Anda di halaman 1dari 28

Pemicu

Ibu S, 40 tahun, Paritas 6, Abortus 0, datang ke puskesmas Dolok Sanggul karena


mengeluh keluar darah dari kemaluannya saat berhubungan intim dengan suaminya.
Perdarahan sedikit keluar bercak, riwayat perdarahan dari kemaluan sebelumnya (-), riwayat
menstruasi: haid teratur, siklus 29 30 hari, lamanya 5 hari, 1 2 x ganti pembalut /hari,
nyeri (-), haid terakhir 18 November 2014. Cara bersenggama biasa, ini merupakan suami ibu
S yang ke-3, menikah pertama kali usia 17 tahun. Riwayat KB (-), riwayat DM (-), riwayat
keputihan (+) 4 tahun ini dan 1 bulan ini tercium berbau busuk. Karena keputihannya, 3 tahun
yang lalu ibu S melakukan pap smear dengan hasil ILSL (Low-grade Squamous Intra-
ephithelial Lesion), tetapi tidak pernah kontrol. Dokter di puskesmas segera memeriksa tanda
vital ibu, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 84 x/menit, pernapasan 20 x/menit,
dan temperatur 36,80C. Pemeriksaan inspekulo, di serviks : tampak lesi eksofitik, mudah
berdarah bila disentuh.

Apa yang terjadi pada ibu S?

Unfamiliar Terms

Masalah

Ibu S, 40 tahun, mengeluh keluar darah dari kemaluannya saat berhubungan intim
dengan suaminya.
1 bulan ini tercium berbau busuk karena keputihannya
Analisa Masalah

Faktor Resiko

Hamil Tidak Hamil

- Kehamilan ektopik
- Plasenta previa Infeksi (virus, bakteri)

infeksi serviks yang berkepanjangan

Tumor

- Trauma
- Tumor

Hipotesa
Kanker Serviks

Learning Issue
1. Siklus haid normal dan perdarahan diluar siklus haid
2. Patogenesis perdarahan pasca atau saat senggama
3. Anatomi dan Fisiologi Organ reproduksi wanita
4. Diagnosis Banding Perdarahan pasca senggama
5. Penegakan Diagnosa perdarahan pasca senggama
6. Pemeriksaan Penunjang perdarahan pasca senggama
7. Faktor resiko metode skrining kanker serviks
8. Penatalaksanaan perdarahan pasca senggama
9. Stadium Kanker serviks
10. Komplikasi dan prognosis
Pembahasan Learning Issue
1. Siklus haid yang normal dan perdarahan di luar siklus haid

Menstruasi : 1. Fase folikel


2. fase luteal
Hipotalamus Hipofisis anterior (FSH , LH)

GnRh

(gonadotropin releasing hormon)


Ovarium

Pertumbuhan folikel

Folikel primordial

Sel-sel folikel terus bertumbuh dan berdiferensiasi


diikuti pertumbuhan oosit

Folikiel unilaminer Sel folikel (granulosa


menghasilkan estrogen)

Folikel multilaminer Sel stroma berdiferensiasi


jadi sel teka interna
menghasilkan estrogen
Folikel sekunder

Folikel de graaf ( matang )

Estrogen banyak diproduksi oleh sel granulose dan sel teka


Estrogen kluar dari ovarium menyebar ke slrh tbh melalui pmbuluh darah

Kerjadi lonjakan LH tiba-tiba

Menstimulasi sekresi progesterone

Progesterone meningkat

Aliran darah ke ovarium meningkat

Folikel membengkak & terjadi degradasi dinding ovarium(tunika albuginea)

Dinding folikel rupture sehingga oosit kluar & lgsg ditangkap oleh fimbriae

Ovulasi

Oleh bantalan silia & gerakan peristaktik oosit dibawa ke ampulla

Folikel yang ditinggalkan oosit akan berubah menjadi korpus lateum

Korpus lateum estrogen dan progesterone

Progesterone dan estrogen meningkat untuk mempersiapkan endometrium uterus


untuk implantasi zigot jika terjadi pembuahan

Jika tidak terjadi pembuahan oleh sperma

Oosit akan mengalami atresia


Korpus luteum akan mengalami degenerasi dan menjadi korpus albicans kadar
estrogen dan progesterone menurun

Konstriksi PD ( pembuluh darah ) endometrium

Iskemia PD ( pembuluh darah )

Nekrosis PD ( pembuluh darah ) endometrium

Pecah PD ( pembuluh darah) endometrium + deskuamasi endometrium zona stratum


fungsional

MENSTRUASI

Perdarahan diluar siklus haid

Gangguan Hormonal Pemakaian Obat-obatan dan kontrasepsi Trauma


Infeksi

Hormon estrogen yang tak seimbang

Lubrikasi vagina dan dinding vagina menipis

Mudah terjadi radang dan robekan

Berdarah

Selain itu, berdasarkan seperti kanker dan polip juga dapat mengakibatkan
perdarahan, yakni :

Kanker memicu angiogenesis

Timbul pembuluh darah baru yang cenderung tipis dan rentan


Timbul perdarahan

Hipermenorea
Yaitu perdarahan dengan lama haid lebih panjang dari normal (>8 hari) dengan
darah haid sekitar 26-40 ml.
Hipomenorea
Yaitu perdarahan dengan jumlah yang lebih sedikit dari normal serta waktu
haid yang lebih singkat.
Polimenorea
Yaitu siklus menstruasi lebih pendek dari normal (kurang dari 21 hari) dengan
perdarahan kurang lebih sama.
Oligomenorea
Yaitu menstruasi yang jarang dengan panjang siklus menstruasi > 35 hari.
Amenorea
Yaitu tidak menstruasi > 3 bulan berturut-turut sejak menstruasi terakhir

2. Patogenesis perdarahan pasca atau saat senggama

Multifaktor

Infeksi HPV

HPV dalam bentuk sirkuler jika terintegrasi menjadi bentuk linear

Intergrasi antara genom HPV dan DNA manusia

Menyebabkan gen E2 tidak berfungsi

Merangsang E6 dan E7 untuk berikatan dengan p53 dan Prb

p53 kehilangan fungsi sebagai gen tumor suppressor pada fase G1

fungsi p53 menghambat Cdk-Cycline, ketika p53 berikatan dengan E6 maka sel akan terus
bekerja,

membelah menjadi abnormal


E7 berikatan dengan pRB, seharusnya pRB berikatan dengan E2F

E2F menstimulasi proliferasi sel

Siklus sel tidak terkontrol

Proliferasi sel yang melebihi batas normal

Berubah menjadi sel karsinoma

Kebutuhan O2 dan nutrisi meningkat

Peningatan VEGF

Proliferasi pembuluh darah dan neovaskular

Vaskular terbentuk abnormal, bentuk epitel irregular dan pembuluh darah menjadi rapuh

Saat penetrasi penis sewaktu coitus

Pembuluh darah pecah

Perdarahan setelah coitus


3. Anatomi dan Fisiologi Organ reproduksi wanita

Vagina
Suatu saluran musculo-membranosa yang menghubungkan uterus dengan vulva, terletak
antara saluran kemih dan liang dubur. Dinding depan vagina (= 9 cm) lebih pendek dari
dinding belakang (=11 cm). Bentuk dinding dalam vagina terdapat lipatan lipatan yang
berjalan circulair yang disebut rugae terutama pada bagian bawah vagina, sedangkan di
tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Setelah melahirkan,
sebagian dari pada rugae akan menghilang. Ke dalam puncak vagina menonjol ujung dari
cerviks. Bagian dari cerviks yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Oleh portio ini,
puncak vagina dibagi dalam 4 bagian ialah : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix
lateral kanan dan kiri. Suplai darah vagina diperoleh dari arteria uterina, arteria vesikalis
inferior, arteria hemoroidalis mediana, dan arteria pudendus interna. Saraf yang mempersarafi
vagina berasal dari plexus hypogastricus inferior.

Vagina mempunyai faal penting :


1. Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah waktu haid dan sekret
dari uterus
2. Sebagai alat persetubuhan
3. Sebagai jalan lahir pada waktu partus
Rahim (uterus )
Adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum
sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak hamil,
rahim terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan dubur. Bentuk
rahim seperti buah pir/Alpukat, dengan :
o Berat sekitar 30 gr.
o Ukuran panjang uterus 7-7,5cm
o Lebar 5,25cm
o Tebal 2,5cm
o Tebal dinding 1,25 cm

Uterus terdiri atas:

Fundus uteri
Bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopii masuk ke uterus.
Korpus uteri
Bagian uterus yg terbesar.Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama
sebagai tempat janin berkembang
Serviks uteri Ostium Uteri Internum
Ostium Uteri Eksternum
Kanalis servikalis

Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan :

Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar


Merupakan serabut serabut otot yang berfungsi sebagai sphincter terletak pada
ostium internum tubae dan orificium uteri internum.
Lapisan otot (lapisan miometrium), di tengah
Terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan anyaman serabut otot yang tebal
ditembus oleh pembuluh pembuluh darah, jadi dinding uterus terutama di bentuk
oleh lapisan tengah ini. Masing masing serabut mempunyai 2 lengkungan hingga
keseluruhannya berbentuk angka 8, dengan struktur seperti ini setelah persalinan
serabut-serabut ini berkonstriksi dan menekan pembuluh darah, jadi bekerja sebagai
penjepit pembuluh darah.
Lapisan mukosa (endometrium), di dalam
Merupakan lapisan bagian dalam dari corpus uteri yang membatasi cavum uteri. Pada
endometrium didapatkan lubang lubang kecil, merupakan muara muara dari
saluran-saluran kelenjar uterus yang dapat menghasilkan sekret alkalis yang
membasahi cavum uteri. Epitel endometrium berbentuk silindris. Tebalnya,
susunannya dan faalnya berubah secara siklis karena dipengaruhi oleh hormone-
hormon ovarium. Dalam kehamilan endometrium berubah menjadi decidua. Di bawah
pengaruh hormonal maka lapisan mucosa uterus mengalami perubahan-perubahan
tertentu hingga cukup baik untuk implantasi dan untuk memberi makanan pada ovum.
Perubahan ini terjadi beberapa hari setelah implantasi ovum, dimana sel-sel jaringan
ikat (stroma) dari endometrium membengkak dan sifatnya berubah, selnya jadi bulat
dan vesiculer, cytoplasmanya jadi jernih dan sedikit basophil dan dikelilingi membran
yang bening.

Sikap dan letak uterus di tengah tengah rongga panggul dipertahankan oleh :

1. Tonus otot sendiri


2. Ligament ligament dari uterus
3. Otot otot dasar panggul

Ligament ligament uterus :


1.Ligamentum latum

Berupa lipatan peritoneum sebelah lateral Kanan Kiri dari pada uterus,meluas sampai
ke dinding panggul dan dasar panggul, sehingga seolah-olah menggantung pada
tubae. Ruangan antara kedua lembar dari lipatan ini terisi oleh jaringan yanglonggar,
disebut : parametrium, dimana berjalan arteria, vena uterina, pembuluh lympha dan
ureter.

2.Ligamentum rotundum

Terdapat di bagian atas lateral dari uterus, caudal dari insertie tuba, kedua ligament ini
melalui canalis inguinalis ke bagian cranial lab. Majus. Terdiri dari jaringan otot polos
(identik dengan myometrium) dan jaringan ikat dan menahan uterus dalam antefleksi.
Pada waktu kehamilan mengalami hypertrophie dan dapat diraba dengan pemeriksaan
luar.

3.Ligamentum infundibulo pelvicum

2 buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium ke dinding panggul. Ligamentum
ini menggantungkan uterus pada dinding panggul. Antara sudut tuba dan ovarium
terdapat ligamentum ovarii proprium.

4.Ligamentum cardinal

Kiri kanan dari cervix setinggi ostium uteri internum ke dinding panggul.
Menghalangi pergerakan ke kiri atau ke kanan.

5.Ligamentum sacro uterinum

Kiri kanan dari cervix sebelah belakang ke sacrum mengelilingi rectum.


6.Ligamentum vesico uterinum

Dari uterus ke kandung kencing.

Letak Uterus :

1. Ante dan retrofleksi uteri


Sumbu servix dan sumbu corpus uteri membentuk sudut. Jika sudut ini membuka
ke depan, disebut anteflexio, jika membuka ke belakang disebut retroflexio.
2. Ante dan retroversio uteri
Sumbu vagina dan sumbu uterus membentuk sudut. Jika sudut ini membuka ke
depan, disebut anteversio, jika membuka ke belakang disebut retroversion
3. Positio
Uterus biasanya tidak terletak tepat pada sumbu panggul, bisa lebih ke kiri, lebih
ke kanan, lebih ke depan, lebih ke belakang, disebut sinistro, dextro, antero, dorso
positio.
4. Torsio
Letak uterus biasanya agak terputar.

Pembuluh darah uterus :

a. A. uterine
Yang berasal dari a. Iliaka interna (a.hipogastrika)
b. A. Ovarica

Persarafan :
Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior

Fungsi Uterus :
Sebagai alat tempat terjadinya menstruasi
Sebagai alat tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi
Tempat pembuatan hormon misalnya HCG

Tuba Falopii
Adalah saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-13cm, diameter
3-8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari
ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu rambut getar yang berfungsi
untukmenyalurkan telur dan hasil konsepsi.
Pada tuba ini dibedakan 4 bagian :
Pars interstitialis (intramuralis)
Bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus, mulai pada ostium internum tubae.

Pars isthmica
Bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus, merupakan bagian tuba yang lurus dan sempit

Pars ampullaris
Bagian tuba antara pars isthmica dan infundibulum merupakan bagian tuba yang paling lebar
dan berbentuk S.

Infundibulum
Ujung dari tuba dengan umbai umbai yang disebut fimbriae, lubangnya disebut ostium
abdominale tubae.

Fungsi tuba:
Tempat terjadinya fertilisasi
Saluran yang mengeluarkan hasil konsepsi
Fimbria mengangkat ovum yang keluar dari ovarium

Persarafan:
Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior

Ovarium
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri, yang dengan mesovarium
menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium kurang lebih
sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5
cm. Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya
pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya
bebas. Permukaan belakangnya menuju ke atas dan beakang, sedangkan permukaan depannya
ke bawah dan depan. Ujung yang dekat pada tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang
dekat pada uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii
proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan yang ada di
ligamentum rotundum.

Menurut strukturnya ovarium terdiri dari :


Kulit (korteks) atau zona parenkimatosa, terdiri dari :
-Tunika albugenia, yaitu epitel berbentuk kubik,
-Jaringan ikat di sela-sela jaringan lain,Stroma, folikel primordial, dan folikel de Graaf,Sel sel
Wathard

Inti (medula) atau zona vaskulosa, terdiri dari :


-Stroma berisi pembuluh darah,
-Serabut saraf,
-Beberapa otot polos.
Fungsi indung telur yang utama adalah :
Menghasilkan sel telur (ovum)
Menghasilkan hormon-hormon (progesteron dan estrogen)
Ikut serta mengatur haid

Persarafan :
Persarafan ovarium berasal dari pleksus aorticus dan mengikuti perjalanan arteria ovarica.
Perdarahan, aliran limf, dan persarafan ovarium berjalan melalui apertura pelvis superior dan
menyilang arteria iliaca externa. Pembuluh-pembuluh dan saraf tersebut mencapai ovarium
dengan melewati bagian lateral ligamentum latum yang dikenal dengan nama ligamentum
suspensorium ovarii. Pembuluh darah dan saraf akhirnya masuk ke hilum ovarii melalui
mesovarium.

5. Diagnosis Banding Perdarahan pasca senggama

DIAGNOSA BANDING
(+) hamil (-) hamil
infeksi
hamil normal
(servisitis)

abortus trauma

KET (kehamilan
polip serviks
ektopik)

karsinoma
plasenta previa
serviks

karsinoma
endometrium

karsinoma
ovarium

a. Hamil normal
Perdarahan akibat pertama kali coitus
Berat badan meningkat
Mual muntah
(+) pergerakan janin

b. Abortus
Perdarahan pervaginam
Nyeri tumpul pada perut bagian bawah
(-) ditemukan kelainan serviks
Perut terasa tegang atau kram seperti papan
Tidak enak badan, sakit kepala, cemas, dan gelisah

c. KET (kehamilan ektopik)


Kehamilan yang proses implantasinya terjadi tidak pada tempatnya
(endometrium). Misalnya : di ovarium, serviks, tuba, dan abdomen
Nyeri perut
Perdarahan per vaginam irreguler (berupa bercak-bercak darah)
Sinkop akibat nyeri yang tiba-tiba
Pusing
(+) dorongan BAK
Ibu tampak kesakitan dan pucat
USG : (-) gestasi
Culdosintesis : (+) darah pada cavum douglas

d. Plasenta previa
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum
Keluar darah banyak dari kemaluan, umumnya setelah usia kehamilan 28
minggu
Warna darah merah segar, tiba-tiba, tanpa rasa sakit, dan berulang
Uterus terasa lembek
Perdarahan ke-2 biasanya lebih banyak
DJJ biasanya masih baik
USG : melihat letak implantasi plasenta.

e. Infeksi (servivitis)
Merupakan radang akut endoserviks akibat infeksi neiserria gonorhea
Serviks merah, edema, dan mengeluarkan sekret mukopurulen
Pada perabaan : serviks terasa kaku
Disuria dan sering BAK
Dispareunia
Perdarahan per vaginam setelah coitus

f. Trauma
Nyeri vulva dan vagina
Edema dan tanda-tanda inflamasi
Perdarahan di luar siklus haid
Kesulitan dalam urinasi

g. Polip serviks
Pertumbuhan jinak pada leher rahim, yang berasal dari permukaan kanal serviks
Umumnya tidak bergejala
Perdarahan setelah coitus maupun pasca menopause
Leukorea
Pada pemeriksaan spekulum dapat dilihat polip

h. Karsinoma serviks
Perdarahan dari kemaluan di luar siklus haid (post coital bleeding)
Keputihan nekrosis (bau)
Bila tumor sudah besar nyeri panggul, sulit BAB/BAK
Pembesaran KGB apabila sudah metastase
Inspekulo : (+) lesi eksofitik/ endofitik dengan nekrosis dan mudah berdarah
bila di sentuh
Pemeriksaan penunjang : IVA, pap smear, dan pemeriksaan histopatologi
i. Karsinoma endometrium
Metroragia
Perdarahan pasca menopause
USG hiperplasia endometrium

j. Karsinoma ovarium
Tidak khas
Bila tumor sudah besar distensi, sulit BAB/BAK
Gangguan menstruasi
Infertilitas
(+) benjolan pada perut
USG : massa pada abdomen bawah berbentuk bulat tidak rata, dan tidak
bewarna hitam sempurna
6. Penegakan Diagnosa perdarahan pasca senggama
Anamnesis

Keluhan utama: Perdarahan dari kemaluan dan keputihan berwarna putih


Adakah pasien mengalami perdarahan pasca coitus, perdarahan spontan,
Adakah bau busuk?
Adanya keluhan cepat lelah?
Riwayat pernikahan?
Apakah pasien multipartner (lebih dari satu pasangan)?
Siklus haid : Sejak umur berapa haid pertama?, teratur atau tidak.
Kebiasaan sehari-hari, seperti merokok dan gaya hidup tidak sehat
Riwayat penyakit yang diderita ( Infeksi Menular Seksual, dll)
Riwayat kanker pada keluarga
Riwayat penggunaan obat hormonal ( estrogen).

Pemeriksaan fisik

a. Status Present
Keadaan umum
Konjungtiva pucat
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Temperatur
Meraba hati dan limpa
Status Ginekologis:
pemeriksaan luar: abdomen; datar, lemas, simetris, massa (-), nyeri tekan (-),
tanda cairan bebas (-).
Inspekulum : Lesi Eksofilik, dan Lesi Endofilik.
Pemeriksaan dalam: Vagina, serviks.

7. Pemeriksaan Penunjang perdarahan pasca senggama

a. Metode Papsmear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien
yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang
diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita
usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu.
Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai
usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher
rahim secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka
kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%.
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear
secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut
menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear
bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali

b. Biopsi Biopsi
dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau
lukapada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu
abnormalitas ataukanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap
smear. Teknik yang biasa dilakukanadalah punch biopsy yang tidak
memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yangmenggunakan anestesi.
Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks.Jaringan
yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas
apakahyang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.

c. Tes Schiller Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akanmembentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks
karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung
kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubahkarena tidak ada
glikogen.
d. Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik atau peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap
lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih
dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema
barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan
CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari tumor
dan / atau terkenanya nodus limpa regional c)

Metode IVA
e. IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan asam
asetat 3 - 5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung
(mata telanjang). Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah ,
murah dan informasi hasilnya langsung. Serviks (epitel) abnormal jika diolesi
dengan asam asetat 3-5 % akan berwarna putih (epitel putih). Dalam waktu 1-
2 menit setelah diolesi asam asetat efek akan menghilang sehingga pada hasil
ditemukan pada serviks normal tidak ada lesi putih. Metode IVA tergolong
sederhana, nyaman dan praktis. Dengan mengoleskan asam cuka (asam asetat)
pada leher rahim dan melihat reaksi perubahan yang terjadi, prakanker dapat
dideteksi. Biaya yang dikeluarkan pun juga relatif murah. Selain prosedurnya
tidak rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus dan juga
tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisan penggunaan
metode ini yakni dapat dilakukan di mana saja, dan tidak memerlukan sarana
khusus. Tingkat Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker
servik yaitu 60-92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap
Smear. Dalam waktu 60 detik kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak
putih yang bisa dicurigai sebagai lesi kanker.
8. Faktor resiko metode skrining kanker serviks

Hubungan Seksual

Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara


seksual, dimana beberapan bukti menunjukkan adanya hubungan antara
riwayat hubungan seksual dan resiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi
infeksinya, wanita dengan partner seksual yang banyak dan wanita yang
memulai hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan resiko terkena
lanler serviks.
Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia
dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan
berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat
pertama berhubungan maupun jumlah partner seksual, adalah factor resiko
kuat untuk terjadinya kanker serviks.

Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai
rokok atau dikunyah. Wanita yang merokok kemungkinan menderita Ca
serviks 2 kali dibandingkan yang bukan perokok untuk menderita kanker leher
rahim.

Riwayat Keputihan
Beberapa penelitian kemudian menyebutkan bahwa kanker ini disebabkan
oleh Human Papiloma Virus (HPV) yang muncul, antara lain karena perilaku
sering berganti-ganti pasangan seks. Virus ini hidup didaerah lembab,
persisnya dalam cairan vagina yang didapat oleh penderita keputihan
(leukorea).

Penggunaan pil KB
Penelitian menunjukkan bahwa resiko kanker serviks semakin meningkat
selama seorang wamita menggunakan kontrasepsi oral, tetapi resikonya
kembali turun lagi setelah kontrasepsi oral dihentikan. Dalam penelitian
terbaru, resiko kanker serviks adalah dua kali lipat pada wanita yang
mengambil pil KB lebi dari 5 tahun, namun resiko kembali normal 10 tahun
setelah mereka dihentikan.

9. Penatalaksanaan perdarahan pasca senggama


Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim onkologi).
Penatalaksanaan yang dilakukanpada
kanker serviks, tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi
tiga cara yaitu: histerektomi, radiasi dan kemoterapi. Di bawah ini adalah klasifikasi
penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium kanker serviks :

STADIUM PENATALAKSANAAN

Biopsi kerucut

0 Histerektomi transvaginal

Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal

Histerektomi radikal dengan limfadenektomi


panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila
Ib,Iia
terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca
pembedahan

IIb, III, IV Histerektomi transvaginal

Radioterapi

IVa, IVb Radiasi paliatif

Kemoterapi

Operasi
Operasi bertujuan untuk mengambil atau merusak kanker. Bisa menggunakan
bedah mikrografik atau laser. Tujuan utamanya untuk mengangkat keseluruhan
tumor / kanker. Pembedahan mikrografik dilaksanakan dengan bedah kimia
dimana prosedur pembedahannya mengharuskan pengangkatan tumor lapis demi
lapis. Kanker serviks dapat diobati dengan pembedahan.

1. Konisasi (cone biopsy): pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada serviks


dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan untuk diagnosa
ataupun pengobatan pra-kanker serviks
2. Cryosurgery: yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan menghancurkan
jaringan abnormal (biasanya untuk stadium pra-kanker serviks)
3. Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker
serviks
4. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan arus listrik
yang dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan abnormal kanker
servik
5. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO).
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus
bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti: penyakit jantung, ginjal dan
hepar.
Ada 2 histerektomi :
Total Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks
Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung
telur, tuba falopi maupun kelenjar getah bening di dekatnya.

Stadium pra kanker ataupun kanker serviks yang kurang invasif (stadium IA)
biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak,
metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan.

Kemoterapi

Cara pemberian kemoterapi:


a. Ditelan
b. Disuntikkan
c. Diinfus

Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal / bersama
terapi radiasi pada stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah cisplatin,
flurouracil. Sedangkan Obat kemoterapi yang paling sering digunakan untuk
kanker serviks stage IVB / recurrent adalah : mitomycin. pacitaxel, ifosamide.

Kemoterapi dapat digunakan sebagai:

1. Terapi utama pada kanker stadium lanjut


2. Terapi adjuvant/tambahan setelah pembedahan untuk meningkatkan hasil
pembedahan dengan menghancurkan sel kanker yang mungkin tertinggal
dan mengurangi resiko kekambuhan kanker.
3. Terapi neoadjuvan sebelum pembedahan untuk mengurangi ukuran tumor
4. Untuk mengurangi gejala terkait kanker yang menyebabkan
ketidaknyamanan dan memperbaiki kehidupan pasien (stadium lanjut /
kanker yang kambuh)
5. Memperpanjang masa hidup pasien (stadium lanjut / kanker yang kambuh)

Efek samping dari kemoterapi adalah :

Lemas
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung menghilang saat
beristirahat, kadang berlangsung terus sampai akhir pengobatan.
Mual dan muntah. Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat
diberikan obat anti mual sebelum, selama, dan sesudah pengobatan.
Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada yang diare
sampai dehidrasi berat dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi sembelit.
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat, buah
dan sayur. Harus minum air yang hilang untuk mengatasi kehilangan cairan.
Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika memungkinkan
olahraga.
Sariawan
Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah
didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi.
Otot dan saraf. Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan
mati rasa pada jari tangan dan kaki. Serta kelemahan pada otot kaki.
Efek pada darah. Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh
pada kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah
merah, sehingga jumlah sel darah merah menurun. Yang paling sering
adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi
setiap kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi
berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal.
Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan :
o Mudah terkena infeksi
o Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah
sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga beberapa
obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan leukosit.
o Perdarahan. Keping darah (trombosit) berperan pada proses
pembekuan darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat
menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.
o Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan
penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah
merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan lemah,
mudah lelah, tampak pucat.
o Kulit menjadi kering dan berubah warna
o Lebih sensitive terhadap sinar matahari.
o Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.

Manajemen Nyeri Kanker


Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :

1. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain Asetaminofen,
OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
2. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok
opioid ringan seperti kodein dan tramadol
3. Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid
kuat seperti morfin dan fentanin

10.Stadium Kanker serviks


11.Komplikasi dan prognosis

Komplikasi
Komplikasi Carcinoma Cerviks

Kanker serviks berpotensi menimbulkan komplikasi penyakit lain, salah satu


yang paling mungkin terjadi adalah penyebaran sel kanker ke bagian lain dalam
tubuh, atau dikenal dengan istilah metastasis.

Metastasis

Ketika kanker serviks menyebar di luar lapisan atas jaringan serviks (disebut
endotelium serviks), hal itu menandakan bahwa sel kanker mulai menyerang
struktur dan organ sekitarnya. Transisi ini akibat kanker non-invasif mulai
menginvasi secara lokal, carcinoma in situ (CIS), yang menandakan bahwa massa
sel-sel kanker, secara kolektif disebut tumor atau lesi, telah memperoleh akses ke
seluruh tubuh. Sel-sel kanker dapat menyebar melalui pembuluh dari sistem getah
bening ke kelenjar getah bening di panggul atau dekat aorta, arteri terbesar dalam
tubuh. Kelenjar getah bening panggul dan aorta ini disebut kelenjar getah bening
regional karena merupakan titik terdekat ke situs kanker. Dari kelenjar tersebut,
kanker dapat melakukan perjalanan ke tempat yang jauh seperti tulang dan hati,
paru-paru, atau otak. Proses ini disebut metastasis, dari kata Yunani meta, yang
dalam hal ini mengacu pada perubahan, dan stasis, yang berarti "berdiri diam."
Kanker metastatis membawa tingkat kelangsungan hidup lebih rendah dari kanker
non-invasif atau invasif secara lokal.

Komplikasi Akibat Pengobatan Kanker

Selain dari perkembangan penyakit itu sendiri, pengobatan mungkin dapat


menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, komplikasi sering mengubah
hidup.

Infertilitas dapat disebabkan oleh pengangkatan indung telur atau dengan


radiasi atau kemoterapi, yang dapat merusak ovarium dan menyebabkan
kegagalan ovarium.

Pengangkatan ovarium selama operasi, prosedur yang disebut ooforektomi,


menyebabkan produksi hormon berhenti, mengakibatkan menopause dini pada
wanita premenopause.

Perubahan hormon yang menyertai ooforektomi juga dapat mengganggu


fungsi seksual dengan menyebabkan masalah seperti kekeringan vagina dan
menurunnya dorongan seks.

Seorang wanita hamil yang didiagnosis dengan kanker serviks mungkin


berisiko mengalami kerusakan pada janin jika pengobatan dimulai selama
kehamilan. Namun, terapi untuk kanker stadium awal sering dapat ditunda
sampai setelah melahirkan tanpa mengorbankan hasil pengobatan yang
menguntungkan.

Komplikasi akibat Pembedahan

a. Perdarahan
Rata-rata pasien saat proses pembedahan kehilangan darah sekitar 600-800 ml
dan 10 % pasien diantaranya membutuhkan tranfusi darah.
b. Infeksi
c. Gangguan kandung Kemih
1-3 % perempuan mengalami masalah dalam membuang urin setelah operasi
sehingga membutuhkan pemasangan kateter untuk mebuang urin.
d. Kerusakan organ sekitar serviks (seperti kandung kemih, ureter dan usus)
e. Nyeri
Prognosis
Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk tersebut
dihubungkan dengan 85-90 % kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif,
stadium lanjut, bahkan stadium terminal Selama ini, beberapa cara dipakai
menentukan faktor prognosis adalah berdasarkan klinis dan histopatologis seperti
keadaan umum, stadium, besar tumor primer, jenis sel, derajat diferensiasi Broders.
Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years
survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III
kira - kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30% .

1. Stadium 0
100penderita dalam stadium ini akan sembuh
.
2. Stadium 1
Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi IA dan IB. Dari semua wanita
yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate sebesar 95%.
Untuk stadium IB 5-years survival rate sebesar 70 sampai 90%. Ini tidak
termasuk wanita dengan kanker pada limfonodi mereka.

3. Stadium 2
Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. Dari semua wanita yang
terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70-90%.
Untuk stadium 2B 5-years survival rate sebesar 60 sampai 65%.

4. Stadium 3
Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%.

5. Stadium 4
Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%. 6. Stadium 5 Pada
stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 5-10%.

a. SKDI dan Indikasi merujuk


SKDI 2 mahasiswa mampu mendiagnosa dan merujuk pasien
Kesimpulan
Berdasarkan gejala dan tanda disertai pemeriksaan penunjang, ibu S disangkakan
terkena Ca. Serviks.

Daftar Pustaka
Dorland, W. ( 2012). Kamus saku kedokteran DORLAND, Ed. 28. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu kandungan. Jakarta : PT. Sarwono


PrawiroHardjo

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. EGC :


Jakarta.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi, Ed. 6, Vol. 2. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
LAPORAN TUTORIAL
KARSINOMA SERVIKS
KELOMPOK 4

DISUSUN OLEH
KETUA : MONA JUNRINI SIBARANI (11000038)
SEKRETARIS : MAGDALENA GULTOM (11000040)

YONADA SIGALINGGING (11000031)


MARIA RULLY STELLA (11000032)
PUTRI LIDIA PRISKILA (11000033)
CAROLUS EKO SANJAYA SIAHAAN (11000034 )
ELISA SANTIARA SIAHAAN (11000036)
TOMMY LUMBANTOBING (11000035)
LORENTINA PANJAITAN (11000037)
TINCE SUSANTRI SARAGIH (11000039)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

Anda mungkin juga menyukai