Tinea Unguium
Oleh :
Preseptor:
Metode yang dipakai pada penulisan Bed Side Teaching ini adalah tinjauan
kepustakaan yang merujuk dari beberapa literatur.
TI NJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFENISI
Tinea unguium (dermatophytic onychomycosis) adalah infeksi jamur dermatofita pada
kuku.1,2 Sedangkan onikomikosis adalah infeksi pada kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita, jamur non-dermatofita atau yeast.1,2,3
2.2. ETIOLOGI
Dermatofita merupakan penyebab terbanyak terjadinya onikomikosis. Yaitu sekitar
80-90%. Semua jenis dermatofita dapat menyebabkan tinea unguium, penyebab terbanyak
adalah Trichophyton rubrum (71%) dan Trichophyton mentagrophytes (20%). Penyebab lain
diantaranya E. Floccosum, T, violaaceum, T. Schoenleinii, T. Verrrucosum.2
2.3. PATOGENESIS
Sebelum memahami patogenesis terjadinya tinea unguium maka diperlukan
pemahaman mengenai fungsi dan anatomi kuku. Fungsi utama dari kuku adalah untuk
memberikan perlindungan ke ujung digiti, meningkatkan diskriminasi sensorik, dan dalam
beberapa individu, berfungsi sebagai aksesori kosmetik.
lempeng
lipatan dorsum proksimal kuku kutikula
kuku
dasar
lipatan ventral proksimal kuku
kuku
bagian lipatan hiponikium
proksimal kuku
Gambar
lekukan distal
1. Anatomi dan struktur
kuku.6
matriks phalanges distal
Gambar 2. Onikomikosis
Subungual Distal (OSD)4
2.5. DIAGNOSIS
Anamnesis dan gambaran klinis saja pada umumnya sulit untuk memastikan diagnosis
terutama pada tinea unguium yang merupakan kelainan sekunder pada kelainan kuku yang
telah ada sebelumnya. Gambaran klinis harus dikonfirmasi dengan ditemukannya elemen
jamur pada pemeriksaan mikroskopik langsung dengan preparat KOH, pemeriksaan
histopatologi dari clipping nail atau dengan biakan jamur. Mengingat banyaknya diagnosis
banding secara klinis, maka dapat digunakan pendekatan diagnosis pada kuku yang distrofi.1
Ulangi
+
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan adalah pemeriksaan mikroskopik
langsung yang diikuti biakan untuk identifikasi spesies penyebab.
Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan dengan biakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung
sediaan basah untuk menentukan spesies jamur. Pada biakan jamur pemisahan jamur akan
lebih baik jika menggunakan antibiotik untuk mencegah kontaminasi bakteri. Penghancuran
spesimen kuku harus dilakukan sebelum inokulasi pada media. Sampel yang diambil dari
kuku yang terinfeksi disuntikkan ke media agar Sabouraud dengan atau tanpa cycloheximide.
Biakan jamur menggunakan media agar Sabouroud dengan chloramphenicol dan
cycloheximide memiliki sensitivitas 32%. Untuk melihat hasil biakan jamur ini dibutuhkan
waktu beberapa hari sampai dengan satu minggu.6,7
Pemeriksaan Histopatologi
Bila secara klinis kecurigaan tinea unguium besar namun hasil sediaan mikroskopik
langsung maupun biakan negatif, pemeriksaan histopatologi dapat membantu. Dapat
dilakukan biopsi kuku atau cukup dengan nail clippings pada Onikomikosis Subungual Distal
(ODS). Periodic Acid Schiff (PAS) digunakan untuk mencari elemen jamur pada kuku.
Pemeriksaan ini dapat sekaligus membantu memastikan bahwa jamur terdapat dalam
lempeng kuku dan bukan komensal atau kontaminan di luar lempeng kuku. Teknik ini
merupakan teknik yang paling dapat dipercaya untuk membangun diagnosis tinea unguium.
Pada beberapa penelitian sensitivitas PAS adalah 41-93%.4,7
2.7. PENATALAKSANAAN
Seperti penatalaksanaan penyakit jamur superfisial lainnya, maka prinsip
penatalaksanaan tinea unguium menghilangkan faktor predisposisi yang memudahkan
terjadinya penyakit, serta terapi dengan obat anti jamur yang sesuai dengan penyebab dan
keadaan patologi kuku. Perlu ditelusuri pula sumber penularan.7
Pengobatan pada tinea unguium yaitu dengan pemberian obat anti jamur baik secara
topikal maupun sistemik. Pengobatan topikal yaitu dengan menggunakan siklopiroks dan
amprolfin. Sedangkan pengobatan sistemik digunakan anti jamur golongan alilamin seperti
terbinafin dan golongan azol seperti flukonazol dan itrakonazoltinea unguium ada dua cara
yaitu secara sistemik dengan menggunakan obat.4
Obat topikal
Obat topikal berbentuk krim dan solusio, namun sulit untuk penetrasi ke dalam kuku
sehingga kurang efektif untuk pengobatan tinea unguium, namun masih dapat digunakan
untuk superfisial Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT). Obat topikal dengan formulasi
khusus dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kuku, yakni:
a. Amorolfin : merupakan derivat morfolin yang bersifat fungisidal. Bekerja dengan cara
menghambat biosintesis ergosterol jamur. Untuk infeksi jamur pada tinea unguium
digunakan amorolfin dalam bentuk cat kuku konsentrasi 5% untuk kuku jari tangan,
dioleskan satu atau dua kali setiap minggu selama 6 bulan sedangkan untuk kuku kaki
harus digunakan selama 9-12 bulan.4
b. Siklopiroks merupakan anti jamur sintetik hydroxypiridone, bersifat fungisidal,
sporosidal dan anti jamur ini mempunyai penetrasi yang baik pada kulit dan kuku.
Obat sistemik yang dapat digunakan untuk pengobatan tinea unguium yaitu derivat azol
dan derivat alilamin. Derivat azol bersifat fungistatik tetapi mempunyai spektrum anti
jamur luas dan derivat alilamin bersifat fungisidal namun efektif terutama terhadap
dermatofita.4
Terapi Bedah
Pengangkatan kuku dengan tindakan bedah skalpel selain menyebabkan nyeri juga
dapat memberikan gejala sisa distrofi kuku. Tindakan bedah dapat dipertimbangkan bila
kelainan hanya 1-2 kuku, bila terdapat kontraindikasi terhadap obat sistemik, dan pada
keadaan patogen resisten terhadap obat. Tindakan bedah tetap harus dikombinasi dengan obat
anti jamur topikal atau sistemik.7
2.8. PROGNOSIS
Kondisi ini sulit diobati, dibutuhkan pengobatan dalam waktu yang panjang. 3 Tinea
unguium tahap awal lebih mudah diobati pada orang muda, dan individu sehat dibandingkan
dengan individu yang sudah tua dengan kondisi kesehatan yang buruk.4
BAB 3
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. LP
Umur : 59 tahun / 27 Februari 1961
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Tgl Pemeriksaan : 13 Juli 2020
Alamat : Jalan Raya Lubuk Paraku, Kelurahan Indarung
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : STM
Suku : Minang
Bangsa : Indonesia
Nama Ibu Kandung : G (Alm.)
No telp : 085109019529
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki, berusia 59 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUP. Dr.
M. Djamil Padang pada tanggal 13 Juli 2020 dengan:
Keluhan Utama
Kedua kuku ibu jari kaki tampak rusak sejak 5 tahun yang lalu.
Kedua kuku ibu jari kaki tampak rusak sejak 5 tahun yang lalu. Kuku jari tampak
menghitam dari bagian pangkal kuku hingga menyebar ke seluruh bagian kuku.
Ketika kuku rusak, pasien mengeluh adanya bengkak disertai dengan rasa nyeri namun
dalam beberapa bulan bengkak tersebut menghilang. Ketika ditekan bengkak tersebut
mengeluarkan nanah.
Ketika ditekan masih terasa sedikit nyeri tapi tidak terlalu nyeri seperti awal kuku rusak.
Keluhan kuku rusak disertai dengan warna coklat kehitaman pada kedua jempol kuku.
Pasien mengeluh permukaan kuku yang rusak tampak kasar, tidak mengkilap seperti
kuku yang lainnya.
Keluhan tidak disertai bau pada kuku yang rusak.
Riwayat Keluarga
Riwayat Atopi
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah mengobati keluhan pada ibu jari kuku kaki di RS Siti Hawa pada
tahun 2016. Pasien disarankan untuk melakukan ekstraksi kuku lalu pasien menolak
untuk melakukannya. Pasien tidak melanjutkan kontrol tentang penyakitnya lagi.
Pasien bekerja di pencucian mobil, sehingga kuku kaki pasien sering terkena air. Ketika
bekerja pasien menggunakan sandal sehingga kaki terkena basah. Kaki pasien terkontak
dengan air 30-60 menit dalam sehari. Pasien sudah bekerja di tempat pencucian mobil
sejak tahun 2005.
Hubungan sosial dengan sekitar pasien baik.
Pasien memiliki kebiasaan merokok 10 batang per-hari.
Status ekonomi pasien golongan menengah.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
- Keadaan umum : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Composmentis kooperatif
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 92 kali/menit
- Nafas : 16 kali/menit
- Suhu : 36,5 C
- Tinggi Badan : 170 cm
- Berat Badan : 65 kg
- IMT : 22.5 kg/m2 (normoweight)
- Status Gizi : Baik
- Kepala : Normochepal, tidak ada kelainan
- Mata : Konjungtiva hiperemis (-), sekret (-) Sklera tidak ikterik
- Leher : JVP 5-0 cmH2O
- KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Pemeriksaan Thorak
Paru
Seorang pasien laki-laki, berusia 59 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 13 Juli 2020 dengan kedua kuku ibu jari kaki
tampak rusak sejak 5 tahun yang lalu. Kedua kuku ibu jari kaki tampak rusak sejak 5 tahun
yang lalu. Kuku jari tampak menghitam dari bagian pangkal kuku hingga menyebar ke
seluruh bagian kuku.
Ketika kuku rusak, pasien mengeluh adanya bengkak disertai dengan rasa nyeri
namun dalam beberapa bulan bengkak tersebut menghilang. Ketika ditekan bengkak tersebut
mengeluarkan nanah. Ketika ditekan kuku masih terasa sedikit nyeri tapi tidak terlalu nyeri
seperti ketika awal kuku rusak.
Keluhan kuku rusak disertai dengan warna coklat kehitaman pada kedua jempol kuku.
Pasien mengeluh permukaan kuku yang rusak tampak kasar, tidak mengkilap seperti kuku
yang lainnya. Keluhan tidak disertai bau pada kuku yang rusak.
Pasien sudah pernah pergi ke dokter karena keluhan ini 4 tahun yang lalu di RS Siti
Rahma lalu untuk pengobatannya pasien diminta untuk mencabut kukunya, namun pasien
menolak dan pasien tidak diberikan obat setelah konsul ke dokter.
Gatal pada lokasi tubuh lainnya seperti sekitar jari kaki, badan, selangkangan, tangan,
paha, kepala, leher, ketiak disangkal. Keluhan bercak merah pada tubuh disangkal. Pasien
belum pernah mengalami keluhan kaki rusak sebelumnya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan lokasi kuku yang rusak pada kedua kuku ibu jari
kaki, distribusi terlokalisir dan bilateral, bentuk tidak khas, susunan diskret, batas tidak tegas,
ukuran numular, serta efloresensi didapatkan kedua kuku ibu jari kaki tampak skuama
menutupi permukaan kuku dan kuku tampak suram ( tidak mengkilat), berwana coklat
kehitaman, kuku tampak distrofi, dan onikolisis pada kuku.
Didapatkan diagnosa pasien ialah tinea unguium, dengan diagnosis banding adalah
Psoriasis Kuku, Ekzema, Candidiasis Kuku, dan Onikodistrofi Traumatik
Pemeriksaan Penunjang
Mikroskopik preparat kerokan kulit KOH 20%, PAS (periodic acid Schiff stain)
Interpretasi: tampak hifa panjang bersekat dan bercabang serta artosprora (spora berderet).
Diagnosis Kerja
Tinea Unguium
Diagnosis Banding :
a) Promotif : menjelaskan tentang apa itu tinea unguium, penyebab, dan faktor risikonya.
b) Preventif : menyarankan agar pasien selalu menggunakan sepatu yang terbuka pada
bagian kuku, mengurangi paparan kuku dengan air maupun detergent.
c) Kuratif :
d) Rehabilitasi: jika obat habis pasien harus segera datang lagi ke puskesmas untuk control
ulang
Resep
DAFTAR PUSTAKA
1. Elewski BE, Hughey LC, Sobera JO, Hay R. Fungal disease. In: Bolognia J L, Lorizzo J L,
Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd ed. New York: Mosby Elsevier; 2008; p. 1265-70.
2. Verma S, Haffernan MP. Fungal disease. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7 th ed. New York:
McGraw-Hill; 2008; p.1817-18.
3. James D, Berger G, Elston M. Diseases resulting from fungi and yeast. Andrew’s Disease of The
Skin Clinical Dermatology, 10th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2008; p.305-7.
4. Wolff KL. Johnson RA. Disorder of The Nail Apparatus. In: Fitzpatrick’s Color Atlas & Sinopsis
Of Clinical Dermatology, 5th ed. New York: The McGraw-Hill companies; 2007. p.1016-21.
5. Perez M, Torres JM, Martinez A, Segura S, Grira G, Trivino L, ED et al. Prevalence of tinea
pedis, tinea unguium of toenails and tinea capitis in school children from Barcelona. Revista
Iberoamericana de Micologı´a, 2009;26(1): p.228-32.
6. Moore Mk, Hay RJ. Anatomy and organization of human skin. In: Berth-jones J, editors. Rook’s
Textbook of Dermatology. 8th ed. Cambridge: Wiley-Balckwell: 2010; p.3.14-5.
7. Budi IP. Onikomikosis. Medan: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Universitas
Sumatera Utara. 2008; hal.9-12