OLEH :
Jans Goldman Wattimena
C111 14 012
PEMBIMBING RESIDEN :
dr. Yazzit Mahri
SUPERVISOR :
dr. Nurindah Kadir, M.Kes, SpKJ
Mengetahui,
Pembimbing Supervisor Pembimbing Residen
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
LAPORAN PSIKIATRI
I. Identitas Pasien 1
IX. Prognosis 12
X. Follow up 12
DAFTAR PUSTAKA 25
REFERAT
iii
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 31 Desember 1965
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Wiraswasta (jual bahan campuran, jual bensin,
supir ojek)
Diagnosis Sementara : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada tanggal
27 Januari 2018, diantar oleh anak keduanya.
1
A. Keluhan Utama
Mengamuk
2
anaknya pasien kadang kaku dan jatuh ketika mengonsumsi obat warna
oranye. Semenjak mengonsumsi obat pasien sudah mulai berkurang
gejala mengamuknya serta gejala lainnya. Namun kadang kambuh lagi
ketika pasien mengalami kondisi yang membuat stres. Pasien kadang
tidak teratur minum obat.
Riwayat kelahiran pasien normal yaitu dengan ditolong oleh
dukun bayi,kemudian riwayat ASI cukup. Pendidikan terakhir pasien
adalah lulus SD. Pasien sebelum sakit adalah seorang pribadi yang
ramah dan mudah bergaul dengan orang-orang namun cukup pendiam
di dalam keluarga dan mempunyai beberapa usaha kecil-kecilan (sering
mengganti usaha). Pasien diketahui punya banyak utang.
Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara (♂,♀,♀).
Pasien sudah menikah dan mempunyai 5 orang anak (♂,♀,♀,♀,♀).
Hubungan dengan keluarga baik namun akhir-akhir ini sering beradu
mulut dengan saudaranya di Kalimantan semenjak pasien mencari kerja
di Kalimantan. Tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga.
2. Hendaya dan disfungsi
Ada hendaya sosial
Ada hendaya pekerjaan
Ada hendaya gangguan waktu senggang
3. Faktor stress psikososial
Semua usaha pasien bankrut, mempunyai banyak utang dan konflik
dengan saudara
4. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis
sebelumnya :
Tidak ada riwayat infeksi
Tidak ada riwayat trauma kapitis
Tidak ada riwayat kejang
Ada riwayat penyalahgunaan NAPZA (yaitu merokok sejak pasien
mulai berubah perilakunya yaitu tahun 2017 dan biasanya 1 bungkus
per hari)
3
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik bermakna, seperti
infeksi, trauma kapitis dan kejang
2. Riwayat Penggunaan NAPZA
Ditemukan adanya riwayat penggunaan NAPZA lebih tepatnya
golongan zat adiktif lainnya yaitu rokok. Pasien merokok sejak tahun
2017.
3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Tidak ada gangguan psikiatri sebelumnya
D. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir normal di rumah sakit dibantu oleh dukun bayi pada
tanggal 31 Desember 1965. Lahir cukup bulan dan tidak ditemukan
adanya cacat lahir ataupun kelainan bawaan. Pasien minum ASI.
Pertumbuhan dan perkembangan baik.
2. Riwayat Masa Kanak Awal ( sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)
Pasien dirawat oleh kedua orangtuanya. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien pada masa anak-anak awal seperti berjalan dan
berbicara sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada
masalah perilaku yang menonjol. Waktu kecil mampu bermain bersama
saudara dan teman sebayanya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11 tahun)
Pasien dirawat oleh kedua orangtuanya. Tidak ada masalah
perilaku yang menonjol. Pasien rajin membantu orang tua, taat
beribadah, dan mampu bergaul dengan teman sebayanya.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( usia 12-18 tahun)
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya. Tidak ada masalah
perilaku yang menonjol. Pasien rajin membantu orang tua, taat
beribadah, dan mampu bergaul dengan teman sebayanya.
4
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan : Wiraswasta (jual bahan campuran,jual
bensin,ojek)
b. Riwayat Pendidikan : SD
c. Riwayat Agama : Pasien memeluk agama Islam.
d. Hobbi : Nonton acara dangdut
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien anak pertama dari tiga bersaudara (♂,♀,♀), Pasien sudah menikah
dan dikaruniai 5 orang anak (♂,♀,♀,♀,♀) Hubungan dengan keluarga
baik. Tapi setelah usaha pasien bankrut kemudian pasien ke Kalimantan
untuk mencari kerja, hubungan dengan saudaranya di Kalimantan kurang
baik (sering beradu mulut).
Genogram :
Keterangan :
Pasien (Tn. A)
Laki-laki
Perempuan
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama istrinya dan anak ketiga dan keempatnya di Luwu
Utara
G. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa dirinya sehat dan mengaku pura-pura gila supaya dibawa
masuk RS jiwa dan bisa minta modal untuk membuat usaha.
5
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (27 Januari 2018)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Tampak seorang laki-laki berusia 52 tahun berkumis dan rambut agak
botak di bagian depan kepala, memakai baju kaos biru lengan pendek,
celana jeans pendek berwarna biru pudar, warna kulit sawo matang,
wajah sesuai umur, perawakan agak kekar, perawatan diri cukup bagus.
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien cukup tenang, kontak mata dengan pemeriksa cukup.
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi tinggi
5. Sikap terhadap pemeriksa
Cukup kooperatif
6
4. Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri: cukup
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi audiotorik (+) suara tidak jelas
Halusinasi taktil (+) pasien merasa tangan
kanannya ditusuk-tusuk terus menerus
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontuinitas : Relevan, kadang asosiasi longgar
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi Pikiran
Preokupasi : tidak ditemukan
Gangguan isi pikiran : Waham kejar (pasien yakin tetangganya
sangat cemburu dengan usahanya sehingga usahanya bankrut dan
Waham kebesaran (pasien meyakini bisa menyembuhkan penyakit
dan yakin dirinya adalah bos dan artis) serta waham bizzare (yakin
dirinya dalah Tuhan)
F. Pengendalian Impuls : terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : terganggu
2. Uji daya nilai : terganggu
7
3. Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 1
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
8
merasa dirinya seorang bos, artis dan Tuhan. Pasien meyakini kalau
tetangganya sangat cemburu dengan usahanya sehingga usahanya bankrut.
Pasien berteriak dan mengatakan Evi masamba (artis dangdut) adalah istrinya
dan biasanya menyanyi lagu dangdut. Sering kali juga pasien berteriak
memanggil-manggil nama-nama presiden Soeharto,Megawati,Jokowi dan
Jusuf Kalla. Semenjak itu (tahun 2017) pasien kembali ke luwu utara
(rumahnya) dan dibantu oleh anaknya berobat ke dokter dan diberikan obat
berwarna oranye dan putih. Tapi menurut anaknya pasien sering kaku dan
pingsan ketika mengonsumsi obat itu. Pasien tidak teratur minum obat.
Pasien diketahui punya banyak utang.
Pada pemeriksaan status mental diperoleh kesadaran berubah, mood
sulit dinilai, afek tumpul, empati tidak dapat dirabarasakan. Pikiran abstrak
baik dan kemampuan menolong diri cukup. Gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik mendengar suara-suara tapi tidak dan halusinasi taktil
dimana pasien merasa tangan kanannya seperti ditusuk-tusuk terus. Proses
berpikir produktivitas cukup, kontinuitas relevan tapi kadang asosiasi
longgar.Terdapat waham kejar yaitu pasien yakin tetangganya sangat
cemburu terhadap usahanya sehingga usahanya bankrut dan waham
kebesaran yaitu pasien yakin dirinya bos dan artis serta bisa menyembuhkan
penyakit dan ada waham bizzare yaitu yakin dirinya Tuhan. Pengendalian
impuls terganggu, penilaian realita terganggu. Tilikan derajat 1 yaitu pasien
menyangkal ataupun sama sekali tidak merasa sakit.Taraf dapat dipercaya
yaitu dapat dipercaya.
9
penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita Gangguan jiwa.
Pada pasien ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realitas
berupa waham sehingga digolongkan ke dalam gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang dapat
menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat
disingkirkan dan pasien dapat didiagnosis sebagai gangguan jiwa psikotik
non organik. dapat disingkirkan dan pasien digolongkan ke dalam
gangguan jiwa psikotik non organik.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya waham kebesaran
yaitu yakin dirinya bos dan artis serta bisa menyembuhkan penyakit,
waham bizzare dimana pasien yakin dirinya Tuhan kemudian ditemukan
waham kejaran dimana pasien yakin tetangganya sangat cemburu dengan
usahanya sehingga usahanya bankrut sehingga berdasarkan PPDGJ III
pasien didiagnosis sebagai gangguan skizofrenia. Adanya waham kejar
sehingga berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa
(PPDGJ III) diagnosis diarahkan pada gangguan skizofrenia paranoid
(F20.0).
Aksis II
Pasien merupakan pribadi yang sabar, suka bergaul dengan orang lain,
ramah dan rajin. Tidak terdapat informasi yang cukup untuk
mengkategorikan ke dalam gangguan kepribadian khas. Ciri kepribadian
belum dapat ditentukan.
Aksis III
Tidak terdapat gangguan fisik
Aksis IV
Semua usaha-usaha pasien bankrut, mempunyai banyak utang dan konflik
dengan saudara
Aksis V
GAF Scale (Global Assesment Functioning) Scale 50-41 gejala berat,
disabilitas berat.
10
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik :
Tidak terdapat kelainan yang spesifik, namun diduga terdapat
ketidakseimbangan antara neurotransmitter maka pasien memerlukan
farmakoterapi.
2. Psikologi :
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita yaitu waham
bizzare,waham kebesaran,waham kejar sehingga pasien sehingga pasien
memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik :
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan
penggunaan waktu senggang sehingga pasien memerlukan sosioterapi.
11
IX. PROGNOSIS
Dari hasil alloanamnesis, didapatkan keadaan-keadaan berikut ini
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
a. Faktor pendukung :
Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
Kepatuhan minum obat
Ada peran aktif keluarga dalam untuk membantu pasien sembuh
Terjalinnya komunikasi efektif dalam hubungan dokter dan pasien
dalam penanganan
b. Faktor penghambat :
Pasien kurang mengerti tentang gangguan yang ia derita
Keadaan ekonomi pasien yang kurang
Pasien yakin dirinya sehat bahkan mengaku pura-pura gila
Pasien biasanya tidak teratur minum obat yang diberikan
Pasien kalau ada masalah menutup diri
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain
itu menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping obat yang diberikan serta
memperhatikan tanda-tanda EPS.
12
yang tak tergolongkan, dan depresi pasca skizofrenia.2 Berdasarkan DSM V,
kriteria diagnosis skizofrenia:
a. 2 atau lebih gejala di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami selama
kurang lebih 1 bulan. Di antaranya:
- Waham
- Halusinasi
- Inkohorensia
- Tingkah laku katatonik
- Gejala-gejala negative seperti menyusutnya emosi, dll.
b. Untuk hasil yang lebih signifikan onset masalah tersebut, akan
mengganggu fungsi level satu atau dua lebih area seperti pekerjaan,
hubungan dengan relasi atau diri sendiri.
c. Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan
d. Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak
sering.
e. Masalah tidak diakibatkan oleh penggunaan zat ataupun obat-obatan.
f. Jika terdapat riwayat autisme atau gangguan komunikasi di masa kanak
maka tambahan diagnosis skizofrenia dilakukan jika waham atau
halusinasi dominan yang berlangsung paling kurang 1 bulan3
Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan
khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul.4 Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi simtom
skizofrenia dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara
bersama-sama untuk diagnosis. Cara diagnosis pasien skizofrenia menrut PPGDJ
III antara lain;3
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
13
Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal)
Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya.
b. Waham dikendalikan (delusion of control). waham dipengaruhi (delusion of
influence), delusion of passivity, delusional perception
c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku
pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri. atau jenis
suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian rubuh;
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak
wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas
keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan "manusia super"
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain);
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas
dalam kurun waktu satu bulan atau lebih;
a. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas. apabila disenai baik oleh
waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over valued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus-menerus;
b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidakrelevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor;
d. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatis), pembicaraan
yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
14
e. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.
15
Lalu terpenuhi juga kriteria dimana pasien terdapat perubahan yang konsisten
dan bermakna dalam aspek perilaku. Adanya waham kejar sehingga
berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III)
diagnosis diarahkan pada gangguan skizofrenia paranoid (F20.0). Disini
pasien punya waham kejar dimana pasien yakin tetangganya sangat cemburu
dengan usahanya sehingga usahanya bankrut.
Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol sehingga digunakan obat anti-
psikosis tipikal yaitu Haloperidol yang merupakan obat golongan butyrophenon
dan klorpromazin obat golongan phenothiazine.6 Kedua obat ini sama kuat
menurunkan ambang rangsang konvulsi, memperlambat dan menghambat jumlah
gelombang teta dan sama-sama memiliki efek sedatif dimana klorpromazin efek
sedasinya lebih kuat dibandingkan Haloperidol. haloperidol selain menghambat
efek dopamine juga bisa meningkatkan turn over ratenya, efek sampingnya dapat
menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang tinggi.7 Klorpromazin
menimbulkan efek sedasi atau menenangkan, batas keamanan obat ini cukup lebar
sehingga obat ini cukup aman, efek samping berupa gejala seperti icterus,
dermatitis, dan leukopenia mungkin timbul.8
Pada pasien ini masuk dengan keluhan mengamuk, gelisah dan mondar-
mandir karena suara-suara yang ia dengar, dengan pemberian obat ini dapat
menenangkan pasien sehingga suara-suara yang di dengar berkurang atau hilang
dan pasien dapat tenang beristirahat. selain itu ada riwayat penggunaan obat anti-
psikosis sebelumnya, jenis obat anti-psikosis yang sudah terbukti efektif dan
ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian
sekarang.9 Selain itu diberikan juga psikoterapi karena dalam penyakit jiwa
psikoterapi merupakan tatalaksana tapi tidak dapat dipungkiri psikofarmaka
adalah yang pertama. 10
16
XII. LAMPIRAN WAWANCARA
ALLOANAMNESIS
*Alloanamnesis pertama kali dilakukan oleh pemeriksa di IGD RSKD Dadi pada
pukul 23.55WITA Sabtu,27 Januari 2018 kepada anak pasien yang mengantar
atas nama Nn. DC
DM : Selamat malam bu. Perkenalkan saya dokter muda J. Silahkan duduk
bu. Kalau boleh tau siapa namata’?
DC : Saya DC.
DM : Kita siapanya pasien?
DC : Saya anaknya
DM : Tabe bu boleh saya tanya-tanyaki?
DC : Ie silahkan dok
DM : Siapa namanya bapak ta’?
DC : Pak A
DM : Tanggal berapa na lahir?umur berapami?
DC : 31 Desember 1965
DM : Apa pendidikan terakhirnya bapakta?
DC : SD
DM : Apa pekerjaanya bapakta?
DC : Usaha jual-jualan ji dok. Jual bahan campuran
DM : Jual bahan campuran maksudnya bahan bangunan bu?
DC : Maksudku jual campur-campurki, jadi banyak barang na jual. Terus
juga jual bensin dengan biasa ngojekki.
DM : Bu kalau tau kenapaki bapakta’? kenapaki bawa kesini?
DC : Ini dok mengamukki bapakku. Tiba-tibaki mengamuk pas jam 8 malam
ini hari. Padahal baruki tiba dirumahku. Dariki luwu
DM : Oh bapakta’ tinggal di luwu terus datangki kunjungiki?
DC : Ie’ begitu memang ka menikah ma jadi tinggal dimakassar. Bapakku di
luwu tinggal sama mamakku dengan adek-adekku.
DM : Sudah berapa kalimi kita bawa bapakta ke sini bu?
DC : Ini baru pertama kali
17
DM : Kenapa ki mengamuk bapakkta?
DC : Tidak tau juga dok. Iniji baru tiba dirumahku terus merokokki. Baru pas
habis rokoknya langsung mengamuk marah-marah. Kubicarai malah
tambah mengamuk.
DM : Bagaimana mengamuknya itu? Lempar-lempar barangki?
DC : Betul dok lemparki barang-barang yang ada di dekatnya. Teriak-
teriakki juga baru bicara-bicara sendiri.
DM : Apa nabilang itu pas teriak-teriak dengan bicara-bicara sendiri bu?
DC : Teriak-teriak saja baru biasa nabilang tidak ada utangku. Pergi kau!
DM : Mondar-mandir ki juga bapakta?
DC : Ie mondar mandir ki.
DM : Mondar-mandirnya itu dimana?
DC : Dalam rumah dok
DM : Bagaimana tidurnya bapakta’?
DC : Waktu di luwu kulihat baikji
DM : Bagaimana makan dengan mandinya?
DC : Makanji tapi ini kulihat kayaknya malaski mandi.
DM : Bu sejak kapan ini bapakta kita lihat begini atau mulai aneh-aneh?
DC : Sejak tahun lalumi dok. Tahun 2017. Bapakku adami begini-begini
gampangki emosian dengan biasa bicara-bicara sendiri
DM : Kira-kira apa yang menyebabkan bapakta begitu? Ada masalahnya?
DC : Kalau kulihat ia karena usahanya bankrut. Ka sekarang ini, tahun ini
tidak adami kerjanya kodong. Tahun lalu itu pernah bapakku minta
modal ke mamakku untuk buat usaha tapi mamakku tidak kasihki uang.
Terus tidak lama kemudian bankrutki usaha-usahanya bapakku. Sejak
itu pergiki ke Kalimantan di saudaranya di Kalimantan untuk cari kerja.
Tapi apa na dapat malah beradu mulutki dengan saudaranya. Disitumi
mulai streski bapakku. Jadiki murung,pendiam, emosian dengan bicara-
bicara sendiri. Jadi kembaliki ke kampung terus kutemaniki berobat di
dokter.
DM : Oh pernahmi berobat di luwu di’. Obat apa dikasihkanki?
18
DC : Kulupa juga namanya. Tapi itu obatnya warena oranye dengan putih.
Tapi dok biasa kalau minumki itu obat oranyenya kakuki bapakku
dengan jatuhki.
DM : Teratur ji ka minum obat?
DC : Kadang tidak teraturki. Ini ji semangat minum obat kalau kutemaniki di
luwu beli obat.
DM : Bu ini bapakta ada biasa na dengar-dengar suara?
DC : Pernah kutanyakki apa siapa na temani cerita kalau bicara sendiri. Terus
nabilang ada suara-suara na dengar tapi tidak jelas. Itumi teriakki biasa
saya tidak punya utang. Pergi kau! Eh ia dok ini bapakku biasa bilang
bisa sembuhkan penyakit. Tingkah lakunya juga kayak bos ki. Biasa
nabilang saya bos. Malah biasa juga biasa nabilang saya artis,
saya Tuhan.
DM : Bu bapakta’ kita tau lahir normal atau operasi?
DC : Oh kalau itu tidak kutauki dok.
DM : Bagaimana pergaulannya ini bapakta sebelumnya sakit begini?
DC : Bapakku itu baikki. Banyakji temannya tapi pendiamki kalau ke
keluarga. Pekerja keras juga. Tapi itumi banyak ki juga utangnya.
Mungkin juga itumi na sakitki.
DM : Bu ini bapakta berapa bersaudara?anak ke berapaki?
DC : 3 bersaudara ki baru dia anak pertama.
DM : Adeknya yang ke-2 dengan ke-3 laki-laki atau perempuan?
DC : Diaji sendiri laki-laki.
DM : Maaf ini bu. Sudah berapa kali bapakta menikah?
DC : Satu kali ji. Satu ji isterinya.
DM : Berapaki bersaudara? Anak keberapaki?
DC : 5 bersaudara Saya anak ke-2 dok.
DM : Anak ke-1,ke-3,ke-4,ke-5 perempuan atau laki-laki?
DC : Yang pertama laki-laki. Yang lain saudaraku perempuan semuami.
DM : Bu ini bapakta bagaimana hubungannya dengan istrinya terus
bagaimana juga hubungannya ke saudara-saudaranya dan keluarganya?
19
DC : Baikji hubungannya bapakku dengan mamaku terus ke keluarganya
juga baikji. Cuma itumi pas ke kalimantanki beradu mulutki dengan
saudaranya di kalimantan.
DM : Ada pernah di keluarga ta juga yang sakitnya seperti bapakta?
DC : Tidak adaji dok.
DM : Bapakta pernah demam tinggi sampai dirawat di rumah sakit?
DC : Tidak pernahji dok
DM : Pernah kecelakaan atau jatuh sampai tertumbuk kepalanya bapakta?
DC : Seingatku tidak pernah
DM : Kalau kejang bu pernah bapakta?
DC : Tidak ji dok
DM : Minum minuman keras bapakta atau maaf bu pernah konsumsi obat
terlarang atau narkoba bu?
DC : Kalau begituan tidak ji dok
DM : Merokok bapakta?
DC : Barusan ji ini merokok semenjak sakitki tahun lalu
DM : Berapa bungkus 1 hari itu rokoknya bapakta?
DC : Biasanya 1 bungkus ia dok.
DM : Baik bu terima kasih banyak bu. Nanti kami periksa dulu bapakta.
DC : Ie dok sama-sama
AUTOANAMNESIS
*Autoanamnesis pertama kali dilakukan oleh pemeriksa di IGD RSKD Dadi
ruang observasi (pasien masih difiksasi) pukul 05.30 WITA hari Minggu
tanggal 28 Januari 2018
Keterangan :
DM : Dokter Muda
P : Pasien
Autoanamnesis :
DM : Selamat malam pak perkenalkan saya dokter muda J di rumah sakit ini,
maaf mengganggu pak boleh tau siapa nama ta’?
20
P : Pak Abbas. (lalu sambil berteriak mauko mencuri?curimi tidak ada apa-
apaku)
DM : Pak boleh saya tanya-tanyaki?
P : ie dok
DM : Bapak tau dimana ini?
P : Di rumah sakit
DM : Kenapa dibawa disiniki pak?sakit apaki?
P : tidak tahu
DM : Tabe’ di pak saya tensi ki dulu
P : ie dok
DM : Pak abbas kata anakta’ kita bisa sembuhkan penyakit?
P : Ia dok. Siapa sakit sini saya obati.
DM : Apa pekerjaanta’ sampai bisaki sembuhkan penyakit?
P : Saya kan Tuhan
DM : Siapa ta’ itu Evi masamba?
P : Isteri ku
DM : Ooooo sama-sama ki’ artis di’ menikah
P : Ia saya artis punya banyak uang.
DM : Tapi kata anakta’ kita bos to?kalau bos kan banyak uangnya berarti kita
bos to?
P : Saya artis,bos dan Tuhan (lalu gelisah dan memukul-mukul tempat
tidur dan tiba-tiba menyanyi lagu dangdut serta menyahut-nyahut
mengatakan evi masamba isteriku.
DM : Siapa lagi namaku pak?
P : Dokter J
DM : Sekarang jam berapa pak ?Kita lihat to sekarang gelap tidak ada
matahari. Jadi jam berapa itu kira-kira pak?
P : Malam to
DM : Dengan siapaki kesini pak?
P : Anakku
DM : Tanggal berapaki lahir pak?
P : 31 Desember 1965
21
DM : Makan apaki tadi siang?
P : Mi goreng sama nasi
DM : Pak kalau kita dapat dompetnya orang lain di jalan, apa yang kita buat?
P : Dikasih kembali atau dibawa ke polisi
DM : Pak pernahki dengar-dengar suara-suara aneh di telinga ta’? atau lihat
bayangan-bayangan atau hantu a?
P : Tidak adaji
DM : Ada yang aneh-aneh pernah kita rasa atau alami pak?coba ceritakan
pak.
P : Tidak adaji dok.
DM : Pak ini kan rumah sakit. Jadi sakit apaki sampai dibawa kesiniki?
P : Tidak sakitja’ dok. Pura-puraka gila ini supaya bisaka dapat modal
DM : Oh mauki apa itu modal?
P : Mau buat usaha dok
DM : Usaha apa?
P : Tiba-tiba pasien gelisah dan teriak saya tidak punya utang. Pergi kau!
Saya hancurkan kau!
DM : Tenangki pak. Usaha apa kita mau bikin?
P : Usaha apa saja yang penting hasilkan uang dok. Bankrut ka sekarang !
DM : Kenapaki bisa bankrut?
P : Tetanggaku kasih bankrut ka’ ka cemburuki
DM : Darimana kita tau kalau tetangga ta kasih bankrutki?
P : Pasien lalu gelisah dan memukul-mukul tempat tidur
DM : Makasih di’ pak. Istirahat miki dulu.
22
DM : Bagaimana mi kita rasa?
P : Baik dok
DM : Pak A boleh saya tanya-tanya ki lagi?
P : Ie
DM : Pak kita kan sekarang di rumah sakit jiwa dadi’. Menurutta kita dibawa
kesini karena sakit apa?
P : Tidak sakit ji saya dokter. Saya pura-pura ji gila supaya bisaka minta
modal
DM : Kenapaki butuh modal?
P : Mauka buat usaha
DM : Kenapa sampai haruski masuk rumah sakit jiwa untuk minta modal?
P : Supaya gampangki minta modal
DM : Oh begitu pak. Pak saya tanya-tanyaki nah pak. Bapak dulu lahirnya
Normal kah atau dioperasi?
P : Normal ji
DM : Berapa bulan dikandungki na lahirki?
P : Biasaji kayak orang lain 9 bulan
DM : Dimanaki dilahirkan?siapa yang bantu kasih lahir?
P : Di rumahji dok. Dukun bantu
DM : Pernahki tanya ibu ta, kita minum ASI sampai umur berapa ?
P : Minum ASI ji dok namanya juga orang kampung.
DM : Waktu masih kecilki tinggal sama siapa?
P : Sama orang tua ji sampaiku menikah baru pindah
DM : Ada dulu kelainan-kelainan ta waktu kita masih kecil? Kayak lain-lain
perilaku ta’ atau mungkin lambatki jalan, lambatki bicara
P : Normal ji dok
DM : Banyakji temanta waktu masih kecil?Tidak nakal jiki?
P : Oh saya itu dok banyak temanku tapi tidak nakal ji saya. Jarangka
keluar rumah, pokoknya dirumah bantu-bantu orang tua kerja.
DM : Wah ie pak bagusmi itu pak. Anak berbakti ke orang tua. Tapi bapak
rajinji ibadah?
P : Nassami ia. Itu ji dibuat dari kecil sampai sekarang. Namanya orang
23
yang kurang itu ji tempatki berharap dan meminta rezeki ke Tuhan
DM : Pak waktu kemarin-kemarin kita bilang kita Tuhan? Kita katanya juga
bos dengan artis?
P : (Ketawa dengan muka yang malu) lalu menjawab bukan
DM : Istri ta itu evi masamba?
P : (ketawa lagi dan menutup muka) lalu menjawab bukan
DM : Apa hobbi ta pak?
P : Nonton acara dangdut
DM : Oh pantasan kita suka evi masamba di’
DM : Pak apa sekarang pekerjaan ta’?
P : Tidak adami dok. Bankrut ka’ sekarang gara-gara tetanggaku cemburu
DM : Apa sebelumnya pekerjaanta’ pak?
P : Saya jual bahan campuran, jual bensin dengan kadang ojek
DM : Tadi kita bilang kita bankrut gara-gara tetangga ta cemburu?apa na buat
tetangga ta’ kah? Kenapa kita tau tetanggata cemburu?
P : Pastimi itu gara-gara tetanggaku. Kulihat-lihat cemburuki makanya
bankrut usahaku. Namanya orang sukses pasti ada orang yang
cemburu.
DM : Ada buktita kalau tetanggata yang bikin bankrut ki?
P : Nassa-nassami itu dok gara-gara tetanggaku.
DM : Pak ngomong-ngomong kalau boleh tau apa kelebihanta’ atau bakatta’?
P : Apa di’ tidak kutau juga
DM : hehehe. Pasti ada kelebihanta itu pak. Makasih di’ pak. Istirahat miki
dulu lagi nanti besok-besok kita ngobrol lagi pak. Makasih pak
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
2. Elvira S, Hadisukanto G. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya.
4. Bobrov.A S, Rozhkova. M Y.(2014).Syndrome of paranoid schizophrenia
with episodic type of course and schizoaffective structure of manifest
episode.International journal of Biomedicine
5. Hendarsyah, Fadli.(2016). Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid
dengan Gejala-Gejala Positif dan Negatif.Jurnal Medula Unila Volume 4
Nomor 3
6. Howard .R (2007). Neel Burton Psychiatry 2nd Edition
7. Nurmiati,A. (2013). Buku ajar psykiatri edisi 2.Badan penerbit ms 172-182
8. Maslim, R. (2014). Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik.edisi
3. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
9. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. (2011). Farmakologi dan terapi. Edisi
5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. Hagen. R ,Nordahl.H M.(2008).Behavior experiment in the treatment of
paranoid schizophrenia,cognitive and behavioral practice
25
REFERAT
DAFTAR ISI
2.3.2 Piromania……………………………………………… 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
individu atau orang lain. rasa gairah atau ketegangan yang meningkat
2
Sampai saat ini gangguan kebiasaan dan impuls masih banyak
diperdebatkan maka dari itu menarik untuk mengenal dan membahas lebih
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
3
terkendali, dan trauma psikis bisa menurunkan resistensi seseorang untuk
mengendalikan impuls.3
dipenuhi dengan pemukulan dan rasa frustasi. Banyak peneliti telah berfokus
aktivitas impulsif dikaitkan dengan daerah otak tertentu, seperti sistem limbic.
gangguan ini. Begitupun juga dengan riwayat trauma kepala. Bukti yang cukup
Judi patologis adalah kegiatan judi yang persisten dan berulang yang
4
(3) mengulangi upaya yang gagal untuk mengendalikan, mengurangi, atau
berhenti berjudi; (4) perjudian sebagai cara untuk melepaskan diri dari
hubungan sosial karena perjudian; dan (9) ketergantungan pada orang lain
Epidemiologi
Judi patologis lebih sering terjadi pada pria dan dewasa muda dibandingkan
wanita dan orang dewasa yang lebih tua. Prevalensi seumur hidup perjudian
patologis antara orang Amerika Afrika adalah sekitar 0,9%, di antara kulit
Etiologi
Faktor Psikososial
ini kehilangan orang tua karena kematian, perpisahan, perceraian, atau desersi
5
psikoanalitik telah berfokus pada karakter dimana Sigmund Freud
mengatakan judi patologis memiliki keinginan yang tidak sadar untuk kalah,
mereka7
Faktor Biologis
1. Perlu berjudi dengan jumlah uang yang semakin banyak agar bisa
6
2. Apakah gelisah atau tersinggung saat mencoba mengurangi atau
menghentikan perjudian.
5. Sering berjudi saat merasa tertekan (misalnya tak berdaya, bersalah, cemas,
depresi).
7
2.3.2 Piromania/Bakar Patologis (F63.1)
Epidemiologi
Etiologi
Faktor Psikososial
kehangatan yang dipancarkan oleh api membangkitkan hal yang sama dimana
sensasi yang menyertai keadaan eksitasi seksual, dan bentuk dan gerakan api
8
mengungkapkan piromania terkait dengan keinginan yang tidak normal akan
Faktor Biologis
A. Disengaja dan sengaja menyalakan api pada lebih dari satu kesempatan.
9
criminal/ bukan untuk mengekspresikan kemarahan atau balas dendam/bukan
intoksikasi zat.
F. Tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan perilaku, episode manik atau
mencuri benda yang tidak diperlukan untuk penggunaan pribadi atau untuk
orang lain.Meskipun situasi dimana rawan atau pasti tertangkap tapi tetap
10
Epidemiologi
Pada populasi umum sangat jarang terjadi, sekitar 0,3% -0,6% dimana
perbandingan laki-laki:perempuan 1: 3 8
Etiologi
Faktor Psikososial
Faktor Biologis
kleptomania, seperti yang mereka lakukan dengan yang lain gangguan kontrol
impuls. Tanda neurologis fokal, kortikal atrofi, dan ventrikel lateral yang
dipostulasikan. 7
11
D. Pencurian tidak berkomitmen untuk mengekspresikan kemarahan atau
balas dendam dan tidak sebagai tanggapan untuk khayalan atau halusinasi.
Epidemiologi
malu dan rahasia. Bentuk gangguan kronis yang paling serius biasanya
berkisar antara 0,6% - 3,4% dimana pada umumnya populasi dan rasio
Etiologi
Faktor Psikososial
dikaitkan dengan situasi stres di lebih dari seperempat dari semua kasus.
kehilangan objek baru sering terjadi dikutip sebagai faktor penting yang
12
berkontribusi terhadap kondisi tersebut. Dinamika depresi sering disebut
Faktor Biologis
yang lebih kecil dari putamen kiri dan area lenticulate kiri. Baru-baru ini,
trikotilomania. Namun, karena studi ini diteliti baru dibeberapa subjek maka
temuan ini perlu direplikasi lebih besar supaya dapat menentukan peran
13
2.3.5 Gangguan Eksplosif Intermiten (F63.81)
kontrol impuls agresif dimana episode ini bisa berakibat dalam serangan
muncul dalam hitungan menit atau jam atau bahkan tanpa mempedulikan
durasi yang terjadi secara spontan dan cepat. Setelah setiap episode, pasien
Epidemiologi
terjadi di kalangan individu yang lebih muda (misalnya, berusia kurang dari
35-40 tahun), dibandingkan dengan orang yang lebih tua (lebih tua dari 50
sering terjadi pada kerabat biologis tingkat pertama dari orang-orang dengan
5
kelainan ini dibanding pada populasi umum.
14
Etiologi
Faktor Psikososial
Rasa tidak berguna dan impoten atau tidak punya pengaruh terhadap
Faktor Biologi
terutama pada sistem limbik terlibat dalam sebagian besar kasus gangguan
HIAA pada CSF punya korelasi dengan gangguan ini serta konsentrasi
testosteron CSF yang tinggi juga ikut berperan. Agen antiandrogenik telah
15
Kriteria Diagnostik 312.34 (F63.81) berdasarkan DSM-V
impuls agresif seperti yang ditunjukkan oleh salah satu dari berikut ini:
bulan. Agresi fisik tidak berakibat dalam kerusakan fisik harta benda
harta benda dan / atau serangan fisik yang melibatkan luka fisik
psikososial.
F. Ledakan agresif berulang tidak lebih baik dijelaskan oleh kelainan mental
16
antisosial, gangguan kepribadian ambang ) dan tidak disebabkan oleh
kondisi medis lain (mis., trauma kepala, penyakit Alzheimer ) atau efek
*Untuk anak usia 6-18 tahun, perilaku agresif itu terjadi sebagai bagian dari
2.4 PENATALAKSANAAN
17
2.4.2 Piromania
Tidak ada obat yang disetujui FDA (Food and Drug Administration) untuk
farmakoterapi.
menemukan CBT, fire safety education (FSE), dan kunjungan rumah dari
2.4.3 Kleptomania
yang merasa bersalah dan rasa malu dapat dibantu oleh psikoterapi yang
18
menunjukkan keberhasilan pengobatan dengan obat trisiklik, trazodone,
2.4.4 Trikotilomania
dopamine antagonis. Obat lain yang telah dilaporkan ada beberapa khasiat
dengan periode tindak lanjut yang relatif singkat. Gangguan penarik rambut
19
wawasan. Hipnoterapi telah disebutkan berpotensi efektif dalam pengobatan
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
periode prodomal berupa ketegangan dengan rasa lega pada saat terjadinya
tindakan tersebut. Jenis gangguan kebiasaan dan impuls antara lain judi
dan psikofarmakologi.
21
DAFTAR PUSTAKA
22