Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING

PADA BALITA DI DESA SUKARAMAI I & II KECAMATAN SERUWAY


KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2022
Adinda Permatasari1, Ayunin Syahida2
1
Mahasiswa STIKes Bustanul Ulum Langsa-Aceh
2
Dosen STIKes Bustanul Ulum Langsa-Aceh
Email : permatasariadinda16@gmail.com

ABSTRAK

Stunting merupakan kurang gizi kronis dikarenakan asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Kekurangan gizi meningkatkan angka kematian
bayi dan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
stunting pada anak balita di Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Tahun
2022. Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah Sampel Random Sampling. Penelitian ini
menggunakan pendekatan metode kuantitatif dengan metode survey deskriptif analitik dan rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional bisa juga disebut studi potong lintang,
yang menganalisis variabel dependen dan independen pada suatu periode yang sama pada suatu waktu yang
sama. Populasi dalam penelitian ini yaitu balita dan orang tua. Sampel yang di gunakan berjumlah 88
responden. Untuk menganalisis data digunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tidak
ada hubungan riwayat Asi ekslusif (0,072), Ada hubungan berat badan lahir (0,000), ada hubungan panjang
badan lahir (0,000), ada hubungan pendapatan (0,002), Tidak ada hubungan jarak kelahiran (0,104),Tidak ada
hubungan pendidikan orang tua (0,113), Tidak ada hubungan usia ibu melahirkan dengan kejadian stunting
pada balita di desa sukaramai I & II Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022 (0,184).
Saran bagi Dinas Kesehatan hendaknya pihak Puskesmas dapat mengoptimalkan program yang berhubungan
dengan upaya pencegahan terjadinya stunting, bagi orang tua yang mengasuh balita diharapkan untuk selalu
rutin membawa balita datang ke Posyandu untuk memantau petumbuhan.

Kata Kunci : Stunting, Gizi, Anak, Kesehatan.

ABSTRACT

Stunting is chronic malnutrition due to insufficient nutritional intake for a long time due to the provision of
food that is not in accordance with nutritional needs. Malnutrition increases infant and child mortality. This
study aims to determine the factors associated with the incidence of stunting in children under five in
Sukaramai I & II Village, Seruway District, Aceh Tamiang Regency in 2022. The data collection technique in
this study was random sampling. This research uses a quantitative method approach with an analytical
descriptive survey method and the research design used in this study is a cross sectional study which can also
be called a cross sectional study, which analyzes the dependent and independent variables in the same period
at the same time. The population in this study are toddlers and parents. The sample used amounted to 88
respondents. To analyze the data used the Chi Square test. The results of this study showed that there was no
relationship with history of exclusive breastfeeding (0.072), there was a relationship with birth weight
(0.000), there was a relationship with birth length (0.000), there was a relationship with income (0.002), there
was no relationship between birth spacing (0.104), no there is a relationship between parental education
(0.113), there is no relationship between the age of the mother giving birth and the incidence of stunting in
toddlers in Sukaramai I & II Village, Seruway District, Aceh Tamiang Regency in 2022 (0.184). Suggestions
for the Health Office should the Puskesmas be able to optimize programs related to efforts to prevent stunting,
for parents who care for toddlers are expected to always regularly bring toddlers to the Posyandu to monitor
growth.

Keywords : Stunting, Nutrition, Children, Health.


PENDAHULUAN

Jurnal Edukes Page 1


Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, Ada beberapa faktor yang diduga menjadi
pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan penyebab terjadinya stunting adalah riwayat
dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai kehamilan ibu yang meliputi postur tubuh ibu
dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat, jumlah
yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang melahirkan terlalu banyak, usia ibu saat hamil terlalu
tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok yang tua, usia ibu saat hamil terlalu muda (dibawah 20
rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi tahun) berisiko melahirkan bayi dengan BBLR, serta
karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. asupan nutrisi yang kurang selama masa kehamilan.
Konsumsi makanan memegang peranan penting Faktor lainnya adalah tidak terlaksananya Inisiasi
dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak Menyusu Dini (IMD), gagalnya pemberian ASI
sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar Eksklusif dan proses penyapihan dini. Selain
terhadap status gizi anak untuk mencapai beberapa faktor tersebut, faktor kondisi sosial
pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, ekonomi dan sanitasi juga berkaitan dengan
2017). Pada masa balita, anak sudah tidak terjadinya stunting (Pusat Data dan Informasi
mendapatkan ASI dan mulai memilih makanan yang Kemenkes RI, 2018). Dampak yang terjadi akibat
ingin dikonsumsi. Hal tersebut harus menjadi stunting adalah perkembangan kognitif, motorik, dan
perhatian orang tua terutama pada proses pemberian verbal pada anak tidak optimal, peningkatan
makan agar kebutuhan zat gizi anak tetap terpenuhi. kejadian kesakitan dan kematian, postur tubuh yang
Stunting merupakan kurang gizi kronis tidak optimal saat dewasa (lebih pendek
dikarenakan asupan gizi yang kurang dalam waktu dibandingkan pada umumnya) dan kapasitas belajar
cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak dan performa yang kurang optimal saat masa
sesuai dengan kebutuhan gizi. Kekurangan gizi sekolah. (WHO, 2018)
meningkatkan angka kematian bayi dan anak. Menurut data WHO, Pada tahun 2019 secara
Stunting pada balita perlu mendapatkan perhatian global ditemukan 144 juta anak di bawah usia 5
khusus karena dapat menyebabkan terhambatnya tahun yang mengalami stunting, 47 juta anak
pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan status mengalami kekurangan nutrisi (wasted) dan, 38 juta
kesehatan pada anak (Rheni, 2021). anak mengalami kelebihan berat badan. Dari semua
Penyebab langsung dari stunting diantaranya anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunting
asupan makanan dan keadaan kesehatan (penyakit pada tahun 2019 yaitu sebesar 21,3 % (WHO, 2019).
infeksi), sedangkan penyebab tidak langsung yaitu Benua Asia berdasarkan data Tahun 2017 dalam
ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak, Joint Child Malnutrition Estimates menyumbangkan
sanitasi lingkungan serta pemanfaatan pelayanan sebesar 55% dari proporsi balita stunting yang ada di
kesehatan (Rahmaniar, 2021). dunia, sedangkan proporsi balita stunting
Stunting dapat dicegah dengan memberikan ASI sepertiganya lagi berasal dari Benua Afrika yaitu
Eksklusif, makanan yang bergizi sesuai kebutuhan sebesar 38%. Proporsi balita sebesar 55% berasal
tubuh, perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas dari Asia Selatan yaitu 58,7% lalu diikuti Asia
fisik yang berguna untuk menyeimbangkan antara Tenggara (14,9%) di posisi kedua, sedangkan
pengeluaran energi dan pemasukan zat gizi kedalam proporsi balita stunting terendah yaitu berasal dari
tubuh serta memantau tumbuh kembang anak secara Asia Tengah sebesar 0,9% (World Health
teratur (Rahmaniar, 2021). Organization, 2018).
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh Prevalensi stunting Indonesia berdasarkan hasil
masalah gizi (stunting), dalam jangka pendek adalah Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2015 yaitu
terganggunya perkembangan otak kecerdasan, 29%, 2016 mencapai 27,5 persen dan Tahun 2017
gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan sebesar 29,6%(Direktorat Jenderal Kesehatan
metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka Masyarakat, 2018). Menurut WHO, masalah
panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Artinya,
belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga secara nasional masalah stunting di Indonesia
mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya tergolong kronis, terlebih lagi di 14 provinsi yang
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan prevalensinya melebihi angka nasional (kepmenkes,
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada 2018).
usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif Berdasarkan data dari WHO prevalensi balita
yang berakibat pada rendahnya produktivitas stunting di Asia Tenggara yang tertinggi yaitu Timor
ekonomi. (Kementerian Kesehatan RI, 2017) Leste dengan rata-rata prevalensi sebesar 50,2%,
pada urutan kedua yaitu India sebesar 38,4%.

Jurnal Edukes Page 2


Indonesia berada pada urutan ketiga Negara dengan imunisasi dasar, tingkat pengetahuan ibu, jumlah
prevalensi tertinggi balita stunting sebesar 36,4% keluarga dan ASI Eksklusif tidak memiliki
pada Tahun 2005 sampai 2017, sementara Thailand hubungan bermakna dengan kejadian stunting.Yang
memiliki rata-rata prevalensi terendah balita dengan berhubungan yaitu asupan energi, rerata durasi sakit,
stunting yaitu hanya sebesar 10,5% di Asia berat badan lahir, tingkat pendidikan ibu dan tingkat
Tenggara (WHO, 2018). pendapatan keluarga.
Indonesia sebagai Negara berkembang yang Menurut Data yang di ambil dari Puskesmas
berada di kawasan Asia Tenggara memiliki beban Seruway Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun
ganda masalah gizi.Permasalahan ini dapat 2021, terdapat 24 desa di kecamatan seruway, yang
mengancam kesehatan anak dan remaja yang hidup seluruh jumlah balita nya sebanyak 2.221 balita.
di Indonesia.Beban ganda yang dihadapi Indonesia Jumlah balita di sukaramai I sebanyak 115 balita,
berupa permasalahan kurang gizi yaitu stunting dan dan di sukaramai II sebanyak 152 balita. Balita yang
kurus serta kelebihan gizi yaitu obesitas. terkena stunting di desa sukaramai I sebanyak 6
Permasalahan ini perlu dibenahi sebab akan balita (5,2 %) dan di sukaramai II sebanyak 10 balita
berbahaya bagi kemajuan Indonesia (WHO, 2018). ( 6,6 %),
Prevalensi balita stunting pada 2010 sebesar Berdasarkan hasil survei awal yang penulis
35,6%. Sebesar 37,2% atau 8,4 juta anak Indonesia lakukan di desa sukaramai I & II. Hasil wawancara
mengalami stunting pada 2013. Tahun 2016 sebesar penulis dengan 5 orang tua balita ternyata terdapat 2
33,6% balita stunting. Prevalensi dari stunting pada balita yang terkena stunting dan 3 balita yang tidak
balita di Indonesia sebesar 29,9%.(Kementerian stunting. Bahwa terdapat 3 balita yang tidak diberi
Kesehatan RI, 2019). asi ekslusif dan 2 balita diberi asi ekslusif, 2 balita
Presentase gizi kurang pada balita 0-59 bulan di dengan berat badan lahir rendah dan 3 balita dengan
Aceh pada tahun 2020 adalah 8,8 %. Daerah dengan berat badan lahir normal, 3 balita dengan panjang
presentase tertinggi gizi kurang pada balita adalah badan lahir pendek dan 2 balita panjang badan lahir
kabupaten simeulue sebesar 18%, di ikuti Aceh normal, 3 orang tua yang berpendapatan rendah dan
timur dan Aceh besar 15% kemudian diikuti oleh 2 orang tuadengan pendapatan normal, 4 orang tua
Aceh Barat daya, Bener Meriah dan Subulussalam dengan pendidikan rendah dan 1 pendidikan tinggi,
10%. 2 orang tua dengan usia saat melahirkan beresiko
Pendek dan sangat pendek atau yang sering dan 3 orang tua yang usia saat melahirkan nya
disebut stunting adalah status gizi yang berdasarkan normal, 3 balita dengan jarak kelahirannya dekat dan
pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U). 2 balita yang jarak kelahirannya normal.
Persentase balita pendek di Aceh tahun 2020 sebesar Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti
10,9%. Kabupaten Aceh Timur memiliki persentase bermaksud untuk melakukan penelitian tentang
tertinggi balita pendek yaitu 20%. Daerah dengan ”Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
persentase terendah untuk kategori tersebut adalah Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Sukaramai I
Kabupaten kota langsa sebesar 4%. (Aceh, 2020) & II Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tahun 2022”.
(Akombi, 2017), faktor-faktor yang berhubungan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
dengan kejadian stunting yaitu jenis kelamin, berat diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
lahir, status ekonomi keluarga. Penelitian lainnya adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan
tentang faktor risiko stunting oleh (Cruz, 2017), dengan kejadian stunting pada balita di Desa
menghasilkan beberapa faktor risiko yang Sukaramai I & II Kecamatan Seruway Kabupaten
berhubungan dengan kejadian stunting yaitu berat Aceh Tamiang Tahun 2022 ?
badan lahir, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tinggal di Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
daerah rural, jumlah keluarga, jumlah anak usia mengetahui analisis faktor yang berhubungan
balita di dalam keluarga, durasi pemberian ASI dengan kejadian stunting pada anak balita di Desa
Eksklusif. Sukaramai I & II Kecamatan Seruway Kabupaten
Di Indonesia berdasarkan penelitian yang Aceh Tamiang.
dilakukan oleh (Indriani, 2018), bahwa faktor-faktor Adapun tujuan khusus pada penelitian ini, yaitu:
yang berhubungan dengan stunting meliputi tinggi 1. Untuk mengetahui hubungan panjang badan lahir
badan ibu, tinggi badan balita saat lahir, jumlah dengan kejadian stunting pada balita di Desa
anggota keluarga dan pengaruh posyandu. Sukaramai I & II Kecamatan Seruway Kabupaten
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Aceh Tamiang.
(Setiawan E. M., 2018), bahwa hasilnya adalah 2. Untuk mengetahuai hubungan berat badan lahir
asupan protein, rerata frekuensi sakit, status dengan kejadian stunting pada anak balita di

Jurnal Edukes Page 3


Desa Sukaramai I & II Kabupaten Aceh Dalam penelitian ini data primernya adalah
Tamiang. berupa data dari hasil wawancara dengan responden
3. Untuk mengetahuai hubungan riwayat asi melalui lembar kuesioner kemudian ditulis di lembar
eksklusif dengan kejadian stunting pada anak observasi yang tersedia.
balita di Desa Sukaramai I & IIKabupaten Aceh Data sekunder adalah data yang diperoleh secara
Tamiang. tidak langsung dari objek penelitian. Dalam
4. Untuk mengetahuai hubungan usia ibu penelitian ini, data sekunder yaitu data yang
melahirkan dengan kejadian stunting pada balita diperoleh dari puskesmas seruway.
di Desa Sukaramai I & II Kabupaten Aceh Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
Tamiang. yaitu menggunakan instrumen kuesioner dan Buku
5. Untuk mengetahuai hubungan pendapatan KIA. Instrumen kuesioner ini lebih diperuntukkan
keluarga dengan kejadian stunting pada balita di kepada orang tua dari balita yang akan diteliti.
Desa Sukaramai I & II Kabupaten Aceh Dalam kuesioner ini terdapat kumpulan pertanyaan
Tamiang. yang disusun secara baik sesuai dengan variabel-
6. Untuk mengetahuai hubungan pendidikan orang variabel dalam penelitian ini.
tua dengan kejadian stunting pada balita di Desa Data yang telah diolah kemudian dianalisis
Sukaramai I & II Kabupaten Aceh Tamiang. secara univariat dan bivariat dengan bantuan
7. Untuk mengetahuai hubungan jarak kelahiran program aplikasi statistik.
dengan kejadian stunting pada balita di Desa Data univariat dianalisis dengan cara deskriptif
Sukaramai I & II Kabupaten Aceh Tamiang. untuk mengetahui karakteristik dan distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel dependen
METODE (kejadian stunting) dan variabel independen yaitu
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode faktor balita (riwayat berat badan lahir, riwayat
kuantitatif dengan metode survey deskriptif analitik panjang badan lahir, riwayat ASI eksklusif), faktor
dan rancangan penelitian yang digunakan dalam ibu (usia ibu melahirkan, pendidikan dan pendapatan
penelitian ini adalah Cross Sectional bisa juga keluarga), sedangkan analisis data bivariat dilakukan
disebut studi potong lintang, yang menganalisis untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel
variabel dependen dan independen pada suatu depanden dengan variabel independen pada analisis
periode yang sama pada suatu waktu yang sama. ini dengan menggunakan uji square.
Variabel independen yang diteliti yaitu riwayat Untuk melihat adanya hubungan antara dua
asi ekslusif, berat badan lahir, panjang badan lahir, variabel tersebut digunakan uji statistik Chi Square
pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, jarak dengan tingkat kesalahan terbesar (level
kelahiran dan usia ibu melahirkan. Sementara significantcy) 0,05 atau 5 % dan tingkat kepercayaan
Variabel dependen yang diteliti adalah kejadian (confidence level) 95 %.
stunting dengan cara pendekatan observasi atau a. Apabila nilai p > α (p >0,05), maka keputusannya
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat artinya Ho = diterima, berarti tidak ada hubungan yang
tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja bermakna pada berat badan lahir, panjang badan
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter lahir, jarak kelahiran, riwayat asi ekslusif, usia
atau variabel subjek pada saat yang bersamaan. ibu melahirkan, pendapatan dan pendidikan
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sukaramai I orang tua.
dan II, yang bertepatan di Kecamatan Seruway b. Apabila nilai P ≤ α ( P ≤ 0,05), maka keputusan
Kabupaten Aceh Tamiang. pada tanggal 20 Sampai Ho = ditolak, berarti ada hubungan yang
dengan 27 Agustus 2022. bermakna pada berat badan lahir, panjang badan
Populasi dalam penelitian ini yaitu balita dan lahir, jarak kelahiran, riwayat asi ekslusif, usia
orang tuanya. Balita yang merupakan sasaran di ibu melahirkan, pendapatan dan pendidikan
Desa Sukaramai I Dan II Kecamatan Seruway orang tua.
Kabupaten Aceh Tamiang Pada Tahun 2022. Balita Secara statistik dalam penelitian ini disebut ada
di Kecamatan Seruway berjumlah 2,221 balita, di hubungan yang bermakna atau signifikan yaitu
Desa Sukaramai I sebanyak 115 balita dan di Desa apabila nilai p value <0,05. Namun apabila nilai p
Sukaramai II sebanyak 152 balita yang total nya value >0,05 maka berarti antara variabel dependen
menjadi 267 balita, sedangkan sampel penelitian dan variabel independen tidak signifikan, sehingga
yang digunakan adalah 88 responden yang hipotesis 0 ditolak.
diperoleh dengan menggunakan rumus slovin dan
teknik Proportionate Stratified Random Sampling. HASIL

Jurnal Edukes Page 4


Tabel 5.1 Jumlah 88 100
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Stunting
Pada BalitaDi Desa Sukaramai I & II Kecamatan Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa dari 88
Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022 responden mayoritas memiliki panjang badan lahir
normal sebanyak 62 responden (70,5%).
Kejadian Frekuensi Persentase
No
stunting (f) (%) Tabel 5.5
1 Stunting 15 17 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan Keluarga
2 Tidak Stunting 73 83 Pada Balita Di Desa Sukaramai I & II Kecamatan
Jumlah 88 100 Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 88 Pendapatan Frekuensi Persentase
responden mayoritas tidak stunting sebanyak 73 No
Keluarga (f) (%)
orang (83%). 1 Tinggi 52 59,1
2 Rendah 36 40,9
Tabel 5.2 Jumlah 88 100
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat ASI
Ekslusif Pada Balita Di Desa Sukaramai I &II Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 88
Kecamatan Seruway Kabupaten responden mayoritas memiliki pendapatan tinggi
Aceh Tamiang Tahun 2022 sebanyak 52 responden (59,1%).

No
Riwayat ASI Frekuensi Persentase Tabel 5.6
Ekslusif (f) (%) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Orang
1 Ya 45 51,1 Tua Balita Di Desa Sukaramai I & II Kecamatan
2 Tidak 43 48,9 Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022
Jumlah 88 100
Pendidikan Frekuensi Persentase
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 88 No
Orang Tua (f) (%)
responden mayoritas Riwayat pemberian asi 1 Tinggi 13 14,8
eksklusif sebanyak 45 orang responden (51,1%). 2 Menengah 39 44,3
3 Rendah 36 40,9
Tabel 5.3 Jumlah 88 100
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Lahir
Pada BalitaDi Desa Sukaramai I & II Kecamatan Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 88
Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022 responden mayoritas memiliki pendidikan
menengah sebanyak 39 responden (44,3%), dan
Berat Badan Frekuensi Persentase minoritas responden memiliki pendidikan tinggi
No
Lahir (f) (%) sebanyak 13 responden (14,8%).
1 Normal 66 75
2 Rendah 22 25
Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa dari 88 Tabel 5.7


responden mayoritas memiliki berat badan lahir Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu Melahirkan
normal sebanyak 66 responden (75%). Pada Balita Di Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Panjang Badan Lahir Usia Ibu Frekuensi Persentase
Pada Balita Di Desa Sukaramai I & II Kecamatan No
Melahirkan (f) (%)
Seruway Kabupaten Aceh 1 Normal 46 52,3
Tamiang Tahun 2022 2 Beresiko 42 47,7
Jumlah 88 100
Panjang Badan Frekuensi Persentase
No
Lahir (f) (%) Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan bahwa dari 88
1 Normal 62 70,5 responden mayoritas memiliki usia ibu kategori
2 Pendak 26 29,5 normal sebanyak 46 responden (52,3%).

Jurnal Edukes Page 5


Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 66
Tabel 5.8 responden dengan berat badan lahir normal
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak Kelahiran Pada mayoritas tidak stunting sebanyak 63 responden
BalitaDi Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway (85,3%) dan yang terjadi stunting sebanyak 3
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022 responden (20%). Sedangkan dari 22 responden
dengan berat badan lahir rendah mayoritas terjadi
Frekuensi Persentase stunting sebanyak 12 responden (80%) dan tidak
No Jarak Kelahiran
(f) (%) stunting sebanyak 10 responden (13,7%).
1 Normal 49 55,7 Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh P-
2 Dekat 39 44,3 value=0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima
Jumlah 88 100 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara
berat badan lahir dengan kejadian stunting.
Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa dari 88
responden mayoritas memiliki jarak kelahiran Tabel 5.11
normal (>3 tahun) sebanyak 49 responden (55,7%). Hubungan Panjang Badan Lahir Terhadap Kejadian
Stunting Pada Balita Di Desa Sukaramai I & II
Tabel 5.9 Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh
Hubungan Riwayat Asi Eksklusif Terhadap Kejadian Tamiang Tahun 2022
Stunting Pada Balita Di Desa Sukaramai I & II Stunting
KecamatanSeruway Kabupaten Aceh Panjang
Tidak
Tamiang Tahun 2022 No badan Stunting Jumlah P-Value
Stunting
Stunting lahir
f % f % f %
Riwayat
Tidak 1 Normal 12 80 59 80,8 62 100
No Asi Stunting Jumlah P-Value
Stunting 2 Pendek 3 20 14 19,2 26 100 0,000
Ekslusif
f % f % f % Jumlah 15 17 73 83 88 100
1 Ya 4 26,7 41 37,3 45 100
2 Tidak 11 73,3 32 43,8 43 100 0,072 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 62
Jumlah 15 17 73 83 88 100 responden dengan panjang badan lahir normal
mayoritas didapatkan tidak stunting sebanyak 59
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 45 responden (80,8%) dan yang terjadi stunting
responden yang diberikan asi eksklusif didapatkan sebanyak 12 responden (80%). Sedangkan dari 26
mayoritas tidak stunting sebanyak 41 responden responden dengan panjang badan lahir rendah
(37,3%), dan stunting sebanyak 4 responden mayoritas tidak stunting sebanyak 14 responden
(26,7%). Sedangkan dari 43 responden tidak asi (19,2%) dan yang terjadi stunting sebanyak 3
eksklusif mayoritas tidak stunting sebanyak 32 responden (20%).
responden (43,8%) dan yang terjadi stunting Hasil uji statistikChi-Square diperoleh P-value =
sebanyak 11 responden (73,3%). 0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima sehingga
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh P-value = dapat disimpulkan ada hubungan antara panjang
0,072 (p<0,05) yang berarti Ha ditolak sehingga badan lahir dengan kejadian stunting.
dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara
riwayat asi ekslusif dengan kejadian stunting.
Tabel 5.12
Tabel 5.10 Hubungan Pendapatan Keluarga Terhadap Kejadian
Hubungan Berat Badan Lahir Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Sukaramai I & II
Stunting Pada Balita Di Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang
Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022
Tahun 2022
Stunting
Stunting P-
Berat Pendapatan Tidak
Stunting Tidak No Stunting Jumlah Value
No Badan Jumlah P-Value Keluarga Stunting
Stunting f % f % f %
Lahir
f % f % f % 1 Tinggi 3 20 49 67,1 52 100
1 Normal 3 20 63 85,3 66 100 2 Redah 12 80 24 32,9 36 100 0,002
2 Rendah 12 80 10 13,7 22 100 0,000 Jumlah 15 17 73 83 88 100
Jumlah 15 17 73 83 88 100

Jurnal Edukes Page 6


Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 52 Jumlah 15 71 73 83 88 100
responden memiliki pendapatan tinggi mayoritas
tidak stunting sebanyak 49 responden (67,1%) dan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 46
yang terjadi stunting sebanyak 3 responden (20%). responden dengan usia ibu kategori normal
Sedangkan dari 36 responden memiliki pendapatan mayoritas yang tidak stunting sebanyak 41
rendah mayoritas tidak stunting sebanyak 24 responden (56,2%) dan yang terjadi stunting
responden (32,9%) dan yang terjadi stunting sebanyak 5 responden (33,3%). Sedangkan dari 42
sebanyak 12 responden (80%). responden dengan usia ibu beresiko mayoritas tidak
Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh P-value = stunting sebanyak 32 responden (43,8%) dan yang
0,002 (p<0,05) yang berarti Ha diterima sehingga terjadi stunting sebanyak 10 responden (66,7%).
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh P-value =
pendapatan keluarga dengan kejadian stunting. 0,184 (p>0,05) yang berarti Ha ditolak sehingga
dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara usia
Tabel 5.13 ibu melahirkan dengan kejadian stunting.
Hubungan Pendidikan Orang Tua Terhadap
Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Sukaramai I Tabel 5.15
& II Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Hubungan Jarak Kelahiran Terhadap Kejadian Stunting
Tahun 2022 Pada Balita Di Desa Sukaramai I & II Kecamatan
Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022
Stunting
Pendidika
Tidak Stunting
No n Orang Stunting Jumlah P-Value
Stunting Jarak Tidak
Tua No Stunting Jumlah P-Value
f % f % f % Kelahiran Stunting
1 Tinggi 0 0 13 17,8 13 100 f % f % f %
2 Menengah 6 40 33 45,2 39 100 1 Normal 5 33,3 44 60,3 49 100
0,113
3 Rendah 9 60 27 37 36 100 2 Dekat 10 66,7 29 39,7 39 100 0,104
Jumlah 15 17 73 83 88 100 Jumlah 15 17 73 83 88 100

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 13 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 49
responden dengan pendidikan tinggi mayoritas yang responden memiliki jarak kelahiran normal
tidak stunting sebanyak 13 responden (17,8%). Dari mayoritas tidak stunting sebanyak 44 responden
39 responden dengan pendidikan menengah (60,3%) dan yang terjadi stunting sebanyak 5
mayoritas tidak stunting sebanyak 33 responden responden (33,3%). Sedangkan dari 39 responden
(45,2%) dan yang terjadi stunting sebanyak 6 memiliki jarak kelahiran dekat mayoritas tidak
responden (40%). Sedangkan dari 36 responden stunting sebanyak 29 responden (39,7%) dan yang
dengan pendidikan rendah mayoritas tidak stunting terjadi stunting sebanyak 10 responden (66,7%).
sebanyak 27 responden (37%) dan yang terjadi Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh P-value =
stunting sebanyak 9 responden (60%). 0,104 (P>0,05) yang berarti Ha ditolak sehingga
Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh P-value dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara usia
0,113 (p>0.05) yang berarti Ha ditolak sehingga melahirkan dengan kejadian stunting.
dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara PEMBAHASAN
pendidikan dengan kejadian stunting. 1. Hubungan Riwayat ASI Ekslusif Terhadap
Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa
Tabel 5.14 Sukaramai I & II Kecamatan Seruway
Hubungan Usia Ibu Melahirkan Terhadap Kejadian Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022
Stunting Pada Balita Di Desa Sukaramai I & II Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa dari 45
Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang responden yang diberikan asi eksklusif didapatkan
Tahun 2022 mayoritas tidak stunting sebanyak 41 responden
(37,3%), dan stunting sebanyak 4 responden
Stunting (26,7%). Sedangkan dari 43 responden tidak asi
Usia Ibu Tidak eksklusif mayoritas tidak stunting sebanyak 32
No Stunting Jumlah P-Value
Melahirkan Stunting responden (43,8%) dan yang terjadi stunting
f % f % f % sebanyak 11 responden (73,3%).
1 Normal 5 33,3 41 56,2 46 100 Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh P-value =
0,184
2 Resiko 10 66,7 32 43,8 42 100 0,072 (p<0,05) yang berarti Ha ditolak sehingga

Jurnal Edukes Page 7


dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara 2. Hubungan Berat Badan Lahir Terhadap
riwayat asi ekslusif dengan kejadian stunting pada Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa
balita di Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway Sukaramai I & II Kecamatan Seruway
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022. Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa dari 66
lakukan oleh (Syah, 2018), dengan judul faktor- responden dengan berat badan lahir normal
faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting mayoritas tidak stunting sebanyak 63 responden
pada anak usia 6-23 bulan Di Wilayah Kerja (85,3%) dan yang terjadi stunting sebanyak 3
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan, dari responden (20%). Sedangkan dari 22 responden
hasil penelitian diketahui bahwa terdapat sebanyak dengan berat badan lahir rendah mayoritas terjadi
59 (44,7%) anak yang tidak mendapatkan ASI stunting sebanyak 12 responden (80%) dan tidak
eksklusif dari 132 sampel anak sebagai sampelnya. stunting sebanyak 10 responden (13,7%).
Hasil bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh P-value
antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian = 0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima sehingga
stunting (0,755). dapat disimpulkan ada hubungan antara berat badan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lahir dengan kejadian stunting pada balita di Desa
lakukan oleh (agustia, 2020), faktor yang Sukaramai I & II Kecamatan Seruway Kabupaten
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Aceh Tamiang Tahun 2022.
Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin dengan Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
hasil analisis uji statistik chi square diperoleh nilai dilakukan oleh (Agustia, 2020), faktor yang
p-value = 0,627 yang artinya tidak ada hubungan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di
antara riwayat ASI eksklusif dengan kejadian Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin dengan
stunting. hasil analisis uji statistik chi-square diperoleh nilai
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian p-value = 0,035, diperoleh bahwa BBLR merupakan
yang di lakukan oleh (Larasati N. N., 2017), dengan faktor risiko yang paling dominan berhubungan
judul faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan kejadian stunting. Penelitian lain yang
kejadian stunting pada balita usia 25-59 bulan di dilakukan oleh (Syah, 2018), dengan judul faktor-
Posyandu Wilayah Puskesmas Wonosari Tahun faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting
2017 nilai p-value sebesar 0,001. Yang mengatakan pada anak usia 6-23 bulan di Wilayah Kerja
banyaknya manfaat ASI bagi pertumbuhan dan Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan,
perkembangan balita. dengan hasil analisis uji statistik chi-square
Menurut (Syah, 2018), ASI adalah air susu yang diperoleh nilai p-value = 0,015 bahwa terdapat
dihasilkan oleh ibu dan mengandung semua zat gizi hubungan antara BBL dengan kejadian stunting pada
yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan balita.
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI eksklusif Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan yang dilakukan oleh (Yusdarif, 2018), determinan
cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di
teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat Kelurahan Rangas Kecamatan Banggae Kabupaten
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit dan bubur Majene diperoleh nilai P-value = 0,133 bahwa tidak
nasi selama 6 bulan. ada hubungan antara berat badan lahir dan kejadian
Peneliti berasumsi ASI eksklusif bisa menjadi stunting.
faktor yang paling dominan karena asi merupakan Menurut (Syah, 2018), Berat badan lahir adalah
makanan yang sangat penting diberikan kepada bayi. berat badan anak yang diukur pertama kali setelah
Faktor keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif lahir atau maksimal 24 jam setelah lahir. Berat lahir
dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan, pada anak khususnya sangat terkait dengan kematian
pengetahuan, pekerjaan ibu, pengalaman serta janin, neonatal, dan postneonatal. Bayi dengan berat
dukungan keluarga. Pengetahuan ibu yang cukup lahir rendah didefinisikan yaitu berat lahir yang
tentang ASI berpotensi meningkatkan perilaku ibu kurang dari 2500 gram dan berat badan lahir normal
dalam menyusui bayinya. lebih dari sama dengan 2500 gram.
menunjukan bahwa menyusui bermanfaat untuk Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian
meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada bayi. besar responden tidak mengalami BBLR. Akan
Serta pendapatan orang tua yang cukup dapat tetapi dari bayi yang mengalami BBLR separuhnya
memenuhi kebutuhan bayi dalam memenuhi asupan mengalami stunting. Pada penelitian ini peneliti
gizi pada bayi. berasumsi bahwa berat badan lahir berhubungan
dengan kejadian stunting karena biasanya pada anak

Jurnal Edukes Page 8


yang lahir dengan berat badan rendah beresiko yang normal.Panjang badan lahir dikatakan pendek
terkena hipotermi karena lapisan lemak yang tipis apabila panjang badan lahir <48 cm dan panjang
pada tubuh bayi, sehingga energi ditubuhnya lebih badan lahir dikatakan normal apabila panjang badan
banyak digunakan untuk mengatasi hipotermi. lahir ≥48 cm.
Sehingga pada akhirnya terjadi gangguan Peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan
pertumbuhan pada bayi. Bayi yang lahir dengan antara panjang badan lahir dengan kejadian stunting.
berat badan lahir rendah akan mengalami hambatan Bayi yang lahir dengan panjang badan lahir pendek
pada pertumbuhan dan perkembangannya serta menunjukkan asupan gizi ibu yang kurang selama
kemungkinan terjadi kemunduran fungsi masa kehamilan, sehingga pertumbuhan janin di
intelektualnya. Selain itu, bayi lebih rentan terkena dalam kandungan tidak optimal. Asupan gizi yang
infeksi. baik penting untuk menunjang pertumbuhan anak
yang lahir dengan panjang badan lahir pendek agar
3. Hubungan Panjang Badan Lahir Terhadap mendapatkan panjang badan yang normal seiring
Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa bertambahnya usia. Anak dengan panjang badan
Sukaramai I & II Kecamatan Seruway lahir rendah menjadi fokus perhatian ibu dalam
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022 pemberian asupan gizi dan pola asuh yang baik
Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa dari 62 selama proses pertumbuhan dan perkembangan anak
responden dengan panjang badan lahir normal sehingga anak dapat mengejar masa pertumbuhan
mayoritas didapatkan tidak stunting sebanyak 59 yang tertinggal.
responden (80,8%) dan yang terjadi stunting
sebanyak 12 responden (80%). Sedangkan dari 26 4. Hubungan Pendapatan Keluarga Terhadap
responden dengan panjang badan lahir rendah Kejadian Stunting pada Balita Di Desa
mayoritas tidak stunting sebanyak 14 responden Sukaramai I & II Kecamatan Seruway
(19,2%) dan yang terjadi stunting sebanyak 3 Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022
responden (20%). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 52
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh P-value = responden memiliki pendapatan tinggi mayoritas
0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima sehingga tidak stunting sebanyak 49 responden (67,1%) dan
dapat disimpulkan ada hubungan antara panjang yang terjadi stunting sebanyak 3 responden (20%).
badan lahir dengan kejadian stunting pada Balita di Sedangkan dari 36 responden memiliki pendapatan
Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway rendah mayoritas tidak stunting sebanyak 24
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022. responden (32,9%) dan yang terjadi stunting
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian yang sebanyak 12 responden (80%).
dilakukan oleh (Yusdarif, 2018), determinan Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh P-value =
kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di 0,002 (p<0,05) yang berarti Ha diterima sehingga
Kelurahan Rangas Kecamatan Banggae Kabupaten dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
Majene diperoleh nilai P-value =0,000, menunjukan pendapatan keluarga dengan kejadian stunting pada
bahwa terdapat hubungan antara panjang badan lahir balita Di Desa Sukaramai I & II Kecamatan
dengan balita stunting. Dan (Syah, 2018), dengan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022.
judul faktor-faktor yang berhubungan dengan Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di dilakukan oleh (Apriluana, 2018), yang berjudul
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian
Selatan dengan hasil uji statistik diperoleh P-value = Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di Negara
0,029. Berkembang dan Asia Tenggara, dengan hasil
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian didapatkan ada hubungan antara
penelitian (Juniar, 2019), dengan judul faktor-faktor pendapatan keluarga dengan kejadian stunting
yang berhubungan dengan status gizi bayi usia 0-6 dengan nilai P-value 0,001. Sedangkan hasil
bulan (studi kasus di Wilayah Kerja Puskesmas penelitian yang sejalan dilakukan oleh (Simaetri,
Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo) 2021), dengan judul faktor resiko kejadian stunting
menunjukkan panjang badan lahir tidak ada pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang
hubungan dengan stunting dengan P-value 0,226. Palie Kabupaten Pinrang menunjukkan bahwa
Menurut (Yusdarif, 2018), Panjang badan lahir terdapat hubungan antara pendapatan keluarga
adalah panjang badan anak yang diukur pertama kali dengan kejadian stunting di dapat nilai P-value
setelah lahir atau maksimal 24 jam setelah lahir. 0,004.
Panjang badan lahir dikatagorikan menjadi dua, Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yaitu panjang badan yang pendek dan panjang badan yang dilakukan oleh (Rahmaniar, 2021), analisis

Jurnal Edukes Page 9


faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Dan
stunting di Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian
diperoleh P-value =0,331 maka dapat disimpulkan yang dillakukanoleh (Rahmaniar, 2021), analisis
tidak ada hubungan pendapatan dengan kejadian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
stunting. stunting di Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat,
Menurut (Apriluana, 2018), Pendapatan keluarga diperoleh P-value = 0,519 maka dapat disimpulkan
merupakan jumlah pemasukan yang diterima setiap tidak ada hubungan pendidikan dengan kejadian
keluarga dalam sebulan berdasarkan Upah Minimum stunting.
Kabupaten (UMK) yang ada di daerah tempat penelitian ini tidak sejalan oleh penelitian yang
tinggal.Pendapatan keluarga sangat berperan penting dilakukan (Syarif, 2021), dengan judul Hubungan
dalam pemenuhan zat gizi keluarga. Tingkat Faktor Ibu dengan Kejadian Stunting Balita Usia 0-
pendapatan akan mempengaruhi kemampuan daya 59 Bulan Di Wilayah Puskesmas Kassi Kassi
beli keluarga, maka semakin tinggi tingkat Kecamatan Rappocini didapatkan p-value 0,000
pendapatan suatu keluarga maka akan semakin dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
banyak pula alokasi uang yang digunakan untuk tingkat pendidikan dengan kejadian stunting.
membeli kebutuhan pangan seperti sayur, buah Menurut (Rahmaniar, 2021), Pendidikan
daging dan lain-lain untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang sebagai salah satu faktor yang
keluarga. mempengaruhi status gizi seseorang dengan tingkat
Peneliti berasumsi Pendapatan keluarga dapat pendidikan yang tinggi diharapkan agar pemahaman
dihubungkan dengan kemampuan keluarga dalam mengenai informasi pemenuhan kebutuhan gizi
memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan pangan atau dapat diterapkan dengan baik sehingga dapat
gizi keluarga serta kemampuan mendapatkan mencegah terjadinya permasalahan gizi. Pendidikan
pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan yang yang dimiliki orang tua khususnya ibu sangat
baik. Selain itu Keluarga dengan pendapatan tinggi berhubungan dengan pola asuh yang mereka
menggunakan uangnya untuk memprioritaskan terapkan kepada anak – anak mereka.
belanja kebutuhan asupan gizi lengkap keluarga, Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat
namun keluarga yang memiliki pendapatan rendah pendidikan memiliki pengaruh terhadap tingkat
sulit untuk mengelola keuangannya dengan baik. pengetahuan yang baik dan pendapatan yang cukup.
Tingkat pengetahuan yang baik membantu
5. Hubungan Pendidikan Orang Tua Terhadap pemilihan makanan dengan baik dan tepat. Tingkat
Kejadian Stunting pada Balita Di Desa pendidikan ibu banyak menentukan sikap dalam
Sukaramai I & II Kecamatan Seruway menghadapi berbagai masalah. Balita-balita dari ibu
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022 yang mempunyai latar belakang tingkat pendidikan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 13 tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta
responden dengan pendidikan tinggi mayoritas yang tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tingkat
tidak stunting sebanyak 13 responden (17,8%). Dari pendidikan ibu yang rendah. Keterbukaan mereka
39 responden dengan pendidikan menengah untuk menerima perubahan atau hal baru guna
mayoritas tidak stunting sebanyak 33 responden pemeliharaan kesehatan balita juga akan berbeda
(45,2%) dan yang terjadi stunting sebanyak 6 berdasarkan tingkat pendidikannya. Ibu yang
responden (40%). Sedangkan dari 36 responden memiliki pendidikan rendah berisiko lebih besar
dengan pendidikan rendah mayoritas tidak stunting memiliki balita stunting.
sebanyak 27 responden (37%) dan yang terjadi
stunting sebanyak 9 responden (60%). 6. Hubungan Usia Ibu Melahirkan Terhadap
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh P-value Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa
0,113 (p>0.05) yang berarti Ha ditolak sehingga Sukaramai I & II Kecamatan Seruway
dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022
pendidikan dengan kejadian stunting pada balita Di Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 46
Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway responden dengan usia ibu kategori normal
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022. mayoritas yang tidak stunting sebanyak 41
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian responden (56,2%) dan yang terjadi stunting
yang dilakukan oleh (Agustia, 2020), dengan judul sebanyak 5 responden (33,3%). Sedangkan dari 42
faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting responden dengan usia ibu beresiko mayoritas tidak
pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai stunting sebanyak 32 responden (43,8%) dan yang
Cermin yang memperoleh nilai P-value = 0,684. Hal terjadi stunting sebanyak 10 responden (66,7%).
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

Jurnal Edukes Page 10


Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh P-value = dilakukan intervensi awal sehingga bayi yang
0,184 (p>0,05) yang berarti Ha diterima sehingga dilahirkan nantinya tidak akan mengalami BBLR.
dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara usia
ibu melahirkan dengan kejadian stunting pada balita 7. Hubungan Jarak Kelahiran Terhadap
Di Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway Kejadian Stunting pada Balita Di Desa
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022. Sukaramai I & II Kecamatan Seruway
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022
yang dilakukan oleh (Rahmaniar, 2021), analisis Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 49
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian responden memiliki jarak kelahiran normal
stunting di Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat di mayoritas tidak stunting sebanyak 44 responden
peroleh P-value = 0,449 maka dapat disimpulkan (60,3%) dan yang terjadi stunting sebanyak 5
tidak ada hubungan usia melahirkan dengan kejadian responden (33,3%). Sedangkan dari 39 responden
stunting. Begitu pula dengan penelitian yang memiliki jarak kelahiran dekat mayoritas tidak
dilakukan oleh (Agustia, 2020), dengan judul faktor stunting sebanyak 29 responden (39,7%) dan yang
yang berhubungan dengan kejadian stunting pada terjadi stunting sebanyak 10 responden (66,7%).
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh P-value =
diperoleh nilai P-value = 0,364. Hal ini 0,104 (P>0,05) yang berarti Ha ditolak sehingga
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara usia
umur ibu dengan kejadian stunting. melahirkan dengan kejadian stunting pada balita Di
Penelitian ini tidak sejalan dengan yang Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway
dilakukan oleh (Syarif, 2021), dengan judul Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022.
Hubungan Faktor Ibu dengan Kejadian Stunting Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Balita Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Puskesmas Kassi yang di (Syah, 2018), dengan judul faktor-faktor
Kassi Kecamatan Rappocini didapatkan p-value yang berhubungan dengan kejadian stunting pada
0,025 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara anak usia 6-23 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
usia ibu saat hamil dengan kejadian stunting. Pisangan Kota Tangerang Selatan, dengan
Menurut (Agustia, 2020), Ibu yang selama memperoleh p-value 0,895 tidak terdapat
kehamilan, persalinan, maupun nifas dengan usia< hubunganantara jarak kelahiran dengankejadian
20 tahun atau > 35 tahun berisiko lebih tinggi stunting. Dan sejalan juga dengan penelitian yang di
terhadap bahaya kesehatan dan kematian pada ibu lakukan oleh (Yusdarif, 2018), determinan kejadian
ataupun janin yang dikandungnya. Ibu hamil berusia stunting pada balita usia 24-59 bulan di Kelurahan
< 20 tahun memiliki peredaran darah organ Rangas Kecamatan Banggae Kabupaten Majene
reproduksi (serviks dan uterus) belum sempurna diperoleh nilai P-value =0,064 bahwa tidak ada
dapat terjadi gangguan proses distribusi nutrisi dari hubungan yang bermakna antara jarak kelahiran dan
ibu ke janin yang dikandungnya sehingga kebutuhan kejadian stunting.
janin tidak tercukupi. Ibu hamil berusia > 35 tahun Peneltian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
mulai merasakan asupan makanan yang tidak di lakukan oleh (Syarif, 2021), dengan judul
seimbang disebabkan oleh penurunan penyerapan Hubungan Faktor Ibu dengan Kejadian Stunting
zat gizi, selain itu juga merasakan penurunan sistem Balita Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Puskesmas Kassi
imun sehingga berisiko mengalami berbagai Kassi Kecamatan Rappocini didapatkan p-value
penyakit pada saat ibu mencapai usia 35 tahun lebih. 0,049 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
Dari hasil penelitian bahwa sebagian besar antara jarak kelahiran dengan kejadian stunting.
responden hamil pada usia yang tidak beresiko. Menurut (Yusdarif, 2018), Jarak kelahiran adalah
Walaupun Usia ibu saat melahirkan berpengaruh jarak antara anak yang lahir dengan anak
terhadap kesehatan bayi, akan tetapi pada penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini jarak kelahiran
ini peneliti berasumi bahwa tidak adanya hubungan dikatagorikan menjadi dua, yaitu jarak kelahiran
antara usia ibu melahirkan dengan kejadian stunting yang dekat dan jarak kelahiran yang normal. Jarak
karena ibu-ibu yang merasa hamil pada usia yang kelahiran anak dikatakan dekat apabila jarak
beresiko tinggi akan melakukan pemeriksaan kelahiran anak < 3tahun dan jarak kelahiran
kehamilan lebih sering dan dilakukan pada fasilitas dikatakan normal apabila jarak kelahiran anak ≥3
kesehatan yang lebih lengkap seperti di rumah sakit tahun.
atau klinik kebidanan. Sehingga apabila terjadi Peneliti berasumsi bahwa jarak kelahiran
komplikasi saat kehamilan atau didapatkan berat mempengaruhi pola asuh dalam pemberian makan
janin kurang dari usia kehamilan, maka sudah pada anak. Jarak kelahiran yang cukup membuat ibu
dapat pulih dengan sempurna dari kondisi setelah

Jurnal Edukes Page 11


melahirkan. Saat ibu sudah merasa nyaman dengan petugas gizi puskesmas dalam mendeteksi kasus
kondisinya maka ibu dapat menciptakan pola asuh stunting sehingga intervensi bisa dilakukan secara
yang baik dalam mengasuh dan membesarkan dini pada bayi dan balita sehingga tidak ada lagi
anaknya sehingga memperhatikan pemberian makan kasus-kasus stunting di wilayah kerja Puskesmas.
anak dengan baik. Dan di perlengkap Pendataan ulang terkait identitas
balita perlu dilakukan untuk menghindari alamat
KESIMPULAN yang tidak sesuai dengan domisili, sehingga tidak
Dari hasil penelitian tentang Analisis faktor- menyulitkan petugas dalam kunjungan rumah.
faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting
di Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway Bagi Orangtua/Keluarga Balita
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022 diperoleh Orangtua/keluarga yang mengasuh balita
kesimpulan: diharapkan untuk selalu rutin membawa balita
1) Tidak ada hubungan riwayat Asi ekslusif dengan datang ke Posyandu untuk memantau petumbuhan
kejadian stunting pada balita di Desa Sukaramai I dan mengetahui sedini mungkin penyimpangan
& II Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh pertumbuhan pada balita.Dan Orangtua/keluarga
Tamiang Tahun 2022 ( P-value 0,072). diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam
2) Ada hubungan berat badan lahir dengan kejadian memberikan makanan ringan atau minuman yang
stunting pada balita di Desa Sukaramai I & II kemungkinan dapat menyebabkan infeksi kepada
Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang anak.
Tahun 2022 ( P-value 0,000).
3) Ada hubungan panjang badan lahir dengan Bagi Instansi Pendidikan
kejadian stunting pada balita di Desa Sukaramai I Hendaknya instansi pendidikan dapat membantu
& II Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh dalam memfasilitasi penelitian yang berhubungan
Tamiang Tahun 2022 (P-value 0,000). dengan stunting berikutnya.
4) ada hubungan pendapatan dengan kejadian
stunting pada balita di Desa Sukaramai I & II Bagi Peneliti Selanjutnya
Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan
Tahun 2022 ( P-value 0,002) penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor
5) Tidak ada hubungan pendidikan orang tua yang yang paling berhubungan yang dapat berisiko
digunakan dengan kejadian stunting pada balita menyebabkan stunting pada balita.
di Desa Sukaramai I & II Kecamatan Seruway
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022 ( P-value DAFTAR PUSTAKA
0,113) 1. Kementrian Kesehatan RI. (2017). Pusat Data
6) Tidak ada hubungan usia ibu melahirkan dengan dan Informasi 2016. Jakarta: Kemenkes RI.
kejadian stunting pada balita di Desa Sukaramai I Diunduh tanggal 12 April 2019 dari
& II Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh http://www.depkes.go.id.
Tamiang Tahun 2022 ( P-value 0,184) 2. Aceh, P. K. (2020).
7) Tidak ada hubungan jarak kelahiran dengan https://dinkes.acehprov.go.id/uploads/Profilkes
kejadian stunting pada balita di Desa Sukaramai I _2020.pdf.
& II Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh 3. Akombi, J. B. (2017). Stunting and Severe
Tamiang Tahun 2022 ( P-value 0,104) Stunting Among Children Under 5 Years In
Nigeria. A Multilevel Analysis. BMC Pediatrics,
SARAN 1-16.
Bagi Dinas Kesehatan 4. Astutik, Rahfiludin, M. Z., & Aruben, R.
Hendaknya pihak Puskesmas dapat (2018). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada
mengoptimalkan program-program yang Anak Balita Usia 24-59 Bulan (Studi Kasus di
berhubungan dengan upaya pencegahan terjadinya Wilayah Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati
stunting, yaitu penyuluhan mengenai pemenuhan Tahun 2017). Jurnal Kesehatan Masyarakat,
gizi ibu hamil, pentingnya pemberian asi eksklusif, 6(1), 409-418.
kelas ibu hamil, kelas ibu menyusui, pemberian 5. Cruz, L. M. (2017). Factors Associated with
makanan tambahan pada ibu hamil dan pemberian Stunting among Children Aged 0 to59 Months
makanan tambahan pada balita. Mengoptimalkan From the Central Region Of Mozambique.
peran bidan desa dalam melakukan pemeriksaan anc Nutrients, 1-16.
pada ibu hamil baik di polindes maupun di
posyandu. Meningkatkan peran kader posyandu dan

Jurnal Edukes Page 12


6. Dewi, A. P. (2019). aktor-faktor yang 16. Nisa, n. s. (2019). faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada berhubungan dengan kejadian stunting pada
Balita 24-36 Bulan di Wilayah Kerja UPT balita usia 24-59 bulan (studi kasus di wilayah
Puskesmas Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. kerja puskesmas kedungtuban, kecamatan
Jurnal Wellness and Healthy Magazine, 1(2), kedungtuban, kabupaten blora).
231–237. http:// wellness. journalpress. 17. Nurdiana. (2019). Faktor risiko kejadian
id/index. php/ wellness/. stunting pada balita di wilayah kerja
7. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Puskesmas Godean I Yogyakarta Tahun 2019.
(2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Jurnal Medika Respati, 14(4), 310.
Tahun 2017. Diakses dari http://www.kesmas- 18. Nurjanah, L. (2018). Faktor-faktor yang
kemkesgo.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f0 berhubungan dengan kejadian stunting di
0/files/Buku-Saku-Nasional-PSG2017_975.pdf. wilayah kerja UPT Puskesmas Klecorejo
8. Ebtanasar, I. (2018). Hubungan Berat Badan Kabupaten Madiun Tahun 2018. Program Studi
Lahir Rendah (Bblr) Dengan Kejadian Stunting S1 Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada
Pada Anak Usia 1-5 Tahun Di Desa Ketandan Mulia Madiun, Madiun. .
Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun. 19. Pardede, R. (2017). Faktor-faktor yang
Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas mempengaruhi kejadian stunting pada balita
Muhammadiyah PalembangStikes Bhakti usia 24 –59 bulan di Kecamatan Muara
Husada Mulia Madiun. Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera
9. Indriani, D. D. (2018). Prenatal Factors Utara Tahun 2017 (Tesis, Universitas Sumatera
Associated With the Risk of Stunting A Utara). Diakses dari
Multilevel Analysis Evidence from Nganjuk, http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2.
East Java. Journal of Maternal and Child 20. Pusat Data Dan Informasi Diambil Dari
Health, 3(4), 294-300. . Puskesmas Seruway Kabupaten Aceh Tamiang
10. KEMENDES PDTT. (2017). Buku saku desa 2021.
dalam penanganan stunting. In Buku Saku 21. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2018).
Desa Dalam Penanganan Stunting. Hasil Utama Riskesdas 2018 diakses pada
11. Kementerian Kesehatan RI. (2019). Hasil halaman http:// www.kemenkes.go.id pada
Utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tanggal 12 Januari 2020.
Tahun 2018. Diakses dari https:// www. 22. Rheni Yunita Rahmaniar, R. Y. (2021). analisis
kemkes.go.id/resources/download/info - terkini/ faktor-faktor yang berhubungan dengan
hasil-riskesdas-2018.pdf. Diakses dari https:// kejadian stunting di dinas kesehatan kabupaten
www. kemkes. go. id. lahat tahun 2021 (doctoral dissertation, stik bina
12. kepmenkes. (2018). 1 dari 3 balita Indonesia husada palembang).
stunting. http:// www. p2ptm. kemkes. go.id/ 23. Setiawan, E. M. (2018). Faktor-Faktor yang
artikel-sehat/ 1-dari- 3- balita- indonesia- Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada
derita- stunting. Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja
13. Laili, A. N. (2018). nalisis Determinan Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur
Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kota Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Puskesmas Sumberjambe, Puskesmas Kasiyan, Andalas, 7(2), 275–284. https:// doi. org/
dan Puskesmas Sumberbaru Kabupaten Jember. 10.25077/ jka.v7.i2.p275-284.2018.
Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan 24. Supriyanto, Y. P. (2017). Berat badan
Masyarakat Pascasarjana Universitas Jember. lahirrendah berhubungan dengan kejadian
14. Larasati, D. A. (2018). Hubungan Antara stunting pada anak usia 6-23 bulan. Jurnal Gizi
Kehamilan Remaja dan Riwayat Pemberian Dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of
ASI dengan Kejadian Stunting pada Balita di Nutrition and Dietetics), 5(1), 23–30. https://
Wilayah Kerja Puskesmas Pujon, Kabupaten doi. org/ 10.21927/ijnd.2017.5(1).23-30.
Malang . Amerta Nurt, 392-401. . 25. Syah, N. F. (2018). Faktor-Faktor Yang
15. Murtini. & Jamaluddin. (2018). Faktor-faktor Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada
yang berhubungan dengan kejadian stunting Anak Usia 6-23 Bulan Di Wilayah Kerja
pada anak usia 0-36 bulan. Jurnal Ilmiah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.
Kesehatan Pencerah, 7(2),1 - 10. 63-64.

Jurnal Edukes Page 13


26. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
kemiskinan. (2017). 100 Kabupaten/Kota
Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil
(Stunting). Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden
Republik Indonesia.
27. UMP Aceh. (2021).
https://upahminimum.com/author/karangmojo.
28. WHO. (2018). Determinants of Child Stunting
in The Royal Kingdom of Bhutan: an in-depth
Analysis of Nationality Representative Data.
Maternal & Child Nutrition. Maternal & Child
Nutrition, 333–345.
29. WHO. (2018). Child Stunting Data
Visualization Dashboard. Diakses dari
http://apps.who.int/gho/data/node.sdg.2-2-viz-
1?lang=en.
30. WHO. (2019). Joint child malnutrition
estimates. https:// www .who.int
/data/gho/data/themes/topics/joint-child-
malnutrition-estimates-unicef-who-wb.
31. Yuliana, W. &. (2019). Darurat stunting dengan
melibatkan keluarga. Sulawesi Selatan:
Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia .
32. Zidny, M. I. (2019). analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada
balita usia 24-60 bulan di wilayah kerja
puskesmas bangkonol kabupaten pandeglang
tahun 2019 (doctoral dissertation, universitas
pembangunan nasional veteran jakarta).

Jurnal Edukes Page 14

Anda mungkin juga menyukai