Anda di halaman 1dari 5

A.

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT HEPATITIS

Penderita penyakit hati mengalami berbagai masalah gizi yang dapat mempengaruhi
status gizinya. Asuhan gizi bagi penderita penyakit hati akan berhasil dengan baik, jika
dilakukan dengan langkah-langkah pada proses asuhan gizi terstandar. Langkah pertama
adalah asesmen gizi untuk mengkaji masalah gizi yang mungkin terjadi pada penderita
penyakit hepatitis. Penderita penyakit hepatitis dengan manifestasi yang ada dapat
memberikan implikasi gizi. Implikasi gizi pada penderita penyakit Hepatitis adalah sebagai
berikut :
1. Asupan oral inadekuat, hal ini dapat terjadi karena adanya gejala-gejala mual, muntah,
hilang nafsu makan, nyeri abdomen, anoreksia, demam, dll.
2. Penurunan berat badan yang tidak diharapkan, dapat terjadi karena asupan oral yang
inadekuat.
3. Defisiensi zat gizi dapat terjadi karena asupan oral yang inadekuat.
4. Interaksi obat dan makanan (treatment HCV).

Untuk mendapatkan data asupan makanan untuk menentukan konsumsi makanan/cairan


dan yang dapat diterima oleh pasien, dilakukan dengan metode survei konsumsi 24-hour
recall, diet history, atau food diary. Selain data asupan, pada langkah asesmen gizi juga
dibuthkan data biokimia dan data fisik klinis untuk menunjang penetapan diganosa gizi
(langkah kedua dari proses asuhan gizi terstandar).
Berikut adalah contoh komponen yang dikumpulkan untuk dikaji pada langkah asesmen
gizi pada pasien dengan hepatitis, berikut interpretasinya.

Tabel 6.3
Komponen Asesmen Gizi pada Penyakit Hepatitis dan Interpretasinya

PENILAIA HASI INTERPRET


N L ASI
SGPT-SGOT SGOT > 40 Terjadi kerusakan sel hati
U/L SGPT >
35 U/L
Fosfatase normal
Alkali

Total serum > 18 umol/L Meningkat – liver tidak dapat membuang


bilirubin bilirubin atau kelebihan destruksi sel darah

Berat Badan Turun ≥ 5% dalam 1 bulan Penurunan berat badan yang tidak
atau ≥ 10% dalam 6 bulan diharapkan.
Dampak Asupan tidak sesuai dengan
kebutuhan
PENILAIAN HASIL INTERPRETASI
Penampilan Tampak kurus Penurunan berat badan yang tidak
fisik diharapkan.
Dampak Asupan tidak sesuai dengan
kebutuhan

Penampilan Kulit dan sklera mata Bilirubin meningkat – gangguan fungsi hati
fisik berwarna kuning

Mulut Luka di bagian ujung - cheilosis Defisiensi vtamin dan atau mineral

Lidah Luka - Glossitis, cheilosis, Defisiensi vitamin dan atau mineral

Setelah dilakukan asesmen gizi, akan didapatkan kemungkinan-kemungkinan masalah


gizi pada pasien penyakit hepatitis, yang akan disebut sebagai diagnosa gizi. Beberapa
kemungkinan masalah gizi pada pasien penyakit hepatitis adalah:
inadekuat asupan oral; inadekuat asupan protein dan energi; interaksi obat dan makanan;
gangguan utiliasi zat gizi (perubahan kemampuan memetabolisme zat gizi dan substansi
bioaktif); dan penurunan berat badan yang tidak diharapkan.
Beberapa contoh diagnosa gizi pada pasien dengan hepatitis :
1. Gangguan utilisasi zat gizi (P atau Problem) berkaitan dengan hepatitis (E
atau Etiologi) ditandai/dibuktikan dengan SGOT dan SGPT abnormal, bilirubin tinggi,
tampak kuning (SS atau Signs dan Symtomps).
2. Asupan oral tidak adekuat (P atau Problem) berkaitan dengan mual, muntah (E atau
Etiologi) ditandai/dibuktikan dengan asupan energi kurang dari kebutuhan, penurunan
berat badan, dan tampak kurus (SS atau Signs dan Symtomps).
Catatan : Ingat penulisan Diagnosa Gizi dengan PES.

B. INTERVENSI GIZI

Setelah diagnosa gizi ditetapkan, langkah selanjutnya adalah Intervensi gizi. Intervensi
gizi yang direncanakan harus ada benang merahnya dengan diagnosa gizi yang telah
ditetapkan. Dimana P (Problem) pada diagnosa gizi mengarahkan tujuan intervensi; dan E
(Etiologi) pada diagnosa gizi menentukan strategi intervensi gizi yang terdiri dari 4 domain.
Secara umum tujuan intervensi gizi pada penyakit hati adalah untuk mencapai status gizi
optimal atau mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Tujuan
intervensi disesuaikan dengan masalah gizi yang ada dan untuk mendukung regenerasi sel;
memberikan makanan dan cairan yang terbaik; memodifikasi frekuensi makan yang sering
dengan porsi kecil untuk mengatasi anoreksia; dan tidak ada pembatasan makanan selain
alkohol.
Tabel 6.4
Contoh rencana intervensi gizi diambil dari contoh diagnosa gizi nomor 1 di atas.

Diagnosa Gizi Intervensi


Gizi
PROBLEM Gangguan utilisasi zat Tujuan :
gizi Memberikan makanan sesuai kemampuan tubuh
dengan gangguan metabolisme zat gizi

ETIOLOGI Penyakit hepatitis Strategi :


Pemberian terapi diet hepatitis

SIGN / SGOT dan SGPT -


SYMPTO abnormal, bilirubin
M tinggi, tampak kuning

Intervensi Gizi terdiri dari 4 domain, yaitu pemberian diet, edukasi gizi, konseling gizi
dan koordinasi.

Pemberian diet atau preskripsi diet pada penyakit hepatitis (Penuntun Diet, 2004):
1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yaitu 40-45 Kalori/kg berat badan
2. Protein agak tinggi sebagai upaya anabolisme protein, 1.2 – 1.5 gram/kg berat badan
3. Kebutuhan lemak cukup, yaitu 20-25% total energi dengan bentuk mudah cerna atau
emulsi. Bila ada gangguan utilisasi lemak (jaundice atau steatorrhea), maka diberikan :
a. pembatasan lemak < 30%
b. kurangi lemak sumber Long Chain Triglycerides (LCT) atau lemak dengan rantai
carbon panjang dan gunakan lemak sumber Medium Chain Triglycerides (MCT)
atau lemak dengan rantai karbon sedang, karena lemak ini tidak membutuhkan
aktivasi enzim lipase dan empedu dalam metabolismenya. Namun penggunaan
harus hati-hati jika ada risiko diare
4. Kebutuhan karbohidrat, merupakan sisa total energi, dan didistribusikan dalam satu hari
dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kondisi hipoglikemia dan
hiperglikemia.
5. Kebutuhan Vitamin sesuai tingkat defisiensi. Bila perlu dengan suplemen vitamin B
kompleks, vitamin C, dan vitamin K.
6. Kebutuhan Mineral sesuai kebutuhan, jika perlu diberikan suplemen zat besi (Fe), seng
(Zn), Magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan Fosfor (P). Untuk natrium (Na) dibatasi bila
ada udema atau asites, yaitu 2 gram/hari.
7. Kebutuhan cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi, seperti
udema atau asites.
8. Bentuk makanan lunak (bila ada mual dan muntah) atau bentuk makanan biasa.
9. Rute makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.
10. Pemilihan bahan makanan, ada bahan makanan yang dibatas dan tidak dianjurkan.
Bahan makanan yang dibatasi adalah bahan makanan sumber lemak (daging berlemak),
dan bahan makanan yang mengandung gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,
ketimun, durian, nangka. Sedangkan bahan makanan yang tidak dianjurkan adalah
makanan dan minuman mengandung alkohol, teh dan kopi kental.

Contoh preskripsi gizi dengan tujuan memberikan makanan sesuai kemampuan tubuh
dengan gangguan metabolisme zat gizi.

Diet 1500 Kalori, 30 gram protein, 184 gram karbohidrat, 60 gram lemak, cairan 750
ml. Batasi bahan makaan sumber lemak dan gas dan bahan makanan yang mengandung
kafein, pemberian makan dengan frekuensi 6 kali dengan porsi kecil, rute oral.
Untuk intervensi gizi domain edukasi, konseling dan koordinasi gizi, dapat
direncanakan sebagai berikut :
1. Edukasi gizi dengan memberi motivasi dan informasi serta bekerjasama dalam
mencapai tujuan terapi diet.
2. Konseling gizi direncanakan dengan merancang bersama untuk memodifikasi diet
(jumlah, jenis, dan cara pemenuhan kebutuhan zat gizi untuk mencapai status gizi yang
optimal)
3. Koordinasi gizi adalah konsultasi, merujuk atau koordinasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam pemberian asuhan gizi bagi pasien hepatitis agar tercapai.

C. MONITORING DAN EVALUASI GIZI

Langkah terakhir dari asuhan gizi dengan Proses Asuhan Gizi Tersatndar adalah
Monitoring dan Evaluasi Gizi. Tujuan langkah ini adalah untuk melihat efektifitas intervensi
gizi dan progres dari tujuan perencanaan yang telah dibuat. Komponen yang dimonitor dan
dievaluasi sesuai dengan tanda dan gejala (Sign dan Symptom atau SS) dari masalah gizi yang
telah ditetapkan, yaitu : toleransi pasien terhadap makanan yang diberikan, perubahan berat
badan pasien, perubahan nilai laboratorium, serta kenyamanan pasien terutama dalam hal
makan.

Tabel 6.5
Contoh monitoring dan evaluasi gizi lanjutan contoh diagnosa gizi nomor 1 di atas.

ND

PROBLEM Gangguan Tujuan intervensi gizi :


utilisasi zat gizi Memberikan makanan sesuai kemampuan tubuh
dengan gangguan metabolisme zat gizi
ETIOLOGI Penyakit hepatitis Strategi intervensi gizi :
Pemberian terapi diet hepatitis
SIGN / SGOT dan SGPT Rencana monev gizi :
SYMPTOM abnormal, Perbaikan nilai SGOT dan SGPT, bilirubin, hilang
bilirubin penampilan tampak kuning
tinggi, tampak
kuning

Latihan

Kasus hepatitis
Seoang pasien wanita usia 24 tahun baru-baru ini masuk ke RS dengan keluhan
pusing, mual dan muntah. Pasien juga mengeluh demam tinggi pada sore menjelang
malam dan agak turun waktu pagi hari, yang sudah berlangsung selama 1 minggu.
Dokter mendiagnosa pasien dengan Hepatitis A dan pasien dianjurkan untuk rawat inap.
Pasien berasal dari Jawa Tengah dan kost di Bandung karena bekerja di suatu RS
pemerintah bersama dengan temannya. Setiap hari Nn T selalu jajan untuk makan pagi,
siang dan sore di pinggir jalan sekitar kost dan RS. Selama ini pasien tidak mengetahui
faktor risiko makanan yang aman terhadap penyakit hepatitis A.
Hasil laboratorium : SGOT 500 U/l dan SGPT 650 U/l, Hb 13 g/dl, bilirubin 2
mg/dl. Pasien tampak lemah, pucat dan kuning. Berat badan pasien 45 kg dan tinggi
badan 165 cm. Berat badan biasanya sebelum sakit (1 minggu yang lalu) 50 kg.
Asupan makan hanya 50% dari biasanya (kurang lebih energi 1350 Kalori),
bentuknya bubur. Pasien mengeluh tidak ada nafsu makan, mual dan nyeri perut bagian
kanan atas. Sudah 3 hari ini pasien tidak BAB. Pasien tidak ada alergi makanan tetapi
tidak suka susu.
Lakukan langkah asesmen gizi dan tentukan diagnosa gizi dari kasus di atas.

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari
kembali materi tentang:
1) Asesmen gizi pada penyakit hepatitis.
2) Diagnosa gizi pada penyakit hepatitis.

Anda mungkin juga menyukai