Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

OSTEOMYELITIS

Disusun Oleh :

Fatma Amalia Syahfriyani (1102018180)

Pembimbing :
dr. Amelia Krisna Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS YARSI RSPAD GATOT SOEBROTO

14 Maret – 15 April 2022


ABSTRAK

Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang, yang ditandai dengan adanya peradangan sumsum
tulang dan tulang yang berdekatan dan sering dikaitkan dengan hancurnya kortikal dan
trabekular tulang. Penyakit ini memiliki dua manifestasi yaitu osteomyelitis hematogenous dan
contiguous osteomyelitis dengan atau tanpa insufisiensi vaskular. Baik hematogenous dan
contiguous osteomyelitis mungkin lebih lanjut diklasifikasikan sebagai akut atau kronis.
Osteomyelitis paling sering timbul dari patah tulang terbuka, infeksi pada kaki penderita
diabetes, atau terapi bedah pada luka tertutup. Diagnosis dan pengobatan dini osteomyelitis
sangat penting karena kasus yang belum terdiagnosis dapat menyebabkan osteomyelitis akut
menjadi osteomyelitis kronis, tetapi hal ini tidaklah sederhana untuk mendiagnosa osteomyelitis.
Meskipun ada banyak cara untuk mendapatkan diagnosis tersebut, mulai dari foto polos, CT
scan, sampai MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan tentu saja biopsi untuk mengetahui jenis
bakteri.
BAB I
PENDAHULUAN

Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang, yang ditandai dengan adanya peradangan sumsum
tulang dan tulang yang berdekatan dan sering dikaitkan dengan hancurnya kortikal dan
trabekular tulang. Penyakit ini memiliki dua manifestasi yaitu osteomyelitis hematogenous dan
contiguous osteomyelitis dengan atau tanpa insufisiensi vaskular. Baik hematogenous dan
contiguous osteomyelitis mungkin lebih lanjut diklasifikasikan sebagai akut atau kronis.
Osteomyelitis paling sering timbul dari patah tulang terbuka, infeksi pada kaki penderita
diabetes, atau terapi bedah pada luka tertutup. Diagnosis dan pengobatan dini osteomyelitis
sangat penting karena kasus yang belum terdiagnosis dapat menyebabkan osteomyelitis akut
menjadi osteomyelitis kronis, tetapi hal ini tidaklah sederhana untuk mendiagnosa osteomyelitis.
Meskipun ada banyak cara untuk mendapatkan diagnosis tersebut, mulai dari foto polos, CT
scan, sampai MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan tentu saja biopsi untuk mengetahui jenis
bakteri. Berdasarkan data epidemiologis global mengenai osteomielitis sangat bervariasi, dengan
insidensi tertinggi pada negara-negara berkembang. Distribusi usia penderita osteomielitis yaitu
pada dewasa usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 50 tahun. Di Indonesia, osteomielitis
masih merupakan masalah. Terapi osteomielitis yang memerlukan waktu lama dan biaya tinggi
disertai dengan pengertian mengenai pengobatan yang belum baik dan tingkat higienis yang
masih rendah, diduga berhubungan erat dengan kejadian osteomielitis di Indonesia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tulang

Tulang, atau jaringan osseosa, adalah jaringan ikat yang membentuk kerangka vertebra. jaringan
ini tersusun atas sel-sel, komponen matriks organik, mineral anorganik, dan air. Tulang memiliki
mekanisme untuk tumbuh dan berubah bentuk serta ukuran menyesuaikan dengan stressor yang
berbeda-beda sepanjang hidup manusia.

Diafisis atau batang adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun
dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar, dilapisi oleh selapis periosteum.
Metafisis adalah bagian tulang yang melebar didekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama
tersusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel hematopoetik.
Sumsum merah terdapat dibagian epifisis dan diafisis tulang. Pada dewasa aktivitas
hematopoetik menjadi terbatas hanya pada sternum dan krista iliaka. Metafisis juga menompang
sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada
epifisis. Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian
ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan sendi
tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti.
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum yang mengandung sel-sel
yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang.
Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-
arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang
patah. Lapisan sel paling atas yang letaknya dekat dengan epifisis disebut daerah sel istirahat.
Lapisan berikutnya adalah zona proliferasi, pada zona ini terjadi pembelahan aktif sel dan
disinilah mulainya pertumbuhan tulang panjang
2.1.1. Arsitektur Tulang

Seperti jaringan penyambung atau penyokong yang lain, tulang terdiri atas sel dan matriks
ekstrasel. Sel tulang terdiri atas sel osteoprogenitor, osteoblast, osteosit dan osteoklas. Sementara
matriks ekstrasel tersusun atas komponen organik (Sekitar 40%) dan garam anorganik (sekitar
60%). Komponen matriks organik yang utama adalah serat kolagen tipe I. Selain kolagen, unsur
organik lainnya yaitu proteoglikan, glikoprotein, fosfolipid dan bermacam-macam faktor
pertumbuhan seperti osteoclastin, osteonectin, and sialoprotein. komponen matriks anorganik
merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk
kristal-kristal hidroksiapatit. Kristal -kristal tersebut tersusun sepanjang serabut kolagen. Bahan
mineral lain yaitu ion sotrat, karbonat, magnesium, natrium, dan potassium (Pineda 3 et
al.,2009).

Tulang panjang berbentuk bulat, memanjang, bagian tengahnya berlubang, seperti pipa. Di
bagian dalam ujungnya terdapat sum-sum tulang berfungsi untuk pembentukan sel darah merah.
Tulang panjang terdiri atas tiga bagian, yaitu kedua ujung yang bersendian (epifisis), bagian
tengah (diafisis), dan bagian transisional diantaranya (metafisis). Pada anak-anak, dimana tulang
masih mengalami pertumbuhan, epifisis dan diafisis berasal dari pusat osifikasi yang dipisahkan
oleh selapis tulang rawan, disebut sebagai cakra epifisis. Sedangkan pada orang dewasa, Cakra
epifisis berupa tulang keras yang menyebabkan epifisis dan diafisisnya menyatu, sehingga tidak
lagi mengalami pertumbuhan. Sebagai contoh: Tulang femur, tibia, ulna, dan radius.

2.2 Definisi

Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang, yang ditandai dengan adanya peradangan
sumsum tulang dan tulang yang berdekatan dan sering dikaitkan dengan hancurnya kortikal dan
trabekular tulang (Nopriantha & Sitanggang).

2.3 Etiologi

Penyebab osteomyelitis bervariasi, dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,jamur atau


berbagai organisme lain, dan dapat idiopatik seperti osteomyelitis multifocal kronis yang
berulang. Terdapat banyak organisme penyebab osteomyelitis kronis namun penyebab terbanyak
adalah Staphylococus Aureus (Nopriantha & Sitanggang).

Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan
‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah
tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.
Penyebab osteomielitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus aureus (89-90%),
Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan Eschericia coli (1-
2%). Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri, dapat
menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan
mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (89-90%),
Escherichia coli, Pseudomonas,  dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus
influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali bersifat patogen.
Selain bakteri, jamur dan virus juga dapat menginfeksi langsung melalui fraktur terbuka,
operasi tulang atau terkena benda yang terkontaminasi. Osteomielitis kadang dapat merupakan
komplikasi sekunder dari tuberkulosis paru. Pada keadaan ini, bakteri biasa menyebar ke tulang
melalui sistem sirkulasi, pertama yang terinfeksi adalah sinovium (karena kadar oksigen yang
tinggi) sebelum menginfeksi tulang. Pada osteomielitis tuberkulosis, tulang panjang dan tulang
belakang merupakan satu-satunya tulang yang terinfeksi.

2.4 Epidemiologi

Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates adalah sekitar 1 kasus
per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar
0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada pasien
dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk.
Osteomielitis hematogen akut banyak ditemukan pada anak-anak, anak laki-laki lebih sering
terkena dibanding perempuan (3:1). Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan
tersering adalah femur, tibia, humerus, radius, ulna, fibula. Pada dewasa infeksi hematogen
biasanya paling banyak pada tulang vertebra dibandingkan tulang panjang.
Orang dewasa terkena karena menurunnya pertahanan tubuh karena kelemahan, penyakit
ataupun obat-obatan. Diabetes juga berhubungan dengan osteomielitis, imunosupresi sementara
baik yang didapat ataupun di induksi meningkatkan faktor predisposisi, trauma menentukan
tempat infeksi, kemungkinan disebabkan oleh hematom kecil atau terkumpulnya cairan di tulang.
Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi lokal ke jaringan lunak yang
terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi kronis, dengan rasa nyeri dan kecacatan; amputasi
ekstremitas yang terlibat; infeksi umum; atau sepsis. Sebanyak10-15% pasien dengan
osteomielitis vertebral mengembangkan temuan neurologis atau kompresi corda spinalis.
Sebanyak 30% dari pasien anak dengan osteomielitis tulang panjang dapat berkembang menjadi
trombosis vena dalam (DVT). Perkembangan DVT juga dapat menjadi penanda adanya
penyebarluasan infeksi. (Randall, 2011).

2.5 Klasifikasi

1. Osteomielitis akut
yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa
dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah (osteomielitis hematogen)
Osteomielitis akut terbagi lagi menjadi 2, yaitu:
- Osteomielitis hematogen, merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah
yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa
merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis yang bervaskular banyak. Aliran
darah yang lambat pada daerah distal metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai
perkembangan klinis dan onset yang lambat.
- Osteomielitis direk, disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri
akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat
inokulasi bakteri yang disebabkan oleh trauma, yang menyebar dari fokus infeksi atau sepsis
setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokalisasi dan
melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.

Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.

2.6 Manifestasi Klinis

Osteomielitis hematogeneus biasanya memiliki progresivitas gejala yang lambat.osteomielitis


langsung (direct osteomyelitis) umumnya lebih terlokalisasi dengan tanda dan gejala yang
menonjol. Gejala umum dari osteomielitis meliputi :

 Demam yang memiliki onset tiba-tiba tinggi (demam hanya terdapat dalam 50% dari
osteomielitis pada neonates)
 Kelelahan
 Rasa tidak nyaman
 Irritabilitas
 Keterbatasan gerak (pseudoparalisis anggota badan pada neonates)
 Edema lokal, eritema dan nyeri.

2.7 Patofisiologi

Infeksi terjadi ketika mikroorganisme masuk melalui darah, secara langsung dari benda – benda
yang terinfeksi atau luka tembus. Trauma, iskemia dan benda asing dapat meningkatkan risiko
invasi mikroorganisme ke tulang melalui bagian yang terpapar sehingga organisme tersebut lebih
mudah menempel. Pada daerah infeksi fagosit datang mengatasi infeksi dari bakteri tersebut,
namun dalam waktu yang bersamaan fagosit juga mengeluarkan enzim yang dapat
mengakibatkan tulang menjadi lisis. Bakteri dapat lolos dari proses tersebut dan akhirnya
menempel pada bagian tulang yang lisis dengan cara masuk dan menetap pada osteoblas dan
membungkus diri dengan protective polysaccharide-rich biofilm (J & JH, 2005). Jika tidak
dirawat, tekanan intramedular akan meningkat dan eksudat menyebar sepanjang korteks
metafisis yang tipis mengakibatkan timbulnya abses subperiosteal. Abses subperiosteal dapat
meningkat dan menyebar pada bagian tulang yang lain (DA & JN, 2005).

Pus dapat menyebar melalui pembuluh darah, mengakibatkan peningkatan tekanan


intraosseus dan gangguan pada aliran darah. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya trombosis (J
& JH, 2005). Gambaran morfologis dari osteomyelitis kronis adalah adanya bagian tulang yang
nekrosis ditandai dengan tidak adanya osteosit yang hidup. Kebanyakan mengandung sel
mononuklear, granula dan jaringan fibrosa menggantikan tulang yang diserap oleh osteoklas.
Jika diwarnai beberapa macam organisme dapat ditemukan (DA & JN, 2005).

Faktor-faktor sistemik yang dapat mempengaruhi perjalanan klinis osteomielitis termasuk


diabetes mellitus, immunosupresan, penyakit imundefisiensi, malnutrisi, gangguan fungsi hati
dan ginjal, hipoksia kronik, dan usia tua. Sedangkan faktor-faktor lokal adalah penyakit vaskular
perifer, penyakit stasis vena, limfedema kronik, arteritis, neuropati, dan penggunaan rokok.

Kuman bisa masuk tulang dengan berbagai cara, termasuk beberapa cara dibawah ini :

 Melalui aliran darah.

Kuman di bagian lain dari tubuh misalnya, dari pneumonia atau infeksi saluran kemih dapat
masuk melalui aliran darah ke tempat yang melemah di tulang. Pada anak-anak, osteomielitis
paling umum terjadi di daerah yang lebih lembut, yang disebut lempeng pertumbuhan,di kedua
ujung tulang panjang pada lengan dan kaki.

 Dari infeksi di dekatnya.

Luka tusukan yang parah dapat membawa kuman jauh di dalam tubuh. Jika luka terinfeksi,
kuman dapat menyebar ke tulang di dekatnya.

 Kontaminasi langsung
Hal ini dapat terjadi jika terjadi fraktur sehingga terjadi kontak langsung tulang yang fraktur
dengan dunia luar sehingga dapat terjadi kontaminasi langsung. Selain itu juga dapat terjadi
selama operasi untuk mengganti sendi atau memperbaiki fraktur.

2.8 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis osteomielitis dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

 Demam (terdapat pada 50% dari neonates)


 Edema
 Teraba hangat
 Fluktuasi
 Penurunan dalam penggunaan ekstremitas (misalnya ketidakmampuan dalam berjalan
jika tungkai bawah yang terlibat atau terdapat pseudoparalisis anggota badan pada neonatus).
 Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.

Pemeriksaan Laboratorium

- Pemeriksaan darah lengkap

Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya pergeseran ke kiri biasanya
disertai dengan peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear. Tingkat C-reaktif protein
biasanya tinggi dan nonspesifik; penelitian ini mungkin lebih berguna daripada laju endapan
darah (LED) karena menunjukan adanya peningkatan LED pada permulaan. LED biasanya
meningkat (90%), namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik. CRP dan LED memiliki peran
terbatas dalam menentukan osteomielitis kronis seringkali didapatkan hasil yang normal.

- Kultur

Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi dengan bakteri yang
menyebabkan osteomielitis dan memiliki penggunaan yang terbatas. Darah hasil kultur, positif
pada sekitar 50% pasien dengan osteomielitis hematogen. Bagaimanapun, kultur darah positif
mungkin menghalangi kebutuhan untuk prosedur invasif lebih lanjut untuk mengisolasi
organisme. Kultur tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki hasil diagnostik sekitar 77% pada
semua studi.

Pemeriksaan Radiologi dan Gambaran Radiologi


a. Foto polos
Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan radiograf. Setelah 7-10
hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang mengawali destruksi cancellous bone. Seiring
berkembangnya infeksi, reaksi periosteal akan tampak, dan area destruksi pada korteks tulang
tampak lebih jelas. Osteomielitis kronik diidentifikasi dengan adanya detruksi tulang yang masif
dan adanya involukrum, yang membungkus fokus sklerotik dari tulang yang nekrotik yaitu
sequestrum.
Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada radiograf kecuali apabila terdapat oedem.
Pengecualian lainnya adalah apabila terdapat infeksi yang menghasilkan udara yang
menyebabkan terjadinya ‘gas gangrene’. Udara pada jaringan lumak ini dapat dilihat sebagai
area radiolusen, analog dengan udara usus pada foto abdomen.
Gambaran Radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada osteomielitis sub
akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah sklerosis.
Radiografi polos anteroposterior dan lateral menunjukkan involucrum yang luas (panah) pada
diafisis tibialis (panah hitam).

Gambaran sekuestrum pada tibia dengan osteomielitis kronis


Gambaran Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan. Ditandai dengan adanya
gambaran sekuestrum (panah).

Gambaran Radiografi dorso-plantar (Kiri) menunjukkan reaksi periosteal di sekitar diafisis


metatarsal pertama (panah putih).
Radiografi lateral menunjukkan penebalan periosteal yang nyata (panah hitam) dan lesi sklerotik
sentral dengan tepi lucent (panah hitam)

Radiografi dorso-plantar menunjukkan sklerosis pada metatarsal ke-2 dan ke-3, dengan reaksi
periosteal di sekitarnya (panah hitam).
Kontaminasi sendi pada osteomielitis. Gambar (a) menunjukkan sambungan di mana kapsul
(biru) menempel di bawah pelat pertumbuhan. Lokasi lempeng pertumbuhan intra-artikular ini
dapat menyebabkan penyebaran infeksi yang cepat ke sendi yang berdekatan. (b) menunjukkan
sambungan di mana kapsul sambungan (biru) menempel di atas pelat pertumbuhan. Pelat
pertumbuhan ekstra-artikular melindungi terhadap kontaminasi sendi awal. (c, d). Contoh pada
MRI pasien dengan penyebaran cepat dari fokus infeksi ke sendi bahu kiri yang berdekatan.
Karena kapsul sendi bahu masuk di bawah lempeng pertumbuhan, osteomielitis metafisis dapat
dengan mudah menyebar melalui korteks medial langsung ke dalam sendi yang mengakibatkan
peningkatan sinovial (panah putih).

b. Ultrasound
Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan untuk mengevaluasi pasien
pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul. Teknik sederhana dan murah telah menjanjikan,
terutama pada anak dengan osteomielitis akut. Ultrasonografi dapat menunjukkan perubahan
sejak 1-2 hari setelah timbulnya gejala. Kelainan termasuk abses jaringan lunak atau kumpulan
cairan dan elevasi periosteal. Ultrasonografi memungkinkan untuk petunjuk ultrasound aspirasi.
Tidak memungkinkan untuk evaluasi korteks tulang.

(A)

Osteomielitis mungkin berhubungan dengan kumpulan jaringan lunak yang dapat dilihat pada
pemeriksaan USG. (A) Gambar ultrasonografi bagian transversal menunjukkan kumpulan cairan
kompleks yang terdefinisi dengan baik yang memiliki dinding tebal irregular (panah putih) dan
septum hyperechoic (panah putih).
Osteomyelitis anak akut di humerus proksimal. Terdapat penipisan fokal korteks humerus (panah
putih tipis), infeksi menyebabkan pengumpulan nanah subperiosteal (bintang). Terdapat juga
peningkatan sinyal doppler (panah putih) dalam synovium (panah putih besar)

c. Radionuklir
Jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan ini sangat sensitif namun tidak
spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya, infeksi tidak bisa dibedakan dari
neoplasma, infark, trauma, gout, stress fracture, infeksi jaringan lunak, dan artritis. Namun,
radionuklir dapat membantu untuk mendeteksi adanya proses infeksi sebelum dilakukan
prosedur invasif dilakukan.

d. CT Scan
CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk menidentifikasi sequestra pada
osteomielitis kronik. Sequestra akan tampak lebih radiodense dibanding involukrum
disekelilingnya.

Gambaran CT scan yang menunjukkan fragmen tulang sklerotik yang terpisah dari humerus
lainnya (panah hitam), konsisten dengan sequestrum. Penebalan kortikal juga dicatat (panah
hitam); ini merupakan involucrum yang merupakan hasil dari pembentukan tulang baru
periosteal.
e. MRI

MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi osteomyelitis.


Penelitian telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan radiografi polos, CT, dan
scanning radionuklida dan dianggap sebagai pencitraan pilihan. Sensitivitas berkisar antara 90-
100%. Tomografi emisi positron (PET) scanning memiliki akurasi yang mirip dengan MRI.
Gambar aksial T1-weighted (WI) dengan Fat Suppression (Fat–Sat) setelah pemberian kontras
gadolinium menunjukkan bunion yang meradang (panah putih) dengan peningkatan yang
berdekatan dari aspek distal metatarsal ke-5 (tanda bintang) (b) Penyebaran infeksi pascaoperasi.
Infeksi tulang belakang pasca operasi. Sagittal T1-WI dengan Fat-Sat setelah pemberian kontras
gadolinium.

2.9 Penatalaksanaan

Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi.


1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit beberapa kali
sehari.

2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme dan memilih
antibiotik.

3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.

 Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3 bulan.
 Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotic,pertahankan terapi
antibiotik tambahan.

2.10 Komplikasi

Komplikasi dari osteomielitis antara lain:


1. Kematian tulang (osteonekrosis)
2. Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang, menyebabkan
kematian tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang luas, kemungkinan harus diamputasi untuk
mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
3. Arthritis septik
4. Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tuolang bias menyebar ke dalam sendi di dekatnya.
5. Gangguan pertumbuhan
Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah pada daerah yang
lembut, yang disebut lempeng epifisis, di kedua ujung tulang panjang pada lengan dan kaki.
Pertumbuhan normal dapat terganggu pada tulang yang terinfeksi.
6. Kanker kulit
Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yang menyebabkan
keluarnya nanah, maka kulit disekitarnya berisiko tinggi terkena karsinoma sel skuamosa.

2.11 Prognosis

Setelah mendapatkan terapi, umumnya osteomielitis akut menunjukkan hasil yang memuaskan.
Prognosis osteomielitis kronik umumnya buruk walaupun dengan pembedahan, abses dapat
terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun setelahnya. Amputasi mungkin dibutuhkan,
khususnya pada pasien dengan diabetes atau berkurangnya sirkulasi darah. Pada penderita yang
mendapatkan infeksi dengan penggunaan alat bantu prostetik perlu dilakukan monitoring lebih
lanjut. Mereka perlu mendapatkan terapi antibiotik profilaksis sebelum dilakukan operasi karena
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan osteomyelitis.
BAB III
KESIMPULAN

Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya disebabkan oleh
bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua usia tetapi umumnya
mengenai anak-anak dan orang tua. Oteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri, diantaranya
dari species staphylococcus dan stertococcus. Selain bakteri, jamur dan virus juga dapat
menginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus ,
radius dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan mandibula merupakan tulang
yang paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena merupakan tulang yang banyak
vaskularisasinya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu : osteomielitis akut, sub akut dan
kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan
pergerakan akan menimbulkan nyeri. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang,
infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau
hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi
menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.
Oteomielitis didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing sarkoma sebab memiliki
gambaran radiologik yang mirip. Gambaran radiologik osteomielitis baru terlihat setelah 10-14
hari setelah infeksi, yang akan memperlihatkan reaksi periosteal, sklerosis, sekwestrum dan
involikrum. Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik selama 2-4 minggu atau dengan
debridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama perjalanan penyakitnya, untuk yang
akut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang kronis umumnya buruk.
DAFTAR PUSTAKA

Apley AG, Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics Fractures.ButterworthHeinemann,


1993. 364-374.4.
Brinker. Review of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company, 2001.53-63.2.
Desimpel J, Posadzy M, Vanhoenacker FM. The Many Faces of Osteomyelitis: A Pictorial
Review. Journal of the Belgian Society of Radiology. 2017;101(1):24.
DOI: http://doi.org/10.5334/jbr-btr.1300
King, RW. Osteomyelitis. December 9, 2009 (cited February 1, 2010). Available at
http://emedicine.medscape.com/article/785020-overviewRasjad C. Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone. 2007. 355-71;429-45.2.
Sabiston, DC. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Edisi ke-1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1994
Sjamsuhidajat. 1998.Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Skinner H. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics. New Hampshire : Appleton &
Lange ; 2003
Nopriantha, M., & Sitanggang, F. P. (n.d.). TEMUAN RADIOLOGIS PADA
OSTEOMYELITIS KRONIK.

J, P., & JH, M. (2005). Harrison’s Principles of Internal Medicine. New York: McGraw Hill.

DA, S., & JN, P. (2005). Techniques in orthopaedic. Chronic Osteomyelitis in Children, 20.

Anda mungkin juga menyukai