Anda di halaman 1dari 14

Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.

1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK
BALITA DI KELURAHAN DAPU – DAPURA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BENU-BENUA KOTA KENDARI TAHUN 2017

Desiderius Bela Dhesa1, Aisyiah Triani2


1,2 STIKes Karya Kesehatan

Email : Deddybella37@gmail.com

ABSTRAK

Sosial Ekonomi dan Pola Asuh merupakan faktor tidak langsung penyebab gizi buruk pada
balita. Berdasarkan kementrian kesehatan Repubik Indonesia secara nasional, prevalensi status
gizi balita menurut gabungan indikator TB/U dan BB/TB di Indonesia pada tahun 2013 adalah
pendek kurus 2,5%, pendek-normal 27,4%, pendek gemuk 6,8%, normal-kurus 9,6%, normal
normal 48,6%, dan normal-gemuk 5,1% (Kementrian kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Sosial ekonomi dan pola asuh dengan status
gizi balita di kelurahan Dapu-dapura wilayah kerja puskesmas Benu-benua. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif analitik dengan rancangan (desain) menggunakan cross sectional study.
Penelitian ini telah dilaksanakan 17 Juni-10 juli 2017. Populasi dalam penelitian berjumlah 359
Ibu Hamil, Sampel dalam penelitian ini adalah 78 orang Ibu hamil yang diambil secara Simple
Random Sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Penelitian ini di analisis dengan
menggunakan uji Chi Square dengan Hasil penelitian menunjukan Ada hubungan sosial ekonomi
dengan Status gizi balita, nilai p=0,001. Ada hubungan Pola Asuh dengan Status gizi balita, nilai
p=0,000.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlu adanya penyuluhan petugas kesehatan
tentang bahaya Balita gizi buruk dan cara mencegahnya supaya ibu dan keluarga dapat lebih
paham dan bersikap tentang Status gizi pada Balita.
Kata Kunci : Sosial Ekonomi, Pola Asuh dan Status Gizi.

77
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

PENDAHULUAN dalam kehidupan sehari-hari (Furqan, 2008).


Pengetahuan gizi ibu berdampak terhadap
Menciptakan Sumber Daya Manusia ketahanan pangan keluarga, dimana
yang bermutu, perlu ditata sejak dini yaitu pemilihan bahan makanan keluarga sangat
dengan memperhatikan kesehatan anak- dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu, ibu
anak, khususnya anak balita. Derajat yang mempunyai pengetahuan gizi kurang,
kesehatan yang tinggi dalam pembangunan akan memilih bahan makanan yang kurang
ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sesuai dengan persyaratan gizi, sehingga
sehat, cerdas, dan produktif. Salah satu akan berdampak buruk terhadap pemberian
unsur penting dari kesehatan adalah masalah makan dan asupan makan balita yang akan
gizi. Gizi sangat penting bagi kehidupan, mempengaruhi status gizi balita
kekurangan gizi pada anak dapat (Adisasmito, 2008).
menimbulkan beberapa efek negatif seperti Sensus World Health Organization
lambatnya pertumbuhan badan, rawan menunjukkan bahwa 49% dari 10,4 juta
terhadap penyakit, menurunnya tingkat kematian balita di negara berkembang
kecerdasan dan terganggunya mental anak. berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar
Kekurangan gizi yang serius dapat 50% balita di Asia, 30% di Afrika dan 20%
menyebabkan kematian anak (Soegeng di Amerika Latin menderita gizi buruk
Santoso, 2004:70). (Novi & Musakkir, 2014).
Status gizi pada balita dipengaruhi Berdasarkan kementrian kesehatan
oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan Repubik Indonesia secara nasional,
faktor tidak langsung. Faktor langsung yang prevalensi status gizi balita menurut
mempengaruhi status gizi balita ialah gabungan indikator TB/U dan BB/TB di
penyakit infeksi dan asupan makan balita, Indonesia pada tahun 2013 adalah pendek
sedangkan faktor tidak langsung yang kurus 2,5%, pendek-normal 27,4%, pendek
mempengaruhi status gizi balita diantaranya gemuk 6,8%, normal-kurus 9,6%, normal
ialah pendidikan, pengetahuan, ketrampilan normal 48,6%, dan normal-gemuk 5,1%
keluarga dan ketahanan pangan yang (Kementrian kesehatan Republik Indonesia,
berkaitan dengan kemampuan keluarga 2013).
untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh Menurut Riset kesehatan dasar 2013
anggota keluarganya dalam jumlah yang status gizi balita dikategorikan dalam hal:
cukup, baik jumlah maupun gizinya serta gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, gizi lebih,
pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sangat pendek, pendek, normal, sangat
sanitasi lingkungan, dengan penyebab dasar kurus, kurus, normal dan gemuk.
struktur atau kondisi ekonomi Berdasarkan hasil riskesdas 2013 nilai
(Adisasmito, 2008). tertinggi gizi baik Provinsi Sulawesi
Peranan ibu dalam melindungi Tenggara Jumlah kasus gizi buruk
keadaan gizi anak adalah dengan diprovinsi Sulawesi Tenggara dalam 5
meningkatkan pengetahuannya mengenai tahun terakhir mengalami penurunan, jika
gizi (pengetahuan gizi). Gangguan gizi bisa tahun 2011 ditemukan 427 kasus, maka
diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan pada tahun 2015 tinggal 245 kasus.
gizi dalam upaya menerapkan informasi Penurunan kasus gizi buruk ini

78
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

kemungkinan disebabkan karena kegiatan mempunyai status gizi baik, gizi lebih 3
sweeping/pelacakan dan penanganan anak balita, gizi kurang 25 balita dan gizi
terhadap kasus gizi buruk semakin baik dari buruk 2 anak balita. Di bulan Februari
tahun ketahun, melalui peningkatan kelurahan Dapu-dapura 346 balita yang
kapasitas petugas pelaksana Pemantauan mempunyai status gizi baik, gizi lebih 3
Status Gizi (PSG), sosialisasi dan advokasi balita, 20 gizi kurang anak balita, dan gizi
gerakan nasional sadar gizi yang tiap tahun buruk 3 balita. Pada bulan Maret kelurahan
dilaksanakan baik disarana fasilitas Dapu-dapura 412 balita mempunyai status
kesehatan (puskesmas, polindesdan gizi baik, 3 gizi lebih anak balita, sebanyak
posyandu), juga diinstitusi pendidikan 17 balita status gizinya kurang, dan gizi
(SD/MI, SMP dan SMA) (Profil provinsi buruk 4 balita. Di bulan April kelurahan
SULTRA, 2015). Dapu-dapura sebanyak 412 mempunyai
Status gizi balita merupakan salah status gizi baik, 3 anak balita memiliki gizi
satu indikator yang menggambarkan tingkat lebih, 16 balita mengalami gizi kurang dan 4
kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara balita gizi buruk.
penilaian status gizi balita adalah Di Puskesmas Benu-benua status gizi
pengukuran secara anthropometri yang balita masih merupakan masalah yang perlu
menggunakan 3 (tiga) indeks, yaitu : berat penanganan yang serius, ini disebabkan
badan menurut umur (BB/U), berat badan masih banyaknya kasus gizi kurang dan gizi
menurut tinggi badan/panjang badan buruk yang terjadi di wilayah kerja
(BB/TB) dan tinggi badan /panjang badan Puskesmas Benu-benua. Pada tahun 2016
menurut umur (TB/BB/U). Sedangkan sampai dengan 2017 masalah gizi banyak
Balita dikatakan mengalami gizi buruk terjadi di kelurahan Dapu-dapura,
adalah balita dengan status gizi berdasarkan disebabkan karena mata pencarian warga di
indeks BB menurut TB (BB/TB) atau BB kelurahan Dapu-dapura rata-rata pedagang
menurut PB (BB/PB) dengan nilai Z-Score yang dimana mereka sibuk dengan
<-3 SD (Standar Defisiasi) dan atau terdapat dagangannya sehingga kebutuhan gizi
tanda klinis gizi buruk lainnya. Gizi buruk, anaknya tidak terlalu diperhatikan.
baik dari segi kuantitas dan kualitas Berdasarkan fenomena diatas peneliti
menyebabkan gangguan pada proses tertarik untuk melakukan peneltian tentang
pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan “Hubungan Sosial Ekonomi dan Pola Asuh
tubuh, struktur dan fungsi otak serta dengan Status Gizi Balita dikelurahan Dapu-
perilaku. Dari hasil pelaksanaan pemantauan dapura Wilayah Kerja Puskesmas Benu-
status gizi di Kota Kediri berdasarkan benua Sulawesi Tenggara.
BB/TB ada sebesar 7 balita dengan 100%
ditangani (tabel 48). Sedangkan berdasarkan
BB/U ada sebesar 137 balita yang menderita
berat badan sangat kurang (Profil Dinas
Kesehatan Kota Kendari, 2015).
Berdasarkan data Puskesmas Benu-
benua pada tahun 2017 bulan Januari
Kelurahan Dapu-dapura 359 balita

79
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

Tujuan Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat


meningkatkan program penyuluhan dan
Tujuan Umum konseling petugas kesehatan tentang
pentingnya status gizi pada Balita.
Diketahui Hubungan Sosial ekonomi
dan Pola Asuh dengan Status Gizi Balita di
Manfaat Teoritis
Wilayah Kerja Puskesmas Benu-benua
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat
Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
menambah Ilmu Pengetahuan Tentang
Tujuan Khusus
Status Gizi Balita Bagi para pembaca,
a. Diketahui sosial ekonomi di wilayah
terutama Mengenai hubungan Sosial
kerja Puskesmas Benu-benua Sulawesi
Ekonomi dan Pola Asuh dengan Status Gizi
Tenggara Tahun 2017
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-
b. Diketahui pola asuh di wilayah kerja
benua Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
Puskesmas Benu-benua Sulawesi
METODE PENELITIAN
Tenggara Tahun 2017
Jenis dan Rancangan Penelitian
c. Diketahui Status Gizi Balita di Wilayah
Dalam penelitian ini, penulis
kerja Puskesmas Benu-benua Sulawesi
menggunakan jenis penelitian deskriptif
Tenggara Tahun 2017
analitik dengan rancangan penelitian cross
d. Diketahui hubungan Sosial Ekonomi
sectional study, untuk mengetahui hubungan
dengan Status gizi Balita di wilayah
sosial ekonomi dan pola asuh dengan status
kerja Puskesmas Benu-benua Sulawesi
gizi balita di Kelurahan Dapu-dapura
Tenggara Tahun 2017
wilayah kerja Puskesmas Benu-benua kota
e. Diketahui hubungan Pola Asuh dengan
Kendari tahun 2017.
Status gizi Balita di wilayah kerja
puskesmas Benu-benua Sulawesi
Tenggara Tahun 2017. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Dapu-
dapura Wilayah kerja Puskesmas Benu-
Manfaat Penelitian
benua Kota Kendari pada bulan juni-juli
Manfaat Praktis
tahun 2017.
a. Bagi peneliti
Bagi peneliti, kegiatan ini merupakan
kegiatan yang dapat menambah POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
pengetahuan dan pengalaman
Populasi adalah keseluruhan subyek
b. Bagi Institusi Penelitian
penelitian. Populasi dalam penelitian ini
Sebagai wacana, referensi, serta
adalah semua balita yang memiliki pengasuh
kepustakaan dalam bidang ilmu
yang menjadi sasaran di Kelurahan Dapu-
pengetahuan dan pendidikan sehingga
dapura wilayah kerja Puskesmas Benu-
dapat meningkatkan wawasan di bidang
benua yang berjumlah 359 ibu balita.
penelitian.
Sampel
c. Keluarga Balita
Sampel penelitian merupakan sebagian
Penelitian ini dapat menjadi bahan
yang diambil dari keseluruhan objek yang
masukan/acuan bagi Keluarga.
d. Bagi Lahan Yang Diteliti

80
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

diteliti dan dianggap mewakili seluruh 1. Data Primer


populasi (Notoadmodjo, 2010). Data primer adalah data yang
Perhitungan pengambilan sampel diperoleh dengan cara melakukan
menggunakan rumus slovin, besar sampel wawancara secara langsung kepada
yaitu : responden dengan menggunakan
N kuesioner.
n = 1 + N (d)²
2. Data Sekunder
Keterangan: Data sekunder adalah data
n = Jumlah sampel yang diperoleh dari instansi yang terkait
N = Jumlah populasi dengan penelitian yaitu Dinas
d = Nilai presisi (0,1) Kesehatan Kota Kendari dan
Puskesmas Poasia.
359
n = 1 + 359 (0,1)²
Cara Pengumpulan Data
359 Pengolahan data penelitian dengan cara
n = 1 + 359.0,01 manual menggunakan kalkulator dan
359 perangkat lunak computer. Adapun langkah-
n= 4,59 langkah pengolahan datanya dilakukan
n = 78 sebagai berikut:
Sehingga sampel pada penelitian ini 1. Editing
ditetapkan sebesar 78 responden. Pada Setelah data dikumpulkan maka
penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan koreksi terhadap kelengkapan
menggunakan teknik proportional stratifide data dengan meneliti kembali
Random sampling yaitu pengambilan sampel kelengkapan pengisian, keterbacaan,
secara acak berdasarkan area atau wilayah kejelasan makan jawaban,
penelitian sampai mendapatkan jumlah menghilangkan keragu-raguan data,
sampel yang diinginkan oleh peneliti relevansi jawaban dan keseragaman
dengan uraian sebagai berikut : satuan data.
a. Posyandu Fajar merantau 162 balita 2. Coding
= 78 x 162 = 35 Mengklasifikasikan jawaban
359 responden menurut macamnya dengan
cara menandai masing-masing jawaban
b. Posyandu Manggarai 53 balita dengan skor jawaban.
= 78 x 53 = 12 3. Entry Data / Processing
359 Entry data dilakukan dengan
c. Posyandu Puncak 144 balita perangkat lunak komputer.
= 78 x 144 = 31 4. Clearing
359 Peneliti akan mengoreksi data
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini bila ditemukan penomoran yang salah
adalah 78 responden (Sugiyono, 2014). atau huruf-huruf yang kurang jelas.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis Data

81
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

Analisis Data Pekerjaan

Analisis Univariat Tabel 8.


Analisis univariat dilakukan terhadap Distribusi Frekuensi Responden
variabel dari hasil penelitian. Analisa ini Berdasarkan Pekerjaan ibu di Kelurahan
menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap Dapu-dapura.
variabel yang diteliti. Pekerjaan Frekuensi Presentasi
Analisis Bivariat Swasta 14 17,9
Analisa bivariat digunakan untuk
Wiraswasta 11 14,1
melihat sejauh mana hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen.Pada IRT 53 67,9
penelitian ini dilakukanuji statistik chi-
square(X²) tabel kontigensimenggunakan tingkat Jumlah 78 100
kepercayaan 95% (α = 0,05) Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017
Tabel 8 menunjukkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagian besar distribusi pekerjaan ibu
Karakteristik Responden
adalah IRT berjumlah 53 orang (67,9%) dan
terendah pekerjaannya wiraswasta yang
Pendidikan berjumlah 11 orang (14,1%).

Tabel 7. Agama
Distribusi Frekuensi Responden Tabel 9.
Berdasarkan Pendidikan Ibu di kelurahan Distribusi Frekuensi Responden
Dapu-dapura. Berdasarkan Agama di kelurahan Dapu-
dapura
Pendidikan frekuensi Persentase
Agama Frekuensi Presentase
Sarjana 12 15,4
Diploma 8 10,3 Islam 67 85,9
SMA 31 39,7 Kristen 7 9,0
SMP 23 29,5 Hindu 4 5,1
SD 4 5,1 Jumlah 78 100,0
Jumlah 78 100 Sumber : Data Primer diolah tahun 2017.
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017 Tabel 9 menunjukkan bahwa
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar distribusi Agama ibu adalah
sebagian besar distribusi pendidikan Ibu Islam yang berjumlah 67 orang (85,9%) dan
hamil adalah SMA berjumlah 31 orang terendah adalah Hindu yang berjumlah 4
(39,7%). Dan terendah pendidikan SD orang (5,1%).
berjumlah 4 orang (5,1%).

82
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

Jenis Kelamin Anak Pola Asuh


Tabel 10. Tabel 12
Distribusi Frekuensi Responden Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis kelamin balita di Berdasarkan Pola asuh di Kelurahan Dapu-
Kelurahan Dapu-dapura dapura.
Pola Asuh Frekuensi Presentase

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase Baik 53 67,9%


Kurang 25 32,1%
Laki-laki 35 44,9
Jumlah 78 100%
Perempuan 43 55,1
Sumber : Data Primer diolah tahun 2017.
Jumlah 78 100,0 Tabel 12 menunjukkan bahwa
Sumber : Data Primer diolah tahun 2017. sebagian besar pola asuh ibu adalah baik
sebanyak 53 orang (67,9%) dan terendah
Tabel 10 menunjukkan bahwa pola asuhnya kurang berjumlah 25 orang
sebagian besar distribusi jenis kelamin (32,1%).
adalah perempuan yang berjumlah 43 orang
(55,1%) dan terendah adalah laki-laki yang Status Gizi Anak Balita
berjumlah 35 orang (44,9%). Tabel 13.
Distribusi Frekuensi Responden
Analisis Univariat Berdasarkan Status gizi balita di Kelurahan
Dapu-dapura.
Sosial Ekonomi Status Gizi Frekuensi Presentasi
Tabel 11. Baik 53 67,9
Distribusi Frekuensi Responden Kurang 22 28,3
Berdasarkan Sosial ekonomi di Kelurahan Buruk 3 3,8
Dapu-dapura.
Jumlah 78 100,0
Sosial Ekonomi Frekuensi Presentasi
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017.
Cukup 37 47,4 Tabel 13 menunjukkan bahwa
Kurang 41 52,6 sebagian besar distribusi Status gizi balita di
Jumlah 78 100,0 kelurahan dapu-dapura adalah baik
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017 berjumlah 53 orang (67,9%). Dan terendah
Tabel 11 menunjukkan bahwa status gizi buruk berjumlah 3 orang (3,8%).
sebagian besar distribusi Sosial ekonomi di
kelurahan Dapu-dapura adalah Kurang
berjumlah 41 orang (52,6%). Dan sosial
ekonomi cukup berjumlah 37 orang
(47,4%).

83
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

Analisis Bivariat b. Hubungan Pola asuh dengan Status


a. Hubungan Sosial Ekonomi Dengan gizi balita di Kelurahan Dapu-dapura.
Status gizi balita Di Kelurahan Dapu- Tabel 15. Hubungan Pola asuh dengan
dapura. status gizi balita di kelurahan Dapu-
Tabel 14 Hubungan Sosial ekonomi dengan dapura.
Status gizi balita di Kelurahan Dapu-dapura. Pola Status gizi Jumlah % P
Asuh
Baik Kurang Buruk
Sosial Status Gizi Balita Jumlah % P
Ekonomi n % n % N %
Baik Kurang Buruk
Baik 44 56,4 9 11,5 0 0 53 67,9 0,000
n % n % n %
Kurang 9 11,5 13 16,7 3 3,8 25 32,1
Cukup 32 41,0 5 6,4 0 0 37 47,4 0,001 Jumlah 53 67,9 22 28,2 3 3,8 78 100,0
Kurang 21 26,9 17 21,8 3 3,8 21 52,6 : Data Primer diolah Tahun 2017
Jumlah 53 67,9 22 28,2 3 3,8 78 100,0
Tabel 15 menunjukan dari 78
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017 responden terbanyak adalah pola asuh baik
Tabel 14 menunjukan dari 78 dengan status gizi baik berjumlah 44
responden terbanyak adalah sosial ekonomi responden (56,4%), responden yang pola
cukup dengan status gizi baik berjumlah 32 asuh baik dengan status gizi kurang
responden (41,0%), responden yang sosial berjumlah 9 responden (11,5%). Sedangkan
ekonomi cukup dengan status gizi kurang responden yang pola asuh kurang dengan
berjumlah 5 responden (6,4%). Sedangkan status gizi baik berjumlah 9 responden
responden yang sosial ekonomi kurang (11,5%), responden yang pola asuh kurang
dengan status gizi baik berjumlah 21 dengan status gizi kurang berjumlah 13
responden (26,9%), responden yang sosial respoden (16,7%) dan responden yang pola
ekonomi kurang dengan status gizi kurang asuh kurang dengan status gizi buruk
berjumlah 17 respoden (21,8%) dan berjumlah 3 responden (3,8%).
responden yang sosial ekonomi kurang Hasil uji statistik menggunakan uji
dengan status gizi buruk berjumlah 3 Chi-square, diperoleh nilai P= 0,000 (α ≤
responden (3,8%). 0,05), ini berarti hipotesis alternatif diterima
Hasil uji statistik menggunakan uji dan hipotesis nol ditolak, sehingga dapat
Chi-square, diperoleh nilai P= 0,001 (α ≤ disimpulkan ada hubungan Pola asuh
0,05), ini berarti hipotesis alternatif diterima dengan Status gizi di Kelurahan Dapu-
dan hipotesis nol ditolak, sehingga dapat dapura wilayah kerja Puskesmas Benu-
disimpulkan ada hubungan Sosial ekonomi benua.
dengan Status gizi di Kelurahan Dapu- PEMBAHASAN
dapura wilayah kerja Puskesmas Benu-
benua. 1. Hubungan Sosial Ekonomi dengan
Status Gizi Balita.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada hubungan positif antara
sosial ekonomi dengan status gizi balita
di kelurahan Dapu-dapura wilayah kerja

84
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

puskesmas Benu-benua, ditunjukan 2005) dengan judul Hubungan antara


dengan Uji Chi-square nilai p = 0,001 sosial ekonomi, pola asuh, pola makan
(α ≤ 0,05), yang berarti ada hubungan dengan kejadian stunting pada siswa
yang signifikan antara sosial ekonomi sekolah dasar kecamatan Lut Tawar
dengan status gizi balita di kelurahan Kabuparten Aceh Tengah. Hasil
Dapu-dapura wilayah kerja Puskesmas penelitian ini menunjukkan bahwa
Benu-benua, semakin tinggi sosial adanya hubungan antara Sosial ekonomi
ekonomi akan diikuti dengan status dan status gizi balita di kecamatan Lut
gizi balitanya. Dengan sosial ekonomi Tawar Kabupaten Aceh tengah, pada
yang baik seperti pada hasil analisis penelitian ini dijelaskan bahwa
deskriptif bahwa 47,4% responden penghasilan orang tua rendah berisiko
mempunyai sosial ekonomi yang baik 7,84 kali lebih besar menyebabkan
memberikan kontribusi terhadap status status gizi kurang dibandingkan
gizi balita yang baik (41,0%). Pada dengan penghasilan orang tua tinggi,
kasus gizi buruk yang terjadi pada 3 masing- masing dengan status gizi
orang balita (3,8%) sebenarnya sudah kurang 55,8% dan 13,9%. Hasil uji
ada kemajuan karena sebelumnya di statistik chi-square menunjukkan ada
kelurahan Dapu-dapura ada 4 balita gizi hubungan yang signifikan antara
buruk. Akan tetapi penenganan balita penghasilan orang tua dengan status
gizi buruk belum maksimal, hal ini gizi (p<0,001).
disebabkan karena ke 3 balita gizi buruk Penelitian yang dilakukan Mia
masuk dalam kategori orang tua yang Sarah (2008) dengan judul Hubungan
berpenghasilan kurang dan pengeluaran tingkat sosial ekonomi dan pola asuh
keluarga untuk kebutuhan makan yang dengan Status gizi anak balita di
juga rendah. Hal inilah yang wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin
menyebabkan masih ada 3 orang balita Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten
gizi buruk di kelurahan Dapu-dapura Langkat. Dengan hasil uji Chi Square
wilayah kerja Puskesmas Benu-benua. terdapat hubungan antara status
Faktor lain yang menyebabkan gizi pekerjaan ibu, pendidikan ibu dan
buruk di kelurahan Dapu-dapura adalah pendapatan keluarga dengan BB/U dan
banyak orang tua balita yang bekerja BB/TB anak balita.
sebagai padagang (wiraswasta), hal ini Pada penelitian di Maluku
juga yang menyebabkan balita kurang menjelaskan bahwa anak-anak yang
mendapat pola asuh yang cukup dari status gizi buruk memiliki resiko lebih
orang tua dan juga penghasilan orang besar untuk gizi pendek (stunting) juga
tua yang rendah yang menjadi tolak mengalami gangguan lebih banyak
ukur penghasilan kurang di wilayah dalam melaksanakan aktivitas sehari-
Profinsi Sulawesi Tenggara (Kendari) hari dibandingkan dengan anak yang
dengan standar UMR Rp. 2.002.625. status gizi tidak buruk. Anak-anak yang
Hasil penelitian ini sejalan memiliki status gizi buruk tersebut
dengan penelitian yang dilakukan (Basri berasal dari keluarga dengan status
aramico, Toto sudargo dan Joko susilo, sosial ekonomi yang rendah. (Ramli,

85
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

Agho K, Inder K, Bowe S, Jacobs J, maksimal, hal ini disebabkan karena ke


Dibley, 2009). 3 balita gizi buruk masuk dalam
Rona Firmana Putri (2015) kategori orang tua yang berpenghasilan
dengan judul Faktor-faktor yang kurang dan juga masuk dalam kategori
berhubungan dengan status gizi anak orang tua yang pola asuh kurang. Hal
balita di wilayah kerja puskesmas inilah yang menyebabkan masih ada 3
Nanggalo Padang juga menyatakan orang balita gizi buruk di kelurahan
bahwa ada hubungan yang signifikan Dapu-dapura wilayah kerja Puskesmas
antara penghasilan orang tua dengan Benu-benua.
status gizi dengan hasil uji p = 0,000. Hasil penelitian ini sejalan
Pendapatan keluarga merupakan dengan penelitian yang dilakukan
salah satu faktor dalam status ekonomi. (Ninik asri rokhana, 2005) dengan judul
Jika dalam suatu rumah tangga, Hubungan antara pendapatan keluarga
pendapatan yang didapatkan minimal dan pola asuh dengan status gizi balita
atau kurang dari normal dapat di Betikan Demak, Hasil penelitian ini
menyebabkan kebutuhan primer, menunjukkan bahwa adanya hubungan
terutama pangan menjadi terhambat antara pola asuh gizi dan status gizi
sehingga pemenuhan nutrisi tidak balita di Kelurahan Betokan Kecamatan
optimal dan akan mengakibatkan Demak Kabupaten Demak, ditunjukkan
masalah kekurangan gizi atau malnutrisi dengan nilai rank Spearmant’s rho
(Khomsan dalam Repi, 2012). sebesar 0,625 dengan probabilitas
2. Hubungan Pola Asuh dengan Status 0,000 < 0,05 yang berarti ada
Gizi Balita. hubungan yang signifikan antara pola
Hasil penelitian menunjukan asuh dan status gizi balita.
bahwa ada hubungan positif antara pola Penelitian yang dilakukan Tiara
asuh dengan status gizi balita di Dwi Pratiwi, Marzul dan Eti Yerizel
kelurahan Dapu-dapura wilayah kerja (2015) pada judul Hubungan Pola Asuh
puskesmas Benu-benua, ditunjukan Ibu dengan Status Gizi Balita di
dengan nilai P = 0,000 (α ≤ 0,05), yang wilayah kerja Puskesmas Belimbing
berarti semakin tinggi pola asuh akan Kota Padang. Hasil uji statistik dengan
diikuti dengan status gizi balitanya. chi-square didapatkan nilai p = 0,842.
Dengan pola asuh yang baik seperti Berdasarkan hasil tersebut dapat
pada hasil analisis deskriptif bahwa disimpulkan bahwa terdapat hubungan
67,9% responden mempunyai pola asuh bermakna antara pola asuh psikososial
yang baik memberikan kontribusi dengan status gizi balita di wilayah
terhadap status gizi balita yang baik kerja Puskesmas Belimbing.
56,4%. Pada kasus gizi buruk yang Sinta Arianti Siwi (2015)
terjadi pada 3 orang balita (3,8%) dengan judul hubungan antara pola asuh
sebenarnya sudah ada kemajuan karena dengan status gizi pada balita usia 2-5
sebelumnya di kelurahan Dapu-dapura tahun, menyatakan bahwa ada
ada 4 balita gizi buruk. Akan tetapi hubungan yang signifikan antara pola
penenganan balita gizi buruk belum

86
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

asuh dengan status gizi balita. Hal ini 4. Ada hubungan antara sosial ekonomi
disimpulkan dengan hasil uji p = 0,002. dengan status gizi anak balita di
Penelitian yang dilakukan oleh kelurahan Dapu-dapura. Hal ini terjadi
Lubis (2008) pada anak balita di karena ada kecenderungan bahwa
wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin keluarga yang memenuhi kebutuhan
kecamatan Tanjung Pura, Langkat, pangan lebih tinggi akan diikuti
Sumatra Utara juga menunjukkan hasil tingginya status gizi balita
yang sama yaitu tidak terdapat 5. Ada hubungan antara pola asuh dengan
hubungan yang bermakna antara pola status gizi anak balita di kelurahan
asuh psikososial dengan status gizi Dapu-dapura. Pola asuh yang baik
balita. berarti praktik pemberian makan yang
Marian Zeitin (2000:132) baik (memperhatikan kualitas dan
menyatakan bahwa salah satu aspek kuantitas makanan) sehingga status gizi
kunci pola asuh gizi adalah aspek anak akan baik pula.
pemberian makan. Sehingga apabila
pola asuh gizi suatu warga baik maka Saran
praktik pemberian makannya juga baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini penulis
Praktik pemberian makan menyangkut
menyarankan :
kualitas dan kuantitas makanan, dengan
1. Bagi tenaga pelaksana gizi puskesmas
cukup makanan yang bermutu
Benu-benua, hendaknya memberikan
mengalami pertumbuhan badan dengan
penyuluhan kepada ibu balita tentang
berat badan sesuai umur atau AKE akan
menjaga makan balita dan pola asuh.
meningkat.
2. Bagi pihak berwenang dikelurahan
SIMPULAN DAN SARAN Dapu-dapura wilayah kerja Puskesmas
Simpulan Benu-benua, agar selalu mengajak dan
memastikan para ibu yang memiliki
Berdasarkan hasil penelitian dengan balita di kelurahannya mengikuti
judul “Hubungan Sosial Ekonomi dan Pola kegiatan atau penyuluhan yang
Asuh dengan Status Gizi Balita di Kelurahan dilakukan Puskesmas Benu-benua.
Dapu-dapura wilayah kerja Puskesmas 3. Bagi ibu agar senantiasa memberikan
Banu-benua”, dapat disimpulkan sebagai makanan yang bernutrisi sesuai
berikut : kebutuhan anaknya dan juga selalu
1. Sosial ekonomi orang tua balita di mengikuti kegiatan tentang kesehatan
kelurahan Dapu-dapura kebanyakan balita dan makanan bergizi seimbang
kurang dengan prevalensi 41 orang yang dilakukan Puskesmas Benu-benua.
(52,6%). 4. Ibu sebagai pengatur keuangan
2. Pola asuh orang tua balita di kelurahan hendaknya dapat mengalokasikan
Dapu-dapura kebanyakan baik dengan pendapatan keluarganya untuk
prevalensi 53 orang (67,9%) memenuhi kebutuhan pangan dengan
3. Status gizi balita di kelurahan Dapu- baik karena besarnya pengeluaran untuk
dapura kebanyakan baik dengan pangan sangat mempengaruhi status gizi
prevalensi 53 orang (67,9%) anak balita.

87
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

5. Pola pengasuhan anak salah satunya Tawar Kabupaten Aceh


adalah praktik pemberian makan pada Tengah.
anak sehingga ibu harus tetap
memperhatikan makanan anak Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan
balitanya karena kebutuhan tubuh akan Indonesia. Jakarta: Depkes RI
zat gizi dapat dicukupi atau tidak
Departemen Kesehatan RI. 2011. Cuci
dapat dicukupi tergantung dari pangan
Tangan Pakai Sabun Dapat
yang dikonsumsi dan makanan dengan
Mencegah Berbagai Penyakit.
gizi baik tercermin pada berat badan
From
anak balita, hal ini merupakan usaha
http://www.depkes.go.id.
untuk mencegah gangguan penyakit
Diakses 13 Januari 2012
pada anak.
6. Bagi masyarakat hendaknya mengikuti Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset
perkembangan informasi kesehatan Kesehatan Dasar. Jakarta:
khususnya menyangkut anak balita Badan Penelitian dan
melalui kegiatan penyuluhan maupun pengembangan Kesehatan
dari media cetak dan elektronik. Kementrian Kesehatan RI.
Daftar Pustaka Ellya, Sibagariang Eva. 2010. Gizi dalam
Kesehatan Reproduksi, Jakarta
Ahmad Mansur, 2010, Modul Metode
: Trans Info Media
Penelitian dan Teknik
Penulisan Laporan Karya Eveline dan Nanang. 2010. Panduan Pintar
Ilmiah. Bandung : PAAP FE- Merawat Bayi dan Balita.
UNPA Jakarta : PT.Wahyu Media.
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Fisher, Elvina. Helendra. Dan Amri,
Gizi. Jakarta: PT Gramedia Erismar. 2012. Hubungan
Pustaka Utama Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Dengan Status
Arisman, MB. 2010. Gizi dalam Daur
Gizi Balita di Desa Sioban
Kehidupan. Jakarta: EGC
Kabupaten Kepulauan
Asydhad, LA, dan Mardiah. 2006. Makanan Mentawai
Tepat Untuk Balita. , Jakarta: (http://eprints.uns.ac.id/2949/1
PT. Kawan. Pustaka /174700501201108461.pdf,
diakses 8 november 2014).
Basri aramico, Toto sudargo dan Joko
susilo, 2005. Hubungan Handayani, L., Mulasari, S.A., & Nurdianis,
antara sosial ekonomi, pola N. 2008. Evaluasi Program
asuh dan pola makan dengan Pemberian Makanan
kejadian Stunting pada siswa Tambahan Anak Balita.
sekolah dasar kecamatan Lut Jurnal Manajemen Pelayanan

88
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

Kesehatan, Vol. 11, No. 1 severe stunting among under-


Maret five in North Maluku
Province of Indonesia. BMC
Herwin. 2004. Beberapa Faktor yang Pediatr. 2009;9(64):1–10.
Berkaitan dengan Penyebab
Gizi Kurang Pada Balita Rona Firmana Putri (2015). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan
I Nyoman Supariasa, Bachyar Bakri, Ibnu status gizi anak balita di
Fajar, 2002. Penilaian Status wilayah kerja puskesmas
Gizi. Jakarta: EGC. Nanggalo Padang.
Jurnal Gizi dan Dietetik http://jurnal.fk.unand.ac.id
Indonesia.Hubungan social Sinta Arianti Siwi (2015). Hubungan antara
ekonomi, pola asuh, pola pola asuh dengan status gizi
makan dengan stunting pada pada balita usia 2-5 tahun.
siswa sekolah dasar Fakultas Kedokteran
dikecamatan Lut Tawar Muhadiyah Surakarta.
Kabupaten Aceh Tengah. Vol.
1, No. 3, September 2013: Sjahmien Moehji, 1992, Pemeliharaan Gizi
121-130 Bayi dan Balita, Jakarta:
Bhratara.
Kodyat Benny A. (2014). Pedoman Gizi
Seimbang 2014. Yogyakarta. Soegeng Santoso, dkk. 2009. Kesehatan dan
Permenkes RI NO.41. Gizi.Jakarta: PT.Rineka Cipta
dan PT. Bina Adiaksara
Ninik Asri Rokhana (2005), Hubungan
antara pendapatan keluarga Soekirman, 2008 Gizi Seimbang dalam Siklus
dan pola asuh dengan status Kehidupan Manusia. Jakarta :
gizi anak balitadi Betoka PT Primamedia Pustaka
Demak.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk
Notoatmodjo, s, 2005, Promosi kesehatan Kesehatan Ibu dan Anak.
teori dan Aplikasi, Jakarta : Yogyakarta: Graha Ilmu.
PT Rineka Cipta Hasanudin.
Makasar Supariasa, I.N. Bakri, Bachyar. Fajar, Ibnu.
2012. Penilaian Status Gizi
Proverawati, A. Wati,EK . 2010. Ilmu Gizi Edisi Revisi. EGC : Jakarta
Untuk Keperawatan & Gizi
Kesehatan. Muha Medika, Suwiji, E. (2006) Hubungan Pola Asuh Gizi
Yogyakarta. Dengan Status Gizi Balita
Usia 4-12 Bulan Di Wilayah
Ramli, Agho K, Inder K, Bowe S, Jacobs Kerja Puskesmas Medang
J, Dibley M. Prevalence and Kabupaten Blora. Skripsi,
risk factors for stunting and Universitas Negeri Semarang.

89
Desiderius B.D dan Aisyah Triani : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.5 No.1 Mei - Agustus 2017 Hal : 77 - 90

UNICEF. A Study on Street Children in


Zimbabwe. New York (USA):
UNICEF; 2002
Uripi, V. 2004. Menu Sehat Untuk Balita.
Jakarta

90

Anda mungkin juga menyukai