Pada sifilis stadium II dapat terjadi kerontokan rambut. Disebut sebagai alopesia
difusa, bersifat difus dan tak khas, terjadi pada sifilis stadium II dini. Bentuk lain
adalah alopesia aeoralis yang terjadi pada sifilis stadium II lanjut. Kerontokan terjadi
setempat- setempat, tampak sebagai bercak-bercak yang ditumbuhi oleh rambut-
rambut yang tipis, seolah-olah seperti digigi ngengat (moth eaten appearance).
Penyebabnya adalah hanya roseola atau papul, akar rambut dirusak oleh treponema,
yang dapat juga terjadi pada alis mata lateral dan janggut.1

 Alopesia seboroik
Merupakan terminologi lama yang berarti kerontokan rambut disertai ketombe, kulit
kepala yang berminyak, dan dermatitis seboroik. Pengobatan langsung terhadap
dermatitis seboroik.1
 Alopesia musinosa
Terdapat pada kulit kepala dan daerah dagu karena perubahan musin sel epitel folikel
sebasea. Sering disertai limfoma.1
 Alopesia akibat radang
Sering terlihat pada liken simpleks kronik, lupus eritematosus discoid, liken planus,
dan kerion.1

 Tinea Kapitis
Sering terdapat pada anak-anak, berupa bercak alopesia yang multiple. Rambut putus
tepat di atas kulit kepala. Infeksi M.canis dan M.audouini menimbulkan fluoresensi
pada lampu Wood, sedang infeksi dengan T.tonsurans tidak.1
 Alopesia karena kelainan endokrin
Pada hipotiroid rambut menjadi kasar, kering dan jarang. Pada hipertiroid rambut
menjadi sangat halus dan jarang. Rambut rontok juga terdapat pada hipoparatiroid dan
diabetes melitus.1

Sering kerontokan rambut dihubungkan dengan pemakaian pil antihamil. CORMIa


melaporkan lima kasus alopesia setelah pemakaian pil antihamil, terdapat male
pattern alopecia selama makan pil dan effluvium telogen setelah pil dihentikan.
Estrogen dapat merangsang pertumbuhan rambut, sebaliknya androgen menghambat.1
 Alopesia karena obat
Bentuk ini sering tampak karena penggunaan kemoterapetika pada kanker, misalnya
antimetabolite (azatioprin, metotreksat), zat-zat alkil (siklofosfamid, klorambusil),
dan obat penghambat mitosis, juga bahan kimia yang lain seperti talium dan asam
borat.1
 Alopesia karena stress
Setelah stres emosional yang berat atau penyakit akut dapat timbul alopesia.1
 Alopesia kongenital
Dapat total atau sebagian. Biasanya disertai defek ektodermal lainnya, misalnya pada
gigi, tulang, dan kuku. Rambut tumbuh lambat, jarang, dan berwarna muda.1

e. PSEUDOPELADE BROCQ
DEFINISI
Brocq’s Alopecia atau Pseudopelade Brocq merupakan alopesia sikatrisata yang
menjadi tahap akhir dari beberapa bentuk scarring alopecia, terutama akibat lichen
planopilaris dan lupus erythematosus kutaneus kronik. Oleh karena itu, penyebab
Pseudopelade Brocq terkait dengan etiologi penyakit kulit yang mendasari.9

Gambar 2.5 Alopesia Sikatrika pada Chronic Cutaneous Lupus Erythematosus3


Gambar 2.6 Alopesia Sikatrika: Pseudopelade Brocq akibat Lichen Planopilaris3

ETIOLOGI
Belum diketahui, rupanya karena radang.1
GEJALA KLINIS
Adanya kebotakan disertai kerusakan folikel rambut, sehingga tampak sebagai bercak
parut multiple yang bulat, lonjong, atau tak teratur. Ukurannya nummular dan berwarna
merah muda dengan permukaan yang berkilat seperti permukaan kulit bawah. Alopesia ini
bersifat menetap dan progresif.1

Pada lesi individu juga dapat terlihat hipopigmentasi (gambaran porselen putih
merupakan deskripsi klasik) dan sedikit tertekan (atrofi). Gambaran "footprints in the snow"
mengacu pada atrofi kulit yang menyebabkan depresi ringan.9

HISTOPATOLOGI
Reaksi inflamasi di sekitar folikel dan perivascular, atrofi epidermis, dan fibrosis
tampak pada dermis.1 Secara histopatologi juga didapatkan gambaran “burn-out” alopecia.9

DIAGNOSA BANDING
Penyakit ini sukar dibedakan dengan alopesia karena folikulitis supuratif, lupus
eritematosus, dan skleroderma.1
PENGOBATAN
Pada lesi Pseudopelade Brocq “burn-out”, pengobatan tidak perlu dan tidak
mungkin. Sayangnya, kondisi tersebut dapat kembali aktif secara episodik dan tak terduga.
Jika peradangan aktif hadir, pertimbangkan diagnosis alternatif, dan pemberian kortikosteroid
topikal poten, seperti fluosinonida atau klobetasol. 9 Infiltrasi triamsinolon asetonid 2,5 mg/ml
dengan interval 6-8 minggu dapat dipertimbangkan.1
3.3. KERONTOKAN RAMBUT (EFLUVIUM)
Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 120 helai per
hari. Dapat terjadi difus atau setempat (lokal). Kelainan setempat dapat berupa unifokal atau
multifokal. Bila kerontokan ini berlanjut dapat terjadi kebotakan (alopesia).1

Dikaji atas adanya kerusakan dari folikel rambut (permanen) atau hanya karena
gangguan pertumbuhan rambut sementara (nonpermanen), kerontokan rambut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:1

1. Difus
a. Efluvium telogen
b. Efluvium anagen
c. Alopesia androgenika pada wanita
d. Kelainan batang rambut
2. Setempat (lokal)
a. Karena infeksi
b. Karena trauma
c. Kerusakan batang rambut
Alopesia androgenika pada pria
a. EFLUVIUM TELOGEN
DEFINISI
Efluvium telogen adalah suatu bentuk nonscarring alopecia yang terjadi secara akut
maupun kronis, ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang terlalu cepat dan terlalu
banyak pada folikel rambut yang normal.11

Rambut ini rontok umumnya karena adanya rangsangan yang mempercepat fase anagen
menjadi fase telogen, dan biasanya memakan waktu lama sehingga mengenai 50% jumlah
rambut seluruhnya. Kerontokan rambut ini disadari oleh penderita sebelum terjadi gejala
kebotakan.1
ETIOLOGI
Telogen effluvium merupakan proses reaktif yang disebabkan oleh stres metabolik atau
hormonal atau dengan obat-obatan. Umumnya, pemulihan spontan dapat terjadi dalam waktu
6 bulan.11

Ada beberapa bantuan efluvium telogen menurut peyebabnya, yaitu sebagai berikut:1
 Efluvium telogen pascapartum

Biasanya ditemukan 2-5 bulan setelah melahirkan, terlihat pada sepertiga anterior
kulit kepala, walaupun ada yang difus. Hitung telogen berkisar antara 24-26% dan
kerontokan ini akan berlangsung 2-6 bulan kemudian. Pertumbuhan rambut yang
normal akan berlangsung kembali.
 Efluvium telogen pascanatal

Biasanya pada bayi sejak lahir berumur empat bulan dan akan tumbuh kembali pada
umur 6 bulan. Alopesia yang terbentuk mengikuti distribusi male pattern alopecia
hitung telogen berkisar 64-87%.
 Efluvium telogen psikik

Kerontokan rambut secara tiba-tiba dapat terjadi setelah syok psikis/stress mental, dan
menetap lama dan sering berulang.
 Efluvium pascafebris akut

Biasanya setelah penyakit yang disertai panas yang tinggi, di atas 39°C, misalnya
neumonia, atau tifus, dan kerontokan terjadi 2-3 bulan setelah sakit. Hitung telogen di
atas 50%. Penyebab lain effluvium telogen ialah setelah pengobatan dengan heparin
dan penyakit kronik, seperti: leukimia, limfoma maligna, tuberculosis, dan malnutrisi.

PATOFISIOLOGI
Efluvium telogen dapat terjadi pada rambut di seluruh bagian tubuh, tetapi pada
umumnya, hanya kerontokan rambut kepala saja yang sering terjadi.11

Memahami patofisiologi efluvium telogen membutuhkan pengetahuan tentang siklus


pertumbuhan rambut. Semua rambut memiliki fase pertumbuhan yang disebut sebagai fase

anagen, dan fase istirahat atau telogen.11 Pada kulit kepala normal, 80 sampai 90% dari
rambut berada dalam fase anagen, 5% pada fase catagen, dan 10 sampai 15% pada fase
telogen.3 Pada kulit kepala, anagen berlangsung sekitar 3 tahun, sementara telogen
berlangsung sekitar 3 bulan, meskipun dapat terjadi variasi yang luas antara individu. Selama
telogen, rambut tetap istirahat di dalam folikel sampai didorong oleh pertumbuhan rambut
anagen baru.11

Pada kebanyakan orang, 5-15% dari rambut di kulit kepala berada dalam telogen pada
waktu tertentu. Efluvium telogen dipicu ketika stres fisiologis atau perubahan hormonal
menyebabkan sejumlah besar rambut untuk masuk fase telogen pada satu waktu.
Penumpahan tidak terjadi sampai rambut anagen baru mulai tumbuh. Rambut muncul
membantu untuk memaksa rambut istirahat dari folikel. Bukti menunjukkan bahwa
mekanisme penumpahan rambut telogen adalah proses aktif yang mungkin terjadi dengan
sendirinya dari tumbuhnya rambut anagen.11

Kerontokan rambut sehari-hari yang normal dipengaruhi factor usia, seks, ras, dan
faktor genetik. Kerontokan rambut normal biasanya berkisar 120 helai rambut dan pada
efluvium telogen antara 120 sampai lebih dari 400. Terbentuk rambut baru dalam fase anagen
yang mendorong rambut lama.1

GEJALA KLINIS

Pasien biasanya datang berobat dengan keluhan peningkatan kerontokan rambut pada
kulit kepala yang bisa disertai dengan berbagai tingkat penipisan rambut. Kebanyakan orang
merasa cemas dan takut jika terjadi kebotakan.3

Rambut rontok terjadi secara difus pada seluruh kulit kepala dan termasuk bagian sisi
dan belakang kepala. Jika rambut rontok cukup signifikan untuk menghasilkan penipisan
rambut, alopesia dapat terlihat secara difus di seluruh kulit kepala. Penumbuhan yang pendek
pada rambut baru yang hadir dekat dengan kulit kepala, rambut-rambut ini lebih halus
daripada rambut yang lama dan memiliki ujung meruncing.3
Gambar 2.7 Efluvium Telogen3

PEMERIKSAAN
Normal hitung telogen ialah 5 sampai 23% dan untuk mendiagnosis effluvium telogen
maka hitung telogen harus di atas 25%. Perubahan histopatologik tidak ada. Folikel
kebanyakan dalam fase anagen.1

PENGOBATAN
Tidak ada intervensi yang dibutuhkan atau diperlukan. Pasien harus diyakinkan bahwa
proses ini bagian dari siklus normal pertumbuhan rambut dan pertumbuhan kembali rambut
penuh diharapkan dapat terjadi dalam banyak kasus.3
b. EFLUVIUM ANAGEN
Efluvium anagen umumnya terjadi setelah pengobatan kemoterapi untuk karsinoma,
misalnya antimetabolik, alkylating agents, dan obat penghambat mitosis. Bila diberikan
dalam dosis tinggi akan terjadi kerontokan rambut anagen dalam 1-2 minggu.1

Efluvium anagen terjadi setelah adanya penetrasi terhadap folikel rambut yang
mengganggu mitosis atau aktivitas metabolik. Rambut rontok biasanya hasil dari paparan
agen kemoterapi seperti antimetabolit, alkylating agent, dan inhibitor mitosis yang digunakan
untuk mengobati kanker, meskipun bukan satu-satunya jenis kemoterapi yang menginduksi
rambut rontok pada pasien ini.5
Karakteristik pada anagen effluvium adalahditemukannya fraktur meruncing
pada poros rambut. Batang rambut menyempit sebagai akibat dari kerusakan
matriks.5 Pada pemeriksaan histopatologik memperlihatkan folikel yang

menipis dan berkerut sehingga rambut terpisah.1


Gambar 2.8 Efluvium Anagen3

Bila pengobatan dihentikan, maka aktivitas folikel kembali normal dalam


beberapa minggu. Obat penghambat mitosis hanya menghentikan reproduksi sel
matriks.1
3.5 KELAINAN BENTUK DAN WARNA RAMBUT

Kelainan bentuk rambut juga dapat menyebabkan kerontokan rambut.1

Gambar 2.9 Kelainan Bentuk Rambut9


a. TRIKOREKSIS NODOSA
Merupakan salah satu bentuk kelainan bentuk rambut, disebut juga
sebagai penyakit mutiara.9

Kerusakan ini dapat terjadi karena sebab mekanis, misalnya sikat rambut
yang berujung keras atau termis yaitu suhu panas kimiawi. Kelainan ini juga
didapat pada orang neurosis yang sering menggosok-gosok rambut.1

Di rambut pada jarak-jarak tertentu terlihat bintik-bintik putih. Di tempat


tersebut korteks rambut hancur dan terbelah, pada pemeriksaan mikroskopik
terlihat seperti dua ujung sapu bersmbung. Rambut pada tempat tersebut mudah
terputus.1,9

Dengan pengguntingan rambut dan menghilangkan kausanya.1


b. MONOLETRIKS
Merupakan nama lain dari beaded hair ataupun moniliform hair.
Kelainan ini biasanya terjadi karena pengaruh herediter dengan dominan
autosomal. 1

Kelainan kongenital ini tampak pada anak berusia beberapa bulan. Pada
rambut terdapat bagian yang melebar dan bagian yang lebih tipis seperti
kumparan yang diselingi segmen- segmen yang atrofi. Medulla pada bagian
yang melebar banyak berisi udara sehingga rambut mudah patah, akibatnya
kepala tertutup rambut-rambut yang pendek. Penyakit ini biasanya disertai
keratosis piliaris.1,9

c. TRIKOPTILOSIS
Disebut juga dengan fragilitus cianum. Pada kelainan ini ditemukan
ujung-ujung rambut yang terbelah secara memanjang. Terjadi karena gangguan
gizi, akibat suhu panas, bahan kimia, atau rangsang mekanis.1,9

d. TRIKOLASIA
Pada keadaan ini rambut mudah patah karena zat tanduk mengalami
kemunduran dalam kualitas.1

e. PILI ANULATI
Kelainan ini dikenal juga sebagai ringed hair atau leukotrikia anularis.
Pili anulati terjadi secara herediter.1 Pada pemeriksaan didapatkan rambut yang
berwarna gelap dan pucat berselang-seling yang disebabkan karena reflex
cahaya berbeda dari ruang berudara dalam korteks dan medulla. Pertumbuhan
rambut normal.1,9

f. PILI TORTI (twisted hair)


Rambut terpilin sepanjang poros panjang rambut, batang rambut dapat
berputar 90°, 180°, dan 360° sehingga terlihat seperti spiral. Biasanya pada bayi
dan anak-anak. Batang rambut terlihat menipis dan menebal berwarna pucat
atau tua. Penyakit ini diturunkan secara dominan autosomal.1,9

g. TRIKOREKSIS INVAGINATA
Dikenal dengan bamboo hair. Kelainan rambut yang ditandai dengan
intususepsi batang rambut.1

h. KINKING HAIR
Adanya kelainan rambut yang abnormal, yakni kinking (berlekuk) dan
twisting (berputar) terutama pada daerah temporal dan meluas kea rah parietal
dan frontal, rambut tampak seperti wol.1

i. TRIKONODOSIS
Kelainan ini disebut juga dengan nama hair knots. Pada rambut, akan
didapatkan simpul- simpul terutama pada rambut keriting. Diduga simpul
terjadi karena gesekan kepala dengan bantal. Kelainan ini dapat dibedakan
dengan trikoreksia nodosa dan pedikulosis kapitis.1,9

j. KANITIS
Nama lain kelainan ini adalah gray hair, poliosis, maupun dikenal sebagai
perubahan warna rambut menjadi putih (uban).1

Kanitis terjadi akibat berkurang atau menghilangnya pigmen melanin


dalam korteks rambut. Terdapat penyakit yang mempercepat tumbuhnya uban,
yaitu anemia pernisiosa dan penyakit Addison. Terlalu cepat tumbuhnya uban
yang biasanya terjadi di sekitar umur empatpuluhan dapat merupakan kelainan
herediter. Rambut kumis dan janggut biasanya berubah warna sebelum rambut
dahi, badan, dan kaki. Perubahan ini ireversibel. Ada dua bentuk kanitis.1,9

1. Kanitis bawaan : timbul sejak lahir, sering hanya meliputi seikat rambut
saja. Pada penderita albino dapat mengenai seluruh rambut kepala.
Sering menyertai vitiligo.1

2. Kanitis didapat, dapat terbagi:1


a. Kanitis senilis : berubahnya warna rambut karena usia lanjut,
pada usia lanjut seluruh proses biologik menurun termasuk
aktivitas melanosis dalam korteks rambut.

b. Kanitis prematur : perubahan warna rambut dimulai pada usia


muda, sering merupakan penyakit herediter.
c. Kanitis areata : perubahan rambut menjadi uban hanya pada satu
daerah saja, sering menyertai alopesia areata.

3.6 KELAINAN KELEBATAN RAMBUT


a. HIPERTRIKOSIS
Penambahan jumlah rambut pada tempat-tempat yang biasanya juga
ditumbuhi rambut. Dapat merupakan kelainan bawaan, dapat juga karena obat-
obat. Hipertrikosis setempat dapat terjadi setelah pemakaian salap
kortikosteroid atau adanya tekanan setempat yang terus menerus.1

Gambar 2.10 Hipertrikosis pada Muka3


HIRSUTISME
Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada wanita dan anak-anak pada
tempat yang merupakan tanda seks sekunder, misalnya: kumis, janggut, dan
cambang. Dapat disebabkan oleh obat yang mengandung hormon dan kelainan
endokrin.1

Androgen berperan dalam konversi rambut vellus menjadi rambut


terminal pada folikel rambut yang sensitive terhadap androgen, yaitu daerah
jenggot, wajah, dada, areola, linea alba, punggung bawah, bokong, perut, alat
kelamin eksternal, dan paha bagian dalam. DHT, yang berasal dari konversi
testosteron oleh 5α-R di folikel rambut, merupakan stimulus hormonal untuk
pertumbuhan rambut. 50 sampai 70% dari testosteron yang beredar pada wanita
normal berasal dari prekursor, androstenedion, dan DHEA, sisanya disekresikan
langsung, terutama oleh ovarium. Pada wanita hiperandrogenik, persentase
androgen yang lebih besar dapat disekresikan langsung. Pada wanita, kelenjar
adrenal mensekresi androstenedion, DHEA, DHEA sulfat, dan testosterone.
Ovarium tersebut terutama mengeluarkan androstenedion dan testosteron.3
Ferriman-Gallwey Scale memperlihatkan tingkat pertumbuhan rambut di
setiap 11 daerah sensitif androgen (bibir atas, dagu, dada, punggung atas,
punggung bawah, perut bagian atas, perut bagian bawah, lengan, lengan bawah,
paha, kaki) dari 0 (tidak ada pertumbuhan rambut) sampai 4. Skor dari 8
dianggap hirsutisme.3

Penatalaksanaannya dapat berupa perawatan ksometik, yakni dengan


pemutihan oleh hidrogen peroksida, atau penghapusan sementara dengan
mencukur, ataupun waxing. Menghilangkan rambut secara permanen juga dapat
dilakukan dengan LASER maupun elektrolisis.3

Pemberian obat antiandrogen secara sistemik dapat dipertimbangkan


seperti Cyproterone Asetat (CPA) yang merupakan progsteron ampuh.
Spironolactone yang merupakan diuretik antihipertensi juga dapat berperan
untuk mengurangi biosintesis testosteron. Selain itu dapat juga digunakan obat
cimetidine, glukokortikoid, maupun kontrasepsi oral.3

b. HIPOTRIKOSIS DAN ATRIKOSIS KONGENITAL


Bayi lahir dengan rambut velus yang normal, tetapi setelah rontok
ternyata rambut terminal tidak tumbuh dan tetap berupa rambut velus. Bila
seluruh tubuh sama sekali tidak ditumbuhi rambut, memang tidak berbentuk
folikel rambut sejak lahir.1

Anda mungkin juga menyukai