Anda di halaman 1dari 16

REFLEKSI KASUS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Ujian Kepaniteraan


Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa

Disusun Oleh :
Salsabila Ajeng Musa
15711118

Penguji :
Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH, Ph.D, Sp.KJ (K)

Pembimbing :
dr. Hj Anisa Renang Yuliati, M.Sc., Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSJD DR. RM. SOEDJARWADI JAWA TENGAH
2019

1
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Identitas Dokter Muda


Nama : Salsabila Ajeng Musa
NIM : 15711118
Stase : Ilmu Kedokteran Jiwa
Identitas Pasien
Nama : Nn. S
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa Klinis : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Pengambilan Kasus pada minggu ke-3

Jenis Refleksi yang diambil


a. Keislaman (wajib)
b. Etika / Moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (menceritakan kondisi lengkap pasien/kasus
pasien)
Keluhan Utama
Pasien datang ke RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten karena memiliki
keluhan gaduh gelisah.
Riwayat Gangguan Sekarang
Pada tahun 2004 ayah pasien mengalami sakit stroke, berdasarkan
pernyataan adik pasien, Nn. S mencoba mencari pengobatan alternatif untuk
ayahnya hingga akhirnya dikenalkan oleh temannya dengan Tn. W yang

2
dipercaya sebagai orang pintar yang dapat menyembuhkan segala jenis
penyakit. Selang beberapa bulan setelah menjalani pengobatan alternatif
dengan Tn. W, ayah Nn. S meninggal. Keluarga mengaku semua berkabung
termasuk Nn. S, namun pasien tidak berlarut dalam kesedihannya dan
melanjutkan aktivitas sehari-hari secara normal. Pasien juga tetap
berkomunikasi dan bertemu dengan Tn. W setelah ayahnya meninggal untuk
‘berguru’ agama.
Pada awal tahun 2006 pasien pertama kali mengalami gejala berupa
penarikan diri dari lingkungan pekerjaannya sebagai pedagang mainan di
pasar malam, seringkali pasien tiba-tiba pergi meninggalkan dagangannya
saat sedang berjualan untuk pergi menyendiri. Selain itu pasien yang tadinya
memiliki pribadi terbuka dan seringkali curhat mengenai berbagai
permasalahan kepada adik dan ibunya menjadi lebih pendiam dan tertutup.
Keluarga pasien tidak paham apa pemicu yang membuat Nn. S berkelakuan
tidak seperti biasanya, menurut adik pasien kemungkinan hal tersebut karena
masalah jodoh, menimbang Nn. S belum pernah menikah.
Beberapa bulan setelah gejala penarikan diri dari lingkungan sosial,
muncul gejala bingung yang berlangsung selama setengah tahun. Pasien
seringkali pergi naik sepeda lalu mengambil barang-barang yang tidak perlu
dari jalan seperti sampah dan rerumputan untuk dibawa pulang ke rumahnya,
selain itu pasien juga seringkali mengalami ketakutan akan hal yang
sebenarnya tidak ada. Menurut pernyataan adik pasien, Nn. S seringkali
merasa ketakutan sendiri ketika berada di kamar mandi. Saat di kamar mandi
Nn. S sering merasa air yang ada di bak mandinya dipenuhi cacing yang
sebenarnya tidak ada, dan hal itu tidak hanya berlangsung sekali atau dua
kali. Pada saat gejala muncul, aktivitas sosial pasien tidak mengalami
masalah dan pasien bekerja secara normal. Saat itu keluarga pasien belum
memutuskan untuk membawa pasien berobat ke dokter dan hanya dirawat
dirumah untuk diberikan pendekatan dan dukungan dari keluarga untuk
menyemangati Nn. S agar dapat kembali seperti sedia kala.

3
Awal tahun 2007 gejala yang tadinya diderita pasien menghilang dan
keadaan pasien stabil sampai tahun 2016 dimana gejala muncul lagi. Pada
tahun 2016 awalnya muncul gejala seperti orang bingung namun pasien lebih
agresif dibanding sebelumnya. Adik pasien mengaku bahwa Nn. S seringkali
memberantaki tempat tidur dan kamarnya sendiri tanpa penyebab yang jelas,
namun tidak terjadi perilaku tindak kekerasan kepada diri sendiri, keluarga
maupun lingkungan sekitar. Pasien juga seringkali mengalami perubahan
tingkah laku, terkadang seperti anak kecil dan di lain waktu seperti kakek-
kakek yang menurut penuturan adik pasien adalah perilaku ‘kesurupan’ yang
dibuat-buat. Tidak ada waktu tertentu maupun stressor tertentu yang
memunculkan gejala ‘kesurupan’ yang terjadi pada Nn. S. Pada saat itu
pasien juga seringkali pergi keluyuran sendirian saat malam hari ke wilayah
pemakaman dan saat ditemukan sedang mengambil kendi berisi air milik
makam yang baru jadi untuk dibawa pulang. Pasien juga seringkali berbicara
sendiri yang diakui sedang melihat dan komunikasi dengan makhluk gaib,
selain itu pasien juga mengaku memiliki ilmu dunia tingkat tinggi yang
diajarkan oleh Tn. W. Saat itu pasien mulai mengakui bahwa Tn. W adalah
seorang rasul bahkan seringkali menuhankan Tn. W. Pasien merasa segala
perbuatan yang ia lakukan harus dikonsultasikan kepada Tn. W terlebih
dahulu, bila tidak akan terjadi hal buruk padanya. Keluarga tidak membawa
Nn. S ke dokter dan gejala tersebut berlangsung secara stagnan hingga tahun
2018.
Pada bulan Februari 2018 keluarga memutuskan untuk membawa Nn.
S ke IGD RSJD Dr. RM. Soedjarwadi karena pasien secara spontan tanpa
alasan yang jelas pergi ke rumah juragannya dahulu saat bekerja sebagai
penjual mainan dan marah-marah hingga berbicara kasar. Pada bulan itu,
pasien juga seringkali marah-marah pada tetangganya bahkan orang yang
tidak dikenal tanpa alasan yang jelas. Gejala pasien berupa seringkali pergi
keluar sendirian pada malam hari juga masih ada saat itu. Pasien juga
berbicara sendiri dan berkata pada orang-orang bahwa dirinya memiliki ilmu
dunia karena mata batinnya telah dibuka oleh Tn. W. pasien juga mengaku

4
dapat melihat dan berbicaara makhluk gaib dan tubuhnya dapat menjadi
media untuk makhluk-makhluk tersebut hingga seringkali merasa kerasukan.
Pasien dirawat inap selama 21 hari. Saat pulang dijemput oleh Ny. K pasien
membaik total dan gejala sebelumnya tidak muncul lagi. Pasien minum obat
dan kontrol ke poli jiwa secara rutin sejak kepulangannya dari RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi. Pasien kembali beraktivitas seperti biasa dan dapat bekerja
secara normal, namun pasien juga kembali rutin bertemu dengan Tn. W.
Selang satu tahun kepulangannnya, tepatnya bulan Juli 2019 muncul
gejala bingung seperti sebelumnya. Pasien dibawa ke IGD RSJD DR. RM.
Soedjarwadi selepas maghrib karena mengamuk tanpa alasan yang jelas pada
keluarganya. Saat dibawa pasien juga masih merasa memiliki punya ilmu
dunia tinggi, mengaku dapat berbicara lewat batin dengan Tn. W serta
mengaku bahwa Tn. W dapat membaca pikirannya. Pasien merasa dapat
berbicara dan melihat makhluk gaib sehingga seringkali merasa kesurupan.
Keluarga pasien memutuskan untuk membawa Nn. S ke IGD karena
perilakunya sudah tidak dapat dikontrol oleh keluarganya lagi. Pasien
seringkali keluyuran saat malam hari dan tidak mau minum obat ataupun
kontrol poli. Pasien berkata pada keluarganya bahwa menurut Tn. W obat
yang diberikan keluarganya tidak baik untuk tubuhnya dan justru membuat
dirinya tidak sehat, sejak itu setiap disuruh minum obat oleh keluarganya
pasien malah membuang obat yang seharusnya ia minum. Pasien dirawat
inap selama 21 hari, namun saat pulang pihak keluarga mengaku bahwa tidak
ada perubahan sama sekali terhadap Nn. S. Sepulang dari rumah sakit pasien
mengaku tidak pernah meminum obat yang diberikan saat di rumah sakit.
Bulan Agustus 2019 gejala yang diderita Nn. S masih sama seperti
bulan Juli 2019. Pada tanggal 1 September 2019 keluarga memutuskan untuk
membawa Nn. S ke IGD RSJD Dr. RM. Soedjarwadi karena sudah
mengkhawatirkan pihak desa. Pasien seringkali pergi keluyuran
menggunakan sepeda motor secara mengebut dan memarahi orang-orang
yang tidak dikenal tanpa alasan yang jelas. Pasien juga seringkali meminta
jualan milik orang dan akan marah bila tidak diberikan. Pasien juga berbicara

5
sendiri dan tetap mengakui dirinya memiliki ilmu dunia, pasien merasa
memiliki banyak teman dari dunia lain dan seringkali merasa badannya
dirasuki oleh makhluk halus. Pasien mengaku kepada keluarganya dapat
berkomunikasi melalui batin dengan Tn. W dan seringkali diberi perintah
oleh Tn. W lewat batinnya. Pasien juga banyak berbicara melantur dan
mengalami peningkatan aktivitas motorik yang lebih agresif dibanding
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Riwayat Gangguan Mental sebelumnya: Pasien memiliki gangguan jiwa
sejak tahun 2006.
2. Kondisi medis: pasien tidak memiliki riwayat trauma atau penyakit lain.
Riwayat Kehidupan Pribadi :
1. Riwayat Kelahiran
Pasien merupakan anak pertama dari 6 bersaudara. Pasien lahir
cukup bulan dengan persalinan spontan. Ibu pasien tidak mengalami
keluhan apapun saat mengandung pasien. Berat badan dan panjang
badan pasien saat lahir tidak diketahui.
2. Riwayat Masa Kanak Kanak Awal
Pasien diasuh oleh ibu dan ayahnya saat masih kecil. Riwayat
pemberian ASI hingga usia 2 tahun.
3. Riwayat Masa Kanak Kanak Pertengahan
Selama bersekolah hingga SD karena ingin ikut bibinya kerja
berjualan buah di Jakarta karena mempertimbangkan masalah
perekonomian keluarga dan merasa tidak ingin membebani kedua orang
tuanya. Pasien dapat bergaul dengan teman sebayanya dan tidak pernah
memiliki masalah dengan teman-temannya. Pasien juga tidak memiliki
masalah dengan sekolah ataupun keluarga.
4. Riwayat Masa Kanak Kanak Akhir
Setelah ikut bibinya berjualan buah selama beberapa tahun, pasien
diajak oleh kakak sepupunya untuk pindah kerja ke pabrik sepatu di
bagian produksi. Saat itu komunikasi pasien dengan keluarganya di

6
Klaten baik, pasien pulang beberapa bulan sekali sekedar untuk
menjenguk keluarganya. Pasien mengalami menstruasi saat di Jakarta
namun keluarga pasien lupa pada usia berapa. Pasien juga terkadang
bercerita memiliki teman dekat laki-laki namun belum ada yang serius.
Adik pasien bercerita bahwa hubungan Nn. S dengan adiknya yang
pertama, Tn. S kurang baik karena sering adu mulut walaupun akhirnya
berdamai lagi. Penyebab adu mulut antara pasien dengan adiknya yang
pertama bermacam-macam dan seringkali hal yang sepele Riwayat
Masa Dewasa
a. Pekerjaan : Saat ini pasien tidak bekerja, pasien pernah
bekerja sebagai penjual buah bersama bibinya
di Jakarta selepas lulus SD. Setelah itu pasien
ikut dengan kakak sepupunya bekerja di pabrik
sepatu bagian produksi selama 5 tahun lalu
pulang ke Klaten. Saat di Klaten, pasien bekerja
di PT Rumpun bidang perkayuan bagian
produksi lalu mengalami PHK pada tahun
2007/2008. Saat mengalami PHK pasien tidak
berlarut dalam kesedihan karena segera mencari
pekerjaan baru yaitu menjadi penjual mainan di
Pasar Malam.
b. Pernikahan : Pasien belum pernah menikah. Saat muda
pasien pernah memiliki teman dekat laki-laki
namun tidak ada yang serius. Terakhir tahun
2014/2015 pasien mengaku pada adiknya
memiliki teman dekat dan sudah sampai tahap
pertunangan namun saat keluarga dari kedua
pihak akan berembuk untuk membicarakan
tentang lamaran pasien memutuskan untuk
membatalkan pertunangan karena pengaruh Tn.
W yang menjanjikan akan menjodohkannya

7
dengan orang lain yang lebih baik, namun
hingga saat ini Tn. W belum pernah menepati
janjinya.
c. Riwayat Pendidikan : Pendidikan terakhir pasien SD
d. Agama : Pasien menganut agama Islam. Sebelum
hingga sesudah pasien mengalami gangguan
jiwa pasien merupakan pribadi yang rajin
beribadah, mengaji dan mendengarkan berbagai
ceramah
e. Hukum : Pasien tidak pernah bermasalah dengan
hukum.
f. Faktor psikososial : Pasien sebelumnya merupakan pribadi yang
baik dan sayang dengan keluarganya, saat
ayahnya sakit pasien mencoba mencari
pengobatan alternatif untuk kesembuhan
ayahnya dan saat itu pasien dikenalkan oleh
temannya dengan Tn. W yang mengaku sebagai
orang pintar dan dapat menyembuhkan segala
penyakit. Setelah ayah pasien meninggal,
pasien tetap berkomunikasi dan bertemu dengan
Tn. W yang awalnya dipercaya sebagai seorang
ustadz. Setelah beberapa tahun ‘berguru’
dengan Tn. W pasien mulai merasa bahwa ia
memiliki kekuatan ilmu dunia dan dapat
berkomunikasi dengan makhluk gaib. Pasien
juga mulai menganggap Tn. W seorang rasul
dan seolah-olah menuhankan Tn. W. Keluarga
menyangkal adanya masalah internal dalam
hubungan keluarga yang dapat menjadi
pencetus gejala Nn. S, keluarga mengaku Nn. S
menjadi berubah semenjak bertemu secara

8
intens dengan Tn. W namun keluarga tidak tahu
ilmu dan doktrin apa yang diberikan Tn. W
terhadap Nn. S. Keluarga mengaku tidak
memiliki kontak Tn. W karena merasa takut dan
tidak percaya dengan ilmu Tn. W. Pasien
menyatakan pada pemeriksa bahwa ia
menganggap Tn. W sudah seperti bapaknya
sendiri sejak ia kehilangan ayahnya.

Status Psikiatri:
A. Deskripsi umum
1. Kesan umum :Perempuan, 46 tahun, berpenampilan sesuai usia
dan rawat diri cukup
2. Kesadaran : Composmentis E4V5M6, berubah
3. Orientasi: Baik, pasien dapat mengenali pemeriksa, tempat
pasien berada, waktu, dan suasana saat pemeriksaan.
4. Sikap dan Tingkah Laku: Kooperatif, Normoaktif
5. Pembicaraan : Intonasi cukup, nada dan volume cukup, kata
yang diucapkan sedikit kurang jelas karena bicara terlalu cepat.
B. Alam Perasaan
1. Mood : Eutimik
2. Afek : Luas
3. Keserasian afek : appropriate
C. Fungsi Kognitif
1. Daya konsentrasi : Baik, dapat berbicara dan menjawab
pertanyaan pemeriksa
2. Daya ingat: Baik.
3. Pikiran Abstrak : Baik.
D. Proses Berpikir
1. Bentuk pikir : Non-Realistik
2. Isi Pikir :

9
Waham kebesaran: pasien merasa dirinya memiliki ilmu yang
dapat mengontrol lingkungan sekitarnya.
Waham kendali pikir: pasien menyebutkan pernah ke kuburan
lalu memutari keranda karena merasa kesurupan oleh setan dan
tubuhnya serta tindakannya dikendalikan oleh setan. Selain itu
pasien juga mengaku pernah disuruh menjadi mayat oleh
genderuwo.
Waham kejar: pasien merasa tetangganya yang bernama Tn. P
ingin membunuh dirinya, namun saat ditanyakan alasannya
pasien berkata tidak tahu.
Waham curiga: pasien merasa adiknya, Tn. S mengambil harta
dan rumah miliknya. Saat wawancara pemeriksa sempat menulis
nama pasien di kertas dan pasien melarang pemeriksa karena
merasa bila ada orang yang membaca namanya ia akan dibunuh.
3. Arus Pikir :
Magical Thinking: pasien mengaku seringkali mengalami
kesurupan dan disuruh menjadi mayat oleh genderuwo.
E. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : (-)
2. Ilusi : (-)
F. Perhatian
Mudah ditarik mudah dicantum
G. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu : pasien dapat mengendalikan emosi
H. Daya nilai
- Sosial : Baik, pasien mengatakan jika menemukan
dompet di jalan akan mengembalikan kepada pemiliknya atau
diberikan ke polisi.
- Uji daya nilai : Baik, pasien dapat membedakan hal baik dan
hal buruk.
- Penilaian realitas : Baik, pasien dapat menilai realita.

10
I. Insight
Buruk, didapatkan tilikan derajat I (pasien menyangkal total bahwa
dirinya sakit)

Diagnosis Banding :
1. F.20.0 Skizofrenia Paranoid
2. F.25.0 Gangguan Skizoafektif tipe Manik
Diagnosis Multiaksial :
Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri Kepribadian dependen
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan psikososial dan lingkungan lain
Aksis V : (GAF 70 – 61) Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi secara umum masih ringan.
Terapi :
Haloperidol Tab 2 x 5 mg
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg

Prognosis :
Ad Vitam : bonam
Ad Sanam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam

2. Latar belakang / alasan ketertarikan pemilihan kasus


Berdasarkan data WHO 2016, jumlah penderita skizofrenia di dunia
adalah 21 juta penduduk. Pasien pada kasus ini merupakan penderita
skizofrenia paranoid dan memiliki ciri kepribadian dependen. Selain itu, dilihat
dari salah satu faktor predisposisi kekambuhan penyakit pasien adalah karena
pasien masih sering bertemu Tn. W selaku seseorang yang ia percaya sebagai

11
Rasul dan keluarga mengaku bahwa Nn. S diberikan doktrin-doktrin tertentu
yang menyimpang dari ajaran agama yang dianut, hal tersebut membuat pasien
terkadang mengalami disabilitas dalam kehidupan sehari-harinya terutama
dalam bersosialisasi dan bekerja. Saya tertarik untuk mengetahui pandangan
kasus ini dari segi sosial ekonomi dan keislaman dalam menyikapi penderita
skizofrenia paranoid dengan ciri kepribadian dependen.

3. Refleksi dari aspek etika/medikolegal/sosial ekonomi serta penjelasan


evidence / referensi yang sesuai
*pilih minimal satu
Aspek Sosial
Diagnosis skizofrenia yang diderita pasien awalnya dipicu karena
beberapa stresor, salah satunya adalah kematian ayahnya. Setelah kematian
ayahnya ia merasa kehilangan, namun mendapatkan sosok ayah dari Tn. W.
Pasien mendapatkan doktrin ajaran-ajaran yang menyimpang sampai
menuhankan Tn. W, ia percaya segala sesuatu yang ia lakukan harus
dikonsultasikan terlebih dahulu pada Tn. W. Sejak berhubungan secara
intens dengan Tn. W pasien memiliki ciri kepribadian dependen, dimana ia
memiliki perasaan tidak berdaya bila sendirian, keterbatasan kemampuan
untuk membuat keputusan sehari-hari, serta mendorong dan membiarkan
orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan penting bagi dirinya,
beberapa contohnya seperti kemana pasien boleh pergi sehari-hari hingga
masalah jodoh. Pasien bahkan sampai takut bila tidak bertanya atau
berkonsultasi pada Tn. W akan terjadi sesuatu hal buruk yang terjadi
padanya.
Sebagai anak pertama, hingga kini pasien belum kunjung menikah
walau sebelumnya sempat menjalin beberapa hubungan dengan lelaki
bahkan ada yang hampir ke tahap serius namun saat mau melangsungkan
proses lamaran pasien memutuskan hubungan dengan teman lelakinya
dengan alasan menurut Tn. W calon suaminya bukan orang yang baik. Tn.

12
W bahkan menjanjikan pasien akan mempertemukan pasien dengan lelaki
yang tepat, namun hingga kini janji tersebut belum ditepati. Penelitian
menyebutkan bahwa ciri kepribadian dependen dapat muncul saat seseorang
terus-menerus dipaparkan dengan keadaan yang membuat dirinya merasa
kecil atau tidak berdaya, hingga percaya bahwa ia tidak dapat membuat
keputusan untuk dirinya sendiri. Ciri kepribadian dependen memang
menjadi salah satu faktor risiko terjadinya skizofrenia. Oleh karena itu,
seseorang dengan ciri kepribadian dependen akan lebih baik bila mengenali
kepribadian yang karakteristiknya merupakan pribadi yang selalu
menggantungkan dirinya pada orang lain. Setelah seseorang mengetahui
kekurangan yang dimiliki dalam dirinya, diharapkan pasien dengan bantuan
keluarga dan kerabat terdekat dapat perlahan menghindari stresor atau subjek
yang digantungkan oleh pasien karena bila pasien terus terpapar atau
bertemu dengan orang tempat ia bergantung, ia akan terus merasa dirinya
tidak berdaya dan percaya bahwa ia harus membutuhkan bantuan orang lain
untuk mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

Aspek Ekonomi
Saat ini pasien belum berkeluarga dan tidak bekerja, ia tinggal
bersama ibunya yang tidak bekerja juga. Sebelumnya pasien sempat bekerja
sebagai penjual mainan di Pasar Malam, namun hal tersebut tidak bertahan
lama karena penyakit yang dideritanya. Untuk saat ini perekonomian pasien
menjadi bergantung pada adik-adiknya.
Status ekonomi yang rendah memiliki risiko 6 kali untuk mengalami
gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan status ekonomi tinggi. Beberapa
ahli tidak mempertimbangkan kemiskinan atau status ekonomi rendah
sebagai faktor risiko, namun faktor yang menyertai dan bertanggung jawab
atas timbulnya gangguan kesehatan. Himpitan ekonomi memicu seseorang
menjadi rentan terhadap berbagai peristiwa yang menyebabkan gangguan
jiwa.

13
4. Refleksi keislaman beserta penjelasan evidence yang sesuai
Tujuan utama penciptaan manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah
Ta’ala semata. Sangat penting untuk diketahui bahwa ibadah yang kita lakukan akan
menjadi sia-sia apabila tercampur dengan kemusyrikan. Apabila suatu ibadah bercampur
dengan kemusyrikan, maka ibadah kita tidak akan diterima. Karena suatu ibadah tidaklah
bermanfaat bagi pelakunya kecuali jika disertai dengan keikhlasan dan tauhid.
Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S Al-An’am ayat 88.

Artinya: “Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan
Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
Syirik, atau menyekutukan Allah dikatakan dosa dan kezhaliman yang paling besar,
karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq (pencipta) pada hal-hal yang khusus bagi
Allah Ta’ala. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia tidak akan
diampuni sebelum bertaubat kepada Allah. Dalam Q.S An-Nisaa’ ayat 48, Allah
berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar.”
Ketika Allah Ta’ala melarang kita untuk berbuat syirik, maka hal itu menunjukkan
bahwa Allah Ta’ala tidak ridho disekutukan dengan apapun dalam ibadah kepada-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

14
Artinya: “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,’Aku tidaklah butuh adanya tandingan-
tandingan. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal dalam keadaan menyekutukan Aku
dengan selain Aku, maka Aku akan meninggalkan dia dan perbuatan syiriknya itu.” (HR.
Muslim no. 7666)
Oleh karena itu, apabila ada sekelompok masyarakat yang rajin shalat, puasa,
bersyahadat, dan berhaji ke baitullah namun di sisi lain mereka juga berdoa meminta
kepada penghuni kubur, orang pintar, dukun, maka semua ibadahnya itu sia-sia semata.
Hal ini karena mereka menyekutukan Allah Ta’ala dengan mengotori ibadah mereka
dengan perbuatan syirik.
Allah Ta’ala tidak akan pernah ridha dengan kemusyrikan, meskipun yang
dijadikan sebagai sekutu itu adalah malaikat yang paling mulia –yaitu
Jibril ‘alaihissalaam- atau salah seorang Nabi yang diutus, seperti Muhammad, ‘Isa,
Nuh, Ibrahim, dan selainnya.
Lalu, bagaimana lagi jika yang dijadikan sebagai sekutu itu adalah selain malaikat
dan para nabi, seperti wali dan orang shalih yang kedudukannya tentu sangat jauh di bawah
mereka? Tentu Allah Ta’ala lebih tidak ridha lagi dengan hal itu. Maka hal ini adalah
bantahan atas anggapan sebagian orang yang menganggap bahwa syirik itu baru disebut
sebagai syirik jika yang disembah adalah batu, pohon, patung dan sejenisnya namun bila
yang disembah adalah malaikat, nabi, orang shalih maka hal itu bukan syirik. Anggapan
tersebut merupakan anggapan yang tidak benar, sesuai firman Allah Ta’alla dalam Q.S
Al-jin ayat 18:

Artinya: “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah
kamu menyembah seseorangpun di dalamnya disamping (menyembah) Allah.”
Dalam kasus ini, pasien berbuat syirik dengan cara mempercayai orang pintar yang
berinisial Tn. W. Pasien bahkan sempat menuhankan Tn. W dan percaya bahwa segala
tindakan yang ia lakukan harus mendapatkan persetujuan Tn. W, bila tidak, akan terjadi

15
hal buruk padanya. Padahal sesuai dengan ayat dan hadist yang disebutkan di atas,
perbuatan mempercayai selain Allah merupakan dosa besar dan dibenci oleh Allah, selain
itu syirik dapat menyesatkan kita ke jalan yang tidak diridhoi Allah. Oleh karena itu, agar
amalan tabungan kita kelak di hari akhir tidak sia-sia, sebagai seorang muslim yang baik
kita hrus memperkuat iman kita agar tidak mudah goyah saat bertemu dengan kekuatan
‘duniawi’, karena niscaya kita dan alam semesta merupakan milik Allah swt semata.

Umpan Balik dari Penguji

Klaten, 4 Oktober 2019


Dokter Penguji Dokter Muda

Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH, Ph.D, Sp.KJ (K) Salsabila Ajeng Musa

16

Anda mungkin juga menyukai