TAHUN 2021
NURBAYANI
0055101152021
D. Manfaat
1. Manfaat Ilmiah
a) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak
usia 6-24 bulan disuatu daerah yang mempunyai masalah kesehatan.
b) Memberikan tambahan literatur ilmih terkait stunting di suatu
kabupaten yang mempunyai masalah kesehatan
c) Mendukung perkembangan ilmu pengetahuan bidang gizi dan
kesehatan masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan advokasi bagi
pemerintah dan penentu kebijakan program gizi terkait dengan
kejadian stunting di Kabupaten Majene
b) Merupakan bukti ilmiah dalam upaya pencegahan stunting di
Kabupaten Majene.
b) Balita
1) Pemantauan pertumbuhan balita.
2) Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) untuk balita.
3) Menyelenggarakan simulasi dini perkembangan anak.
4) Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
c) Anak Usia Sekolah
1) Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
2) Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS.
3) Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).
4) Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan
narkoba.
d) Remaja
1) Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi
narkoba.
2) Pendidikan kesehatan reproduksi.
e) Dewasa muda
1) Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB).
2) Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular). c.
Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak
merokok/mengonsumsi narkoba
5. Pengukuran Stunting
Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) yang merupakan padanan
istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Ukuran
panjang badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan yang
diukur telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur berdiri, maka
hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm (Kementrian
Kesehatan, 2010)
Istilah panjang badan digunakan untuk anak yang diukur dengan cara
berbaring (belum bisa berdiri). Anak yang berusia 0-2 tahun diukur
dengan ukuran panjang badan. Alat ukur yang digunakan adalah
infantometer dan harus mempunyai ketelitian 0,1 cm (Par’i, Wiyono dan
Harjatmo, 2017).
Pengukuran panjang badan dilakukan dengan menggunakan
infantometer. Subjek dalam posisi terlentang dengan benar, wajah
menghadap ke atas, dengan kepala dan tubuh sejajar dengan sumbu papan
pengukur panjang. Kedua bahu harus rapat dengan permukaan papan
(Gamabr 2.3). Satu pemeriksa berada di bagian kepala subjek menjaga
kepala subjek agar tidak bergerak dan tetap menempel dipermukaan atas
alat. Pemeriksa kedua berdiri di sisi subjek dengan memegang kedua lutut
subjek dalam posisi lurus, tanpa menggunakan alas kaki dengan telapak
kaki lurus ke atas. Tarik papan penggeser sampai menempel dipermukaan
telapak kaki hingga tumit. Baca hasil pengukuran pada melimeter terdekat.
Untuk menilai status gizi baduta maka angka panjang badan setiap
baduta dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) baku
antropometri balita dengan menggunakan tabel standar antropometri
penilaian status gizi anak usia 0 – 60 bulan berdasarkan jenis kelamin
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score
masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita.
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Ambang Batas
Indeks Kategori Status Gizi
(Z-Score)
Panjang Badan atau Sangat Pendek
<-3 SD
Tinggi Badan menurut (Severely Stunted)
Umur (PB/U atau Pendek (Stunted) -3 SD s/d <-2 SD
TB/U) anak usia 0 - 60 Normal -2 SD s/d +3 SD
bulan Tinggi > + 3 SD
Sumber : (Permenkes, 2020)
6. Angka Kecukupan Gizi Anak Usia 6-24 Bulan
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia
yang selanjutnya disingkat AKG adalah suatu nilai yang menunjukkan
kebutuhan rat-rata zat gizi tertentu yang harus dipenuhi setiap hari bagi
hampir semua orang dengan karakteristik tertentu yang meliputi umur,
jenis kelamin, tingkat aktifitas fisik dan kondisi fisiologis untuk hidup
sehat (RI, 2019).
AKG digunakan sebagai acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan pemangku kepentingan untuk menghitung kecukupan gizi
penduduk di daerah, menyusun pedoman konsumsi pangan, menilai
konsumsi pangan pada penduduk dengan karakteristik tertentu,
menghitung kebutuhan pangan bergizi pada penyelenggaraan makanan
institusi, menghitung kebutuhan pangan bergizi pada situasi darurat,
menetapkan Acuan Label Gizi (ALG), mengembangkan indeks mutu
konsumsi pangan, mengembangkan produk pangan olahan, menentukan
garis kemiskinan, menentukan besaran biaya minimal untuk pangan
bergizi dalam program jaminan sosial pangan, menentukan upah minimum
dan kebutuhan lainnya (RI, 2019)
B. Tinjauan Pustaka Status Gizi
1. Pengertian
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu. (Supariasa, dkk 2012). Dalam buku Prinsip Dasar Ilmu Gizi,
status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan fisik
yang merupakan hasil dari konsumsi, absorpsi dan utilisasi berbagai
macam zat gizi baik makro maupun mikro (Almatsier, 2009). Status gizi
ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh ibu hamil
sebagai akibat pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi
yang digunakan oleh tubuh untuk kelangsungan hidup dalam
mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh. Status gizi ibu hamil dapat
diketahui dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA).
Pengukuran LILA cukup representatif, dimana ukuran LILA ibu hamil erat
dengan IMT ibu hamil yaitu semakin tinggi LILA ibu hamil diikuti pula
dengan semakin tinggi IMT ibu. (Hidayati, 2012)
2. Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil
Faktor yang memengaruhi gizi ibu hamil diantaranya (Proverawati 2009),
yaitu:
a. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan
Ibu hamil biasanya lebih memperhatikan zat gizi untuk keluarganya
padahal ibu hamil harus lebih serius pada dirinya dalam penambahan
zat gizi demi pertumbuhan dan perkembangan janin.
b. Status ekonomi
Ekonomi seseorang memengaruhi dalam pemilihan makanan yang
akan dikonsumsi sehari – harinya. Seorang dengan ekonomi yang
tinggi kemudian hamil maka kebutuhan gizi yang dibutuhkan
tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu
semakin terpantau.
c. Pengetahuan zat gizi dalam makanan
Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu akan memengaruhi dalam
pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya.
Ibu dengan pengetahuan yang baik, kemungkinan akan memberikan
gizi yang cukup bagi bayinya.
d. Status kesehatan
Status kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap nafsu
makannya. Seorang ibu yang dalam keadaan sakit otomatis aan
memiliki nafsu makan yang berbeda dengan ibu yang dalam keadaan
sehat.
e. Aktifitas
Seseorang dengan gerak yang aktif memerlukan energi yang lebih
besar daripada mereka yang hanya duduk diam. Setiap aktifitas
memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang
dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.
f. Berat badan
Berat badan seorang ibu yang sedang hamil akan menentukan zat
makanan yang diberikan agar kehamilannya dapat berjalan lancar.
Pada trimester I harus ada penambahan berat badan meskipun ibu
hamil dalam kondisi mual dan muntah yang tidak karuan.
g. Umur Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang
hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus
berbagi dengan janin yang dikandung.
3. Penilaian status gizi
Menurut (Supariasa, dkk 2012) penilaian status gizi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak
langsung. Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari
data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk
menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi
kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Menurut
(Kristiyanasari, 2010) yang dikutip dalam buku Gizi Ibu Hamil, ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu
hamil antara lain memantau penambahan berat badan selama hamil,
mengukur LILA untuk mengetahui apakah seseorang menderita KEK dan
mengukur kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita
anemia gizi. Penilaian status gizi ibu hamil antara lain:
a. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Menurut Depkes RI, (1994) yang dikutip dalam buku Penilaian Status
Gizi, pengukuran LILA yang dilakukan pada kelompok wanita usia
subur (WUS) dan ibu hamil adalah salah satu cara deteksi dini
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK).
KEK merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami
kekurangan energi dan protein dalam waktu yang lama (menahun).
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA dapat dilakukan
oleh masyarakat awam karena pengukurannya sangat mudah dan dapat
dilakukan oleh siapa saja (Supariasa, 2012).
a) Tujuan
Menurut (Supariasa dkk, 2012) beberapa tujuan pengukuran LILA
mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu dan
masyarakat umum. Tujuan tersebut adalah :
a) Mengetahui risiko KEK pada ibu hamil maupun calon ibu
untuk menapis wanita yang berisiko melahirkan berat bayi lahir
rendah (BBLR).
b) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam penanggulangan KEK.
c) Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
d) Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya
perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
e) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran
WUS yang menderita KEK.
Perubahan LILA selama masa kehamilan tidak terlalu besar sehingga
pengukuran LILA pada masa kehamilan masih bisa dilakukan untuk
melihat status gizi ibu hamil sebelum hamil. (Ariyani, 2012) dalam
(Andriani, 2015).
b) Ambang Batas
Pengukuran LILA dengan menggunakan pita LILA dengan
ketelitian 0,1 cm dan ambang batas LILA WUS dengan risiko
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila kurang dari 23,5 cm,
artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan
akan melahirkan bayi dengan BBLR. BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan anak.
adapun nilai ambang batas LILA dapat diliha pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Kalsifikasi Resiko KEK Menurut LILA WUS
c. Kadar Hemoglobin
Kadar Hemoglobin (Hb) adalah parameter yang digunakan secara luas
untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa
pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur
secara kimia dan jumlah Hb/100ml darah dapat digunakan sebagai
indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Penilaian status gizi
dengan kadar Hb merupakan penilaian status gizi secara biokimia.
Fungsinya untuk mengetahui satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan yaitu anemia gizi. (Supariasa dkk, 2012) Kadar Hb
yang dibawah normal dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil.
Anemia pada ibu hamil adalah kondisi dimana kadar hemoglobin
berada di bawah 11 g/dl pada trimester I dan III atau di bawah 10,5
g/dl pada trimester II. (Rizky dkk, 2017).
4. Zat Zat Gizi Yang harus Dipenuhi Ibu hamil
a) Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting karena merupakan sumber
energi utama.Tubuh ibu hamil memerlukan cukup persediaan energi
setiap menit selama 280 hari untuk pertumbuhan janin dan untuk
membentuk sel tubuh oleh 16 protein. Karbohidrat seperi beras,
serelia, dan gandum adalah sumber energi utama. Sebaiknya setengah
dari energi berasal dari karbohidrat. Bila karbohidrat tidak tercukupi
maka energi akan diambil dari protein. Agar kebutuhan energi ibu
hamil terpenuhi, maka disarankan untuk makan 3 porsi karbohidrat
atau serat makanan setiap hari (seiris roti sama dengan satu porsi
karbohidrat/serat makanan). Pilihlah makanan yang diperkaya dan
terbuat dari padi-padian, misalnya gandum. Makanan dari padi-padian
lebih kaya gizi dan serta dibandingkan dengan produk olahan lainnya.
Serta sangat penting, terutama bagi ibu hamil yang sering mengalami
kesulitan buang air besar. Makanan berserat tinggi seperi padi-padian,
buah segar dan sayuran segar dapat mengatasi kesulitan buang air
besar tersebut. Meskipun serat bukan zat gizi tetapi keberadaannya
sangat diperlukan. Serat tidak dapat dicerna manusia tetapi dapat
dicerna oleh bakteri dan organisme lain (Eva Ellya Sibagariang, 2010).
Jenis-jenis karbohidrat terdiri dari:
1) Monosakarida/gula sederhana yang terdiri dari atas jumlah atom C
yang sama dengan molekul air, yang termasuk kedalam
Monosakarida adalah Glukosa, Fruktosa, Galaktosa.
2) Disakarida terdiri atas dua unit monosakarida yang terikat satu
sama lain melalui kondensasi. Yang termasuk disakarida yaitu
sukrosa, maltosa, laktosa, trehalosa.
3) Polisakarida adalah jenis karbohidrat komplek ini dapat
mengandung sampai tiga ribu unit gula sederhana yang tersusun
dalam bentuk rantai panjang lurus dan bercabang terutama adalah
glukosa. Jenis karbohidrat yang termasuk 17 polisakarida adalah
pati, dekstrin. Glikogen, polisakarida non pati/serat (Almatsier,
2005).
b) Protein
Protein adalah bagian sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air, fungsi protein yaitu membangun serta memelihara
sel-sel dan jaringan tubuh. Klasifikasi protein dapat dilakukan
berdasarkan:
1) Protein bentuk serabut adalah rendahnya daya larut mempunyai
kekuatan mekanis yang tinggi dan tahan terhadap enzim
pencernaan tedapat dalam unsur-unsur srtuktur tubuh. Protein
bentuk serabut ada 4 bagian yaitu kolagen (protein utama jaringan
ikat), elastin (terdapat dalam urat, otot, arteri dan jaringan elastin),
kreatin (protein rambut dan kuku), miosin (protein utama serat
otot).
2) Protein Globular berbentuk bola terdapat dalam cairan jaringan
tubuh, mudah larut dalam larutan garam dan asam encer. Ada 4
yaitu albumin, globulin, histon dan proktamin.
3) Protein Konjugasi adalah protein sederhana yang terikat dalam
bahan- bahan non asam amino. Ada 4 yaitu nukleoprotein,
lipoprotein, fosofoprotein, metaloprotein (Praverawati, 2009)
Selama hamil, ibu memerlukan semua zat gizi. Oleh karena itu,
kebutuhan energi, protein, vitamin, mineral bertambah. Komponen sel
tubuh ibu dan janin sebagian besar terdiri dari protein. Perubahan
dalam tubuh ibu, seperti plasenta juga memerlukan protein. Agar
semua kebutuhan zat gizi terpenuhi, perlu makan semua jenis
golongan makanan yang terdapat dalam pedoman gizi seimbang.
Selama kehamilan, diperlukan tambahan protein, rata-rata 17
gram/hari. Akan tetapi, karena pada trimester pertama ibu hamil
belum bisa makan normal, maka kebutuhan protein belum bisa
terpenuhi. Diharapkan 1 g/kg berat badan protein dapat terkonsumsi.
Pada trimester kedua, ibu hamil sudah mulai mempuyai nafsu makan.
1,5 g/kg berat badan protein/hari diperkirakan dapat terpenuhi.
Pada trimester terakhir nafsu makan ibu hamil sudah besar, bahkan
kadang-kadang sampai harus dibatasi untuk menghindari kegemukan
dan memudahkan proses melahirkan (melahirkan dalam kondisi
kegemukan berisiko). Pada trimester ketiga ini, protein bisa mencapai
2 g/kg berat badan/hari. Yang penting protein harus mencapai 15%
dari kebutuhan seluruh energi.
Jenis protein yang dikonsumsi sebaiknya yang mempunyai nilai
biologis tinggi seperi daging, ikan, telur, tahu, tempe, kacang-
kacangan, biji-bijian, susu, dan yogurt. Bila seorang ibu tersebut
adalah seorang vegetarian dan biasa mengkonsumsi banyak kacan-
kacangan, biji-bijian, sayuran dan buah-buahan, maka ibu tersebut
tidak akan mengalami masalah kekurangan protein.
c) Lemak
Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang tediri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen yang mempunyai sifat dapat larut pada zat-
zat pelarut tertentu, lemak dalam makanan memegang peranan penting
adalah lemak netral atau trigliserida yang molekulnya asam lemak
yang di ikatkan pada gliserol terebut dengan ikatan ester. Klasifikasi
lemak yaitu:
1) Menurut struktural kimiawinya yaitu lemak Netral (trigliserida),
Fosfolipida, lesitin,sfingomilin
2) Menurut Sumbernya (bahan makanan) yaitu lemak hewani dan
lemak nabati
3) Menurut Konsistensinya yaitu lemak padat dan lemak cair
4) Menurut wujudnya yaitu lemak tidak terlihat dan lemak terlihat.
Adapun fungsi lemak dalam tubuh adalah terutama sebagai
cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbulkan di
tempat-tempat tertentu. Asam lemak tak jenuh ganda merupakan zat
gizi yang ensensial bagi kesehatan kulit dan rambut, lemak sebagai
sumber utama energi dan sebagai pelarut vitamin-vitamin yang larut
dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K (Praverawati, 2009).
d) Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik komplek yang dibutuhkan dalam
jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak bisa dibentuk oleh tubuh,
vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan kehidupan, jenis vitamin yaitu:
1) Vitamin larut dalam lemak yang termasuk dalam kelompok ini
adalah vitamin A,D,E,K.
2) Vitamin yang larut dalam air, yang termasuk dalam kelompok ini
adalah vitamin C, tiamin, riboflavin, piridoksin, folat dan B12
(Almatsier, 2001).
e) Mineral
Mineral berperan pada pertumbuhan tulang dan gigi. Bersama dengan
protein dan vitamin, mineral membentuk sel darah dan jaringan tubuh
yang lain. Mineral yang sangat dibutuhkan selama kehamilan adalah
sebagai berikut :
1) Kalsium
Pada kelompok dewasa usia 19-29 tahun, kebutuhan kalsium rata-
rata 800 mg/hari. Wanita hamil memerlukan lebih banyak kalsium.
Penyerapan kalsium selama kehamilan lebih banyak dibandingkan
saat tidak hamil. Kalsium diperlukan terutama pada trimester III
kehamilan. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin sekitar
250 mg/hari serta untuk persediaan ibu hamil sendiri agar
pembentukan tulang janin tidak mengambil dari persediaan
kalsium ibu. Sumber kalsium dapat diperoleh dari susu dan hasil
olahannya ikan/hasil laut, sayuran berwarna hijau dan kacang-
kacangan.
2) Zat besi
Kebutuhan zat besi selama kehamilan sangat tinggi, khususnya
trimester II dan III. Kebutuhan zat besi dapat dipenuhi dengan
tambahan pil besi dengan dosis100 mg/hari. Pada trimester I belum
ada kebutuhan yang mendesak, sehingga kebutuhannya sama
dengan wanita dewasa yang tidak hamil.
Zat besi penting untuk pembentukan hemoglobin. Untuk
meningkatkan masa hemoglobin diperlukan zat besi sekitar 500 mg
(termasuk simpanan) karena selama kehamilan volume darah
meningkat sampai 50%. Pada masa melahirkan ada zat besi yang
hilang sebanyak 250 mg, belum termasuk untuk janin dan plasenta.
Kekurangan harus dipenuhi selama trimester II dan III.
Sumber zat besi adalah makanan yang berasal dari hewan yaitu
daging, ayam dan telur serta kacang-kacangan, biji-bijian dan
sayuran hijau. Agar absorbsi zat besi lebih baik, perlu adanya
vitamin C yang banyak terdapat pada jeruk, macam-macam jus,
brokoli, tomat. Kekurangan zat besi yang umum diderita ibu hamil
dapat meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur atau bayi
dengan berat badan rendah dan ibunya yang menderita anemia.
3) Seng
Seng merupakan mineral mikro esensial, seng diperlukan untuk
fungsi sistem reproduksi, pertumbuhan janin, sistem pusat syaraf
dan fungsi kekebalan tubuh. Kekurangan seng akan menghambat
pertumbuhan janin dalam kandungan, bahkan tidak akan menutupi
kemungkinan terjadinya kretinisme (cebol) pada bayi yang
dilahirkan. Selain itu, konsumsi seng yang tidak mencukupi akan
mempengaruhi daya pengecap dan pembau si ibu. Hal ini akan
berakibat pada penurunan nafsu makan si ibu.
Selama kehamilan, kebutuhan seng meningkat sampai dua kali
lipat dibandingkan saat tidak hamil. Seng terdapat dalam bahan
makanan dari hewan, misalnya daging, makanan dari laut dan
unggas, serta padi-padian. Kebutuhan seng akan tercukupi apabila
konsumsi protein cukup.
4) Asam folat
Semua zat gizi diperlukan selama masa kehamilan, namun asam
folat merupakan salah satu vitamin B yang perlu mendapat
perhatian. Asam folat diperlukan untuk membentuk sel baru.
Setelah konsepsi, asam folat membantu mengembangkan sel syaraf
dan otak janin. Konsumsi asam folat yang cukup pada minggu-
minggu sebelum konsepsi dan 3 bulan pertama kehamilan (periode
kritis) dapat mengurangi risiko kelainan susunan syaraf pada bayi.
Kelainan bisa serius, bahkan fatal. Karena itu, sedapat mungkin hal
ini dihindari.
Asam folat tidak bisa disimpan dalam tubuh, harus diberkan setiap
hari, kebutuhan 0,4 mg/hari. Sumber asam folat adalah hati,
sayuran berwarna hijau, jeruk, kembang kol, kacang
kedelai/kacang-kacangan lain, roti gandum, serelia dan ragi (Eva
Ellya Sibagariang, 2010).
5) Air
Air adalah nutrien. Air merupakan bagian sistem transportasi
tubuh. Air mengangkut zat gizi keseluruh tubuh termasuk plasenta
dan membawa sisa makanan ke luar tubuh. Jika ibu hamil
mengalami muntah-muntah, maka disarankan untuk minum cairan
sebanyak mungkin, minimal 3 liter/hari ( Eva Ellya Sibagariang,
2010).
5. Kebutuhan gizi Ibu hamil
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan
untuk wanita tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah:
a) Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan.
b) Untuk mempertahan kesehatan dan kekuatan badan ibu sendiri.
c) Supaya luka persalinan lekas sembuh pada masa nifas.
d) Guna mengadakan cadangan untuk proses laktasi.
Jumlah makanan yang dikonsumsi bukanlah jaminan bahwa ibu hamil
telah mempunyai asupan gizi yang seimbang. Konsumsi makanan yang
tepat sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan
janin yang dikandungannya. Kualitas makanan jauh lebih penting
dibandingkan kuantitas. Janin hidup dari makanan yang dikonsumsi oleh
ibu. Kuncinya adalah perencanaan menu dan pola makanan yang teratur
(Eva Ellya Sibagariang, 2010).
Menurut Huliana (2001) kebutuhan gizi pada ibu hamil meliputi :
a) Kebutuhan Protein
Kebutuhan tambahan protein tergantung kecepatan pertumbuhan
janin.Trimester I dan II
b) Kebutuhan energi
Tambahan energi selama hamil sangat diperlukan bagi komponen fetus
maupun perubahan yang terdapat pada dirinya sendiri, kurang lebih
27.000 kkal atau 100 kkal/hari dibutuhkan selama hamil. Pada wanita
berumur 25- 50 tahun pemberian 2000 kkal/hari jika sedang hamil
ditambah 300 kkal.
c) Kebutuhan vitamin dan mineral
Pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan
mineral. Persentase tambahan gizi ibu hamil ialah energi 15%, protein
68%, vitamin A 25%, vitamin D 100%, vitamin E 25%, Vitamin C
33%, B Complek 40%, 26 tiamin 25%, riboflavin 15%, Niasi 30%,
piredoksin 100%, asam folat 33%, fosfor dan magnesium 50%, zat
besi 30% dan iodium 16%.
C. Tinnjauan Pustaka ASI Eksklusif
1. Pengertian Asi Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein,lactose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah
kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Haryono dan
Setianingsih, 2014). Pada usia 6 bulan pertama, bayi hanya perlu diberikan
ASI saja atau dikenal dengan sebutan ASI eksklusif (Maryunani, 2010).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa
pemberian tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air
teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya,
bubur susu, biskuit, dan nasi tim (Haryono dan Setianingsih, 2014).
ASI diproduksi dalam korpus alveolus yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu, selanjutnya dari alveolus air susu akan diteruskan ke
dalam saluran yang disebut duktus laktiferus. Setelah persalinan, produksi
susu dipengaruhi oleh isapan mulut bayi yang mampu merangsang
prolaktin keluar. ASI merupakan cairan susu yang diproduksi ibu yang
merupakan makanan terbaik untuk kebutuhan gizi bayi. Pengertian ASI
eksklusif adalah pemberian air susu ibu, segera setelah persalinan sampai
bayi berusia 6 bulan tanpa tambahan makanan lain, termasuk air putih.
Pemberian mineral, vitamin, maupun obat boleh diberikan dalam bentuk
cair sesuai anjuran dokter. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan bayi
masih belum sempurna, khususnya usus halus pada bayi masih berbentuk
seperti saringan pasir, pori-pori pada usus halus ini memungkinkan protein
atau kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat
menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan menutup setelah
berumur 6 bulan. Setelah usia bayi mencapai 6 bulan, bukan berarti
pemberian ASI dihentikan, bayi diberikan makanan pendamping lain
secara bertahap sesuai dengan usianya dan ASI tetap boleh diberikan
sampai anak berusia 2 tahun.
2. Komposisi ASI Eksklusif
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi
dan diit ibu. Air susu ibu menurut stadium laktasi adalah kolostrom, ASI
transisi/peralihan dan ASI matur (Fikawati dkk, 2015).
a) Kolostrum
Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar payudara, mengandung
tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan
duktus dari kelenjar payudara sebelum dan sesudah masa
puerperium.Kolostrom keluar pada hari pertama sampai hari keempat
pasca persalinan.Cairan ini mempunyai viskositas kental, lengket dan
berwarna kekuning-kuningan. Cairan kolostrom mengandung tinggi
protein, mineral garam,vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan
antibodi yang tinggi dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu,
kolostrom rendah lemak dan laktosa.Protein utamanya adalah
immunoglobulin (IgG, IgA, IgM) berguna sebagai antibodi untuk
mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Volume
kolostrom antara 150-300 ml/24 jam. Meskipun kolostrom hanya
sedikit volumenya, tetapi volume tersebut mendekati kapasitas
lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Kolostrom berfungsi sebagai
pencahar ideal yang dapat mengeluarkan zat-zat yang tidak terpakai
dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan kondisi saluran
pencernaan agar siap menerima makanan yang akan datang (Nugroho,
2011).
b) ASI Peralihan
Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI matur. ASI
peralihan keluar sejak hari ke 4-10 pasca persalinan.Volumenya
bertambah banyak dan ada perubahan warna dan komposisinya. Kadar
immunoglobulin menurun, sedangkan kadar lemak dan laktosa
meningkat (Nugroho, 2011).
c) ASI Matur
ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai
seterusnya.Komposisi relative konstan (adapula yang menyatakan
bahwa komposisi ASI relative mulai konstan pada minggu ke 3 sampai
minggu ke 5), tidak mudah menggumpal bila dipanaskan.ASI pada
fase ini yang keluar pertama kali atau pada 5 menit pertama disebut
sebagai foremilk. Foremilk lebih encer, kandungan lemaknya lebih
rendah namun tinggi laktosa, gula protein, mineral dan air (Nugroho,
2011).
Untuk lebih jelas perbedaan kadar gizi yang dihasilkan kolostrum, ASI
transisi dan ASI matur dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Komposisi Kandungan ASI
No Kandungan Kolostrum ASI Peralihan ASI Matur
1 Energi (Kg kla) 57 63 65
2 Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7
3 Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
4 Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
5 Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
B. Kerangka Konsep
Rancangan bentuk laporan ini yaitu variabel bebas dan terikat.Variabel bebas
terdiri dari status gizi ibu pada masa kehamilan, Pemberian ASI Eksklusif, ,
pemberian MPASI. Untuk variabel terikatnya ialah kejadian balita pendek
pada umur 0-24 bulan. Uraian tersebut memunculkan faktor terjadinya tinggi
badan tidak sesuai dengan umur yaitu faktor ibu (status gizi ibu pada masa
kehamilan, ASI eksklusif, pemberian MP-ASI,. Berdasarkan landasan teori di
atas disimpulkan sebagai berikut:
Pengetahuan Ibu
Pemberian MP ASI
Riwayat Penyakit
Infeksi
Keterangan :
: Variabael yang diteliti
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh status gizi ibu saat hamil dengan kejadian stunting
2. Ada pengaruh Pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting
3. Ada pengaruh Pemberian MP ASI dengankejadian stunting
BAB IV
METODE PENELTIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan peneltian studi analitik dengan desain cros
sectional yaitu penelitian unuk mengetahui pengaruh status gizi ibu hamil,
pemberian ASI Ekslusif dan Pemberian MP ASI dengan kejadian stunting
pada anak berusia 0-24 bulan di Kab. Majene Tahun 2021.
Rancangan cros secsional dalam penelitian ini di gambarkan sebagai
berikut :
Efek (+)
Faktor Resiko
(+)
Efek (-)
Populasi
Efek (+)
Faktor Resiko
(-)
Efek (-)