Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA

DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA JELAT KECAMATAN


BAREGBEG TAHUN 2020

CORRELATION OF MOTHER’S LEVEL KNOWLEDGE ABOUT


TODDLER’S NUTRITION WITH TODDLER’S NUTRITIONAL STATUS
IN JELAT VILLAGE BAREGBEG SUBDISTRICT 2020

Sri Maryatin Apriyanti, Dini Nurbaeti Zen1, Tika Sastraprawira2


(Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Galuh)

ABSTRAK

Latar Belakang : Masalah status gizi kurang merupakan masalah yang umum di
beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. Status gizi merupakan salah
satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan
kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan sehingga dapat
menurunkan daya tahan tubuh yang akan berdampak pada angka kesakitan dan
kematian khususnya pada balita. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi
adalah pengetahuan Ibu tentang gizi yang dipraktikkan dalam pola asuh dan
pemberian makanan.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan Ibu tentang gizi balita dengan status gizi balita.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi karena
menjelaskan hubungan antara dua variable dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki
balita di Desa Jelat. Sampel yang digunakan berjumlah 76 orang Ibu yang dipilih
dengan metode statified random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan
memberikan kuisioner sebanyak 30 pertanyaan dan lembar observasi. Uji statistik
dengan menggunakan korelasi Kendal-Tau.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa Ibu yang memiliki pengetahuan baik
sebagian besar memiliki balita dengan status gizi baik yaitu sebesar 94,1% dan
Ibu yang memeiliki pengetahuan kurang sebagian besar memiliki balita dengan
status gizi kurang pula yaitu sebesar 72,2%. Hasil uji statistik kendal-tau
menunjukan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan
status gizi pada balita karena nilai ρ value < α (0,001 < 0,01).
Kesimpulan : Status gizi balita dipengaruhi oleh pengetahuan Ibu tentang gizi.
Sehingga diperlukan peningkatan pengetahuan Ibu tentang gizi melalui
penyuluhan dan peningkatan asupan makanan balita.

Kata Kunci : Pengetahuan Ibu, Status Gizi, Balita


ABSTRACT

Background : The problem of malnutrition is a common problem in several


developing countries including Indonesia. Nutritional status is determinant of the
quality of human resources. Malnutrition will lead breakdown of physical growth
and intelligence development so that it can reduce endurance whict will have an
impact on mobordity and mortality rates especially in infant. One of the factors
that influence the nutritional status is knowledge about nutrition that is practiced
in parenting and feeding.
Objective : This study aimed to determine correlation of mother’s nutrition
knowledge with toddler’s nutritional status.
Methods : The type of this study is a descriptive correlation study because
explains the relationship between two varibles using a cross sectional approach.
The population of this study is mothers who have toddlers in Jelat village. The
sample used was 76 mothers chosen by stratified random sampling. Data has
been collected by giving questionnaires with 30 questions and observation sheets.
Statistics-test use Kendal-Tau correlation.
Results : The result showed that most of respondents with good knowledge have
toddler with normal nutritional status (94,1%) and respondents with less
knowledge have toddler with unnormal nutritional status (72,2%). The reslut of
Kendal-tau test showed that there was a relation between mother’s knowledge
with toddler’s nutritional status because ρ value < α (0,001 < 0,01).
Conclusions : The conclusion of this study is toddler’s nutritional status influnced
by mother’s knowledge about nutrition. Therefore, is necessary to increase
mother’s klnowledge about nutritional through counseling an increase toddler’s
nutrition intake.
Keywords : Mother’s Knowledge, Nutritional Status, Toddler

PENDAHULUAN akan menentukan keberhasilan suatu

Indonesia memiliki visi dan bangsa. Berbagai masalah kesehatan

misi untuk meningkatkan kualitas yang terjadi di masyarakat sangat

manusia Indonesia dengan cara mempengaruhi upaya pelaksanaan

mengembangkan reformasi di sistem peningkatan derajat kesehatan

kesehatan yang bertujuan untuk masyarakat. (Kemenkes RI, 2019)

meningkatkan derajat kesehatan Dalam 1000 hari pertama


masyarakat Indoesia sebagai generasi (sejak janin dalam kandungan hingga
penerus bangsa. Sumber daya berusia dua tahun) kehidupan bayi
manusia (SDM) yang berkualitas merupakan usia emas bagi tumbuh
kembang anak. Banyak sekali faktor Nutrisi yang tidak adekuat
yang dapat mendukung tumbuh dalam lima tahun pertama kehidupan
kembang anak diusia tersebut. Salah berakibat pada gangguan
satunya adalah gizi/asupan nutrisi. pertumbuhan dan perkembangan
Status gizi dimasyarakat berperan fisik, mental dan otak yang bersifat
penting dalam pembangunan kualitas irreversible. Ukuran keberhasilan
sumber daya manusia (SDM). dalam pemenuhan nutrisi adalah
Ketidakseimbangan gizi dapat status gizi. Status gizi balita
menurunkan kualitas SDM. mencerminkan tingkat
perkembangan dan kesejahteraan
Status gizi adalah keadaan
masyarakat dalam suatu negara serta
tubuh sebagai akibat konsumsi
berhubungan dengan status
makanan dan penggunaan zat-zat
kesehatan anak di masa depan.
gizi. Status gizi ini menjadi penting
(Bhandari, et. Al., 2013).
karena merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya kesakitan dan Apabila balita mengalami
kematian. Status gizi yang baik bagi gangguan pertumbuhan dan
seseorang akan berkontribusi perkembangan baik fisik ataupun
terhadap kesehatannya dan juga mental akan menyebabkan
terhadap kemampuan dalam proses rendahnya kualitas sumber daya
pemulihan (Dinkes Provinsi Jabar manusia usia produktif. Masalah ini
2018). selanjutnya juga dapat berdampak
pasa peningkatan resiko penyakit
Nutrient adalah zat yang
kronis degenerative saat dewasa.
dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh
Yang tentu saja akan menimbulkan
dan berkembang. Setiap anak
peningkatan pengeluaran negara
mempunyai kebutuhan nutrient yang
dalam bidang kesehatan. (Dasman,
berbeda dan anak memiliki
2019)
karakteristik yang khas dalam
mengkomsumsi makanan atau zat Malnutrisi umumnya
gizi tersebut. (Supartini, 2014) mengacu pada kondisi gizi kurang,
gizi buruk dan gizi lebih. Kondisi Menurut hasil Riskesdas
tersebut merupakan salah satu (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
penyebab mortalitas dan morbiditas di Indonesia terdapat 17,7 % anak
terbanyak pada balita di negara usia dibawah 5 tahun (balita) masih
berkembang, yaitu sebanyak 45% mengalami masalah gizi kurang.
atau 10,8 juta anak meninggal akibat Angka tersebut terdiri atas balita
malnutrisi. Malnutrisi pada balita yang mengalami gizi buruk sebesar
berdampak pada penurunan system 3,9% dan yang menderita gizi kurang
kekebalan tubuh sehingga mudah sebanyak 13,8%. Dibandingkan
terserang penyakit infeksi. Penyakit dengan hasil Riskesdas 2013, jumlah
infeksi seperti diare, pneumonia, balita yang mengalami masalah gizi
malaria campak atau measles dan kurang turun yaitu dari 19,6% di
AIDS diketahui paling banyak tahun 2013 menjadi 17,7% di tahun
menyebabkan kematian pada anak 2018. Namun penurunan angka
balita dengan gizi buruk (Kabeta, et permasalahn gizi kurang tersebut
al. 2017). belum sesuai target yang ditetapkan
oleh RPJMN yaitu diharapkan
Gizi merupakan salah satu
permasalahan gizi dapat turun
masalah uatama dalam tatanan
menjadi 17% (Riskesdas 2018).
kepedudukan dunia. Jumlah
penderita gizi kurang di dunia Menurut hasil Bulan
mencapai 104.000.000 anak dan Penimbangan Balita (BPB) tahun
keadaan gizi kurang merupakan 2017 di Kabupaten Ciamis terdapat
penyebab kematian satu 1/3 dari 4.185 kasus gizi kurang sedangkan di
seluruh kematian di dunia. Masalah tahun 2018 terdapat 3.584 kasus
gizi merupakan salah satu poin balita dengan status gizi kurang. Dan
penting yang menjadi kesepakatan dari 26 kecamatan yang ada di
global dalam Sustainable Kabupaten Ciamis didapatkan bahwa
Development Goals (SDGs) (WHO Kecamatan Baregbeg adalah
2012). Kecamatan yang memiliki kasus
balita dengan gizi kurang yang terus kebutuhan seperti rasa aman dan
meningkat setiap tahunnya, yaitu nyaman, kebahgiaan, nutrisi.
pada tahun 2017 ada 155 kasus balita Pengetahuan Ibu tentang gizi ini
dengan gizi kurang, meningkat pada dapat dilihat dari cara memilih bahan
tahun 2018 menjadi 183 kasus balita makanan, cara mengolah makanan
dengan status gizi kurang, kemudian dan cara menyajikan makanan itu
meningkat lagi di tahun 2019 sendiri. (Hurlock, 1980 dalam
menjadi 204 kasus balita dengan gizi (Janiwarty, 2013)).
kurang. (Profil Dinas Kesehatan
Gambaran kondisi di atas
Kabupaten Ciamis 2019).
didukung oleh beberapa penelitian
Terdapat beberapa faktor terdahulu yang menunjukan adanya
yang mempengaruhi keadaan status hubungan antara pengetahuan Ibu
gizi balita yaitu faktor internal dan tentang gizi dengan status gizi balita.
eksternal. Faktor internal antara lain Menurut Nindyana dan Merryana
asupan makanan dan penyakit (2017) menyebutkan dalam hasil
infeksi. Faktor eksternal terdiri dari penelitiannya bahwa status gizi balita
pendidikan orang tua, jenis dipengaruhi oleh pengetahuan Ibu
pekerjaan, pendapatan orang tua, dan asupan makanan. Menurut
ketersediaan pangan, pola makan, penilitian Nainggolan dkk (2011)
dan pengetahuan Ibu tentang gizi itu terdapat hubungan yang bermakna
sendiri. Faktor yang sangat umum antara pengetahuan Ibu tentang gizi
adalah kurangnya tingkat dengan status balitanya di wilayah
pengetahuan Ibu tentang gizi balita. kerja Puskesmas Rajabasa Indah,
Pengetahuan orang tua khususnya Lampung.
Ibu sangatlah berperan penting dalam
METODE
status gizi balita. Karena menurut
psikologi, anak sangat tergantung Jenis penelitian ini

kepada orang tua terutama yang merupakan penelitian deskriptif

berkaitan dengan pemenuhan korelasi karena menjelaskan


hubungan antara dua variable, yaitu dependennya adalah status gizi balita
variabel bebas (pengetahuan) dan yang diukur secara antropometri
variabel terkait (status gizi) dengan dengan membandingkan BB/U
menggunakan pendekatan cross berdasarkan jenis kelamin. Hasil
sectional yaitu melakukan pengukuran tersebut akan
pengamatan pada subjek untuk dibandingkan dengan tabel
mendapatkan data pengetahuan Ibu pertumbuhan menurut WHO,
tentang gizi balita dan status gizi sehingga akan diketahui status gizi
balita, yang dilakukan satu kali pada setiap balitanya.
penelitian.
Teknik pengolahan data
Populasi dalam penelitian ini dalam penelitian ini menggunakan
adalah Ibu yang memiliki balita di uji Kendal-Tau yang bertujuan untuk
Desa Jelat sebanyak 324 orang. mengetahui hubungan tingkat
Sampel yang akan digunakan dalam pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita
penelitian ini adalah sebanyak 76 dengan status gizi balita.
orang Ibu yang memiliki balita di
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Jelat sesuai rumus slovin.
Untuk pengambilan sampelnya Karakteristik Ibu balita ini

menggunakan metode stratified terdiri dari pendidikan dan pekerjaan.

random sampling. Karena pendidikan dan pekerjaan ini


saling berhubungan dengan
Variabel independen dari pengetahuan. Diharapkan Ibu yang
penelitian ini adalah pengetahuan Ibu memiliki pendidikan tinggi dapat
tentang gizi balita. Pengetahuan Ibu pula memiliki pengetahuan yang luas
ini akan diukur menggunakan dalam hal ini mengenai gizi balita.
kuisioner tertutup dengan 30
pertanyaan, yang sebelumnya telah Berdasarkan tingkat

di uji validitas dan uji reliabilitas pendidikan diketahui bahwa dari 76

kepada 20 orang Ibu di Desa responden sebagian besar reponden

Mekarwangi. Sedangkan variabel berpendidikan menengah atas (SMA)


yaitu sebanyak 48 orang (63,2%), sebagian kecil responden bekerja
hampir setengah responden sebagai ibu rumah tangga yaitu
berpendidikan rendah (SD dan SMP) sebanyak 10 orang (13,2%), sebagai
yaitu sebanyak 20 orang (26,3%) dan buruh yaitu sebanyak 10 orang
sebagian kecil responden (13,2%), sebagai PNS yaitu sebanyak
berpendidikan tinggi (PT) sebanyak 8 orang (10,5%), sebagai petani aitu
8 orang (10,5%). ysebanyak 7 orang (9,2%), sebagai
pedagang yaitu sebanyak 5 orang
Berdasarkan jenis pekerjaan
(6,6%), dan bekerja sebagai
diketahui bahwa hampir setengah
wiraswasta yaitu sebanyak 4 orang
responden bekerja sebagai karyawan
(5,3%).
swasta sebanyak 32 orang (42,1%),
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Frekuensi Persentase
No Pendidikan
(Orang) (%)

Pendidikan Rendah (SD dan


1 20 26,3
SMP)

2 Pendidikan Menengah (SMA) 48 63,2

3 Pendidikan Tinggi (PT) 8 10,5

Jumlah 76 100

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Frekuensi Persentase
No Pekerjaan
(Orang) (%)

1 Petani 7 9,2

2 Ibu Rumah Tangga 10 13,2

3 Buruh 10 13,2

4 Pedagang 5 6,6
5 Wiraswasta 4 5,3

6 Karyawan Swasta 32 42,1

7 PNS 8 10,5

Jumlah 76 100

Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan Ibu

Frekuensi Persentase
No Pengetahuan
(Orang) (%)

1. Baik 17 22,4

2. Cukup 41 53,9

3. Kurang 18 23,7

Jumlah 76 100

Berdasarkan tabel 3 dapat ekstrinsik dan intrinsik. Berdasarkan


disimpulkan bahwa sebagian besar kenyataan dilapangan bahwa
responden memiliki pengetahuan sebagian besar pendidikan ibu balita
cukup yaitu sebanyak 41 orang adalah tamat SMA, sehingga daya
(53,9%), hampir setengah responden tangkap terhadap suatu materi yang
memiliki pengetahuan kurang yaitu didapatkan cukup mampu diserap.
sebanyak 18 orang (23,7%), dan
Pengetahuan baik yang
sebagian kecil responden memiliki
dimiliki oleh seseorang dapat
pengetahuan baik yaitu sebanyak 17
dipengaruhi oleh beberapa faktor
orang (22,4%). Hal ini menunjukkan
diantaranya adalah tingkat
bahwa pengetahuan Ibu tentang gizi
pendidikan, pendidikan
balita secara keseluruhan adalah
memepengaruhi proses belajar,
cukup. Pengetahuan tersebut
semakin tinggi pendidikan seseorang
ditunjang oleh beberapa faktor
semakin mudah orang tersebut pengetahuan yang lebih luas. Pada
menyerap informasi. Pengetahuan umumnya semakin mudah
sangat erat kaitannya dengan memperoleh informasi, semakin
pendidikan dimana diharapkan cepat seseorang memperoleh
seseorang dengan pendidikan tinggi, pengetahuan yang baru.
maka orang tersebut akan semakin
Pengetahuan sangat penting
luas pengetahuannya. Selain tingkat
sekali karena berpengaruh terhadap
pendidikan, pekerjaan sesorang juga
perilaku kesehatan Hal ini sesuai
mempengaruhi pengetatuan orang
dengan teori yang dikemukakan
tersebut. Lingkungan pekerjaan dapat
Notoatmodjo (2012) bahwa
membuat seseorang memperoleh
pendidikan adalah upaya untuk
pengalaman dan pengetahuan baik
memberikan pengetahuan sehingga
secara langsung maupun tidak
terjadi prilaku positif yang
langsung. Faktor yang
meningkat, dalam hal ini mengenai
mempengaruhi pengetahuan yang
upaya Ibu dalam pemenuhan nutrisi
lainnya adalah informasi, seseorang
bagi anaknya yang berdampak pada
yang mempunyai sumber informasi
pemenuhan gizi seorang anak.
yang lebih banyak akan mempunyai

Tabel 4. Distribusi frekuensi status gizi balita

Frekuensi Persentase
No Status Gizi
(Orang) (%)

1. Gizi Lebih 3 3,9

2. Gizi Normal 49 64,5

3. Gizi Kurang 24 31,6

4. Gizi Sangat Kurang 0 0

Jumlah 76 100
Berdasarkan tabel 4 diketahui makanan yang betgizi untuk
bahwa sebagian besar reponden kebutuhan balitanya. Dari hasil
memiliki status gizi normal yaitu penelitian ini, adapula balita yang
sebanyak 49 orang (64,5%), hampir memiliki status gizi kurang, dan
setengah responden yang memiliki balita yang memiliki status gizi
status gizi kurang yaitu sebanyak 24 kurang ini sebagian besar memiliki
orang (31,6%), sebagian kecil Ibu yang kurang mengetahui
responden memiliki status gizi lebih mengenai gizi sehingga kurang
yaitu sebanyak 3 orang (3,9%), dan paham dalam cara menyajikan
tidak ada responden yang memiliki makan untuk kelurganya yang
status gizi sangat kurang. bergizi dan seimbang, sehingga
mempengaruhi status gizi pada
Banyaknya balita yang
balitanya. Selain status gizi normal
memiliki status gizi normal ini
dan kurang, dari hasil penelitian ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor
didapatkan pula balita yang memiliki
diantaranya pengetahuan Ibu, dimana
status gizi lebih, yaitu sebanyak 3
telah disebutkan juga sebelumnya
orang. Status gizi lebih ini juga
bahwa sebagian besar Ibu dalam
merupakan masalah dalam gizi,
penelitian ini memiliki pendidikan
karena apabila tidak di tangani akan
terakhir SMA sehingga pengetahuan
menjadi obesitas. Gizi lebih ini
yang mereka lebih mudah untuk
disebabkan oleh pola makan yang
menangkap informasi dan memiliki
tidak teratur, jumlah asupan makanan
pengetahuan yang baik mengenai
terlalu banyak sehingga melampaui
gizi balitanya. Selain itu faktor
kebutuhan gizi hariannya. Energi
lainnyab dipengaruhi oleh tingkat
yang masuk kedalam tubuh tidak
ekonomi, dimana dari hasil
sebanding dengan energi yang
penelitian ini sebagian besar Ibu
dipakai untuk beraktivitas, sehingga
memiliki mata pencaharian sebagai
sisa energi yang tidak berhasil oleh
karyawan swasta dengan penghasilan
tubuh akan mengendap hingga
yang cukup, sehingga dapat membeli
menjadi lemak. Penumpukan lemak
ini yang membuat berat badan balita Ibu akan cenderung memberikan
tidak sesuai dengan usianya. Selain makanan yang disukai anaknya
itu penyebab yang lain adalah walaupun nyatanya kebutuhan gizi
ketidaktahuan Ibu tentang nutrisi balitanya sudah lebih dari cukup
atau makanan yang harus diberikan terpenuhi.
kepada balitaa diusianya, sehingga

Tabel 5. Distribusi frekuensi hubungan pengetahuan Ibu tentang gizi


dengan status gizi balita

Status Gizi Balita


Pengetahuan Normal Kurang Sangat Total ρ
Lebih
Ibu Kurang value

F % F % F % F % F %

Baik 0 0 16 94,1 1 5,9 0 0 17 22,4

Cukup 1 2,4 30 73,2 10 24,4 0 0 41 53,9


0,001
Kurang 2 11,1 3 16,7 13 72,2 0 0 18 23,7

Total 3 3,9 49 64,5 24 31,6 0 0 76 100

Berdasarkan hasil penelitian sangat kurang dan lebih, dari 41


menunjukan bahwa 17 orang ibu orang ibu yang berpengatahuan
yang berpengatahuan baik hampir cukup sebagian besar reponden yaitu
seluruhnya yaitu sebanyak 16 orang sebanyak 30 orang (73,2%)
(94,1%) memililki balita dengan memililki balita dengan status gizi
status gizi normal, sebagian kecil normal, sebagian kecil dari
dari responden yaitu 1 orang (5,9%) responden yaitu 10 orang (24,4%)
memililki balita dengan status gizi memililki balita dengan status gizi
kurang, dan tidak ada ibu yang kurang, sebagian kecil dari
memiliki balita dengan status gizi responden yaitu 1 orang (2,4%)
memililki balita dengan status gizi pengetahuan ibu balita mengenai gizi
lebih dan tidak ada ibu yang maka semakin baik status gizi pada
memiliki balita dengan status gizi balitanya.
sangat kurang, dan dari 18 orang ibu
Hasil penelitian ini sesuai
yang berpengatahuan kurang
dengan teori yang dikemukakan oleh
sebagian besar reponden yaitu
Munadi (2017) yang menyatakan
sebanyak 13 orang (72,2%)
bahwa hubungan antara pengetahuan
memililki balita dengan status gizi
ibu tentang kesehatan balita
kurang, sebagian kecil dari
khususnya pada gizi balita sangat
responden yaitu 3 orang (16,7%)
erat kaitannya dengan pola
memililki balita dengan status gizi
pemberian makan pada balita.
normal, sebagian kecil dari
Pengetahuan dan pemahaman ibu
responden yaitu 2 orang (11,1%)
yang terbatas akan mempengaruhi
memililki balita dengan status gizi
pola pemenuhan gizi balita. Ibu tidak
lebih dan tidak ada ibu yang
paham pentingnya gizi bagi
memiliki balita dengan status gizi
pertumbuhan dan perkembangan
sangat kurang,
balita, sehingga penerapan pola
Dari hasil analisa data konsumsi makan belum sehat dan
diperoleh nilai ρ value sebesar 0,001. seimbang. Gizi harus dipenuhi sejak
Berdasarkan hasil analisa data di atas anak-anak karena selain penting
maka dapat disimpulkan bahwa untuk pertumbuhan badan juga
terdapat hubungan antara penting untuk perkembangan otak.
pengetahuan ibu tentang gizi balita Untuk itu ibu harus mengerti dengan
dengan status gizi pada balita di Desa baik kebutuhan gizi anaknya agar
Jelat Kecamatan Baregbeg anak tidak mengalami kurang gizi.
Kabupaten Ciamis Tahun 2020 Dengan demikian ibu memiliki
karena nilai ρ value < α (0,001 < peranan yang sangat penting dalam
0,01). Sifat hubungan kedua variabel menentukan status gizi balita.
tersebut adalah semakin baik
Untuk nilai tingkat keeratan balitanya, mengatur porsi makanan
hubungan antara dua variabel untuk balita dan waktu pemberian
penelitian ini adalah 0.372, yang makan yang tepat untuk balitanya,
artinya tingkat keeratannya cukup. sehingga kebutuhan balita terhadap
Hal ini sangat mungkin terjadi, gizi akan terpenuhi dan status gizi
karena selain faktor pengetahuan Ibu akan sesuai dengan usianya.
mengenai gizi balita, terdapat Sebaliknya apabila pengetahuan Ibu
beberapa faktor lagi yang tentang gizi kurang, akan
mempengaruhi status gizi balita, menimbulkan perilaku yang
yaitu ketersedian pangan, pendidikan seadanya dalam menyajikan
orang tua, pekerjaan orang, pola makanan untuk keluarganya,
makan dan tingkat ekonomi sehingga kebutuhan tubuh balita
keluarga. tidak terpenuhi dengan adekuat dan
status gizi tidak sesuai dengan
Secara umum, terdapat
usianya.
hubungan antara tingkat pengetahuan
Ibu tentang gizi balita dengan status KESIMPULAN
gizi balita. Ibu yang memiliki Dari penelitian ini dapat
pengetahuan baik/cukup memiliki disimpulkan bahwa terdapat
balita dengan status gizi baik, hubungan yang cukup erat antara
sedangkan Ibu dengan pengetahuan tingkat pengetahuan Ibu tentang gizi
kurang memiliki balita dengan status balita dengan status gizi balita di
gizi kurang pula. Hal ini disebabkan Desa Jelat. Upaya untuk
karena apabila seseorang memiliki meningkatkan status gizi balita,
pengetahuan yang baik tentang gizi sebaiknya meningkatkan pula
maka akan merespon stimulus untuk pengetahuan Ibu tentang gizi melalui
melakukan tindakan yang ia ketahui penyuluhan pada Ibu balita tentang
misalnya dalam proses memasak pemilihan dan pengolahan makanan
makanan untuk balitanya, cara yang beragam, bergizi dan seimbang.
menyajikan makanan untuk Maka dari itu, diharapkan berbagai
pihak baik itu orang tua, tenaga 8. Donsu. 2017. Psikologi
Keperawatan. Cetakan ke 1.
kesehatan dan instansi kesehatan di
Pustaka Baru Press.
Desa Jelat Kecamatan Baregbeg Yogyakarta
9. Istiany, dkk. 2013. Gizi
untuk terus meningkatkan prorgam-
Terapan. Cetakan ke 1.
program dalam upaya peningkatan Rosda. Bandung
10. Janiwarty, dkk. 2013.
pengetahuan Ibu khususnya tentang
Pendidikan Psikologi untuk
gizi balita. Bidan. Cetakan ke 1. Rapha
Publishing. Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA 11. Kabeta et al. 2017. Factors
associated With Nutritional
1. Adriani, dkk. 2012. Peranan Statusof Under-Five Children
Gizi dalam Siklus Kehidupan. in Yirgalem Town South
Cetakan ke 1. Kencana. Ethiopia. IOSR Journal of
Jakarta Nursing and Health Science.
2. Arikunto. 2010. Prosedur Volume 6: 78-84
Penelitian : Suatu 12. Kemenkes RI 2019. Profil
Pendekatan Praktek. Rineka Kementrian Kesehatan.
Cipta. Jakarta Diakses dari
3. Bhandari, et al. 2013. http://sehatnegeriku.kemkes.g
Nutritional Status of Under o.id/pfofil/kemkes pada 2
Five Year Children and Maret 2020
Factors Associated in 13. Kemenkes RI. 2018. Hasil
Kapilvastu District Nepal. Utama Riskesdas 2018.
Journal of Nutritional Health Diunduh dari
& Food Science, 1 www.kemkes.go.id pada 7
4. Dasman. 2019. Empat November 2019
Dampak Stunting Bagi Anak 14. Kemenkes RI. 2018.
dan Negara Indonesia. Metodologi Penelitian
Universitas Andalas. Sumatra Kesehatan. Jakarta
Barat 15. Khomsan. 2010. Pangan Dan
5. Dinas Kesehatan Provinsi Gizi Untuk Kesehatan.
Jawa Barat 2018 Cetakan Ke 3. Raja Grafindo
6. Dinkes Ciamis. 2019. Hasil Persada. Depok
Bulan Penimbangan Balita 16. Marimbi. 2010. Tumbuh
(BPB) Berdasarkan Indikator Kembang, Status Gizi dan
BB/U. Ciamis. Imunisasi Dasar Pada Balita.
7. Donsu. 2016. Metodologi Nuha Medika. Yogyakarta
Penelitian Keperawatan. 17. Notoatmodjo. 2014. Ilmu
Cetakan ke 1. Perilaku Keseahatan.
Pustakabarupress. Cetakan ke 1. Rineka Cipta.
Yogyakarta Yogyakarta
18. Sujarweni. 2014. Metodologi 22. WHO. 2005. World Health
Penelitian Keperawatan. Organization Child Growth
Cetakan ke 1. Gava Media. Standards. Diunduh dari
Yogyakarta www.who.int pada 31 Maret
19. Supartini. 2014. Buku Ajar 2020
Konsep Keperawatan Anak. 23. Wibowo, Adik. 2015.
EGC. Jakarta Metodologi Penelitian
20. Susilowati. 2016. Gizi Dalam Praktis Bidang Kesehatan.
Daur Kehidupan. Cetakan ke PT Raja Grafindo Persada.
1. Refika Aditama. Bandung Jakarta
21. WHO 2012

Anda mungkin juga menyukai