PENDAHULUAN
Gangguan psikotik akut dan sementara diakui untuk pertama kali pada tahun
1992 dalam sistem diagnosis International Classification of Disease (ICD-10) dan
tidak mendapat perhatian dinegara-negara berkembang. Gangguan psikotik akut dan
sementara memiliki ciri tertentu yaitu onset akut (dalam 2 minggu), adanya sindrom
yang khas dan adanya stress akut yang terkait. Dalam kasus kesehatan mental hal ini
di sebabkan oleh gangguan mental yang berkembang biak tidak hanya sebagai akibat
dari faktor biologis, psikologis, tetapi juga sosial yang kompleks dan beragam.
Penyebab lainnya yaitu hiperaktivitas dopamine sehingga pengobatan berfokus pada
blokade reseptor dopamine.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap saat 450
juta orang menderita beberapa bentuk gangguan mental termasuk gangguan alkohol,
dan penggunaan narkoba. Dengan kata lain satu dari empat populasi dunia menderita
berbagai bentuk gangguan mental, perilaku dan neurologis. Oleh sebab itu sangatlah
penting untuk lebih awal mendiagnosis agar prognosis lebih baik.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu) sebagai ciri khas yang menentukan
seluruh kelompok)
b. Adanya sindrom yang khas
c. Adanya stress akut yang terkait
Onset akut didefinisikan sebagai suatu perubahan dari keadaan tanpa gejala
psikotik ke keadaan psikosis yang jelas abnormal yang terjadi dalam periode 2
minggu atau kurang. Ada bukti-bukti bahwa onset yang akut disertai oleh prognosis
yang baik, dan mungkin bahwa onset yang lebih mendadak mempunyai prognosis
yang lebih baik. Karena itu, bilamana mungkin, agar onset yang mendadak (dalam 48
jam atau kurang) senantiasa ditentukan.
2
Syndrom yang khas yang telah dipilih pertama, keadaan yang beraneka ragam
dan berubah cepat, yang disini dinamakan “polimorfik”, yang telah ditonjolkan dalam
keadaan-keadaan psikotik akut di beberapa negara, dan kedua adanya gejala-gejala
skizofrenik yang khas.
Stres akut yang terkait gangguan ini juga dapat ditentukan, dengan karakter
kelima bila diinginkan, yang secara lazim berhubungan dengan terjadinya psikosis
akut. Bukti-bukti terbatas yang tersedia, bagaimana pun juga, menunjukkan bahwa
suatu bagian yang cukup besar dari gangguan psikotik akut itu timbul tanpa adanya
stress, dan karenanya telah disediakan sarana untuk pencatatan tentang ada atau
tidaknya stress itu. Stres akut terkait tersebut berarti bahwa gejala psikotik yang
pertama terjadi dalam waktu kira-kira 2 minggu sesudah satu kejadian atau lebih yang
dianggap menekan bagi kebanyakan orang dalam situasi yang sama dan dalam
lingkungan budaya yang sama pula. Kejadian-kejadian yang khas adalah kesedihan,
kehilangan mitra, atau pekerjaan secara tak terduga, atau trauma psikologis karena
peperangan, terorisme dan penyiksaan. Kesulitan-kesulitan atau problem yang
berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks ini.
Kesembuhan yang sempurna bisa terjadi dalam 2-3 bulan, sering kali dalam
beberapa minggu atau bahkan beberapa hari dan hanya sebagian kecil dari pasien
dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang menetap dan berhendaya.
Disesalkan bahwa pengetahuan dewasa ini tidak mengizinkan prediksi dini dari
sebagian kecil pasien yang tidak akan sembuh dengan cepat itu.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria baik untuk
episode manik maupun depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala
afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.
3
preokupasi dan tiada perhatian terhadap wawancara, tetapi kalau semua hal itu
demikian mencolok atau menetap sehingga mencurigakan adanya delirium atau
demensia karena sebab organik, maka diagnosis harus ditunda sampai hasil-hasil
pemeriksaaan atau observasi lebih lanjut telah dapat memberi kejelasan mengenai hal
ini. Demikian pula gangguan dalam gangguan psikotik akut dan sementara tidak
boleh didiagnosis apabila terdapat intoksikasi yang jelas karena obat-obatan atau
alkohol. Namun demikian, adanya suatu peningkatan ringan dalam penggunaan
alkohol atau mariajuana yang terjadi akhir-akhir ini tanpa adanya bukti intoksikasi
atau disorientasi yang berat, tidak menghapuskan kemungkinan diagnosis salah satu
gangguan psikotik akut ini.
Adalah penting untuk dicatat bahwa kriteria 48 jam dan 2 minggu tidak
diajukan sebagai jangka waktu terjadinya keparahan dan gangguan maksimal, tetapi
sebagai jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan menganggu sedikitnya
beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Puncak gangguan kedua hal itu
mungkin baru dicapai kemudian, gejala dan gangguan hanya harus sudah jelas saat
dinyatakan, dalam arti kata bahwa pasien harus sudah mencari pertolongan ke suatu
instansi penolong atau medis. Periode prodromal berupa anxietas, depresi, penarikan
diri secara sosial atau perilaku abnormal yang ringan, tidak memenuhi untuk
dimasukkan ke dalam kurun waktu ini.
Karakter ke lima dapat digunakan untuk menunjukkan apakah gangguan psikotik akut
tersebut berhubungan dengan stres akut atau tidak.
4
emosional mungkin ada, tetapi tidak separah seperti yang diuraikan dalam psikosis
polimorfik akut.
a. Onset gejala psikotik harus akut (dua minggu atau kurang dari suatu keadaan
nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik)
b. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia harus sudah ada
untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas
pskotik.
c. Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi.
Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk waktu yang lebih dari satu
bulan lamanya, maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.
A. Adanya satu atau lebih gejala berikut. Setidaknya satu dari gejala berikut ini
harus ada (1), (2), dan (3) :
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Pembicaraan yang tidak terorganisasi (misalnya inkoherensi atau sering
keluar dari jalur)
4. Tidak terorganisasi yang tampak jelas sekali atau sikap perilaku katatonik
Catatan : jangan masukkan gejala jika hal tersebut ialah respon sanksi
secara kultural.
B. Durasi dari sebuah episode gangguan adalah setidaknya 1 hari tapi kurang dari
1 bulan, dengan pengembalian sepenuhnya ke fungsi premorbid
C. Gangguan tidak digambarkan lebih baik oleh gangguan depresif mayor atau
gangguan bipolar dengan fitur psikotik atau gangguan psikotik yang lain
seperti skizofrenia katatonia dan tidak terkait dengan efek fisiologis dari suatu
5
zat (misalnya penyalahgunaan obat atau pengobatan) atau kondisi medis yang
lain (hematoma subdural).
Jika :
Dengan Stressor nyata (psikosis reaktif singkat) : Jika gejala terjadi segera
setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang sendiri atau
bersama-sama akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap
orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.
Tanpa stressor nyata : Jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau
tampaknya bukan sebagai respon terhadap kejadian yang sendirinya atau
bersama-sama akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap
orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.
Dengan Onset pascapersalinan : Jika onset dalam waktu 4 minggu setelah
persalinan.
2.2 EPIDEMIOLOGI
2.3 ETIOLOGI
6
umumnya terjadi pada usia produktif (15-45 tahun). Ada beberapa faktor penyebab
gangguan psikosis yang saling berkaitan satu sama lain yaitu faktor biologis,
psikologis dan sosial.
2.5 PROGNOSIS
Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien
dengan ciri-ciri tersebut kecil kemungkinannya untuk menderita episode selanjutnya
dan kecil kemungkinannya kemudian akan menderita skizofrenia atau suatu gangguan
7
mood. Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik akut adalah penyesuaian
pramorbid yang baik.
2.6 PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
Gangguan psikotik akut membutuhkan rawat inap. Gangguan psikosis ini
juga harus dianggap sebagai kegawatdaruratan psikiatri. Keputusan untuk dirawat di
Rumah sakit yaitu untuk melakukan evaluasi klinis pemeriksaan fisik dan mental
secara cermat. Pada fase akut terapi bertujuan mencegah pasien melukai dirinya atau
oranglain, mengendalikan perilaku yang merusak, mengurangi beratnya gejala
psikotik dan gejala yang terkait lainnya misalnya agitasi, agresi dan gaduh gelisah.
Benzodiazepin dapat diberikan untuk mempotensi aksi neuroleptik.
Alprazolam (0,5-4 mg/hari), Clorazepate (50-200mg/hari), dan lorazepam (2-5
mg/hari) menghasilkan sedasi cepat pada pasien psikotik akut jika digunakan dengan
neuroleptik.
Antipsikotik diklasifikasikan menjadi antipsikotik generasi pertama dan
antipsikotik generasi kedua. Keduanya kelompok antipsikotik tersebut memiliki
aktivitas farmakologi yang sama yaitu memblokir reseptor dopamine D2. Misalnya
Antipsikotik generasi I yaitu haloperidol, bekerja dengan cara memblokade reseptor
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik
dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonist) sehingga sangat efektif
dalam mengobati gejala positif pada pasien, seperti mendengar suara, melihat hal-hal
yang sebenarnya tidak ada dan memiliki keyakinan aneh. Antipsikotik generasi I
lainnya yaitu Chlorpromazin, walaupun cara kerjanya sama dengan haloperidol yang
membedakan keduanya yaitu terletak pada afinitas dalam mengikat reseptor dopamin
D2. Masing-masing memiliki kekuatan afinitas yang berbeda dan haloperidol
diperkirakan 50 kali lebih kuat daripada chlorpromazin. Sama halnya dengan
haloperidol, clonzapin pada Antipsikotik generasi II bekerja dengan menduduki
8
reseptor D2, tetapi memiliki afinitas tinggi pada reseptor dopamine D4. Clonzapin
sendiri diketahui dapat mengatasi gejala positif, negatif dan kognitif tanpa
menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Adapun terapi kombinasi Antipsikotik lebih
banyak digunakan dibanding dengan terapi tunggal. Hal ini disebabkan karena
antipsikotik generasi pertama dapat memberbaiki gejala positif, namun umumnya
tidak memperbaiki gejala negatif sedangkan antipsikotik generasi kedua dapat
memperbaiki dapat memperbaiki gejala positif dan negatif dan lebih efektif
mengobati pada pasien yang resisten.
9
Obat Nama Dosis Dosis Bentuk sediaan
Antipsikotika dagang Awal Pemeliharaan
(mg/hari) (mg/hari)
Anti psikotik
Generasi I
(APG-1)
Chlorpromazine Throrazine 50-150 300-1000 Tablet (25mg, 100 mg)
Perphenazine Trifalon 4-24 16-64 Tablet (4 mg)
Trifluoperazine Stelazin 2-5 5-40 Tablet ( 1mg, 5mg)
Haloperidole Haldol 2-5 2-10 Tablet (0,5 mg,1mg,2 mg,5 mg)
Injeksi Short Acting (5 mg/5ml)
Tetes (2mg/5ml),
Injeksi long acting (50 mg/ml)
Anti psikotik
Generasi II
(APG-II)
Aripriprazol Abilify 5-15 15-30 Tablet ( 5mg, 10 mg, 15 mg)
Tetes (1mg/ml),
discmelt (10 mg,15mg),
Injeksi (9,75 mg/ml)
Clozapine Clozaril 25 100-800 Tablet (25 mg, 100 mg)
10
Injeksi Long acting (25 mg, 37,5
mg, 50 mg)
Paliperidone Invega 3-6 3-12 Tablet (3 mg, 6 mg, 9 mg)
B. Psikoedukasi
Tujuan intervensi adalah mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor
lingkungan dan peristiwa-peristiwa kehidupan. Memberikan ketenangan
kepada pasien atau mengurangi keterjagaan melalui komunikasi yang baik,
memberikan dukungan atau harapan, menyediakan lingkungan nyaman,
toleran perlu dilakukan.
11
Amantadin 100-300 10-14 Akatisia,
parkinsonisme
Propanolol 30-90 3-4 Akatisia
Lorazepam 1-6 12 Akatisia
Difenhidramin 25-50 4-8 Akatisia, distonia,
parkinsonisme
Sulfas Atropin 0,5-0,75 12-24 Distonia Akut
12
D. Terapi Lainnya
Keefektivan psikofarmakoterapi biasanya dimanifestasikan dalam 6 minggu
pertama, dengan peningkatan tidur, regresi agitasi, pemulihan dari kecemasan
dan delusi sampai hilangnya gejala psikotik. Jika tidak ada perbaikan, obat
anti psikotik lain harus digunakan atau dosis pertama ditingkatkan.
Memburuknya gejala atau respon yang buruk dapat menyebabkan indikasi
utama untuk terapi Elektrokonfulsif/ECT ( Terapi kejang listrik).
13
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. F
Usia : 19 tahun
Nomor RM : 26154
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Negeri Dolok
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak
Bangsa : Bangsa Indonesia
14
V. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Sensorium : Compos Mentis
HR : 90x/i
RR : 19x/i
Temp :36 C
BB sekarang: 64 kg
Status Lokalisata
1. Kepala
Mata : anemis(-/-), ikterik(-/-)
Hidung : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
2. Leher
Pembesaran KGB : (-) tidak ditemukan
3. Thoraks
Inspeksi : Simetris kanan=kiri, retraksi intercostal (-)
Palpasi : Strem Fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : SP : Vesikuler (+/+)
ST : (-/-)
4. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, Hepar tidak teraba/lien tidak teraba/Renal
tidak teraba, turgor baik
Perkusi : Timpani
Auskultasi : dalam batas normal
15
VI. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal dan Natal
Tidak didapatkan data yang mendukung
2. Riwayat masa kanak -kanak awal (0-3 tahun)
Tidak didapatkan data yang mendukung
3. Riwayat Masa Kanak-kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Tidak didapatkan data yang mendukung
4. Riwayat Masa Remaja
Pada masa remaja pasien dikenal orangnya pendiam dan kurang banyak teman.
5. Riwayat Dewasa Muda
Pasien mulai bergaul dan mulai memiliki beberapa teman dan sedikit teman
yang akrab dengan pasien.
6. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan Pendidikan SD, SMP dan SMA.
7. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
8. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Kristen dan mengaku jarang beribadah
9. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengaku belum pernah pacaran dan tidak memiliki teman dekat wanita.
10. Riwayat Pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan terlibat dalam masalah
hukum.
16
11. Riwayat Aktivitas Sosial
Pasien jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tetangga. Pasien
jarang keluar rumah, jarang mengobrol dan bercengkrama dengan tetangga.
Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, tidak banyak ulah.
B. PEMBICARAAN
Cepat, sedikit, kadang inkoheren
17
C. Mood dan Afek
1. Afek : Inappropiate
2. Mood : Disforik
3. Keserasian : Kadang sesuai/kadang tidak
D. PIKIRAN
A. Bentuk pikiran :
- Bentuk Umum : RTA terganggu, Psikosis (+)
- Bentuk khusus : Inkoherensi, ide yang melompat-lompat (Fly Of Idea)
B. Isi Pikiran :
- Waham : Waham Persekutorik yaitu pasien yakin bahwa tetangga pasien mau
mencelakakan pasien dan meracuni pasien
E. Gangguan Persepsi
- Persepsi : Halusinasi Auditorik (+) Halusinasi Visual (+)
- Ilusi : Tidak dijumpai
- Depersonalisasi : tidak dijumpai
- Derealisasi : Tidak dijumpai
18
b. Orientasi
- Waktu : baik
- Tempat : baik
- Orang : Baik
c. Konsentrasi dalam perhitungan : Baik
d. Daya Ingat
1. Jangka Panjang : Terganggu
2. Jangka Pendek : Tidak terganggu
3. Daya ingat Segera : Terganggu
H. INSIGHT
Derajat II : Pasien mengaku bahwa dia sakit tetapi diwaktu yang bersamaan
menyangkal bahwa dia sakit.
I. DAYA NILAI
a. Daya Nilai sosial : Terganggu
b. Uji Daya Nilai : Baik
c. Pengendalian Impuls : Baik
19
Aksis V
40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi).
XII. Prognosis
Prognosis Dubia ad bonam (ragu-ragu menuju baik)
XIII. Terapi
- Risperidone 2mg 2x1/2
20
28 September 2019 S : Mudah marah sudah - Risperidone 2 mg 2x1/2
berkurang, tidur membaik,
mudah tersinggung berkurang.
O : Afek : Inappropiate
Mood : Disforik
Halusinasi : pendengaran (-)
TTV :
BB : 64 kg
TD : 140/60 mmHg
HR : 80x/i
RR : 20x/i
T : 36 C
21
BAB IV
PEMBAHASAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23