ABSTRAK
Data Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2012 Kecamatan Padang Timur mendapatkan urutan ke
tiga dari angka kejadian status gizi berat badan sangat kurang yang terdapat di Puskesmas Seberang
Padang dengan pravelensi kejadiannya yaitu 4,67%. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan status gizi pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang
tahun 2014. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di
RW 1 Kelurahan Seberang Padang Wilayah Puskesmas Seberang Padang pada bulan Juli sampai
dengan Agustus 2014. Populasi dalam penelitian ibu yang mempunyai anak balita sebanyak 80 orang.
Seluruh Populasi dijadikan sampel. Pengolahan data secara komputerisasi, dianalisa secara univariat
dengan distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan pvalue < 0,05. Hasil
penelitian didapatkan (63,8%) anak balita memiliki riwayat penyakit infeksi, (55,0%) pola asuh ibu
tidak baik, dan (61,3%) anak balita memiliki status gizi kurang. Setelah dilakukan uji statistik Chi-
Square terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit infeksi (p value = 0,001) dan pola
asuh (p value = 0,003) dengan status gizi pada anak balita. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
variabel penyakit infeksi dan pola asuh memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi pada
anak balita.
ABSTRACT
Data obtained from the Dinas Kesehatan Kota Padang in 2012 to get the order to three of the incidence
of nutritional status in very less weight contained in the health center with pravelensi happened
Opposite Padang was 4.67%. The purpose of the study determine the factors associated with nutritional
status of children under five in RW I Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang 2014. Research type
descriptive analytic, with design cross sectional. The research was conducted in Seberang Padang from
July to August 2014. Population were all mothers with toddlers who came to the Health Center from
April to June, 2013 amounted to 80 mothers. The entire population were made sampled. Data the
acording to computerized and analyzed with univariate by using frequency distributions and bivariate
analisys uses statistic test the chi square with p value <0,05 Results showed (63.8%) toddlers had no
history of infectious disease, (55.0%) with unfavorable parenting and (61.3%) toddlers had poor
nutritional status. There are significant relationship of history of infectious disease (p value = 0.001)
and parenting (p value = 0.003) with nutritional of toddlers.This research concluded tahta infection
variable and pattern of caring has a meaning relationship with nutrient status for the children under
five years.
Makin bertambah usia anak maka makin Berdasarkan laporan dari Dinas
bertambah pula kebutuhannya. Konsumsi Kesehatan Provinsi Sumatra Barat
makanan dalam keluarga dipengaruhi menyebutkan bahwa 14,4% dari 1,7 juta
jumlah dan jenis pangan yang dibeli, balita tercatat mengalami kasus gizi
pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kurang, 2,8% mengalami kasus gizi buruk,
kebiasaan makan secara perorangan. 4,2% memiliki status gizi kurus dan 4,0%
konsumsi juga tergantung pada dengan status gizi kurus (Dinkes Sumbar,
pendapatan, agama, adat istiadat, dan 2011).
pendidikan keluarga yang bersangkutan Dari data Dinas Kesehatan Kota
(Almatsier, 2003). Padang Tahun 2012 didapatkan angka
Secara tidak langsung gizi kurang Prevalensi status gizi berat badan sangat
pada balita disebabkan oleh ketahanan kurang pada balita di seluruh Kecematan
pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak, Kota Padang yaitu 3, 735%. Kecamatan
serta pelayanan kesehatan dan kesehatan yang tertinggi angka kejadian gizi terdapat
lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan di Bungus, Nanggalo, Padang Timur,
rumah tangga,pola asuh anak yang tidak Lubuk Kilangan. Sementara Kecamatan
memadai, kurang nya sanitasi lingkuangan Padang Timur mendapatkan urutan ke tiga
serta pelayanan kesehatan yang tidak dari angka kejadian status gizi berat badan
memadai merupakan tiga faktor yang sangat kurang yang terdapat di Puskesmas
saling berhubungan. Makin tersedia air Seberang Padang dengan pravelensi
bersih yang cukup untuk keluarga serta kejadiannya yaitu 4,67%.
makin dekat jangkauan keluarga terhadap Penelitian ini bertujuan untuk
pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah mengetahui faktor- faktor yang
dengan pehaman ibu tentang kesehatan, berhubungan dengan status gizi anak
makin kecil resiko anak terkena penyakit balita di wilayah Kerja Puskesmas
dan kekurangan gizi (Unicef, 2008). seberang Padang Kota Padang.
Data WHO menyebutkan pada tahun
2009 angka kejadian gizi buruk di dunia METODE PENELITIAN
telah mengalami peningkatan sebesar
8,3%, gizi kurang mengalami peningkatan Penelitian ini merupakan penelitian
sebanyak 2,7%. Sementara pada tahun deskriptif analitik. Penelitian Penelitian ini
2010 persentase gizi buruk pada balita dilakukan di RW 1 Kelurahan Seberang
terus mengalami peningkatan sebesar Padang Wilayah Kerja Puskesmas
8,85%, demikian juga dengan kasus gizi Seberang Padang pada bulan Juli s/d
kurang juga mengalami peningkatan Agustus 2014. Jumlah sampel sebanyak 80
sebanyak 28%. Dari 10,4 juta kematian orang . Teknik pengambilan sampel adalah
balita di negara berkembang kasus gizi total sampling. Pengumpulan data melalui
kurang tercatat sebanyak 50% anak-anak kuisioner dengan penyebaran angket
di Asia, 30% anak-anak di Afrika dan 20% kepada responden serta observasi
anak-anak di Amerika Latin (Depkes RI, pengukuran berat badan bayi. Analisa data
2011). berupa analisa univariat dan bivariat
Secara umum di Indonesia masalah dengan menggunakan uji chi square.
gizi buruk masih merupakan salah satu dengan tingkat kepercayaan 95% dengan p
masalah utama yang di hadapi sampai value 0,05, jika nilai p> 0,05 artinya ada
sekarang. Berdasarkan Riset Kesehatan hubungan yang bermakna antara variable
Dasar (RISKESDAS) Tahun 2010 dari dependen dengan variable independen.
26,7 juta balita tercatat bahwa indonesia
masih terdapat 4,9% balita gizi buruk,
13,0% balita dengan status gizi kurang
7,3% balita (Depkes RI, 2011).
responden dengan pola asuh yang baik pelayanan kesehatan dan kesehatan
sebanyak 15 orang (41,7%). lingkungan. Ketiga faktor tingkat
Dari hasil uji statistik didapatkan pvalue pendidikan, pengetahuan dan keterampilan,
sebesar 0,003 (p<0,05), berarti terdapat terdapat kemungkinan semakin baik tingkat
hubungan yang bermakna antara pola asuh ketahanan pangan keluarga, pola
dengan status gizi pada pada anak balita pengasuhan anak, dan keluarga
memanfaatkan, pelayanan kesehatan yang
PEMBAHASAN ada. Ketidak terjangkauan pelayanan
kesehatan (karena jauh, tidak mampu
1. Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap membayar), dapat berdampak juga pada
Status Gizi Anak Balita status gizi anak (Adisasmito, 2007).
Berdasarkan hasil distribusi dapat Asumsi peneliti bahwa status gizi
digambarkan bahwa proporsi status gizi kurang yang dialami anak balita
anak balita memiliki gizi kurang lebih dikarenakan faktor riwayat penyakit infeksi
tinggi pada responden dengan pola asuh yang merupakan suatu permasalahan yang
tidak baik sebanyak 34 orang (77,3%) serius yang harus dihadapi oleh ibu sendiri.
dibandingkan responden dengan pola asuh Hal tersebut bahwa adanya riwayat
yang baik sebanyak 15 orang (41,7%). penyakit infeksi yang terdapat pada balita
Dari hasil uji statistik didapatkan pvalue ibu dimana balita pernah mengalami infeksi
sebesar 0,003 (p<0,05), berarti terdapat pada saluran pernafasan yang disebut
hubungan yang bermakna antara pola asuh dengan penyakit ISPA, selain itu pernahnya
dengan status gizi pada pada anak balita. terjadi infeksi pada pencernaan yang
Penelitian ini sejalan dengan penelitian memicu penyakit tuberculosis. Semua
Jayani tentang hubungan penyakit infeksi penyakit yang pernah dialami oleh balita itu
dengan status gizi pada balita didapatkan sendiri dikarenakan faktor bakteri yang
nilai p value= 0,01 (p< 0,05) berarti ada disebabkan oleh sumber makanan serta
hubungan yang bermakna antara penyakit sanitasi lingkungan yang tidak hygienes.
infeksi dengan status gizi pada balita Dengan riwayat penyakit infeksi
Hasil penelitian yang telah diperoleh tersebutlah yang membuat terganggunya
hampir sama dengan hasil penelitian yang status gizi balita yang tidak mendukung
telah dilakukan Melisa Oktarina (2013) di terhadap status gizi yang lebih baik untuk
Kelurahan Cupak wilayah kerja Puskesmas dimiliki oleh balita sendiri.
Pauh Padang, dimana didapatkan hasil b. Pola Asuh Ibu Terhadap Status
(55,5%) anak balita yang memiliki riwayat Gizi Anak Balita
penyakit infeksi yang ada. Berdasarkan hasil distribusi dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa digambarkan bahwa proporsi status gizi
banyak anak balita yang yang memiliki anak balita memiliki gizi kurang lebih
status gizi kurang baik. Hal tersebut dimana tinggi pada responden dengan pola asuh
penyebab terjadinya kejadian pada anak tidak baik sebanyak 34 orang (77,3%)
balita yang mengalami status gizi kurang dibandingkan responden dengan pola asuh
baik tersebut dilatarbelakangi oleh anak yang baik sebanyak 15 orang (41,7%).
balita yang memiliki riwayat penyakit Dari hasil uji statistik didapatkan
infeksi yang pernah balita alami. Sehingga nilai pvalue =0,003 (p<0,05), berarti
menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari terdapat hubungan yang bermakna antara
riwayat penyait infeksi akan kejadian status pola asuh dengan status gizi pada pada anak
gizi kurang pada balita ibu tersebut. balita.
Faktor penyebab kurang gizi, pertama Hasil penelitian ini sejalan dengan
makanan dan penyakit infeksi yang penelitian Vicka tentang hubungan antara
mungkin di derita anak, kedua ketahanan pola asuh ibu dengan status gizi balita
pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, didpatkan nilai p value : 0,001 (P<0,05)
artinya terdpata hubungan yang bermakna sendiri akan terjadi hubungan anak
antara pola asuh ibu dengan status gizi pada berkomunikasi dan ibu sebagai peran
balita model bagi anak yang berkaitan dengan
Menurut hasil penelitian yang telah keterampilan verbal secara langsung
didapatkan menunjukkan bahwa tidak (Hidayat, 2005)
baiknya pola asuh yang diberikan oleh ibu Munculnya masalah gizi ada anak-
terhadap anak balita mereka. Sehingga hal anak balita dipengaruhi oleh banyak faktor
ini merupakan polemik akan permasalahan yang saling terkait. Secara langsung
status gizi kurang baik dimiliki oleh anak dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu anak
balita ibu sendiri. Sehingga disini dapat tidak cukup mendapat makanan bergizi
diartikan bahwa adanya keterkaitan seimbang pada usia balita, anak tidak
hubungan dengan pola asuh tidak baik mendapatkan asuhan gizi yang memadai
berdampak buruk terhadap status gizi yang dan anak menderita penyakit infeksi.
anak balita tersebut. Kemiskinan juga merupakan salah satu
Pola asuh adalah kemampuan penyebab munculnya kasus gizi buruk
keluarga dan masyarakat untuk terkait ketersediaan dan konsumsi pangan
menyediakan waktu, perhatian dan keluarga (Depkes RI, 2010).
dukungan keluarga terhadap anak agar Dalam hal ini bahwa ibu yang tidak
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik melaksanakan pola asuh terutama dalam
secara fisik dan mental. (Wiku, 2008) pola asuh dalam mengatasi permasalahan
Dalam masa pengasuhan pada status gizi kurang pada balita tersebut.
lingkungan pertama yang berhubungan Status gizi kurang dimiliki anak balita ibu
dengan anak adalah orang tua. Anak akan berdampak terhadap kesehatan balita
tumbuh dan berkembang dibawah asuhan ibu yang bisa menghalangi terhadap
dan perawatan orang tua, oleh karena itu tumbuh kembangnya balita secara sehat
orang tua merupakan dasar pertama bagi diantaranya faktor yang menganggu
pembentukan pribadi anak. Melalui orang terhadap status gizi kurang baik pada anak
tua anak beradaptasi dengan lingkungannya balita ibu dikarenakan tidak baiknya pola
untuk mengenal dunia sekitarnya serta pola asuh yang diberikan ibu sendiri.
pergaulan hidup yang berlaku Menurut asumsi peneliti bahwa
dilingkungannya. Dengan demikian dasar dalam hal ini tidak terlaksananya pola asuh
pengembangan dari seorang individu telah ibu diantaranya dalam pemenuhan
dipraktekkan oleh orang tua melalui kebutuhan dasar anak seperti pemberian
praktek pengasuhan anak sejak ia masih makanan yang hygenis bebas dari bakteri,
bayi. hal ini didukung oleh penelitian selain itu jarang melakukan dalam
Tenny didapatkan nilai p value : 0,004 (p> monitoring kesehatan si anak, menyediakan
0,005) bahwasanya antara pola asuh ibu obat, dan merawat serta membawanya ke
sangat berhubungan dengan status gizi pada tempat pelayanan kesehatan. Sehingga
anak balita disini penyebab awal dari kejadian status
Peran keluarga terutama ibu dalam gizi anak balita kurang baik tersebut. Disini
mengasuh anak akan menentukan tumbuh perlunya ibu agar lebih dapat meluangkan
kembang anak, perilaku ibu dalam waktu untuk memberikan suatu pola asuh
menyusui atau memberi makan, cara makan yang lebih baik serta lebih berarti untuk
yang sehat, memberi makanan yang bergizi mendukung terhadap status gizi yang lebih
dan mengontrol besar porsi yang baik dimiliki oleh anak balita ibu.
dihabiskan akan meningkatkan status gizi
anak. Anak yang diasuh dengan baik oleh SIMPULAN
ibunya akan lebih berinteraksi secara Berdasarkan hasil penelitian yang
positif dibandingkan bila diasuh oleh selain telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
ibunya. Pengasuhan anak oleh ibunya untuk menjawab tujuan umum dan tujuan