BAB I
PENDAHULUAN
beresiko dalam jangka waktu panjang dan jangka waktu pendek. Dalam
stroke, kanker, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, dan disabilitas
pada usia tua, serta kualitas kerja yang rendah dan mengakibatkan terjadinya
gizi. Anak yang kurang gizi daya tahan tubuhnya rendah sehingga anak
mudah terkena penyakit infeksi. Salah satu faktor yang dapat mengatasi
masalah kurang gizi pada anak adalah pemberian ASI. ASI dapat mencegah
dengan jumlah yang tepat, dapat digunakan dengan efisien oleh tubuh, serta
1
2
mencapai SDGs tahun 2030 yang berisikan 17 tujuan dengan 169 target
(Oetomo, 2019).
berkaitan antara satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut terdiri dari
asuh yang tidak memadai serta rendahnya akses pada bidang kesehatan
lingkungan dan periIaku hidup bersih. Selain itu masalah sosial dan
2
3
Ada juga dampak yang disebabkan oleh gizi berlebih yaitu terjadinya resiko
obesitas maupun penyakit degeneratif yang akan timbul nanti. Dampak gizi
percepatan kematian (premature death). Pada usia balita sekitar 7,5 anak
dari standar menurut usia Oleh karena itu, menjaga status gizi balita sangat
kepada makanan sehat terbatas dan bencana alam, Republik Afrika Tengah
ancaman bagi beberapa negara didunia. Kondisi itu pun membuat lebih dari
853 juta penduduk di dunia mengalami kekurangan gizi hingga saat ini
Kesehatan 2018 menunjukan 17,7% bayi usia dibawah 5 tahun (balita) masih
mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami
gizi buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%. bayi
3
4
yang mengalami masalah gizi turun seperti terlihat pada grafik dibawah ini.
(RPJMN) 2019, bayi yang mengalami masalah gizi ditargetkan turun menjadi
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status gizi yang didasarkan pada
indeks berat badan menurut umur (BB/U). Pemantauan Status Gizi (PSG)
bahwa persentase gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan di Indonesia adalah
3,8%, sedangkan persentase gizi kurang adalah 14%. Hal tersebut tidak
berbeda jauh dari hasil PSG tahun 2016 yaitu persentase gizi buruk pada
balita usia 0-59 bulan 3,4% dan persentase gizi kurang sebesar 14,43%.
4
5
provinsi Bali (8,0%) Sulawesi Utara (9,1%) DKI Jakarta (10,0%), Jambi
(11,6%), dan Riau (12,1%). Prevalensi status gizi gemuk tingkat nasional
sebesar 1,8 persen dengan lima provinsi tertinggi yaitu provinsi kepulauan
Riau (3,4%), Bali (3,3%), DKI Jakarta (3,2%), Papua (3,2%) dan Kalimantan
455.837 jiwa, yang ditimbang sebanyak 355.768 jiwa (81.0%) yang terdiri
dari balita pendek 24.858 jiwa (7.05), balita gizi kurang 29.973 jiwa (8.4%),
adalah 37.267 dan jumlah balita di Kecamatan Mila tahun 2019 adalah 1.825
berat badan sebanyak 626 orang yang tidak naik berat badan sebanyak 237
orang sedangkan yang status gizi balita 2 kali tidak naik berat badan sebanyak
442 orang.
balita dengan status gizi baik 887 (99%), gizi kurang 8 (0,8%), gizi lebih 2
(0,2%) balita. Status gizi di Puskesmas Kecamatan Mila tahun 2022 bulan
Januari sampai Juni terdapat balita 913 orang dengan status gizi kurang
37(4,0%), gizi lebih 7 (0,7%), gizi baik 869 (95%), balita. Berdasarkan data
di desa Pulo Tanjong Kecamatan Mila tahun 2022 bulan Januari sampai Juni
5
6
terdapat 40 balita, balita yang gizi kurang sebanyak 17 (42,5%), gizi baik 22
(20%), dan 15 (37,5%) gizi lebih oleh sebab itu desa tersebut menjadi alasan
Puskesmas Mila bulan janauari sampai Juni yaitu Tuha Lala memiliki jumlah
balita 69 dengan gizi kurang 27 (39%), gizi lebih 15 (22%), gizi baik 27
(39%). Desa Teumecet jumlah balita 35, gizi kurang 10 (28%), gizi baik 5
(14%) gizi lebih 20 (57%) Desa Krueng Lala jumlah balita 37, gizi kurang 12
(32%), gizi lebih 7 (19%) gizi baik 18 (48%) Desa Mesjid Ilot jumlah balita
45, gizi kurang 17 (38%), gizi lebih 8 (18%) gizi baik 20 (44%) (Desa Lhok
Lubu jumlah balita 23 gizi kurang 8 (35%), gizi lebih 8 (35%) gizi baik 7
(30%).
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah Faktor-Faktor apa saja yang memengaruhi Status Gizi
2022.
6
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Ruang Lingkup
Agustus 2022.
Ruang lingkup responden penelitian ini adalah Ibu yang memiliki balita.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
tentang dengan asupan gizi balita dan dapat dijadikan bacaan untuk
3. Bagi Masyarakat
8
9
F. Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuan Teori
faktor internal maupun eksternal seperti usia, jenis kelamin, aktivitas fisik,
2016 ).
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat
gizi didalam tubuh, status gizi dibagi menjadi 3 kategori , yaitu status gizi
dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan
10
11
lebih sedikit dari energi yang keluar. Hal ini dapat terjadi karena jumlah
(Sheptriani, 2019).
dimana jumlah energi yang masuk kedalam tubuh lebih besar dari julah
energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk
11
12
menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi
kurang maupun status gizi lebih (Sheptriani, 2019). Penilaian status gizi
a. Penilaian langsung
1) Antropometri
dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi
2) Klinis
asupan zat gizi gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan
epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ
3) Biokimia
12
13
2) Statistik vital
3) Faktor ekologi
c. Pengukuran (Antropometri)
13
14
berbagai tingkatan umur, dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh
antara lain ; berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak
gizi anak balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan
Z-score =
Keterangan :
baku rujukan
14
15
Tabel 2.2
1) Faktor Langsung :
15
16
zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada
2012).
Pola makan yang sehat harus disertai dengn asupan gizi yang
baik agar dapat mencapai status gizi yang baik. Pola makan yang
baik harus diajarkan pada anak sejak dini agar anak terhindar dari
makanan yang tidak tepat sesuai dengan jumlah, jenis, dan jadwal
akan memiliki status gizi anak sangat kurus dan kurus (Subarkah,
2016)
16
17
1. Jenis makan
2. Frekuensi makan
3. Jumlah makan
17
18
18
19
pada saat infeksi bisa mencapai dua kali dari kebutuhan normal
19
20
20
21
a. Faktor ekonomi
21
22
bahan makanan yang mahal. Padahal masa kritis gizi kurang yang
2010).
rata pendapatan yang diterima keluarga baik tetap maupun tidak tetap
22
23
dikategorikan menjadi:
b. Faktor budaya
c. Faktor fisiologi
d. Pengetahuan
1) Tahu (know)
24
25
2) Memahami (comprehension)
3) Aplikasi (application)
4) Analisis (analysis)
25
26
5) Sintesis (synthasis)
yang baru atau suatu kemampuan yang baru. Dengan kata lain
6) Evaluasi (evaluation)
kualitatif, yaitu :
26
27
e. Pelayanan Kesehatan
masyarakat.
27
28
ekonomi masyarakat.
4. Bermutu (quality)
28
29
patient service).
ini.
29
30
ke
f. Lingkungan
Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi status
30
31
1) Faktor Ekternal
(Marmi, 2013) :
a) Pendapatan
tersebut.
b) Pendidikan
c) Pekerjaan
31
32
B. Kerangka Teori
Kategori Status
Gizi
1. Gizi Buruk
2. Gizi Kurang
3. Gizi Baik
4. Gizi Lebih
BAB III
METODE PENELITIAN
(2013) Satus gizi dipengaruhi oleh Pola makan, penyakit infeksi, pelayanan
Pola Makan
Penyakit Infeksi
33
34
Ekonomi
Pengetahuan
B. Variabel Penelitian
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Dependen
dengan nilai -2
s/d 2 SD
Gizi lebih >2
SD
Variabel Independen
D. Hipotesa
36
37
terakhir
37
38
menjadi:
4. Ekonomi
6. Pengetahuan
kualitatif, yaitu:
38
39
resiko dengan efek dengan cara observasi, dan pengumpulan data pada waktu
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita usia
sebanyak 40 orang.
2. Sampel
Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total Populasi
1. Jenis Data
a. Data Primer
yang terdiri dari pengetahuan, asupan makanan balita dan status gizi
balita.
b. Data Sekunder
c. Data Tersier
c. Data tersier didapatkan dari studi kepustakaan seperti jurnal, buku dan
lain-lain.
1. Pengolahan Data
b. Coding
status gizi untuk katagori gizi baik diberi kode 1, katagori gizi kurang
40
41
diberi kode 2, gizi lebih diberi kode 3 dan gizi lebih diberi kode 3, variabel
rendah diberi kode 2, untuk pola makan baik diberi kode 1 dan pola makan
kurang diberi kode 2, untuk variabel penyakit infeksi diberi kode 1dan jika
kesehatan baik diberi kode 1 dan pelayanan kesehatan kurang diberi kode
2, untuk variabel ekonomi tiggi diberi kode 1 dan ekonomi rendah diberi
kode 2.
c. Transfering
d. Tabulating
yaitu tabel univariat dan bivariat untuk menyajikan hasil penelitian yang
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
f
41
42
p= x 100%
n
Keterangan: p = Persentase
f = Frekuensi teramati
n = Jumlah sampel
b. Analisis Bivariat
ketentuan :
2. HO diterima jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara
dan lain-lain, maka hasil uji yang digunakan adalah Pearson Chi
Square.
4. Bila pada tabel contigency 3 x 2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan
contigency 2 x 2.
bagian :
makanan
43
44
1. Uji Validitas
tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau
sesungguhnya dari apa yang diukur . Uji validitas dalam penelitian ini
taraf signifikan 5%. Jumlah kuesioner yang akan diuji validitas adalah
korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan terhadap skor total
2. Uji Reliabilitas
44
45
pengujian suatu reliabilitas suatu tes atau angket yang sering digunakan
karena dapat digunakan pada tes atau angket yang jawabannya pilihan,
Alpha Cronbach > r hitung. Untuk mengukur reliabilitas alat ukur pada
tes hanya satu kali saja pada kelompok subjek dengan menggunakan
L. Prosedur Penelitian
Data yang Peneliti kumpulkan terdiri dari 2 jenis data yaitu data
primer (data yang Peneliti dapatkan langsung dari tempat penelitian ketika
penelitian). Dan data sekunder (data yang Peneliti dapatkan dari berbagai
referensi baik berupa buku, jurnal atau artikel ilmiah lainnya yang dapat
menunjang teori tentang judul yang akan diteliti). Untuk data primer
proposal.
Kecamatan Mila
46
47
penelitian ini.
M. Etika Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Ada
(Nursalam, 2017):
nama maupun alamat asal subjek dalam kuesioner dan alat ukur apapun
47
48
gender dan hak subjek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik
subjek penelitian.
48