Anda di halaman 1dari 35

ZAT GIZI UNTUK IMUNITAS

Surmita, S.Gz., M.Kes


Nutrition Department
Poltekkes Kemenkes Bandung
PENDAHULUAN
 Sistem imun (immune system) atau sistem kekebalan
tubuh adalah kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi, meniadakan kerja toksin dan faktor virulen
lainnya yang bersifat antigenik dan imunogenik.
 Antigen sendiri adalah suatu bahan atau senyawa
yang dapat merangsang pembentukan antibodi.
Antigen dapat berupa protein, lemak, polisakarida,
asam nukleat, lipopolisakarida, lipoprotein dan lain-
lain.
 Antigenik adalah sifat suatu senyawa yang mampu
merangsang pembentukan antibodi spesifik terhadap
senyawa tersebut.
 Imunogenik adalah sifat senyawa yang dapat
merangsang pembentukan antibodi spesifik yang
bersifat protektif dan peningkatan kekebalan seluler.
 Respon imun terhadap benda asing secara garis besar dibagi
dalam dua sistem utama, yaitu innate / non spesifik/bawaan
dan adaptif/acquired atau imunitas spesifik.
 Imunitas adaptif akan bekerja apabila imunitas bawaan
(innate) tidak dapat meniadakan infeksi dalam waktu
dekat/pendek.
 Selanjutnya, pada saat serangan kedua benda asing ke dalam
tubuh, sel B dan T memori akan membantu sistem imun
beraksi lebih cepat.
 Imunitas bawaan (innate)/non spesifik terdiri dari garis
pertahanan epitel, komponen seluler (makrofag, lekosit
polimorfonuklear, natural killer (NK) dan dendritic cell (DCs))
dan komponen non-seluler dengan molekul marker/pendeteksi
(CRP/C-reactive protein, serum amiloid protein, complement).
 Dalam bekerja, baik imunitas bawaan maupun imunitas
adaptif tidak dapat dipisah-pisahkan, namun saling
melengkapi
ZAT GIZI DAN IMUNITAS
 Vitamin A
 Vitamin B6

 Vitamin C

 Vitamin D

 Vitamin E

 Selenium

 Folat

 Zat Besi

 Seng
VITAMIN A
 Vitamin A mempunyai peranan penting di dalam
pemeliharaan sel epitel.
 Sel epitel merupakan salah satu jaringan tubuh
yang terlibat di dalam fungsi imunitas non-
spesifik.
 Imunitas non-spesifik melibatkan pertahanan
fisik seperti kulit, selaput lendir, silia saluran
nafas.
 Peranan vitamin A dalam sistem imunitas non
spesifik terlihat pada integritas mukosa epitel
 Vitamin A juga berperan dalam sistem imun
seluler
VITAMIN A
 Mencegah terjadinya infeksi
 Penelitian menunjukkan , kekurangan vitamin A
dapat menyebabkan :
 Infeksi pada mata
 Sistem pernafasan
 Saluran pencernaan

 Pada keadaan defisiensi vitamin A dpt


menurunkan kemampuan fagositosis dan
oksidatif dari magrofag
 Defisiensi vitamin A dapat menurunkan jumlah
dan aktifitas sel NK (natural killer)
MEKANISME PERAN VITAMIN A
 Aktivasi reseptor asam retinoat dapat memicu
proses proliferasi
 Vitamin A dapat menginduksi perkembangan
dan diferensiasi Th1 dan Th2
 Turunan vitamin A (asam retinoat)
mempengaruhi komponen sistem imun, seperti
sel dendritik, monosit/makrofag, sel B dan sel T.
 Vitamin A memiliki peran sebagai antioksidan
dengan cara mendonorkan elektron dari atomnya
kepada radikal bebas untuk berikatan dengan
elektron yang tidak berpasangan (tunggal) dari
radikal bebas tanpa menjadi radikal bebas baru
VITAMIN B6
 Vit B6 memiliki peranan penting dalam
pembentukan asam nukleat dan sintesis protein.
 Jika tubuh kekurangan vit. B6 dapat
menyebabkan gangguan pada sistem imun:
 Perubahan struktur dan kandungan sel dalam
jaringan limfoid
 Respons imunitas humoral menjadi terganggu
 Terhambatnya respons imun seluler

 Kekurangan vitamin B6 dapat menggangu


proses pematangan limfosit T
VITAMIN C
 Vitamin C meningkatkan fungsi imun dengan
menstimulasi produksi interferon (protein yang
melindungi sel dari serangan virus). Interferon
adalah salah satu sitokin yang dihasilkan karena
adanya komunikasi sel yang baik dan untuk menjaga
komunikasi tersebut tetap baik maka diperlukan sel
imun yang sehat dengan membran sel yang utuh
 Vitamin C juga mempunyai peran dalam sintesa
kolagen untuk menjaga kesehatan kulit. Kulit adalah
salah satu jaringan tubuh yang berperan di dalam
imunitas non spesifk. Kulit yang utuh dan sehat
dapat menjaga masuknya unsur patogen ke dalam
tubuh. Kulit merupakan barier pertama yang
menjaga masuknya benda asing sehingga mencegah
terjadinya infeksi.
VITAMIN C
 Vitamin C bertindak sebagai stimulan dari
neutrofil dan monosit
 Vitamin C dapat dapat meningkatkan sistem
imun dengan meningkatkan proliferasi limfosit T
dalam menghadapi infeksi.
 Vitamin C dapat meningkatkan produksi sitokin

 Vitamin C dapat menurunkan durasi penyakit


dan keparahan dari infeksi saluran pernafasan
MEKANISME PERAN VIT C
 Vit C melindungi neutrofil dari ROS yg
diproduksi oleh sel itu sendiri dan sistem imun
lainhya selama fagositosis
 Vit C mencegah masuknya kerusakan oksidatif
ke dalam DNA dari limfosit
 Vit C menurunkan kerusakan DNA yg diinduksi
oleh H2O2
 Vit C bertindak sbg donor elektron yg terlibat
dlm aktifitas monooksidase dan dioksigenase
 Vit C berperan aktif dalam proses penyembuhan
luka dg cara meningkatkan produksi kolagen
 Pemberian Vit C dengan dosis 200 mg per hari
mampu menurunkan kejadian, durasi dan
keparahan flu (Hemila, et al 2004)
VITAMIN D
 Vitamin D mempengaruhi sistem imun manusia:
 Memengaruhi produksi dari modulator atau
pengatur sistem imun
 Mencegah ekspresi berlebihan dari sitokin inflamasi
 Meningkatkan ledakan oksidatif potensi makrofag
 Merangsang ekspresi ampuh peptida antimikroba, yg
ada di neutrofil, monosit, sel NK dan sel-sel epitel yg
melapisi saluran pernapasan
MEKANISME KERJA VIT D DAN
SISTEM IMUN
 Vit D berperan sebagai penyalur sinyal untuk
proses fagositosis
 Vit D memengaruhi respon sel T

 Vit D menekan pembentukan sitokin


proinflamasi
 Vit D menekan produksi antibodi oleh sel B
VITAMIN E
 Vitamin E atau α-tokoferol merupakan vitamin larut
lemak.
 Vitamin ini banyak terdapat dalam membran eritrosit dan
lipoprotein plasma.
 Tokoferol terutama α-tokoferol telah diketahui sebagai
antioksidan yang mampu mempertahankan integritas
membran sel.
 Peranan besar vitamin E sebagai antioksidan lebih
disebabkan karena vitamin E mempunyai cincin fenol yang
mampu memberikan ion hidrogennya kepada radikal
bebas.
 Di antara beberapa bentuk vitamin E, bentuk α-tokoferol
lebih efektif dibandingkan dengan beta, gama dan delta
tokoferol. Ion hidrogen dari α-tokoferol sangat efektif dan
cepat bereaksi dengan beberapa radikal bebas dan
menghentikan radikal bebas sebelum merusak membran
sel dan komponen-komponen sel lainnya.
VITAMIN E
 Sebagai antioksidan dalam tubuh, vitamin E
bertindak sebagai scavenger (penangkap)
radikal-radikal bebas yang masuk ke dalam
tubuh atau terbentuk di dalam tubuh dari proses
metabolisme normal.
 Vitamin E dapat menurunkan pembentukkan
prostaglandin dan radikal bebas
 Vitamin E dapat menghambat proses inflamasi

 Pada keadaan kekurangan vitamin E, terjadi


pengurangan kemampuan fagositosis
FOLAT
 Asam Folat berperan dalam pembelahan sel
imun
 Asam folat berperan dalam pembentukkan

 Folat memiliki peranan pengaturan sistem imun


adalah krn sel T, memiliki reseptor asam folat
BESI
 Besi sangat berperan dalam sintesa hemoglobin dan
terkait erat dengan masalah anemia.
 Peranan zat besi berhubungan dengan
kemampuannya dalam reaksi oksidasi dan reduksi,
zat besi merupakan unsur yang sangat reaktif
sehingga mampu berinteraksi dengan oksigen.
 Dalam keadaan teroksidasi, besi kehilangan tiga
elektron sehingga memiliki tiga sisa muatan positif
(Fe 3+ /feri), sedangkan dalam keadaan tereduksi
besi kehilangan dua elektron sehingga memiliki dua
sisa muatan positif (Fe2+ /fero).
 Keberadaan besi dalam dua bentuk ion ini
menyebabkan besi berperan dalam proses respirasi
sel yaitu sebagai kofaktor bagi enzim-enzim yang
terlibat dalam reaksi oksidasi-reduksi.
BESI
 Zat besi digunakan untuk pertumbuhan mikroba
patogen
 Tubuh memiliki kemampuan untuk menjaga
cadangan zat besi dan membatasi ketersediaan
zat besi
 Sel –sel imun juga membutuhkan zat besi untuk
melakukan proliferasi
BESI
 Kekurangan besi akan berdampak pada reaksi
imunitas berupa aktivitas neutrofil yang
menurun, dan sebagai konsekuensinya
kemampuan untuk membunuh bakteri
intraseluler secara nyata menjadi terganggu.
 Sel NK sensitif terhadap ketidakseimbangan besi
dan memerlukan jumlah besi yang cukup untuk
berdiferensiasi dan berproliferasi, jika tubuh
kekurangan besi kemampuan sel NK untuk
membunuh bakteri menjadi rendah.
SENG
 Zinc memegang peranan penting dalam banyak fungsi tubuh,
sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada
kegiatan lebih dari 300 enzim.
 Zinc juga berperan dalam proliferasi sel terutama sel mukosa.
 Zinc juga mempunyai peran yang penting dalam sintesa asam
nukleat. Asam nukleat adalah senyawa yang esensial di
dalam sel, sehingga keberadaan zinc mempunyai peranan
penting di dalam fungsi imunitas seluler.
 Kekurangan zinc menurunkan aktivitas sel natural killer,
CD4+ dan CD8+, juga menurunnya proliferasi limfosit.
 Peran zinc di dalam fungsi imunitas antara lain di dalam
fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh sel B, serta
pertahanan non spesifik.
 Zinc juga diperlukan didalam aktivitas enzim SOD
(superoksida dismutase) yang memiliki peran penting dalam
sistem pertahanan tubuh, terutama terhadap aktivitas
senyawa oksigen reaktif yang dapat menyebabkan stres
oksidatif.
SENG
 Seng penting untuk perkembangan dan fungsi
dari sel-sel imun (berperan dalam pembentukan
protein)
 Fungsi makrofag dipengaruhi saat seseorang
mengalami defisiensi seng
 Defisiensi seng menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan dan fungsi sel T dan B
 Seng juga berperan sebagai antioksidan yang
melindungi membran sel-sel sistem imun
SELENIUM
 Selenium adalah mineral kelumit yang penting
untuk sintesis protein dan aktivitas enzim
glutation peroksidase (GSH-PX).
 Selenium dalam glutation peroksidase
mempunyai peranan sebagai katalisator dalam
pemecahan peroksida yang terbentuk di dalam
tubuh menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik.
 Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas
yang dapat mengoksidasi asam lemak tidak
jenuh yang ada pada membran sel, sehingga
merusak membran sel.
PUSTAKA

 Baratawidjaja. Immunologi Dasar. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2006.
 Muhammad. HFL. IMUNOLOGI GIZI. UGM
Press. 2018
 Siswanto, dkk. PERAN BEBERAPA ZAT GIZI MIKRO
DALAM SISTEM IMUNITAS . 2013
 Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta:.Gramedia Pustaka Utama, 2006.
KASUS
 Mahasiswa berkelompok (3 pasangan kelompok masak)
 Dalam kelompok tersebut, tentukan salah satu mahasiswa
yang akan dijadikan kasus/klien
 Lakukan pengkajian data klien (status gizi, kebiasaan
makan dan keluhan yang dirasakan klien)
 Tentukan risiko gangguan gizi yang mungkin dialami oleh
klien
 Buatlah perencanaan Gizi untuk Klien
 Hitung kebutuhan energi dan zat gizi sehari klien!
 Buat standar makanan sehari dan distribusi makanan sehari!
 Susun menu sehari !
 Analisis nilai gizi dari menu tersebut dan hitung persentase
pemenuhan kebutuhan gizi
 Edukasi atau konseling gizi (Informasi atau nasehat apa
yang akan anda berikan sebagai ahli gizi kepada klien)

Anda mungkin juga menyukai