Anda di halaman 1dari 8

The Indonesian Journal of Health Science

Volume 12, No.1, Juni 2020

Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Stunting

Dedeh Husnaniyah, Depi Yulyanti, Rudiansyah

STIKes Indramayu, Jl. Wirapati Sindang - Indramayu, Sindang, Kabupaten


Indramayu, Jawa Barat
Email : d.husnaniyah@gmail.com

Diterima tanggal : 15 April 2020


Direvisi tanggal : 10 Mei 2020
Dipublikasikan tanggal : 11 Juni 2020

Abstrak

Latar Belakang dan Tujuan: Stunting di sebabkan karena kekurangan gizi


kronis dan infeksi berulang pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Permasalahan gizi pada periode tersebut akan memunculkan beragam masalah
kesehatan. Tingkat pengetahuan ibu menjadi salah satu faktor dalam pemenuhan
kebutuhan gizi pada keluarga khusunya anak. Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting.
Metode: penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional study.
Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita di wilayah kerja
puskesmas Kandanghaur Indramayu. Pengambilan sampel dilakukan dengan
tekhnik accidental sampling sebayak 308 responden.
Hasil: sebanyak 16 (5,20%) responden dengan tingkat pendidikan ibu tidak
sekolah/tidak tamat Sekolah Dasar, sebanyak 134 (43,50%) responden dengan
tingkat pendidikan Sekolah Dasar, sebanyak 90 (29,20%) responden dengan
tingkat pendidikan SMP, sebanyak 61 (19,80%) responden dengan tingkat
pendidikan SMA, sebanyak 7 (2,30%) responden dengan tingkat pendidikan
Perguruan Tinggi. Sebanyak 116 (38,6%) anak dengan stunting dan sebanyak
189 (61,4%) anak yang tidak stunting. Terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan kejadian stunting dengan nilai p value = 0,005 (< 0,05).
Simpulan dan Implikasi: tingkat pengetahuan ibu memiliki peranan yang
signifikan dengan kejadian stunting. Calon ibu diharapkan dapat meningkatkan
pendidikan formalnya, dikarenakan pendidikan merupakan cara praktis agar ibu
lebih mudah dalam menyerap informasi kesehatan.

Kata Kunci: Stunting; Tingkat pendidikan ibu

Sitasi: Husnaniyah D, Yulyanti D & Rudiansyah. (2020). Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
kejadian stunting. The Indonesian Journal of Health Science. 12(1), 57-64

Copyright: © 2020 Husnaniyah et al. This is an open-access article distributed under the terms of the
Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction
in any medium, provided the original author and source are credited.
Diterbitkan Oleh: Universitas Muhammadiyah Jember
ISSN (Print): 2087-5053
ISSN (Online): 2476-9614

57
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.1, Juni 2020

Abstract

Introduction: Stunting is caused by chronic malnutrition and recurrent


infections during the first 1,000 days of life (HPK). Nutritional problems in that
period will cause various health problems. Mother's level of knowledge is one of
the factors in fulfilling the nutritional needs of families, especially children. The
purpose of this study was to identify the relationship between maternal education
and stunting case.
Methods: Descriptive study with a cross sectional study design. The study
population was mothers who had children under five in the working area of the
Kandanghaur Indramayu Community Health Center. Sampling was done by
accidental sampling technique of 308 respondents.
Result: 16 (5.20%) respondents with education level of mothers who did not
attend school / did not complete elementary school, 134 (43.50%) respondents
with primary education level, 90 (29.20%) respondents with Junior high school
education level, 61 (19.80%) respondents with a high school education level, and
7 (2.30%) respondents with college education level. 116 (38.6%) children were
stunted and 189 (61.4%) children were not stunted. There is a relationship
between the level of maternal education and the incidence of stunting with p
value = 0.005 (<0.05).
Conclusion: mother's level of knowledge has a significant role with the case of
stunting. Prospective mothers are expected to improve their formal education,
because education is a practical way to make it easier for mothers to absorb
health information

Keywords : Mother’s education level; Stunting

PENDAHULUAN pada tahun 2025 (Kementerian


Kesehatan RI, 2016). Prevalensi
Stunting adalah kondisi di
stunting di Indonesia
mana tinggi badan seseorang lebih
memperlihatkan persentase status
pendek di bandingkan dengan tinggi
gizi balita pendek (pendek dan
badan orang lain yang seusianya
sangat pendek) di Indonesia tahun
(Kementrian Desa, Pembangunan
2007 adalah (36,8%), tahun 2013
Daerah tertinggal, dan Transmigrasi,
adalah (37,2%), dan pada tahun 2015
2017). Stunting di sebabkan karena
(35,6%) (Kementerian Kesehatan RI,
kekurangan gizi kronis dan infeksi
2007 & Riskesdas, 2013). Prevalensi
berulang pada periode 1.000 Hari
masalah pendek pada Balita di Jawa
Pertama Kehidupan (HPK).
Barat ditemukan 35,4% balita
Menurut World Health stunting (Kementerian Kesehatan RI.
Organization (WHO) prevalensi 2007 & Riskesdas, 2007).
stunting menjadi permasalahan Berdasarkan laporan tahunan
kesehatan masyarakat jika Penimbangan Balita Dinas
prevalensinya 20% atau lebih. Kesehatan Kabupaten Indramayu
Diperkirakan terdapat 162 juta pada tahun 2015 penemuan Balita
stunting pada tahun 2012, Jika trend stunting dengan diadakannya
berlanjut tanpa upaya penurunan, penimbangan dengan ukuran
diproyeksikan akan menjadi 127 juta Antropometri adalah sejumlah 5.638

58
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.1, Juni 2020

jiwa (7,69%) dan pada tahun 2016 negara. Stunting menyebabkan


sejumlah 11.173 jiwa (9,9%), pada buruknya kemampuan kognitif,
tahun 2017 sejumlah 24.427 jiwa rendahnya produktivitas, serta
(10,8%) dan dapat diartikan terjadi meningkatkan resiko penyakit
peningkatan jumlah balita stunting di mengakibatkan kerugian jangka
Kabupaten Indramayu (Dinas panjang bagi ekonomi Indonesia
Kesehatan Kabupaten Indramayu, (Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH,
2015, 2016 & 2017). Irawati A, Utami NH, Tejayanti, et
Tahun 2017 diketahui bahwa al, 2015).
ada 5 wilayah kerja puskesmas Stunting erat kaitannya
dengan prevalensi stunting terbesar dengan tingkat pendidikan. Menurut
diantaranya puskesmas Kandanghaur Riskesdas (2013) menunjukkan
dengan persentase stunting 1337 jiwa bahwa kejadian stunting banyak di
(22,28%), Lelea 1005 jiwa (15,63%), pengaruhi oleh pendapatan dan
Sindang 1390 jiwa (15,49%), pendidikan orangtua yang rendah,
Kerangkeng 1770 jiwa (15,03%), dan khususnya ibu (3). Ibu memiliki
Gabus Wetan 1087 jiwa (13,06%), Peranan penting dalam pengasuh
dengan jumlah balita stunting di anak mulai dari pembelian hingga
Kabupaten Indramayu sebesar penyajian makanan. Apabila
24.427 jiwa (10,8%) (Dinas pendidikan dan pengetahuan ibu
Kesehatan Kabupaten Indramayu, tentang gizi rendah akibatnya ia tidak
2017). mampu untuk memilih hingga
Stunting pada balita harus menyajikan makanan untuk keluarga
mendapatkan perhatian khusus yang memenuhi syarat gizi seimbang
karena dapat menyebabkan (Soekirman, 2000).
terhambatnya pertumbuhan fisik, Hal ini sejalan dengan
perkembangan mental dan status penelitian yang dilakukan di
kesehatan pada anak. Studi terkini Meksiko bahwa pendidikan ibu
menunjukkan bahwa anak yang sangat penting dalam hubungannya
mengalami stunting berkaitan dengan dengan pengetahuan gizi dan
prestasi di sekolah yang buruk, pemenuhan gizi keluarga khusunya
tingkat pendidikan yang rendah dan anak, karena ibu dengan pendidikan
pendapatan yang rendah saat dewasa. rendah antara lain akan sulit
Anak yang memiliki stuning menyerap informasi gizi sehingga
memiliki kemungkinan lebih besar anak beresiko mengalami stunting
tumbuh menjadi individu dewasa (Leroy JF, Habicht JP, de cossio TG,
yang tidak sehat dan miskin. Anak and Ruel MT, 2014 & Hizni A,
dengan stunting memiliki kerentanan Yulia M, dan Gamayanti IL, 2010).
untuk menderita penyakit tertentu, Dengan demikian maka perlu
baik penyakit menular maupun diketahui hubungan tingkat
Penyakit tidak menular (PTM), serta pendidikan ibu dengan kejadian
peningkatan resiko overweight dan stunting.
obesitas. Keadaan overweight dan
obesitas jangka panjang dapat METODE PENELITIAN
meningkatkan resiko degeneratif. Jenis penelitian ini deskriptif
Kasus stunting pada anak dapat dengan rancangan penelitian Studi
dijadikan prediktor rendahnya
Potong Lintang (Cross Sectional
kualitas sumber daya manusia suatu Study), dimana pengukuran variabel

59
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.1, Juni 2020

dependen dan variabel independen melihat distribusi frekuensi tingkat


dilakukan pada saat yang sama dan pendidikan ibu dan stunting,
sifatnya sesaat. analisis bivariat digunakan untuk
Populasi pada penelitian ini melihat hubungan antara tingkat
adalah ibu yang memiliki anak balita, pendidikan ibu dengan kejadian
tinggal di wilayah kerja puskesmas stunting. Adapun alat uji statistik
Kandanghaur, mampu membaca dan yang digunakan yaitu Aplikasi
menulis, dan bersedia menjadi statistik dengan komputer (Dahlan.
responden. Sampel penelitian M. Sopiyudin, 2011).
dihitung menggunakan rumus
Slovin dengan margin eror sebesar HASIL
5% sehingga sampel yang Berdasarkan Tabel 1
didapatkan sebanyak 308 orang. diketahui bahwa pendidikan ibu
Penelitian di laksanakan di seluruh
paling banyak yaitu Sekolah Dasar
desa yang merupakan wilayah (SD) sebanyak 134 (43,5%)
Kerja Puskesmas Kandanghaur responden dan anak dengan kejadian
Kabupaten Indramayu pada bulan stunting terbanyak yaitu tidak
Juli 2019. stunting sebanyak 189 (61,4%)
Penelitian dilakukan setelah responden.
keluar Ethical Clearance (EC) dari
Sedangkan tabel 2
committee ethics Universitas Gajah menunjukkan bahwa dari 134
Mada dengan nomor surat Ref. No.
responden yang berpendidikan SD
: KE/FK/0788/EC/2019. Sebelum dan memiliki anak dengan stunting
melakukan wawancara dengan sebanyak 67 (50%) responden, ibu
responden, peneliti memberikan yang berpendidikan SD dan memiliki
penjelasan terlebih dahulu kepada anak tidak stunting sebanyak 67
responden meliputi tujuan (50%) responden. Hasil analisis
penelitian, manfaat dan menjamin dengan menggunakan chi-square
kerahasian identitas dan data yang diperoleh nilai p value = 0,005 <
diberikan. Setelah itu peneliti baru 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa
meminta persetujuan penelitian ada hubungan anatara pendidikan ibu
kepada responden. Setelah dengan kejadian stunting.
informed consent didapatkan,
peneliti baru melakukan penelitian
dengan melakukan wawancara, PEMBAHASAN
observasi dan pengukuran. Stunting merupakan keadaan
Data primer diperoleh dimana status gizi kurang yang
dengan melakukan observasi dan bersifat kronik pada masa
wawancara kepada ibu dengan pertumbuhan dan perkembangan
menggunakan kuesioner dan sejak awal kehidupan. Menurut
melakukan pengukuran kembali World Health Organization (WHO)
kepada anaknya. Penentuan mengatakan bahwa stunting di
stunting atau tidaknya dihitung kondisikan dengan nilai Z-score
menggunakan WHO antropometri. tinggi badan menurut umur (TB/U)
Sedangkan data sekunder diperoleh kurang dari -2 standar deviasi (SD),
dari puskesmas Kandanghaur. secara global sekitar 1 dari 4 balita
Analisis data yang digunakan mengalami stunting (Magarwati, A.,
adalah analisis univariat untuk & Astuti, M. A, 2018).

6059
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.1, Juni 2020

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu dan Kejadian Stunting


(n=308)
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah/ Tidak tamat SD 16 5,2
SD 134 43,5
SMP 90 29,2
SMA 61 19,8
PT 7 2,3
Kejadian Stunting
Stunting 119 38,6
Tidak Stunting 189 61,4

Tabel 2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Stunting (n=308)


Stunting
Tidak Jumlah Nilai
Pendidikan Ibu Stunting
Stunting p
n % n % n %
Tidak sekolah 6 37,5 10 62,5 16 5,2
SD 67 50 67 50 134 43,5
SMP 30 33,3 60 66,7 90 29,2 0,005
SMA 14 23 47 77 61 19,8
PT 2 28,6 5 71,4 7 2,3
Total 119 38,6 189 61,4 308 100

Kejadian stunting sering faktor yang mempengaruhi kejadian


dijumpai khususnya pada anak usia stunting adalah tingkat pendidikan
12-36 bulan dengan prevalensi ibu.
sebesar 38,3-41,5%. Stunting pada Ibu rumah tangga berperan
anak usia di bawah lima tahun dalam pengambilan keputusan
biasanya kurang disadari konsumsi pangan. Penyajian bahan
dikarenakan perbedaan anak yang makanan untuk seluruh anggota
stunting dengan anak yang normal rumah tangga menjadi tugas pokok
pada usia tersebut tidak terlalu di ibu rumah tangga. Oleh karena itu,
lihat. Usia di bawah lima tahun semakin tinggi tingkat pendidikan
merupakan masa keemasan dalam ibu rumah tangga maka akan
menentukan kualitas sumber daya semakin tinggi pula kemampuan
manusia yang di lihat dari segi dalam hal pengambilan keputusan
pertumbuhan fisik maupun konsumsi rumah tangga terutama
kecerdasan, sehingga hal ini harus di untuk memenuhi kebutuhan gizi
dukung oleh status gizi yang baik. seluruh anggota keluarga (Arida,
Seorang anak yang mengalami dkk, 2015).
stunting pada masa ini cenderung Berdasarkan hasil penelitian
akan sulit mencapai tinggi badan didapatkan bahwa dari 134
yang optimal pada periode responden yang yang berpendidikan
selanjutnya (Magarwati, A., & Sekolah Dasar (SD) dan memiliki
Astuti, M. A, 2018). Salah satu anak dengan stunting sebanyak 67

57
61
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.1, Juni 2020

(50%) responden, ibu yang Menurut Dekkar LH (2010)


berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dalam Rahayu A dan Khairiyati L
dan memiliki anak tidak stunting (2014) menyatakan bahwa konsumsi
sebanyak 67 (50%) responden. Hasil makanan bagi setiap orang terutama
analisis dengan menggunakan chi- anak usia 1-2 tahun harus selalu
square diperoleh nilai p value = memenuhi kebutuhan. Konsumsi
0,005 (p < 0,05) maka dapat di makanan yang kurang akan
simpulkan bahwa ada hubungan menyebabkan ketidakseimbangan
anatara pendidikan ibu dengan proses metabolisme di dalam tubuh.
kejadian stunting di wilayah kerja Apabila hal ini terjadi terus menerus
Puskesmas Kandanghaur Indramayu. akan terjadi gangguan pertumbuhan
Hasil penelitian ini sejalan dan perkembangan seperti stunting
dengan penelitian Hizni (2010) yang (Rahayu A, dan Khairiyati L, 2014).
menyatakan bahwa ibu yang Sehingga tingkat pengetahuan ibu
memiliki pendidikan rendah beresiko merupakan salah satu komponen
memiliki anak dengan stunted 2,22 yang tidak bisa diabaikan.
kali lebih besar di bandingkan
dengan ibu berpendidikan tinggi SIMPULAN
(Hizni A, Yulia M, dan Gamayanti Terdapat hubungan antara
IL, 2010). Tingkat pendidikan,
tingkat pendidikan ibu dengan
khususnya tingkat pendidikan ibu kejadian stunting, dimana semakin
mempengaruhi derajat kesehatan.
rendah tingkat pendidikan ibu maka
Hal ini terkait dengan peranan ibu semakin besar risiko balita
yang paling banyak pada mengalami stunting.
pembentukan kebiasaan makan anak,
karena ibulah yang mempersiapkan
makanan mulai mengatur menu, SARAN
berbelanja, memasak, menyiapkan Diperlukan intervensi oleh
makanan dan mendistribusikan petugas kesehatan di puskesmas
makanan. Menurut Wong (1995) dalam meningkatkan pengetahuan
dalam Natalina (2015) mengatakan ibu terkait pencegahan stunting,
bahwa dalam memberikan nutrisi karena pengetahuan tidak hanya
pada anak, ibu yang mempunyai didapat dari pendidikan formal
peran dalam menentukan variasi melainkan dapat diperoleh dari
makanan dan mengidentifikasi pendidikan non formal seperti
kebutuhan nutrisi yang diperlukan penyuluhan, media, dan beberapa
oleh anggota keluarganya (Natalina, sumber informasi yang dapat
R. Diyan, P dan Kristiawati, 2015). meningkatkan pengetahun ibu
Menurut Astari (2008) dalam khususnya mengenai pencegahan
Mustamin (2018) Ibu yang memiliki stunting.
pengetahuan gizi baik diharapkan
mampu menyediakan makanan
dengan jenis dan jumlah yang tepat DAFTAR PUSTAKA
agar anak dapat tumbuh dan Arida. (2015). Analisis ketahanan
berkembang secara optimal pangan rumah tangga
(Mustamin, Asbar R, dan Budiawan, berdasarkan proporsi
2018). pengeluaran pangan dan
konsumsi energi. Skripsi

58
62
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.1, Juni 2020

Dinas Kesehatan Kabupaten of child stunting and


Indramayu. (2015). Laporan maternal overweight in rural
data Stunting di Kabupaten Mexico. The Jurnal of
Indramayu. Nutrition. 5:765-770.
Dinas Kesehatan Kabupaten Magarwati, A., & Astuti, M. A.
Indramayu. (2016). Laporan (2018). Pengetahuan ibu
data Stunting di Kabupaten pola makan dan status gizi
Indramayu. pada anak stunting usia 1-5
Dinas Kesehatan Kabupaten tahun di Kelurahan
Indramayu. (2017). Laporan Bangetayu Kecamatan
data Stunting di Kabupaten Genuk Semarang. The
Indramayu. Indonesian Journal of
Hizni A, Yulia M, dan Gamayanti Nutrition. 6,(2) retrieved
IL. (2010). Status stunted from
dan hubungannya dengan https://ejournal.undip.ac.id/i
perkembangan anak balita di ndex.php/jgi/article/view/19
wilayah pesisir pantai utara 175
Kecamatan Lemahwungkuk Mustamin, Asbar R, dan Budiawan
Kota Cirebon. Jurnal Gizi (2018). Tingkat pendidikan
Klinik Indonesia. 6:131-137. ibu dan pemberian asi
Kementerian Kesehatan RI. (2007). eksklusif dengan kejadian
Riset Kesehatan Dasar stunting pada balita di
(Riskesdas). 2013. Jakarta : Provinsi di Sulawesi Selatan.
Badan Penelitian dan Media Gizi Pangan. Vol. 25
Pengembangan Kesehatan. Edisi 1 2018
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Natalina, R. Diyan, P dan
Infodatin pusat data dan Kristiawati. (2015).
informasi kementerian Hubungan pola asuh dengan
kesehatan RI. Situasi Balita status gizi balita di posyandu
Pendek. Jakarta tulip wilayah rindang benua
Kementrian Desa, Pembangunan kelurahan pahandut
Daerah tertinggal, dan palangkaraya. Jurnal Ilmu
Transmigrasi. (2017). Buku Kesehatan.Vol 1 No. 19.
saku desa dalam Rahayu A, dan Khairiyati L (2014).
penanganan stunting. Risiko pendidikan ibu
Jakarta terhadap kejadian stunting
Kementrian Perencanaan pada anak 6-23 bulan.
Pembangunan Skripsi
Nasional/Badan Perencanaan Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan
Pembangunan Nasional. aplikasinya untuk keluarga
(2007). Rencana aksi dan masyarakat. Jakarta :
nasional pangan dan gizi Direktoral Jendral
2006-2010. Jakarta Pendidikan Tinggi,
Leroy JF, Habicht JP, de cossio TG, Departemen Pendidikan
and Ruel MT. (2014). Nasional.
Maternal education mitigates Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH,
the negative effects of higher Irawati A, Utami NH,
income on the double burder Tejayanti, et al. (2015).

59
63
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.1, Juni 2020

Pendek (stunting) di solusinya. Jakarta: Lembaga


Indonesia, masalah dan Penerbit Balitbangkes.

60
64

Anda mungkin juga menyukai