Anda di halaman 1dari 34

NUTRISI

UNTUK SISTEM IMUN


SEJARAH
Nutrisi dan Sistem Imun
 Sebelum tahun 1959
 Nevin Scrimshaw dan koleganya mendokumentasikan
hubugan yang erat antara infeksi penyakit dengan
kenaikan malnutrisi yang terjadi pada suatu populasi.
 Selama periode tahun 1950an, pengetahuan sistem imun
masih primitif, pengetahuan yang ada masih terfokus pada
perkembangan imunitas antibodi humoral.
SEJARAH
Nutrisi dan Sistem Imun
 Zaman Renaissance 1959-1968
 Dokumentasi interaksi secara siklik dan ekstensif antara
malnutrisi dan infeksi.

 Zaman Reformasi 1870-1980


 Mekanisme dasar dari siklus malnutrisi-infeksi yang
difasilitasi oleh peningkatan yang kompleks dan
kemampuan dari bahan-bahan yang dapat meningkatkan
fungsi sistim imun pada manusia.

 Zaman Rekonstruksi 1980-1990


 Adanya penelitian para immunologist dan nutritionist
mengenai efek nutrisi pada sistem imun.
SEJARAH
Nutrisi dan Sistem Imun

 Era Modern 1990-2000


 Memberikan perhatian terhadap defisiensi mikronutrien
sebagai faktor kondisi pada respon terhadap infeksi.

 Era Millenium 2000-sekarang


 Pengembangan metode untuk melihat adanya hubungan
nutrisi dengan fungsi sistem imun.
JENIS NUTRIEN
NUTRIEN

Mikronutrien
•Vitamin
•Mineral

Makronutrien
•Karbohidrat
•Protein
•Lemak
Nutrien Untuk Sistem Imun
 MAKRONUTRIEN
 KARBOHIDRAT
 PROTEIN
 Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang (Long
Chain Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)
 MIKRONUTRIEN
 Vitamin A
 Vitamin C
 Vitamin E dan Selenium
 Besi
 Zink
 Nukleotida
Karbohidrat
 suplai sistem imun dengan energi untuk melawan
patogen
 tingkatkan karbohidrat kompleks
 batasi gula sederhana
 batasi karbohidrat olahan
Protein
 Protein dengan asam amino essensial yang lengkap
 membuat enzim untuk eliminasi patogen, menjaga
saluran cerna, menjaga sistem imun
 pilih daging tidak berlemak
 pilih protein nabati
 batasi konsumsi daging berlemak
Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang
(Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)

 Asam lemak essensial, seperti Asam Linoleat dan Asam α-Linolenat tidak
bisa disintesis dalam sel tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan.
 Asam linoleat (ω-6) terkandung dalam minyak jagung, minyak bunga
matahari, minyak sawit, margarin, dan lemak hewani, ikan air tawar
 Asam linolenat (ω-3) terkandung dalam kacang kedelai dan minyak
kanola, ikan air laut
 PUFA rantai panjang seperti asam eikosapentanoat (eicosapentanoic acid,
EPA) dan asam dokosaheksanoat (docosahexanoic acid, DHA) dapat
disintesis dalam tubuh dengan prekursor asam α-linolenat atau dapat
diperoleh dari minyak ikan laut.
Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang
(Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)
 Konsumsi EPA dan DHA terbukti memiliki fungsi modulasi spesifik pada
imunitas alami dan dapatan.
 Konsumsi asam linolenat dalam jumlah tinggi (>10% dari lemak total) dapat
menekan kemampuan limfosit dalam merespon terhadap stimulasi mitogen,
aktivitas sel NK, dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV).
 Konsumsi EPA dan DHA setelah stimulasi mitogen menurunkan produksi
interleukin (IL)-1, IL-6, Tumor Necrosis Factor (TNF)-α oleh sel mononuklear
pada pembuluh darah perifer dan makrofag peritoneal.
 Konsumsi PUFA n-3 dalam jumlah sedang (<1gr EPA + DHA/hari) setelah
stimulasi mitogen tidak bersifat imunosupresif bahkan dapat meningkatkan fungsi
imun seperti proliferasi dan aktivasi sel limfosit, aktivitas sel NK, aktivasi
makrofag, produksi IL-1, IL-2, TNF-α.
 Penambahan dalam jumlah kecil DHA dan asam arakhidonat dalam formula untuk
bayi mampu merubah maturasi sel T (ekspresi antigen CD45RO+ pada sel CD4+)
Poli Asam Lemak Tak Jenuh Rantai Panjang
(Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA)

 Mekanisme n-3 PUFA memodulasi fungsi sistem imun.


Vitamin A
 Apakah Vitamin A itu ?
Vitamin A  salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh 
meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata.
 Fungsi utama vitamin  zat pengatur.
 Mengonsumsi vitamin yang cukup  metabolisme lancar
 Guna vitamin A :
 Bantu pertumbuhan dan perkembangan kerangka dan jaringan tubuh.
"Sebab vitamin A membantu sintesis protein tubuh dan diferensiasi sel-sel
tulang (memperbaiki proses pembuatan tulang),“
 Vitamin anti-infeksi  dapat mempertahankan integritas membran
mucous (supaya sel-sel di dalam tubuh khususnya mata tidak mudah
rapuh).

Kekurangan vitamin A menyebabkan meningkatnya kerentanan tubuh


terhadap infeksi bakteri dan virus.
Vitamin A
 Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan:
 Gangguan pada imunitas humoral
 Menghambat stimulasi mitogen
 Menghambat proliferasi sel T
 Menghambat produksi antibodi spesifik antigen seperti IgA
(Immunoglobulin A), IgG
 Menurunkan kemampuan sel CD4 untuk menginduksi respon sel B dalam
memproduksi IgG1 untuk antigen yang spesifik
 Menurunkan kemampuan neutrofil untuk memfagosit infektor
(Pseudomonas aeruginosa)
Vitamin A
 Kelebihan asupan Vitamin A menyebabkan:
 Supresi hematopoiesis
 Supresi proliferasi Sel T yang diinduksi oleh mitogen
 Supresi produksi antibodi spesifik antigen
 Lebih rentan terhadap infeksi
 Menurunkan transkripsi dan ekspresi gen untuk beberapa molekul
sistem imun seperti sitokin.
Vitamin A
 Mekanisme vitamin A untuk sistem imun
Vitamin C
 Vitamin C berada dalam konsentrasi tinggi dalam sel leukosit.
 Selama terjadi infeksi, sel leukosit menggunakan Vit. C dalam jumlah
banyak untuk mencegah kerusakan oksidatif.
 Konsumsi 1 gr Vit. C (dan 200 mg Vit. E) setiap hari selama 16 minggu
akan meningkatkan proliferasi limfosit, dan peningkatan fungsi fagositik
dari neutrofil pada pembuluh darah perifer.
Vitamin C
 Tubuh menyimpan dan memanfaatkan vitamin C secara berfluktuasi
tergantung berapa banyak yang diperlukan untuk menunjang sistem
imunitas, mengatur metabolisme kolesterol, mengikat radikal bebas,
menyembuhkan luka, dan lain-lain.

 Asupan dosis tinggi vitamin C tidak hanya berguna bagi penyakit flu,
melainkan juga dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder yang
disebabkan oleh virus atau bakteri pada penderita influenza. Untuk
mencegah penyakit tersebut, direkombinasikan penggunaan vitamin C
sebanyak 1.000 mg/hari atau lebih.
Vitamin C
 Defisiensi vitamin C menyebabkan:
 Sariawan
 Lebih rentan terkena infeksi gigi dan gusi
 Abnormalitas mukopolisakarida sel basal
Vitamin C
 Mekanisme Vitamin C pada sistem Imun
Vitamin E dan Selenium

Dalam jaringan, Vitamin E (α-tokoferol) dan


elemen Selenium (Se) fungsinya sinergis
untuk mengurangi kerusakan membran lipid
dengan cara membentuk spesi oksigen reaktif
(ROS) selama infeksi.
Vitamin E dan Selenium
 Defisiensi Vit. E dan Se menyebabkan:
 Vit. E  Meningkatnya kerusakan membran sel darah
merah karena induksi radikal bebas
 Se  penurunan produksi radikal bebas, penurunan
aktivitas fagositik neutrofil, penurunan ekspresi gen untuk
IL-2 dan afinitasnya pada sel T, penurunan diferensiasi
dan proliferasi sel T, penurunan sitotoksisitas limfosit.
Vitamin E dan Selenium
 Mekanisme Vitamin E dan Selenium pada sistem Imun
Besi
 Defisiensi besi terjadi pada 20-50% populasi dunia.
 Elemen besi mengatur fungsi sel T limfosit.
 Kebutuhan Fe sel limfosit akan meningkat pada saat
proliferasi dan kondisi lain
 Imunitas humoral tidak dipengaruhi oleh keberadaan besi
karena produksi antibodi dalam tubuh dapat terjadi pada
kadar besi yang rendah.
Besi
 Defisiensi besi menyebabkan:
 Menghambat perkembangan imunitas selular
 Penurunan aktivitas myeloperoksidase dan bakterisidal dari neutrofil
 Penurunan aktivitas sel NK
 Peningkatan risiko infeksi
 Kelebihan besi menyebabkan:
 Penurunan aktivitas fagositosis yang distimulasi mitogen dan
imunitas humoral pada sel monosit dan makrofag.
 Penurunan migrasi/ mobilisasi neutrofil
 Perubahan subset sel T limfosit
 Supresi sistem komplemen
 Lebih mudah terkena infeksi
Besi
Zink
 Zink dibutuhkan dalam aktivasi > dari 100 enzim yang
terlibat dalam metabolisme energi dan karbohidrat, sintesis
dan degradasi protein, sintesis asam nukleat, biosintesis
hemoglobin dan transpor CO2.
 Keberadaan zink dapat memengaruhi sistem imun mencakup
pembentukan oksigen radikal, pembentukan limfosit dan
sitokin, serta regulasi apoptosis dan ekspresi gen.
Zink
 Defisiensi zink dapat menyebabkan :
 Terganggunya sistem pertahanan tubuh
 Respon poliferasi sel Th berkurang
 Defisiensi aktivitas hormon timus
 Merusak respon DTH (delayed type
hypersensitivity), produksi Ig G dan aktifitas litik
dari NK cell yang rendah
Zink
 Kelebihan Zn dalam darah menyebabkan:
 Memblokade proses apoptosis antigen dengan
mencegah aktivasi dari endonukleus yang terlibat
dalam fragmentasi DNA
 Menghambat pembentukan ikatan steroid dengan
sistein di reseptor binding site glukokortikoid.
Zink
Nukleotida
 Nukleotida dapat diperoleh dari makanan yang kaya akan
nukleoprotein seperti ikan, daging, dan ASI.

 Konsumsi nukleotida pada kadar normal, sekitar < 5% ( 1-2 g


/ hari ) dapat meningkatkan sistem imun humoral
If we could give every individual the right amount of
nourishment and exercise, not too little and not too
much, we would have found the safest way to health.
(Hippocrates, 460-377 B.C)
Mikronutrien
 Vitamin
× vitamin A : antioksidan; menormalkan
pembelahan sel; mendukung kerja kelenjar
timus; meningkatkan produksi antibodi
× vitamin B-6 : mendukung kerja sel B dan T,
reaksi enzimatis
× vitamin C : antioksidan; menstimulasi antibodi
dan WBC
× vitamin E : antioksidan; meningkatkan fungsi sel
T, interleukin 2, TNF;
Kamis, 6 - Des - 2007 Nutrisi Untuk Sistem Imun Halaman 33 dari 30
Mikronutrien
 Mineral
× Zn : mendukung reaksi enzimatis dalam sel, kerja kelenjar
timus sehingga meningkatkan produksi dan aktivasi leukosit
× Se : antioksidan, mendukung aktivitas sel T dan NK sel,
meningkatkan produksi antibodi
× Fe : meregulasi fungsi limfosit T
× Quercetin : antioksidan kuat
× Asam alfa-lipoat : meningkatkan kadar glutation
× Iodin : mendukung aktivitas NK sel
× CoQ10 : meningkatkan produksi IgG
× Glutation : antioksidan, mendukung kerja sel T

Kamis, 6 - Des - 2007 Nutrisi Untuk Sistem Imun Halaman 34 dari 30

Anda mungkin juga menyukai