Anda di halaman 1dari 22

MENJELASKAN TENTANG OBAT ORAL, SUBLINGUAL,

INTRAKUTAN, SUBKUTAN DAN INTRAMUSKULAR

Dosen Pembimbing :
Salamah,SKM.,S.SOS.,MKM

Disusun Oleh Kelompok 5 :


1. Nor Asliza
2. Sintia Rahmadhani
3. Aris Munanda
4. Raisa Zahara

UNIVESITAS MALIKUSSALEH FAKULTAS KEDOKTERAN


PRODI D-III KEPERAWATAN PIDIE
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan kepada kita
semua tenang “Menjelaskan Tentang Obat Oral, Sublingual, Intrakutan,
Subkutan Dan Intramuskular “.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rekan- rekan
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang berguna demi perbaikan dalam makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sigli, 07 Maret 2024

PENULIS

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
A. Konsep pemberian obat oral...................................................................3
B. Sublingual...............................................................................................6
C. Intrakutan................................................................................................10
D. Subkutan.................................................................................................11
E. Intramuskular..........................................................................................12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN............................................................17
A. Kesimpulan.............................................................................................17
B. Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis
layak dapat menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/
gejalanya, yang diberikan kepada pasie dengan maksud tertentu sesuai
dengan guna obat tersebut. Pemberian obat yang aman dan akurat adalah
tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Salah satu tugas terpenting
dari seorang perawat adalah memberi obat yang aman dan akurat kepada
klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang
memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang
bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal,
beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi
menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak
sesuai dengan anjuran yang tepat.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami
kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan,
memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien
untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Dalam pemberian obat banyak sekali jalur-jalur pemberian obat, baik
itu pemberian obat secara oral, topical, parenteral, supositoria, sublingual,
bukal dan lain sebagainya. Ini semua perjalan obat dari tempat pemberian,
pencapaian sistem sirkulasi sampai timbulnya efek.
Akan tetapi dalam pembahasan kali ini, hanya menjelaskan tentang
menjelaskan tentang obat oral,sublingual,intrakutan,subkutan dan
intramuskular. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus
menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu
tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien
yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam
bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau
motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus

1
dipertimbangkan. Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian
obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan
interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pemberian obat secara oral dan apa saja hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian obat oral oleh perawat?
2. Apa saja bentuk-bentuk obat oral dan bagaimana karakteristik serta
penggunaannya?
3. Apa perbedaan antara tablet sublingual dan bukal serta apa keuntungan
dan kerugian dari penggunaannya?
4. Bagaimana tindakan pemberian obat sublingual dan contoh-contoh obat
yang diberikan dengan cara tersebut?
5. Apa indikasi, kontraindikasi, dan contoh obat yang diberikan melalui
suntikan intrakutan, subkutan, dan intramuskular?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan konsep pemberian obat secara oral dan memberikan
pemahaman mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam
pemberian obat oral.
2. Menggambarkan berbagai bentuk obat oral beserta karakteristik dan
penggunaannya untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam
kepada pembaca.
3. Memahamkan pembaca tentang perbedaan antara tablet sublingual dan
bukal serta memberikan wawasan mengenai keuntungan dan kerugian dari
penggunaannya.
4. Memberikan pengetahuan tentang tindakan pemberian obat sublingual dan
memberikan contoh-contoh obat yang diberikan dengan cara tersebut.
5. Menjelaskan indikasi, kontraindikasi, serta memberikan contoh-obat yang
diberikan melalui suntikan intrakutan, subkutan, dan intramuskular untuk
membantu pembaca memahami penggunaan obat-obatan dalam praktek
klinis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep pemberian obat oral


Pemberian obat oral dilakukan melalui mulut. Penggunaan obat melalui
oral bertujuan terutama untuk mendapatkan efek sistemik, yaitu obat beredar
melalui pembuluh darah keseluruh tubuh. Dalam pemberian obat oral, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat, yaitu adanya alergi terhadap
obat yang akan diberikan, kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah
dan/atau diare yang dapat mengganggu obsorpsi obat, efek samping obat, dan
kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.

1. Tujuan
a. Memberi obat yang memiliki efek lokal, atau sistemik melalui saluran
cerna.
b. Memberi obat tanpa harus merusak kulit dan jaringan.
c. Memberi obat tanpa menimbulkan nyeri.

2. Bentuk Obat Oral


Bentuk obat oral dibagi menjadi 2 yaitu: bentuk obat padat dan bentuk
obat cair
a. Bentuk obat padat untuk pemakaian oral adalah:
Tablet, Kapsul, Pil, dan serbuk.
1) Tablet
Tablet adalah bahan obat yang dipadatkan tanpa bahan
tambahan (murni bahan obat).

Macam –macam tablet adalah

a) Tablet Kempa
Jenis obat berbentuk tablet yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat. Obat berbentuk tablet ini dibuat sesuai dengan bentuk

3
cetakannya dan memiliki ukuran yang sangat bervariasi. Contoh
Vit C
b) Tablet kunyah
Tablet besar yang tidak ditelan tetapi dikunyah. Biasanya, jenis
obat tablet seperti ini memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan
dengan obat – obat yang lainnya. contoh obat antasid.
c) Tablet Hipodermik
Jenis obat tablet hipodermik ini adalah obat tablet yang mudah
larut di dalam air. Proses pelarutannya juga terjadi secara
sempurna.
d) Tablet Efervensen
Penggunaan tablet dilarutkan dulu dalam segelas air akan keluar
gas CO2 dan tablet akan pecah dan larut. Contoh Calcium D.
Redoxon (C.D.R.)
2) Kapsul
Obat jenis kapsul terdiri dari bahan obat yang dibungkus
dengan bahan padat, yang mudah larut. Bahan pembungkus ini sangat
berguna agar obat mudah ditelan, menghindari bau dan rasa yang tidak
enak dari obat, serta menghindari kontak langsung dengan sinar
matahari. Obat bentuk kapsul umumnya berbentuk bulat panjang
dengan pangkal dan ujungnya yang tumpul.

Macam –macam kapsul :

a) Kapsul gelatin keras, terdiri dasar sebagai wadah obat dan


tutupnya. bentuknya keras, hingga banyak orang yang menyangka
kaca yang tidak dapat hancur. tetapi bila kapsul ini kena air akan
mudah lunak dan hancur.
b) Kapsul gelatin lunak, tertutup dari pabrik dan obatnya sudah dari
dulu diisi dipabrik. agar menarik kapsul ini diberi warna-warni.
3) Pil
pil ini adalah bentuk obat yang berbentuk bundar (bulat) padat
kecil yang mengandung bahan atau zat obat.

4
4) Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan untuk pemakaian oral atau dalam atau untuk pemakaian
luar. Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas,
sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada
bentuk sediaan padat lainnya (seperti kapsul, tablet, pil). Anak-anak
dan orang dewasa yang suka mengalami kesusahan menelan obat
bentuk kapsul atau tablet, akan lebih mudah bila menelan obat yang
sediaannya sudah berbentuk serbuk, dan selain itu karena serbuk oral
bisa dicampur dengan air minum atau sediaan cair lainnya untuk
membantu menelan obat.

Macam-macam serbuk :

a) Serbuk terbagi (pulveres/divided powder/ chartulae), bentuk serbuk


ini berupa bungkusan serbuk dalam kertas permanen atau dalam
kanton-kantong plastik kecil, tiap bungkus merupakan 1 dosis.
b) Serbuk tak terbagi (pulvis/ bulk powder), serbuk dalam jumlah
yang banyak ditempatkan dalam dos, botol mulut lebar. Sebagai
contoh ialah bedak.
c) Serbuk efervesen, serbuk yang berupa granul kecil yang
mengandung asam sitrat dan natrium bikarbonat. Cara
penggunaannya dilarutkan dulu dalam segelas air, terjadi reaksi
antara asam dan natrium bikarbonat dengan mengeluarkan CO2
dan akan menimbulkan rasa seperti limun.
b. Macam bentuk obat cair untuk pemakaian oral ialah:
1) Larutan, merupakan suatu larutan obat, sebagai pelarut adalah air atau
ditimbah zat cair lainnya seperti sedikit gliserin, alkohol dan
sebagainya.
2) Eliksir adalah suatu larutan alkoholis dan diberi pemanis yang
mengandung obat dan diberi bahan pembahu. sebagai pelarut adalah
gliserin, sirup atau larutan sorbitol.

5
3) Sirup adalah suatu larutan obat dalam larutan gula yang jenuh biasanya
diberi esen.
4) Emulsi adalah suatu campuran 2 zat cair yang tidak mau campur,
biasanya minyak dan air, dimana zat cair yang satu terdispersi dalam
zat cair yang lain dengan bantuan emulgator. Contoh emulsum Olei
Iercoris Aselli. Bentuk ini selain oral, juga da yang untuk topikal
(losion) dan injeksi.
5) Suspensi oral adalah suatu campuran obat berupa zat padat terbagi
halus yang terdispersi didalam medium cairan. Biasanya cairan yang
dipakai adalah air, dan harus di gojog dulu sebelum digunakan. Bentuk
suspensi oral dapat berupa: suspensi oral, mixtura, magma dan gel.

B. Sublingual
Tablet sublingual merupakan jenis tablet kompresi yang penggunannya
disisipkan di bawah lidah sedangkan tablet bukal penggunaanya disipkan di antara
pipi dan gusi. Tablet ini umumnya berbentuk datar atau oval, keras, dan
mengandung hormon. Tablet sublingual adalah tablet yang digunakan dengan cara
diletakkan di bawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui
mukosa mulut, diberikan secara oral, atau jika diperlukan ketersediaan obat yang
cepat. Tablet bukal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet
diantara pipi dan gusi sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa
mulut (Syamsuni, 2006).
Kedua tablet ini umumnya berbentuk kecil, pipih, dan oval yang
dimaksudkan untuk pemberian pada daerah bukal atau bawah lidah yang melarut
atau tererosi perlahan, oleh karena itu, diformulasi dan dikopresi dengan tekanan
yang cukup untuk menghasilkan tablet yang keras (Rudnic and Schwartz, 1990).
Setelah obat dilepaskan dari tablet, bahan aktif diabsorpsi tanpa melewati saluran
gastrointestinal. Ini rute yang menguntungkan untuk obat yang bisa dihancurkan
oleh saluran gastrointestinal. Pemberiannya hanya terbatas pada gliseril trinitrat
dan hormon-hormon steroid (Parrot, 1980).

6
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diserap langsung oleh selaput
lender mulut. Obat-obatan yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar
memberikan efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap dengan baik oleh
selaput lendir mulut. Tablet buccal dan sublingual hendaklah diracik dengan
bahan pengisi yang lunak, yang tidak merangsang keluarnya air liur. Ini
mengurangi bagian obat yang tertelan dan lolos dari penyeraapan oleh selaput
lender mulut. Di samping itu, kedua tablet ini hendaklah dirancang untuk tidak
pecah, tetapi larut secara lambat, biasanya dalam jangka waktu 15-30 menit, agar
penyerapan berlangsung dengan baik (Lachman, dkk, 2008).

Keuntungan tablet sublingual dan bukal adalah :

1) Cocok untuk jenis obat yang dapat dirusak oleh cairan lambung atau
sedikit sekali diserap oleh saluran pencernaan.
2) Bebas First Pass Metabolism.
3) Proses absorpsinya cepat karena langsung diabsorpsi melalui mukosa
mulut, sehingga diharapkan dapat memberikan efek yang cepat juga.

Adapun kerugian tablet sublingual dan bukal adalah :

1) Hanya sebagian obat yang dapat dibuat menjadi tablet sublingual dan
bukal karena obat yang dapat diabsorpsi melalui mukosa mulut jumlahnya
sangat sedikit.
2) Untuk obat yang mengandung nistrogliserin pengemasan dan
penyimpanan obat memerlukan cara khusus karena bahan ini mudah
menguap.

1. Tindakan Pemberian Obat Sublingual


Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara
meletakkan obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun
perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih
cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami
absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien
tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat

7
karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi
dengan cairan lambung.
Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk
membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan
terserap. Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu
obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini
banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina
pectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien
dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit (Rodman dan Smith, 1979).
Pemberian obat secara sublingual merupakan pemberian obat yang
cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang
ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah
merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan
sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada
saluran cerna serta metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
Contoh yang banyak ditemui dalam masyarakat adalah pasien yang
mempunyai penyakit jantung, seringkali memakai obat ini yang dinamakan
ISDN / Isosorbid Dinitrat.

2. Contoh Tablet Sublingual dan Bukal


Tablet bukal dan sublingual pemberiannya hanya terbatas pada gliseril
trinitrat, nitrogliseril dan hormon - hormon steroid.
a. Nitrogliserin
Sediaan nitrogliserin sublingual dan bukal dapat mengurangi
serangan anginal pada penderita iskemia jantung. Pemberian 0,3 – 0,4
mg melepaskan rasa sakit sekitar 75% dalam 3 menit, 15% lainnya
lepas dari sakit dalam waktu 5 – 15 menit. Apabila rasa sakit bertahan
melebihi 20 – 30 menit setelah penggunaan dua atau tiga tablet
nitrogliserin berarti terjadi gejala koroner akut dan pasien diminta
untuk mencari bantuan darurat (Sukandar, dkk, 2008).

8
Efek samping mencakup hipotensi postural yang berhubungan
dengan gejala sistem saraf pusat, refleks takikardi, sakit kepala, dan
wajah memerah, dan mual pada waktu tertentu (Sukandar, dkk, 2008).
b. Hormon – Hormon Steroid
1) Estrogen
Estrogen yang diberikan oral menstimulasi sintesis protein
hepatik dan meningkatkan konsentrasi sirkulasi glogulin terikat
hormn seks, yang dapat menjamin bioavailabilitas androgen dan
astrogen. Estradiol merupakan bentuk kuat dan paling aktif dari
estrogen endogen saata diberikan oral dia termetabolisme dan
hanya 10% mencapai sirkulasi sebagai estradiol bebas. Absorbsi
estrogen secara sistemik ppada tablet lebih rendah dibanding krim
vaginal. Penemuan baru menunjukkan estrogen pada dosis yang
lebih rendah efektif dalam mengontrol simptom pasca menopause
dan mengurangi kehilangan masa tulang (Sukandar, dkk, 2008).
Contoh obat yang beredar di pasaran adalah angeliq, cliane,
climmen, cyclo progynova, diane, dan lain-lain (Anonim, 2010).
2) Progestogen
Progestogen umumnya diberikan pada wanita yang belum
pernah menjalani histerektomi. Progestin sebaiknya ditambahkan
karena estrogen tunggal berkaitan dengan hiperplasia dan kanker
endometrium. Terapi hormon dosis rendah(estrogen terkonjugaasi
ekuin 0,45 mg dan medroksiprogesteron asetat 1,5 mg/hari
menunjukkan kesamaan dalam peredaran simptom dan pertahanan
densitas tulang tanpa peningkatan hiperplasia endometrium.
Progestogen oral yang paling umum digunakan adalah
medroksiprogesteron asetat misalnya Dilena; Noretisteron asetat,
misalnya Anore, Cliane, Kliogest, Norelut, Primolut N, dan
Regumen.

9
C. Intrakutan
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah
suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan
kulit atau intra dermis. Istilah intradermal (ID) berasaldari kata "intra" yang
berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam
kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi,
pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini lambat
dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan. Karena absorpsinya
terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksilokal dalam kulit untuk obat yang
sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadp mikroorganisme.

1. Tujuan Injeksi Intrakutan


a. Pasien mendapatkan pengobatan
b. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat.
c. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya
tuberculin tes).
d. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test).
e. Digunakan untuk test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan
tertentu.
f. Pemberian vaksinasi.

2. Contoh Obat
Dalam Injeksi intrakutan atau dapat disebut intradermal, obat dikirim
langsung ke dalam dermis, yaitu lapisan yang berada tepat di bawah
epidermis kulit. Suntikan sering diberikan pada sudut 5 sampai 15 derajat
dengan jarum ditempatkan hampir rata pada kulit pasien. Penyerapan
membutuhkan waktu paling lama dari rute ini dibandingkan dengan injeksi
intravena, intramuskular, dan subkutan. Oleh karena itu, injeksi intradermal
sering digunakan untuk tes sensitivitas, seperti tes tuberkulin dan alergi, dan
tes anestesi lokal. Reaksi yang disebabkan oleh tes ini mudah dilihat karena

10
lokasi suntikan pada kulit. Bagian tubuh yang sering dijadikan lokasi injeksi
intradermal adalah lengan bawah dan punggung bawah.

D. Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit yang
dapat dilakukan pada daerah lengan bagian atas sebelah luar atau sepertiga bagian
dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan sekitar abdomen.

1. Tujuan
Pemberian obat melalui jaringan subkutan ini pada umumnya
dilakukan dengan program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe yaitu jernih
dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat
absorbsi obat atau juga termasuk tipe lambat.

Jenis obat yang diberikan secara subkutan :

a. Vaksin
b. Obat-obatan preoperasi
c. Narkotik
d. Insulin
e. Heparin

2. Indikasi Dan Kontraindikasi


Indikasi : biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama, karena tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas
dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, atot atau saras besar
dibawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak
larut dalam air atau minyak.

11
E. Intramuskular
Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan
cara dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara
ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan
untuk menusuk saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada
lengan bagian atas. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepas
secara berkala dalam bentuk depot obat.
Jaringan intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris yang mempunyai
banyak vaskularisasi aliran darah tergantung dari posisi otot ditempat
penyuntikan. Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu agar obat
diabsrorbsi tubuh dengan cepat.

1. Prinsip Pemberian Obat Secara IM


Para petugas medis dituntut harus mengetahui semua komponen dari
perintah pemberian obat, termasuk 6 prinsip pemberian obat yang benar.
Adapun 6 prinsip tersebut antara lain:
a. Benar Klien/Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan
mencocokkan nama, nomor register, alamat dan program pengobatan
pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan
identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung
kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon
secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang
lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
b. Benar Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya perawat harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika

12
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat
dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus
diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi
obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa
tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil
dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak
terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian
farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya
lagi. Saat memberi obat, perawat harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
c. Benar Dosis
Dosis yang diberikan klien harus sesuai dengan kondisi klien.
Dosis yang diberikan harus pula dalam batas yang direkomendasikan
untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus teliti dalam menghitung
secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan, dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis
yang diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosis obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain. Serta melihat batas yang
direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
d. Benar Waktu
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam
sehari. Misalnya seperti 2x sehari, 3x sehari, 4x sehari, dan 6x sehari.
Sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk
obat yang memiliki aktu paruh pendek diberika beberapa kali sehari

13
pada selang waktu tertentu. Pemberian obat juga memperhatikan
dibeikan sbelum atau sesudah makan atau bersama makan. Ingat pula
untuk memberikan obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat
mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan. Menjadi
tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
e. Benar Cara/Rute
Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat
dan memadai. Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang
berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan
oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
f. Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di
rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat
yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan. Setelah
obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau
obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

2. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Obat Secara IM


Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada
pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Kontra indikasi dalam
pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.

3. Macam-macam Obat IM
Berikut adalah macam-macam obat yang diberikan secara intramuskular:
a. MATOLAC

14
1) Untuk penggunaan jangka pendek untuk nyeri akut sedang sampai
dengan berat.
2) DOSIS : 10-30 mg tiap 4-6 jam. maks: sehari 90 mg, lama terapi
maksimal (pemberian IM/IV) tidak boleh dari 5 hari. km : 5 amp
10 mg
b. FENTANYL
1) Untuk depresi pernafasan,cedera kepala,alkhoholisme akut,
serangan asma akut, intolerensihamil,laktasi.
2) DOSIS: pramedikasi, 100 mcg scr IM 30-60 sblm op.
c. DOLGESIK
1) Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri paska op
(oprasi).
2) DOSIS: dosis tunggal untuk dewasa dan anak-anak >12 thn : 1
amp (100mg) IM di suntikkan perlahan-lahan. Maksimal 4 amp .
anak- anak :, 1 thn: 1-2 mg/kg.
d. DURALGIN.
1) Untuk analgesik seperti : nyeri setelah op, neuralgia.
2) DOSIS
a) Dws 25-100 mg ,maksimal sehari 300 mg dalam dosis.
b) Bagi, anak ,6 thn: sehari maks 100 mg i.m
c) Dosis bagi anak-anak 6-12 thn : sehari maksimal 20000 mg.
e. BCG
1) Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis
2) Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
3) Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan
4) Waktu Pemberian :
Umur / usia 2 bulan
f. DPT/DT
1) Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis
(batuk rejan) dan Tetanus (kaku rahang).
2) Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus
3) Waktu Pemberian :

15
a) Umur / usia 3 bulan
b) Umur / usia 4 bulan
c) Umur / usia 5 bulan
d) Umur / usia 1 tahun 6 bulan
e) Umur / usia 5 tahun
f) Umur / usia 10 tahun
g. Hepatitis B
1) Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati mematikan
2) Waktu Pemberian :
a) Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya
b) Tergantung situasi dan kondisi I
c) Tergantung situasi dan kondisi II
d) Tergantung situasi dan kondisi II
h. Hepatitis A
1) Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)
2) Penyebab : Virus hepatitis A
3) Waktu Pemberian :
a) Tergantung situasi dan kondisi I
b) Tergantung situasi dan kondisi II

16
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pemberian obat oral melalui mulut memiliki tujuan untuk memberikan efek
baik secara lokal maupun sistemik melalui saluran cerna. Bentuk obat oral
dapat berupa tablet, kapsul, pil, atau serbuk, dengan masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahan tertentu. Perawat perlu memperhatikan beberapa
hal seperti alergi, kemampuan menelan obat, dan efek samping obat dalam
memberikan obat oral kepada pasien.
2. Tablet sublingual dan bukal diberikan dengan meletakkan di bawah lidah atau
di antara pipi dan gusi. Ini merupakan cara yang cepat untuk memberikan
obat dengan menghindari kerusakan oleh saluran cerna. Namun, tidak semua
jenis obat dapat diberikan dengan cara ini, dan pengemasan serta
penyimpanan obat perlu perhatian khusus.
3. Pemberian obat melalui suntikan intrakutan dilakukan di dalam lapisan
dermis kulit. Ini sering digunakan untuk tes sensitivitas dan tes alergi.
Penggunaan rute ini memungkinkan pengamatan langsung terhadap reaksi
yang timbul di kulit.
4. Pemberian obat subkutan dilakukan di bawah kulit pada daerah tertentu
seperti lengan atas, paha, atau abdomen. Ini umumnya digunakan untuk
pemberian insulin dalam pengobatan diabetes, vaksinasi, atau obat-obatan
preoperasi.
5. Pemberian obat intramuskular dilakukan dengan menyuntikkan obat langsung
ke dalam otot. Ini memungkinkan penyerapan obat yang cepat dan cocok
untuk obat yang tidak dapat diberikan melalui rute oral. Perawat perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pemberian obat yang benar, seperti kebenaran
obat, dosis, waktu, cara, dan dokumentasi.

17
B. Saran
Perawat perlu memahami dengan baik cara-cara pemberian obat dan
memperhatikan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam memberikan obat
kepada pasien. Selain itu, penting untuk selalu memperhatikan kondisi pasien dan
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam memberikan obat secara aman
dan efektif.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Apa yang perlu diketahui tentang obat. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. (hlm 7, 135-139).

Anief, Moh. 2004. Penggolongan obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press. (hlm. 3).

Aziz Alimul Hidayat. 2012. Kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika.
(hlm. 275-276)

Hidayat, Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah.2014.Pengantar Kebutuhan Dasar


Manusia Edisi 2 Buku 2.Jakarta : Salemba Medika.

19

Anda mungkin juga menyukai