IMONOLOGI HEMATOLOGI
Oleh : Mahdiah, DCN, M.Kes.
Protein
Asam lemak essensial, seperti Asam Linoleat dan Asam -Linolenat tidak bisa disintesis
oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan.
Asam linoleat (-6) terkandung dalam minyak jagung, minyak bunga matahari, minyak
sawit, margarin, dan lemak hewani.
Asam linolenat (-3) terkandung dalam kacang kedelai dan minyak kanola.
PUFA rantai panjang seperti asam eikosapentanoat (eicosapentanoic acid, EPA) dan
asam dokosaheksanoat (docosahexanoic acid, DHA) dapat disintesis dalam tubuh
dengan prekursor asam -linolenat atau dapat diperoleh dari minyak ikan laut.
Vitamin A
supan dosis tinggi vitamin C tidak hanya berguna bagi penyakit flu,
melainkan juga dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder yang
disebabkan oleh virus atau bakteri pada penderita influenza. Untuk
mencegah penyakit tersebut, direkombinasikan penggunaan vitamin C
sebanyak 1.000 mg/hari atau lebih.
Vitamin C
Defisiensi vitamin C menyebabkan:
Sariawan
Hindari minum kopi atau teh saat makan, karena dapat menggangu
penyerapan zat besi dalam usus.
Tambahkan suplemen vitamin B12 dan asam folat bila perlu.
Disarankan untuk mengkonsumsi suplemen
penambah darah yang mengandung zat besi
tersebut dalam keadaan perut kosong,
sehingga zat besi akan dapat diserap dengan
baik.
Tetapi apabila tidak dapat mentolerasi hal
tersebut (timbul mual, pusing dll) maka dapat
dikonsumsi bersamaan dengan makanan.
Sebaiknya juga untuk tidak mengkonsumsi
suplemen penambah darah yang mengandung
zat besi tersebut bersamaan dengan obat
antasida atau susu karena dapat mengganggu
penyerapan zat besi.
Zat Besi ( Fe )
Hati, daging sapi, kuning telur, sayur-sayuran
yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk,
daun ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang
buncis, kacang panjang, dll. ).
Asam Folat
Hati, jamur, pisang, apel
Makanan sumber zat besi
Hasil penelitian yang diterbitkan dalam
Journal of American Dietetic Association
menemukan bahwa perempuan penderita
anemia kekurangan konsumsi protein,
sayuran, vitamin B12, zat besi, vitamin C, dan
daging merah.
Meminum multivitamin atau suplemen
mineral tidak mampu membantunya.
Peneliti utama studi tersebut, Cynthia A
Thomson PhD RD seorang profesor ilmu gizi di
University of Arizona di Tucson mengatakan :
Anemia pada perempuan menopause
merupakan hal penting. Thomson
menyarankan penilaian pola makan harus
disertakan setiap kali pendiagnosisan anemia.
Karena, perubahan dalam gizi dimungkinkan
merupakan solusi terbaik bagi penderita
anemia.
Untuk meningkatkan hemoglobin :
Mengkonsumsi makanan kaya zat besi seperti
daging merah (sapi, domba, unggas, ikan)
yang mudah diserap. Semakin gelap warna
daging semakin banyak zat besi. Sayuran
berdaun hijau, seperti kangkung, bayam dan
kangkung, biji-bijian, terutama gandum,
kacang polong. biji wijen, biji bunga matahari,,
dan almon.
Jangan minum minuman teh, kopi, atau soda
saat makan. Kafein menghambat penyerapan
zat besi dari makanan
Seperti yang telah dikemukakan dalam kasus, pasien
tidak suka makan daging. Padahal, daging
merupakan sumber zat besi sebagai pembentuk
heme yang absorpsinya tidak dihambat oleh bahan
penghambat sehingga mempunyai bioavailabilitas
tinggi. Selain besi, daging juga mengandung zat gizi
lain, misalnya asam folat. Protein daging lebih mudah
diserap karena heme dalam hemoglobin dan
mioglobin tidak berubah sebagai hemin (bentuk feri
dari heme). Kompleksnya nutrisi yang terkandung
dalam daging inilah yang menyebabkan pasien
mengalami anemia, walaupun yang paling dominan
adalah akibat dari defisiensi besi.
Tablet tambah darah yang diberikan berisi besi
dan asam folat, jadi sesuai terapi anemia
defisiensi besi yang dianjurkan. Selain itu,
apabila pasien karena hal-hal tertentu tidak
dapat menggunakan terapi besi oral, maka
terapi dapat diganti dengan terapi besi
parenteral. Terapi penunjang seperti diet juga
diperlukan untuk menunjang keberhasilan
terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia dalam Sudoyo, Aru W, et.al.
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Bakta, I Made, dkk. Anemia Defisiensi Besi dalam Sudoyo, Aru W, et.al. 2006. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Baldy, Catherine M. Gangguan Sel Darah Merah dalam Price, Sylvia A. Wilson,
Lorraine M. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Dewoto, Hedi R. Wardhini BP, S. Antianemia Defisiensi dan Eritropoeitin dalam
Gunawan, Sulistia Gan, et.al. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI.
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Soenarto. Anemia Megaloblastik dalam Sudoyo, Aru W, et.al. 2006. Buku Ajar
Alergi makanan
Berbagai fakta ilmiah berupa laporan kasus dan
penelitian ilmiah menunjukkan berbagai gangguan
tubuh dan sistem tubuh terutama gangguan
fungsional tubuh yang belum dapat dipastikan
penyebabnya seringkali berkaitan
dengan reaksi akibat makanan yang dikonsumsi.
Diagnosis alergi atau hipersensitif makanan dibuat
bukan dengan tes alergi tetapi berdasarkan diagnosis
klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit
penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang
riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda
dan gejala alergi makanan sejak bayi hingga dewasa
dan dengan eliminasi provokasi makanan
Tidak semua gangguan asma, gangguan kulit
adalah alergi makanan.
Bila tidak diperantarai oleh Imunoglobulin E
biasanya di sebut hipersensitifitas Makanan.