Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Developmental Dyplasia of the Hip atau yang disebut sebagai ( DDH) merupakan
abnormalitas struktural pada persendian panggul neonatus dan bayi.1 Prevalensi DDH
yang terjadi pada negara USA yaitu 1 : 1000 - 5:1000, insidensi terjadinya subluxasi dan
displasia yaitu 25 : 1000 – 50 : 1000. 1,2
Sekitar 80% , DDH sering terjadi pada
perempuan kemungkinan terjadi karena semakin meningkatnya kelemahan ligamentum
yang disebabkan karena hormon relaxin.1,2,3 DDH juga sering terjadi pada sisi sebelah kiri
dengan prevelensi sekitar 60% , 20 % pada sisi sebelah kanan dan 20% bilateral.4,5
Persendian pada panggul berupa bola dan soket yang dimana bola tersebut berupa kaput
femoris dan soketnya ( acetabulum).Insiden DDH yang terjadi di China yaitu 0% ,dan
sekitar 1 % untuk kejadian dysplasia panggul. Pada saat bayi baru lahir persendian pada
bagian panggul belum matang,tetapi akan menjadi persendian yang kuat dan stabil
sejalan dengan pertumbuhan anak.3,4,5
Secara normal,bagian kaput femoris akan melekat dengan kuat pada acetabulum
,tetapi pada neonatus dan bayi yang mengalami DDH membuat persendian pada panggul
menjadi tidak normal.
Pada DDH , acetabulum dapat dangkal dan struktur yang mendukung kaput
femoris dapat mengalami kelemahan atau longgar sehingga menyebabkan kaput femoris
menjadi tidak stabil.6,7 Diagnosis dan terapi dini sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang baik, apabila terjadi DDH yang persisten sampai remaja dan dewasa dapat
menyebabkan terjadinya gangguan berjalan , penurunan kekuatan dan meningkatkan
kejadian penyakit degeneratif pada persendian.8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI PERSENDIAN PANGGUL


Persendian pada panggul tersusun atas bola multiaxial ( kaput femoris ) dan
soketnya (asetabulum).Persendian pada panggul sebagai stabilitas terhadap gerakan yang
luas.Saat berdiri,beban keseluruhan dari tubuh bagian atas ditransmisikan menuju tulang-
tulang panggul dan collum femoris.9
2.2 Developmental Dysplasia of the Hip

2.2.1 Definisi

Developmental Dysplasia of the Hip ( DDH) merupakan abnormalitas perkembangan dari


sendi panggul, yang terdahulu disebut congenital dislocation of the hip, DDH melibatkan
bagian tulang pada pelvis yaitu acetabulum dan displasia dari caput femoris, dimana dapat
terjadi pada bayi yang baru lahir balita ataupun anak-anak.10
.10,11

Victorian Paediatric Orthopedic


Network.Developmental dysplasia
of the Hip (DDH).The
Royal Children’s
Hospital.Australia.2011.
2.3 Epidemiologi
Prevalensi DDH yang terjadi pada negara USA yaitu 1 : 1000 - 5:1000, insidensi
terjadinya subluxasi dan displasia yaitu 25 : 1000 – 50 : 1000 sedangkan di negara Eropa
sekitar 1: 1000 kelahiran.1,2 Adanya riwayat keluarga yang mengalami DDH pada pasien
sekitar 12-33% .DDH sering terjadi pada perempuan yaitu sekitar 80 % yang diperkirakan
karena kerentanan yang berlebihan pada fetus terhadap hormon maternal yaitu relaxin yang
1,2,3
dapat meningkatkan kelemahan pada ligamentum. Walaupun hanya sekitar 2-3 % bayi
yang lahir dalam posisi sungsang,persentase pasien yang menderita DDH adalah sekitar 16-
25%.11

2.4 Klasifikasi 10

Klasifikasi DDH secara umum dibagi menjadi 10,11,13:


a) Acetabular Dysplasia merupakan morfologi dan perkembangan yang abnormal dari
acetabulum
b) Hip Subluxation yaitu kontak parsial antara permukaan sendi caput femoris dan
acetabulum.
c) Hip Dislocation yaitu kehilangan kontak total antara permukaan sendi caput femoris dan
acetabulum.
DDH juga diklasifikasikan menjadi 2 grup utama yaitu 10:
a) Typical DDH dapat terjadi pada orang normal atau seseorang tanpa kondisi genetik.
b) Teratologic Hip Dislocation biasanya terjadi karena adanya penyebab sindrom genetik
dan terjadi sebelum kelahiran.

2.5 Etiologi dan Faktor Risiko


Etiologi dari DDH terdiri dari berbagai macam faktor ,salah satunya yaitu persendian
yang mengalami kelemahan sehingga gagal untuk menstabilkan persendian femoroacetabular
.Kelemahan yang terjadi pada persendian dapat disebabkan karena faktor genetik,mekanik,
hormonal,riwayat penyakit keluarga,kondisi dimana ruang intrauterine yang sempit (
ruangan yang sempit untuk pergerakan fetus) , bayi dengan berat badan lebih.6,7,10,11

Beberapa macam faktor risiko yang dapat menyebabkan DDH dibawah ini ,yaitu11:
a) Faktor genetik : Wynne Davies mengindentifikasi faktor genetik yang berperan dalam
menyebabkan instabilitas pada panggul yaitu kelemahan pada persendian (dominan) dan
acetabulum yang menyempit .11
b) Faktor Hormonal ( contoh : peningkatan hormone maternal seperti relaxin beberapa
minggu terakhir kehamilan ) dapat memperberat kelemahan ligamentum pada bayi.11
c) Malposisi Intrauterine ( terutama posisi sungsang dengan kaki ekstensi ) dapat
menyebabkan dislokasi. Dislokasi unilateral biasanya mempengaruhi panggul sebelah
kiri ( presentasi vertex )( oksiput kiri anterior) dimana panggul sebelah kiri berdekatan
dengan sacrum ibu ,sehingga posisi panggul harus di adduksi.11
d) Faktor postnatal juga merupakan salah satu faktor risiko dari DDH. Dislokasi sering
terjadi di negara-negara Amerika dan Eropa dimana mereka membawa bayi mereka
dengan kaki,panggul ,lutut yang terekstensi maksimal sehingga membuat otot psoas
tegang atau tertarik dapat memicu terjadi nya DDH.11

2.6 Patoanatomi
Pada DDH, adanya perubahan anatomi sekunder yang berkembang dapat mencegah
reduksi , Pulvinar atau jaringan lemak yang ada dalam socket dan ligamentum teres
mengalami hipertrofi yang menghambat reduksi dari kaput femoris.10,11
Ligamentum transversum acetabuli juga menebal ,dimana membuat sempit area
acetabulum. Tendon Iliopsoas juga menjadi tegang dan sebagian menyusup ke ruang antara
caput femoris dan acetabulum menyebabkan penyempitan pada kapsul sendi membentuk
konfigurasi “hourglass” .11
Caput femoris yang mengalami dislokasi memberikan tekanan pada tepi acetabulum dan
labrum sehingga labrum menjadi tebal dan dan melipat kedalam .Semakin panggul
mengalami dislokasi semakin membuat acetabulum menjadi abnormal dan tanpa adanya
kaput femur yang menempati acetabulum menyebabkan acetabulum menjadi dangkal.11

2.7 Gejala Klinis


Setiap bayi yang baru lahir perlu dilakukan pemeriksaan apakah ada tanda ketidaksabilan
pada persendian panggul.Jika ada riwayat keluarga yang mengalami instabilitas kongenital,
presentasi sungsang perlu dilakukan pengecekan yang lebih.12
Gejala yang sering terjadi pada DDH,walaupun setiap bayi dapat mengalami gejala yang
berbeda-beda yaitu 11,12,13,14:
a) Tungkai tampak lebih pendek pada sisi yang mengalami dislokasi panggul
b) Tungkai pada sisi yang mengalami dislokasi panggul tampak keluar
c) Lipatan kulit pada paha dapat tampak tidak merata
d) Ruangan antara tungkai dapat lebih luas dari normal
e) Gerakan tungkai menjadi terbatas

Pada Neonatus , DDH bersifat asimtomatik dan diperiksa dengan maneuver-manuver


spesifik. Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan membuka baju bayi dan menempatkan
bayi di tempat hangat dan meja yang datar. 10,11
Beberapa macam maneuver pada neonatus pemeriksan fisik ,yaitu :
a) Maneuver provokatif Barlow menilai potensi dislokasi dari pinggul. Pemeriksa
menaruh tangan pada paha dan mengadduksi panggul yang fleksi dan secara perlahan
mendorong paha ke bagian posterior sebagai bentuk usaha untuk membuat caput femoris
dislokasi.Pada tes yang positif , caput femoris terasa keluar dari acetabulum. Saat
pemeriksa tidak mendorong paha kearah posterior , caput femur dapat kembali lagi ke
acetabulum .10 Jika caput femoris dapat dengan mudah keluar dari socket dan kembali
masuk , panggul termasuk “ dislocatable” ( tidak stabil)11

b) Manuever provokatif Ortolani merupakan kebalikan dari tes Barlow yaitu pemeriksa
berusaha untuk mengurangi panggul yang mengalami dislokasi. Pemeriksa memegang
paha anak dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ,panggul difleksikan 90 derajat dan
,dengan jari ke 4 dan 5 mengangkat trochanter mayor bersamaan dengan abduksi
10
panggul. Jika hasilnya positif, caput femoris akan masuk ke soket dengan bunyi halus
tetapi biasanya tidak terdengar dan panggul menjadi abduksi.Jika abduksi berhenti
dipertengahan kemungkinan terjadi dislokasi yang tidak bisa direduksi.Manuever ini
harus perlahan dan tidak memaksa. 11,12,13
Pada saat bayi sudah masuk 2-3 bulan kehidupan, jaringan lunak mulai mengencang dan
manuever Barlow dan Ortolani sudah tidak dapat digunakan lagi.Pada saat ini ,pemeriksa
harus mencari penemuan fisik yang spesifik seperti abduksi panggul yang terbatas ,tampak
perpendekan pada tungkai,lokasi proksimal dari trochanter mayor,asimetri posisi panggul.11
Abduksi panggul yang terbatas merupakan pertanda yang dapat diandalkan untuk
menentukan panggul yang mengalami dislokasi. Untuk menentukan apakah ada perpendekan
dari tungkai atau tidak yaitu melalui Galeazzi sign dengan cara fleksi sendi panggul 90
derajat dan membandingkan tinggi dari lutut,simetris atau tidak.12,13

Tes yang lain berupa Klisic Test ,dimana pemeriksa meletakan jari ke 3 pada trochanter
mayor dan jari telunjuk diletakan pada spina iliaca anterior superior. Pada panggul yang
normal, garis imajiner antara 2 jari menunjuk ke umbilicus sedangkan pada panggul yang
mengalami dislokasi ,trochanter mayor mengalami elevasi.12,13

Galeazzi Sign Klisic Test

Pada anak yang sudah dapat berjalan yang mengalami DDH,datang dengan keluhan lemah,
gaya berjalan yang terhuyung – huyung dan dengan perbedaan panjang kaki. Sisi yang
terkena tampak lebih pendek dari ekstremitas yang normal. Tredelenburg sign positif11 ,
abduksi panggul yang terbatas dan Galeazzi sign dapat menentukan terjadinya DDH
pada anak.10

2.8 Diagnosis Pencitraan


Multimodalitas pencitraan
2.8.1 Ultrasonografi10
USG merupakan salah satu modalitas diagnostik untuk pemeriksaan DDH sebelum
kemunculan osifikasi nukleus kaput femoris ( 4-6 bulan).Pada bayi baru lahir ,asetabulum
dan kaput femoris dihubungkan oleh tulang rawan,sehingga pada foto polos biasa tidak dapat
terlihat.10
USG dapat digunakan untuk monitor perkembangan dari asetabulum,terutama pada
bayi yang diterapi dengan Pavlik harness. Metode ini dapat meminimalkan jumlah radiografi
yang diambil dan memungkinkan tenaga medis untuk mendeteksi kegagalan pengobatan.
Persiapan pemeriksaan pada USG13:
1.Persiapan pasien
 Usia yang dianjurkan untuk pemeriksaan yaitu 6 bulan atau dibawah 6 bulan
 Bayi diposisikan supine ( kaki bayi menghadap kea rah pemeriksa)
 Bayi boleh diposisikan dekubitus dengan meletakkan bantal dipunggungnya

Pada teknik Graf,transducer diletakan pada trokanter mayor ,sehingga memungkinkan untuk
visualisasi ilium,acetabulum,labrum dan epifisis femur.Terdapat sudut α yang dibentuk oleh
garis ilium dan garis tangensial ke arah bagian atap tulang acetabulum dan mewakili
kedalaman acetabulum.10Sudut α yang normal yaitu > 60 derajat dan jika < 60 derajat berarti
displasia acetabulum. Sudut β dibentuk oleh garis tangensial menuju labrum dan garis
ilium,sudut ini mewakili atap kartilago dari acetabulum. Sudut β yang normal yaitu < 55
derajat (saat kaput femoris mengalami subluksasi,sudut β meningkat)10,11,12,15
F: Femur ,A: Acetabulum
Ultrasound panggul normal pada bayi umur 3 bulan
.Glut : otot gluteal ,Ac : kartilago acetabulum ,Ltp: Lig
Teres/ Pulvinar complex,Tr : triradiate cartilage

Starr V. Ha YB.Imaging Update on Developmental Dysplasia of the


Hip With the Role of MRI,American Journal of
Roentgenology.Washington.2014

A B

HF DFJ Gambaran Ultrasound pada bayi 1 bulan dengan


DDH menunjukkan garis alfa yang abnormal ( garis
putus-putus) .Acetabulum dangkal dan kaput
femoris dislokasi ke lateral.Terdapat hipertrofi
pulvinar ( kepala panah ) dan penumpulan dari
acetabulum ( panah solid tebal)
Calculation of the alpha and beta angles to assess acetabular maturity. A standard coronal image is used.

https://www.aafp.org/afp/1999/0701/p177.html
Graf Classification

Omeroglu H,Use of Ultrasonography in developmental dysplasia of the hip.Departement


of Orthopedic.2014.
Tipe Panggul Normal

https://radiopaedia.org/articles/developmental-dysplasia-of-
the-hip

Graf Classification type IIa

http://www.radiologyassistant.nl/en/p54ba2c50995c5/developmental-dysplasia-of-the-hip-ultrasound.html

Graf Classification type III

http://www.radiologyassistant.nl/en/p54ba2c50995c5/developmental-dysplasia-of-the-hip-ultrasound.html
2.8.2 Foto Polos X ray 10,11,13
Pada foto polos X-ray sulit untuk diintepretasikan pada bayi yang baru lahir dikarenakan
sebagian besar acetabulum dan caput femoris adalah kartilago dan tidak terlihat melalui sinar
X. X-ray direkomendasikan pada bayi dengan epifisis femur proksimal yang sudah
mengalami osifikasi ( umur setelah 6 bulan pertama) .Posisi AP dari panggul dapat
diintepretasikan dengan membuat garis imajiner.10
Beberapa garis pada radiografi X-ray10,11,13,15 :
 Garis Hilgenreiner’s merupakan garis horizontal yang melewati kartilago triradiate
(area jernih pada acetabulum bagian dalam)
 Garis Perkin merupakan garis tegak lurus melewati tepi bagian lateral atap
acetabulum yang ter-ossifikasi,tegak lurus terhadap garis Hilgenreiner.( bagian caput
femoris yang mengalami osifikasi seharusnya berada di bagian kuadran medial bawah
,perpotongan 2 garis)
 Garis Shenton’s merupakan garis lengkung dari aspek medial kolum femoris ke
bagian ramus pubis superior bagian bawah.Pada anak dengan panggul yang
normal,garisnya menyatu ,sedangkan pada anak dengan panggul yang mengalami
subluksasi /dislokasi ,garis Shenton terpisah menjadi dua.
 Acetabular index merupakan sudut yang terbentuk antara garis Hilgenreiner dan
garis dari bagian dalam soket acetabulum ke bagian tepi lateral atap acetabulum yang
mengalami osifikasi .Sudut ini mengukur perkembangan atap osseus pada
acetabulum.Pada bayi yang baru lahir ,acetabular index dapat mencapai 40 derajat;
pada bayi dengan umur 4 bulan ,seharusnya sudah tidak mencapai lebih 30
derajat.Pada anak yang lebih tua ,sudut tengah ( center edge angle) berguna untuk
mengukur cakupan caput femoris.Sudut ini terbentuk pada titik pertemuan garis
Perkins dan garis yang menghubungkan tepi lateral dari acetabulum menuju ke caput
femoris .Pada anak umur 6-13 tahun,sudut > 19 derajat termasuk normal, anak umur
14 tahun atau lebih (sudut >25 derajat termasuk normal)10,11

http://learningradiology.com/notes/bonenotes/conghipdy
splasiapage.html
Anteroposterior radiografi

A.Gambaran radiografi normal AP pelvis


pada bayi umur 6 bulan mennunjukan sudut
acetabular pada panggul kanan dan kiri
normal sesuai dengan usia ,terukur 22° and
24°

Starr V. Ha YB.Imaging Update on Developmental Dysplasia of the Hip With the Role
of MRI,American Journal of Roentgenology.Washington.2014

Radiografi pelvis normal pada anak umur 2 tahun menunjukkan sudut α panggul kanan dan kiri normal yaitu , 18° dan
20°. Episifis femoris yang ter-osifikasi simetris dan berada dalam acetabulum,Hilgenreiner ( garis terputus-putus
horizontal),Perkins ( garis putus putus vertikal),dan garis Shenoton ( garis bulat-bulat).Epifisis femur berada pada
kuadran inferomedial.Sudut tengah dibentuk oleh garis vertikal dari bagian tengah kaput femoris dan garis dari tengah
kaput ke bagian atap lateral dari acetabulum.

Storer.KS,Skggs DL.Developmental Dyplasia of the Hip.Downloaded from the American


Family Physician.www.aafp.org/afp

HF DFJ Gambaran radiografi anak umur 7 bulan dengan DDH


pada bagian panggul kanan.
A. Garis Horizontal : Hilgenreiner’s,Garis
Vertikal: Perkins’s , caput femoris kanan
masih berada dibagian kuadaran
inferomedial yang dibentuk oleh garis
ini,tetapi panggul kanan mengalami dislokasi
,dimana caput femoris berada pada kuadran
superolateral
B. Garis shenton terganggu pada panggul kiri
(dislokasi)
Radiografi pelvis didapatkan posisi “ frog-leg position” menunjukkan bahwa proyeksi femoralis menuju kartilago triradiate

Radiografi pelvis pada anak umur 1 tahun dengan dislokasi panggul kanan . Derajat osifikasi caput femoris
pada sisi yang mengalami dislokasi menurun dibandingkan dengan sisi yang normal pada panggul kiri.

https://radiopaedia.org/articles/developmental-dysplasia-of-the-hip
Kumari P,Rani M .Developmental Dysplasia of the Hip.India.volume 10.2018

DDH – X-rays (a) Panggul kiri mengalami dislokasi,caput femoris belum berkembang. Epifisis seharusnya berada dibagian
medial dari garis vertikal yang menjelaskan tepi luar dari acetabulum ( Perkin’s Line) dan dibawah dari garis horizontal yang
melewati kartilago triradiate.
(b) Sudut acetabular tidak boleh lebih dari 30°.
2.8.3 CT Scan 13,14
Computed tomography (CT) berguna untuk mengevaluasi dislokasi yang rumit dan evaluasi
pasca operasi pinggul. CT dapat menggambarkan konstriksi kapsul iliopsoas tendon,
ligamentum teres tebal, dan hipertrofi pulvinar fibrofatty.13,14
CT biasanya digunakan sebelum operasi untuk mengevaluasi morfologi acetabulum dan
episifis femoralis yang mengalami osifikasi dan posisi kaput femoris terhadap acetabulum.

2.8.4 Magnetic Resonance Imaging

MRI dapat berguna dalam evaluasi pra operasi dan pasca operasi pinggul dengan banyak
komplikasi. MRI berguna untuk mendeteksi komplikasi DDH dan pengobatan untuk DDH,
seperti nekrosis avaskular dari caput femoralis dan efusi sendi. MRI juga dapat digunakan
untuk menunjukkan kompresi tendon iliopsoas, penebalan ligamentum teres , dan hipertrofi
pulvinar.13,14

Fat-suppressed equivalent T1-weighted image (


Gambaran MRI panggul kiri normal ) (anak usia 11
bulan) A = triradiate cartilage, B = labrum, C =
tendon, D = caput femoris yang belum ter-osifikasi,
E = caput femoris yang sudah terosifikasi, F =
kartilago acetabular, G = acetabulum .
Catatan: dysplasia panggul kanan dengan subluksasi
caput femoris (panah)

Starr V. Ha YB.Imaging Update on Developmental Dysplasia of the Hip With the Role
of MRI,American Journal of Roentgenology.Washington.2014
Struktur anatomi untuk mengevaluasi Developmental Dysplasia of Hip (DDH) pada
MRI
Starr V. Ha YB.Imaging Update on Developmental Dysplasia of the Hip With the Role
of MRI,American Journal of Roentgenology.Washington.2014

Struktur Anatomi Temuan MRI pada DDH


Morfologi acetabulum Dangkal,acetabulum dismorfik,evaluasi
cakupan caput femoris yang tidak memadai
Kesimetrisan caput femoris Ossifikasi terlambat pada caput femoris
Posisi caput femoris terhadap acetabulum Subluxasi atau dislokasi caput femoris
Labrum Hipertrofi labrum ( dapat degenerasi
mukoid/robek)
Pulvinar Hipertrofi puvinar ( proliferasi jar lemak)
Ligamentum teres atau ligamentum Hipertrofi
transversum
Perfusi caput femoris Necrosis avaskular

2.9 Tatalaksana

Tujuan dalam pengelolaan DDH adalah untuk mencapai dan mempertahankan reduksi dari
caput femoris dalam acetabulum agar dapat membiarkan berada dalam lingkungan optimal
untuk perkembangan caput femoris dan acetabulum.Semakin cepat ditatalaksana ,berarti
semakin meningkatnya tingkat kesembuhan dan risiko untuk terjadi komplikasi jangka
panjang berkurang.10,11,12

2.9.1 Bayi baru lahir & dibawah 6 bulan

Terdapat fasilitas USG.11 Setiap anak baru lahir yang memiliki risiko tinggi atau diduga
mengalami ketidakstabilan panggul diperiksa dengan USG,Apabila terlihat gambaran
panggul yang tereduksi dan terdapat garis kartilago yang normal ,maka tidak membutuhkan
terapi (tetap diobservasi selama 3-6 bulan) .Apabila ditemukan displasia asetabulum,panggul
dibebat dengan posisi fleksi dan abduksi.Dilakukan skanning berulang dengan USG sampai
diperoleh stabilitas dan gambaran anatomi normal atau keputusan untuk melepaskan bebat.11
Tidak Tersedia fasilitas USG.Semua anak yang berisiko tinggi,positif pada tes Barlow dan
tes Ortolani dijadikan suspek DDH dan dipasang bantal abduksi selama 6 minggu
pertama.Anak yang mengalami ketidakstabilan diterapi dengan bebat abduksi sampai
panggul menjadi stabil dan pada gambaran x-ray atap asetabulum yang baik (biasanya 3-6
bulan)11

Pavlik Harness10,11.21
Bayi baru lahir atau dibawah 6 bulan dengan tes barlow –positif dan tes ortolani-positif
harus segera ditangani dengan Pavlik harness segera setelah diagnosis dibuat. Tujuan dari
pembebatan adalah untuk menahan panggul agar tetap fleksi dan abduksi.Bebat lainnya yaitu
Von Rosen’s adalah bebat lunak yang berbentuk H ( bebat ini bermanfaat dan mudah
digunakan dan dilepaskan),sedangkan Pelvic Harness lebih sulit digunakan tetapi
memberikan kebebasan pada anak untuk bergerak,sementara posisi masih dipertahankan.11
Pada pembebatan sebaiknya hindari posisi ekstrim dan buatlah panggul masih dapat
digerakkan.10,11

Dengan mempertahankan posisi Ortolani pada Pavlik harness dalam waktu 6 minggu,
ketidakstabilan pada panggul membaik dalam 95 % kasus, sedangkan setelah umur 6 bulan
,kegagalan dengan teknik Pavlik harness yaitu sekitar > 50% dikarenakan sulit untuk
mempertahankan bebat pada anak yang sudah mulai aktif dan merangkak.Tali bagian
anterior bebat harus diatur untuk mempertahankan panggul dalam posisi fleksi ( 90 -100
derajat),fleksi berlebihan tidak disarankan karena dapat berisiko terjadinya kelumpuhan saraf
femoralis .10 21
Jika pada USG tidak menunjukkan adanya reduksi panggul setelah 3-4
minggu penggunaan Pavlik harness dihentikan,jika dilanjutkan dapat menyebabkan Pavlik
harness disease.10,11,21
2.9.2 Anak umur 6 bulan – 2 tahun10,21
Tujuan utama tatalaksana displasia yang didiagnosis terlambat yaitu untuk mempertahankan
reduksi panggul tanpa merusak caput femoris.Closed Reduction (reduksi tertutup) dilakukan
di ruang operasi dibawah pengaruh anestesi. Cara ini ideal tetapi mempunyai risiko rusaknya
pasokan darah pada kaput femoris dan menyebabkan nekrosis.Untuk meminimalkan risiko
nekrosis avascular ,reduksi harus perlahan dan dapat didahului dengan traksi ( untuk menarik
dan merelaksasikan ligamentum).Arthrogram dibutuhkan untuk reduksi tertutup.12 minggu
setelah reduksi tertutup,gips sudah dapat dibuka ,pada tahap ini dipakai abduction orthsosis
(sebagai penyangga) untuk membantu remodeling lebih lanjut dari acetabulum.10,11
Kegagalan daripada reduksi tertutup merupakan keperluan untuk dilakukan nya Open
reduction (reduksi terbuka)( tindakan pembedahan dengan membuat insisi di paha dimana
sendi panggul dibuka untuk melihat apakah ada jaringan yang membuat caput femur tidak
dapat kembali ke acetabulum).Potensi untuk perkembangan acetabulum setelah reduksi
terbuka atau tertutup sangat baik dan terus berlanjut 4-8 tahun kemudian .

2.9.3 Anak dengan usia lebih dari 2 tahun10,21


Anak dengan usia 2-6 tahun dengan dislokasi panggul biasanya membutuhkan Open
Reduction .10 Pada umur tersebut,osteotomi pemendekan femur biasanya dilakukan untuk
mengurangi tekanan pada femur proksimal dan meminimalkan risiko osteonekrosis
dikarenakan potensi untuk berkembangnya acetabulum berkurang ,osteotomi pelvis biasanya
dilakukan bersamaan dengan reduksi terbuka.Postoperasi ,pasien diimobilisasi dengan spina
cast(spica gips) selama 6-12 minggu.10,11,21

2.9.4 Dislokasi menetap lebih dari 4 tahun11


Reduksi dan stabilisasi menjadi sangat sulit dengan bertambahnya usia.
 Dislokasi Unilateral. Pada anak diatas usia 8 tahun, biasanya panggul dapat
digerakan dan rasa nyeri hanya sedikit. Apabila reduksi dilakukan, diperlukan operasi
terbuka dan rekonstruksi asetabulum.11
 Dislokasi Bilateral. Deformitas dan waddling gait simetris sehingga tidak
terlalu tampak adanya kelainan. Resiko dari operasi juga semakin besar karena
kegagalan pada satu sisi dapat menjadikannya deformitas yang tidak simetris. Oleh
karena itu, biasanya dokter bedah menghindari operasi pada usia diatas 6 tahun
kecuali terasa nyeri yang amat sangat di daerah panggul atau deformitas yang
terjadi memang berat. Pasien yang tidak diterapi dapat berjalan dengan tergoyang-
goyang, atau bahkan tidak menimbulkan gejala yang berarti.11

2.10 Komplikasi
Komplikasi yang paling penting dari DDH yaitu necrosis avaskular dari epifisis
femur.Reduksi caput femoris dengan abduksi yang ekstrim dapat mengakibatkan
oklusi pembuluh darah epifisis dan dapat membentuk infark parsial atau total.Panggul
menjadi rentan dengan komplikasi ini sebelum 4-6 bulan ( sebelum osifikasi
muncul).10Dengan tatalaksana yang baik ,insiden dari nekrosis avaskular berkurang
sekitar 5-15%.Komplikasi lainnya yaitu subluxasi residual,dysplasia acetabular dan
komplikasi pascaoperasi (termasuk infeksi luka).10
BAB 3
KESIMPULAN

Developmental Dysplasia of the hip merupakan abnormalitas perkembangan dari sendi


panggul yang terdahulu disebut congenital dislocation of the hip. Prevalensi DDH yang
terjadi pada negara USA yaitu 1 : 1000 - 5:1000, insidensi terjadinya subluxasi dan
displasia yaitu 25 : 1000 – 50 : 1000. DDH juga sering terjadi pada sisi sebelah kiri dengan
prevelensi sekitar 60% , 20 % pada sisi sebelah kanan dan 20% bilateral.
Gejala yang sering terjadi pada DDH,walaupun setiap bayi dapat mengalami gejala yang
berbeda-beda yaitu :
f) Tungkai tampak lebih pendek pada sisi yang mengalami dislokasi panggul
g) Tungkai pada sisi yang mengalami dislokasi panggul tampak keluar
h) Lipatan kulit pada paha dapat tampak tidak merata
i) Ruangan antara tungkai dapat lebih luas dari normal
j) Gerakan tungkai menjadi terbatas

Identifikasi faktor-faktor risiko DDH meliputi berat lahir besar untuk usia kehamilan,faktor
genetik,hormonal, presentasi sungsang persalinan pervaginam dari bayi-bayi letak sungsang;
pembedungan bayi post natal,riwayat penyakit keluarga. Penanganan saat ini tergantung baik
dari tingkat keparahan abnormalitas maupun usia saat diagnosis. Penanganan tersebut
meliputi observasi, Palvik harness, reduksi tertutup dan/atau terbuka dan beberapa prosedur
bedah lain
Prognosis terapi DDH pada anak sangat baik,terutama apabila displasia diketahui sejak dini
dan ditatalaksana dengan terapi tertutup. Prognosis pasien dengan displasia unilateral lebih
baik dibandingkan displasia bilateral. Displasia bilateral membutuhkan terapi yang lebih
rumit dan sering terjadi keterlambatan diagnosis. Angka kejadian nekrosis lebih tinggi pada
displasia bilateral, tetapi perbedaan ini disebabkan oleh umur yang lebih tua.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kotlarsky Pavel,Haber Reuben,Bialik Victor,et.al.Developmental Dysplasia of the hip:


What has changed in last 20 years?.2015.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4686436/
2. Vafaee R.A,Baghdadi T,et al.DDH Epidemiology Revisited:Do We Need New
Strategies?.2017. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5736894/
3.Kumari P,Rani M .Developmental Dysplasia of the Hip.India.volume 10.2018
4.Victorian Paediatric Orthopedic Network.Developmental dysplasia of the Hip (DDH).The
Royal Children’s Hospital.Australia.2011.
5.Screening,Assemsent and Management of DDH,Clinical Practice Guidline.2011.
http://www.nchn.org.au/docs/Man-DDH.pdf
6. http://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=developmental-dysplasia-of-the-hip
ddh-90-P02755
7.International Hip Dysplasia Institute.DDH.
https://hipdysplasia.org/developmental-dysplasia-of-the-hip/causes-of-ddh/
8.American Academy of Orthopedic Surgeons.Developmental Dislocation ( Dysplasia of the
Hip( DDH).
https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/developmental-dislocation-dysplasia-of-
the-hip-ddh/
9. Moore,KL,Dalley.Clinically Oriented Anatomy.6th edition.Philadelphia:Lipincott Williams
& Wilkins.2009.
10.Kliegman,Stanton,St Geme,Schor.Nelson Textbook of Pediatric.20th
edition.Elsevier.2015.pg 4998
11.Solomon L,Warwick D,Nayagam S.Apley System of Orthopedics and Fractures.9th
edition.2010.pg 517
12.Staheli LT.International Pediatric Orthopaedic Book.Seattle Children’s
Hospital.Washington.2009.pg 255
13.Tamai J.Developmental Dysplasia of the Hip.2018.
https://emedicine.medscape.com/article/1248135-overview
14.Karen.Imaging in Developmental Dysplasia of the Hip.2018.
https://emedicine.medscape.com/article/408225-overview#a2
15.Nikenejad MT,Gaillard F.Developmental Dysplasia of the Hip.
https://radiopaedia.org/articles/developmental-dysplasia-of-the-hip
16.Linda M.French.Screening for Developmental Dysplasia of the Hip.University of Iowa
College of Medicine,Lowa City. https://www.aafp.org/afp/1999/0701/p177.html
17. Omeroglu H,Use of Ultrasonography in developmental dysplasia of the hip.Departement
of Orthopedic.2014.
18. http://www.radiologyassistant.nl/en/p54ba2c50995c5/developmental-dysplasia-of-the-
hip-ultrasound.html
19. http://learningradiology.com/notes/bonenotes/conghipdysplasiapage.html
20. Starr V. Ha YB.Imaging Update on Developmental Dysplasia of the Hip With the Role
of MRI,American Journal of Roentgenology.Washington.2014
21.Storer.KS,Skggs DL.Developmental Dyplasia of the Hip.Downloaded from the American
Family Physician.www.aafp.org/afp
Starr V. Ha YB.Imaging Update on Developmental Dysplasia of the Hip With the Role
of MRI,American Journal of Roentgenology.Washington.2014

Storer.KS,Skggs DL.Developmental Dyplasia of the Hip.Downloaded from the American


Family Physician.www.aafp.org/afp

Anda mungkin juga menyukai