Peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh faktor
eksogen & endogen kelainan klinis berupa eflorensensi polimorfik ( eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) & keluhan gatal.
ETIOLOGI
Penyebab dermatitis :
Etiologi Pajanan dengan bahan yang bersifat iritan ( Bahan kimia dengan berat molekul rendah
Bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam ( bersifalt lipofilik) reaktif & dapat menem
alakali & serbuk kayu) -bus stratum korneum
Telah mengalami sensitisasi allergen
• Iritan Kuat : gejala akut • Gatal
Gambaran Klinis • Iritan Lemah : gejala kronis • Akut : eritematosa berbatas jelas & ede
• Pedih, Panas, Rasa terbakar, eritema, edema, ma, papulovesikel, vesikel-bula
bula, nekrosis • Kronik: kering, skuama, papul,
• Klasifikasi DKI 10 jenis • likenifikasi, fisura
Predileksi & Daerah yang terkena iritan Tangan,lengan,, wajah, telinga, leher,
predisposisi badan, genital, paha, tungkai bawah , siste
mik
Tatalaksana Menghindari pajanan bahan iritan Menghindari pajanan bahan allergen &
Pemakaian kortikosteroid topical pemakaian kortikosteroid topikal
https://www.aafp.org/afp/2010/0801/p249.html
Dermatitis Kontak Iritan
Iritasi fisik termasuk pendingin udara, Prosthetic limbs, pakaian pelindung personel dan trauma me
kanis berulang. Iritasi kimia termasuk deterjen, pelarut dan asam.
Dermatitis terjadi segera setelah pajanan dan tingkat keparahan bervariasi dengan jumlah, konsent
rasi, dan lama pajanan terhadap bahan yang bersangkutan.
Kontak sebelumnya tidak diperlukan, tidak seperti dermatitis alergi di mana kepekaan sebelumnya
diperlukan.
DKI AKUT DKI akut lambat (acute DKI kronik
delayed irritancy) kumulatif
Etiologi iritan kuat (asam kuat : H2SO podofilin, antralin, tretinoin, etilen oksi iritan lemah (deterjen, sabun, pe
4, HCl/ basa kuat : NaOH, KO da, benzalkonium klorida, larut, tanah, air)
as. Hidrofluorat,
H)
bulu serangga
Gejala pedih, panas, rasa terbakar, eri DKI akut tjd 8 -24 jam pasca iritan lemah
tema, edema, bula, nekrosis paparan (deterjen, sabun,
pelarut, tanah, air)
Khas : Tepi kel. Berbatas
tegas dan asimetris
Gejala monomorf skuama, eritema, vesikel, pustule, & S/S : spt dermatitis numularis
erosi Penyembuhan lambat (6 mgg / lbh); ser
ing di tangan
Dermatitis Kontak Iritan
• Histopatologik • Th/ :
– Tidak khas – Menghindari pajanan bahan iritan yg
– Dermis bagian atas tdpt vasodilatasi, sebuk menjadi penyebab
an sel MN disekitar p.d – Menyingkirkan faktor memperberat
– Eksositosis di epidermis diikuti spongiosis & – Moisturizer memperbaiki sawar kulit
edema intrasel, nekrosis epidermal – KS topical hidrokortison
– Berat vesikel dan bula isi : limfosit dan – KS dg potensi kuat utk kel. Kronis
neutrophil
• Prognosis
• D/ :
– Kurang baik bila pajanan bahan iritan
– Berdasarkan anamnesis
– tidak dpt disingkirkan DKI kronis
– DKI akut lbh mudah diketahui
– DKI kronis susah
– Patch test thd bahan yg dicurigai
Dermatitis Kontak Alergi
• Karakteristik
– Adanya paparan sebelumnya
– 48-96 jam antara kontak & perkembangan per
ubahan pada kulit
– Aktivasi dari tempat sensitisasi oleh allergen
– Alergi persisten bertahun - tahun
DKA
Gambaran Klinis Pruritus, eksim, dermatitis ( lokasi primer ditmpt paparan )
Lesi DKA bervariasi
• Fase akut : lesi ditandai dengan edema, eritema berbatas tegas & for
masi vesikel jika rupture erosi, eksudasi
• Subakut Eritema , papul2, fisura &
• likenifikasi
Fototerapi Terapi sinar dengan UVB / PUVA efektif 6-8 minggu ( 2-3 x/
minggu)
Dermatitis Atopi
EKSOGEN DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis atopik (DA) merupakan peradangan kulit yang bersifat kronis berulang, disertai rasa gatal, timbul pada
tempat predileksi tertentu dan berhubungan dengan penyakit atopi lainnya, misalnya rinitis alergi & asma bronkial.
Kelainan dapat terjadi pada semua usia, merupakan salah satu penyakit tersering pada bayi dan anak, sebanyak
45% terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan.
Terdapat 2 bentuk DA, yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Bentuk ekstrinsik didapatkan pada 70-80% pasien DA. Pada b
entuk ini terjadi sensitisasi terhadap alergen lingkungan disertai serum IgE yang meningkat
Dermatitis Atopi
• Klasifikasi
– Murni : hanya trdpt di kulit
• Instrinsik : tanpa bukti hipersensitivitas thdp alergen polivalen
dan tanpa pe↑ kadar IgE total di dalam serum
• Ekstrinsik : terbukti terdapat hipersensitivitas thd alergen hiru
p dan makanan
– DA dgn kelainanan di organ lain (asma bronkial, rhinitis alergika,
hipersensitivitas thd berbagai alergen polivalen
(hirup dan makanan))
Buku ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-7
Kriteria DIAGNOSTIK
Kriteria Diagnostik
Bila diperlukan:
1. Pemeriksaan prick test
2. Pemeriksaan atopy patch test u/ food allergy diagnosis
3. Pemeriksaan serologi: kadar IgE total dan IgE RAST
4. Eliminasi makanan
5. Open challenge test
6. Double blind placebo controlled food challenge test
KOMPLIKASI
• Komplikasi
– Dermatitis palpebra & blefaritis kronik gg penglihatan
– Keratokonjungtivitis atopik, konjungtivitis vernal
– Menggaruk mata keratokonus
– Infeksi sekunder
• Streptococci B-Hemolytic, Staphylococcus aureus
• Pytrirosporum ovale
• HSV atau vaccinia erupsi Kaposi’s varicelliform
– Hand dermatitis
• Dipicu oleh melembabakan tangan dgn mencuci tangan berulang dgn sabun, detergens dan
disinfektan
– Exfoliative dermatitis
• Karena superinfeksi dari toxin S. Aureus atau HSV, iritiasi kulit yg terus menerus, terapi yg sa
ah
PRINSIP TATALAKSANA
Berbagai faktor sprit iritasi, sensitisasi, infeksi dan terluka yang mempresipitasikan autosensitisasi
Melepaskan berbagai macam sitokin epidermal , jika sitokin epidermal mencukupi akan meningkatkan
Sensitivitas kulit terhadap stimuli non – spesifik reaksi autosensitisasi
Hipotesis :
1) Hasil uji jipersensitivitas tipe lambat pada manusia terhadap skuama autologusb
2) Gambaran histopatologik penyakit
3) Limfosit T teraktivasi ( ditemukan dalam seorang pasien dengan autosensitisasi
Gambaran Klinis 1-2 minggu stlh inflamasi akut terjadi pruritus, er
upsi eritema dengan macula, papul, vesikel