Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KETERAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN

“KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN MEDIKASI ORAL”

Disusun Oleh : Kelompok 6 Kelas Reg.A 2021

1. Monica Sinta (04021182126007)


2. Rizkya Tri Yunita (04021182126017)
3. Sintia Permatasari (04021182126019)
4. Fitri Artika Sari (04021182126020)
5. Putri Permata Ayu H.P.J (04021182126008)
6. Nyoman Rintan (04021182126009)
7. Arista Ayu Safitri (04021282126033)
8. Nur Athiyyah Salma (04021282126041)

Dosen Pembimbing : Firnaliza Rizona, S.Kep, Ners., M.Kep

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah- Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Konsep dan Prinsip Pemberian
Medikasi Oral”. Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas MK
Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan, di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dengan selesainya laporan ini, tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan banyak bantuan dan bimbingan baik
secara langsung maupun tidak langsung . Di antaranya sebagai berikut:
1. Firnaliza Rizona, S.Kep, Ners., M.Kep sebagai pembimbing makalah ini yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mendidik, membimbing, mengarahkan,
serta memberikan semanat dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan makalah
ini.
2. Rekan-rekan seangkatan yang telah menjadi Anggota kelompok dalam diskusi makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam teknik penulisan maupun isi,
oleh karena itu, kriktik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan. Akhir kata,
semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat baik bagi PSIK FK UNSRI maupun dunia
keperawatan secara luas.

Inderalaya, Maret 2022

Anggota Kelompok 6
Reg 2021 A

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….....i
DAFTAR ISI………………………………………………….................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………….....1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………........2
1.3 Tujuan………………………………………………...…...2
1.4 Manfaat……………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Obat Oral……………………………………....3
2.2 Penggolongan obat………………………………………...3
2.3 Bentuk Obat Oral………………………………………….6
2.4 Faktor yang mempengaruhi pemberian obat……………....8
2.5 Peran perawat dalam pemberian obat………………….....10
2.6 Akibat kesalahan pemberian obat………………………...10
2.7 Prosedur pemberian obat secara oral……………………...11
2.8 Prinsip benar………………………………………………16
2.9 Menghitung dosis obat……………………………………20

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………22
3.2 Saran…………………………………………………..…22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..23

ii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pengertian obat menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan adalah Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (pasal 1). Seiring
dengan perkembangan dunia kesehatan berbagai obat baru telah ditemukan dan
informasi yang berkaitan dengan perkembangan obat tersebut juga semakin banyak.
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan
berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau
farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan
pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit.
Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara benar agar memberikan
manfaat klinik yang optimal. Terlalu banyaknya jenis obat yang tersedia ternyata juga
dapat memberikan masalah tersendiri dalam praktek, terutama menyangkut bagaimana
memilih dan menggunakan obat secara benar dan aman (BADAN POM RI, 2008).
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan
dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah
penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu sebelum
menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar penggunaannya
tepat dan aman. Selain itu harus diperhatikan pula tentang beberapa penggolongan obat,
penggunaan obat, kapan waktu minum obat yang tepat, bagaimana interval
pemberiannya, apa efek samping dari obat yang digunakan, bagaimana menyimpan
obat yang baik, dan bagaimana cara memusnahkan obat yang benar (Depkes, 2007).
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.
Perawat juga harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat, serta
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau jelas/dosis yang diberikan
diluar batas yang direkomendasikan. Adapun prinsip-prinsp pemberian obat yang benar
meliputi : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute,benar
dokumentasi dan benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien. Benar pasien
dapat dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dan harus dilakukan setiap akan

1
memberikan obat. Benar obat memastikan pasien setuju dengan obat yang telah
diresepkan berdasarkan kategori perintah pemberian obat, yaitu : perintah tetap
(standing order), perintah satu kali (single order), perintah PRN (jika perlu), perintah
stat (segera). Benar dosis adalah dosis yang diresepkan pada pasien tertentu. Benar
waktu adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Benar rute disesuaikan
dengan tingkat penyerapan tubuh pada obat yang telah diresepkan dan dokumentasi
yang benar. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien memastikan bahwa
pasien mendapatkan informasi yang benar tentang obat yang dikonsumsinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan obat oral?
2. Apa saja penggolongan obat?
3. Apa saja bentuk obat oral?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian obat?
5. Apa peran perawat dalam pemberian obat?
6. Bagaimana akibat kesalahan pemberian obat?
7. Apa prosedur pemberian obat secara oral?
8. Apa yang dimaksud dengan prinsip benar pemberian obat oral?
9. Bagaimana cara penghitungan dosis obat oral?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari obat oral.
2. Untuk mengetahui penggolongan obat.
3. Untuk mengetahui bentuk obat oral.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian obat oral.
5. Untuk mengetahui peran perawat dalam pemberian obat.
6. Untuk mengetahui akibat jika melakukan kesalahan pada pemberian obat.
7. Untuk mengetahui prosedur pemberian obat secara oral.
8. Untuk mengetahui prinsip 6 benar pada pemberian obat oral.
9. Untuk mengetahui cara menghitung dosis obat oral.
1.4 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu dapat Memberikan informasi mengenai
pemahaman tentang obat oral dan lebih memudahkan kita untuk belajar.

2
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Obat Oral


Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan
cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Obat oral merupakan obat
yang pemakaiannya dengan cara memasukkannya lewat mulut (Atlan 2011). Dengan
demikian obat oral juga dapat dikatakan sebagai obat dalam. Berbagai bentuk obat dapat di
berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu
absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas
air atau cairan yang lain. Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan
menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di
persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di
lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan
obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien di
beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum
obat. Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan
cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien
dapat di beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup
pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.
2.2 Penggolongan Obat
Dalam dunia farmasi obat dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu:
1. Penggolongan obat berdasarkan jenis
a) Obat bebas, yaitu obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
Dokter. Obat ini ter golong obat yang paling aman, dapat dibeli tanpa resep di
apotik Dan bahkan juga dijual di warung-warung. Obat bebas biasanya digunakan
untuk Mengobati dan meringankan gejala penyakit. Tanda khusus untuk obat bebas
adalah Berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh:
rivanol, tablet paracetamol, bedak salicyl, multivitamin, dan lain-lain.
b) Obat bebas terbatas, adalah segolongan obat yang dalam jumlah tertentu aman
Dikonsumsi namun jika terlalu banyak akan menimbulkan efek yang berbahaya.
Obat Ini dulunya digolongkan kedalam daftar obat W. Tidak diperlukan resep
dokter untuk Membeli obat bebas terbatas. Disimbolkan dengan lingkaran biru tepi

3
hitam. Biasanya obat bebas terbatas memiliki peringatan pada kemasannya sebagai
berikut:

P No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan, memakainya ditelan

P No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan

P No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan

P No. 4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar.

P No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan

P No. 6: Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan

c. Wajib apotek, adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker pengelola
apotek tanpa resep dokter. Obat wajib apotek dibuat bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sehingga tercipta budaya
pengobatan sendiri yang tepat, aman, dan rasional. Contoh:

d. Obat keras, adalah obat yang berbahaya sehingga pemakaiannya harus di bawah
pengawasan dokter dan obat hanya dapat diperoleh dari apotek, puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan dan klinik dengan
menggunakan resep dokter. Obat ini memiliki efek yang keras sehingga jika
digunakan sembarangan dapat memperparah penyakit hingga menyebabkan
kematian. Obat keras dulunya disebut sebagai obat daftar G. Obat keras ditandai
dengan lingkaran merah tepi hitam yang ditengahnya terdapat huruf “K” berwarna
hitam. Contoh: antibiotik seperti amoxicylin, obat jantung, obat hipertensi dan lain-
lain.

e. Psikotropika dan narkotika. Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara
alamiah ataupun buatan yang berkhasiat untuk memberikan pengaruh secara
selektif pada sistem syaraf pusat dan menyebabkan perubahan pada aktivitas mental
dan perilaku. Obat golongan psikotropika masih digolongkan obat keras sehingga
disimbolkan dengan lingkaran merah bertuliskan huruf “K” ditengahnya.
Sedangkan narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan perubahan
kesadaran dari mulai penurunan sampai hilangnya kesadaran, mengurangi sampai

4
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
disimbolkan dengan lingkaran merah yang ditengahnya terdapat simbol palang (+).

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat


a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri Atau
mikroba. Contoh: antibiotik.
b. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit. Contoh:
Vaksin, dan serum.
c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, seperti meredakan nyeri. Contoh:
Analgesik.
d. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang kurang.
Contoh: vitamin dan hormon.
e. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif,
Khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit.
Contoh: aqua pro injeksi dan tablet placebo.

3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian


a. Obat-obatan yang dikonsumsi peroral (melalui mulut). Contoh: Tablet antibiotik,
parasetamol
b. Obat luar yaitu obat-obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar. Contoh:
sulfur salep, caladine, dan lain-lain.
c. Obat parentral, obat yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah.
Contoh : Infus
d. Obat suppos, obat yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus. Contoh : obat
wasir
4. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
a. Sistemik: obat atau zat aktif yang masuk ke dalam peredaran darah.
b. Lokal: obat atau zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian
Tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dan lain-
Lain.
5. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
a. Alamiah: obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
Seperti, jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung). Dari hewan:
Plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
5
b. Sintetik: merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi Kimia,
contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan Asam
salisilat.

2.3 Bentuk Obat Oral


Ninda (2019) mengemukakan bentuk obat oral dibagi menjadi 2 yaitu: bentuk obat padat
dan bentuk obat cair
A. Bentuk obat padat
Untuk pemakaian oral ada 4 diantaranya:
1. Tablet
Tablet adalah bahan obat yang dipadatkan tanpa bahan tambahan (murni bahan
obat).

Macam –macam tablet adalah

a. Tablet Kempa
Jenis obat berbentuk tablet yang paling banyak digunakan oleh masyarakat.
Obat berbentuk tablet ini dibuat sesuai dengan bentuk cetakannya dan
memiliki ukuran yang sangat bervariasi. Contoh Vit C
b. Tablet kunyah
Tablet besar yang tidak ditelan tetapi dikunyah. Biasanya, jenis obat tablet
seperti ini memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan dengan obat – obat
yang lainnya. contoh obat antasid.
c. Tablet Hipodermik
Jenis obat tablet hipodermik ini adalah obat tablet yang mudah larut di dalam
air. Proses pelarutannya juga terjadi secara sempurna.
d. Tablet Efervensen
Penggunaan tablet dilarutkan dulu dalam segelas air akan keluar gas CO2
dan tablet akan pecah dan larut. Contoh Calcium D. Redoxon (C.D.R.)
2. Kapsul
Obat jenis kapsul terdiri dari bahan obat yang dibungkus dengan bahan padat, yang
mudah larut. Bahan pembungkus ini sangat berguna agar obat mudah ditelan,
menghindari bau dan rasa yang tidak enak dari obat, serta menghindari kontak
langsung dengan sinar matahari. Obat bentuk kapsul umumnya berbentuk bulat
panjang dengan pangkal dan ujungnya yang tumpul.

6
Macam –macam kapsul :
a. Kapsul gelatin keras, terdiri dasar sebagai wadah obat dan tutupnya. bentuknya
keras, hingga banyak orang yang menyangka kaca yang tidak dapat hancur.
tetapi bila kapsul ini kena air akan mudah lunak dan hancur.
b. Kapsul gelatin lunak, tertutup dari pabrik dan obatnya sudah dari dulu diisi
dipabrik. agar menarik kapsul ini diberi warna-warni.
3. Pil
Pil ini adalah bentuk obat yang berbentuk bundar (bulat) padat kecil yang
mengandung bahan atau zat obat.

4. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral atau dalam atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk
mempunyai luas permukaan yang lebih luas, sehingga lebih mudah larut dan lebih
mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padat lainnya (seperti kapsul, tablet,
pil). Anak-anak dan orang dewasa yang suka mengalami kesusahan menelan obat
bentuk kapsul atau tablet, akan lebih mudah bila menelan obat yang sediaannya
sudah berbentuk serbuk, dan selain itu karena serbuk oral bisa dicampur dengan
air minum atau sediaan cair lainnya untuk membantu menelan obat.
Macam-macam serbuk :
a. Serbuk terbagi (pulveres/divided powder/ chartulae), bentuk serbuk ini
berupa bungkusan serbuk dalam kertas permanen atau dalam kanton-
kantong plastik kecil, tiap bungkus merupakan 1 dosis.
b. Serbuk tak terbagi (pulvis/ bulk powder), serbuk dalam jumlah yang banyak
ditempatkan dalam dos, botol mulut lebar. Sebagai contoh ialah bedak.
c. Serbuk efervesen, serbuk yang berupa granul kecil yang mengandung asam
sitrat dan natrium bikarbonat. Cara penggunaannya dilarutkan dulu dalam
segelas air, terjadi reaksi antara asam dan natrium bikarbonat dengan
mengeluarkan CO2 dan akan menimbulkan rasa seperti limun.

B. Macam bentuk obat cair untuk pemakaian oral ialah:


1. Larutan, merupakan suatu larutan obat, sebagai pelarut adalah air atau ditimbah zat
cair lainnya seperti sedikit gliserin, alkohol dan sebagainya.

7
2. Eliksir adalah suatu larutan alkoholis dan diberi pemanis yang mengandung obat
dan diberi bahan pembahu. sebagai pelarut adalah gliserin, sirup atau larutan
sorbitol.
3. Sirup adalah suatu larutan obat dalam larutan gula yang jenuh biasanya diberi esen.
4. Emulsi adalah suatu campuran 2 zat cair yang tidak mau campur, biasanya minyak
dan air, dimana zat cair yang satu terdispersi dalam zat cair yang lain dengan
bantuan emulgator. Contoh emulsum Olei Iercoris Aselli. Bentuk ini selain oral,
juga da yang untuk topikal (losion) dan injeksi.
5. Suspensi oral adalah suatu campuran obat berupa zat padat terbagi halus yang
terdispersi didalam medium cairan. Biasanya cairan yang dipakai adalah air, dan
harus di gojog dulu sebelum digunakan. Bentuk suspensi oral dapat berupa:
suspensi oral, mixtura, magma dan gel.
jelasnya demikian :
a) suspensi oral adalah sediaan cair yang diberi bahan pembau dan perasa,
mengandung obat padat yang terbagi halus dan tidak larut. Beri tanda gojog
dulu sebelum digunakan. Untuk menjaga stabilnya zat pada terdispersi
diberi bahan pensuspensi misalnya gom,CMC.
b) Mixtura adalah sediaan cair yang mengandung pertikel obat padat yang
terbagi halus. Beri tnda gojog dulu, sebelum digunakan. Mengandung bahan
pensuspensi atau tidak. Karena partikelnya sangat halus mudah terdispersi.
c) Magma adalah sediaan yang mengandung obat padat terbagi halus
terdispersi dalam, cairan, karena zat padatnya banyak maka sangat viskes
maka tidak mengandung bahan pensuspensi. Sebagai contoh : Milk magma.
d) Gel merupakan obat padat yang mempunyai daya menyerap air yang besar
(hidrasi) dan ukuran partikelnya sangat kecil (koloid), sangat viskes dan
tanpa bahan pesuspensi. Sebagai contoh: Koalin gel, Pectin gel sebagai obat
anti diare.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian obat oral

Menurut Harmiady (2014) secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian obat
sebagai berikut:

a. Tingkat pengetahuan perawat

8
Perawat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi cenderung untuk mampu
melaksanakan prinsip benar dalam pemberian obat dengan tepat dibandingkan yang
memiliki pengetahuan yang kurang baik. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan
yang baik akan memiliki adab yang baik dan mengamalkan ilmu tersebut. Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi oleh pasien. Pengetahuan
diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang pengambilan
tindakan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengetahuan
dapat mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan sehingga nantinya akan
memotivasi perawat untuk bersikap dan berperan serta dalam peningkatan kesehatan
pasien dalam hal ini pemberian tindakan pemberian obat dengan tepat.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang telah dicapai oleh perawat dapat digunakan sebagai salah satu
indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga berperan dalam
menurunkan angka kesakitan. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang
dapat membantu menekan/menurunkan tingginya angka kesakitan pada pasien
(Nursalam, 2012). Semakin tinggi tingkat pendidikan perawat maka semakin baik
kemampuan perawat dalam melaksanakan prinsip-prinsip dalam pemberian obat. Hal
ini disebabkan karena ukuran tingkat pendidikan seseorang bisa menjadi tolak ukur
sejauh mana pemahaman perawat terhadap prosedur dan prinsip yang berlaku dalam
lingkup kerjanya.
c. Motivasi Kerja
Motivasi kerja perawat merupakan tingkah laku seseorang yang mendorong kearah
suatu tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan baik secara internal maupun
eksternal dalam melaksanakan perannya. Semakin baik motivasi kerja yang dimiliki
perawat maka cenderung mendorong diri mereka untuk melaksanakan prinsip dan
prosedur yang berkaitan dibandingkan yang memiliki motivasi yang kurang.
Timbulnya motivasi dalam diri seorang perawat dapat disebabkan oleh adanya rasa
tanggung jawab yang timbul dalam diri seorang atau aspek internal perawat. Oleh sebab
itu ketika perawat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pasien maka
tentunya perawat akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan tindakan yang
cepat, tepat dan terarah untuk mengatasi masalah pasien termasuk ketepatan dalam
pemberian obat. Sedangkan aspek internal perawat berasal dari lingkup rumah sakit.
Rumah sakit akan memberikan rangsangan tersebut baik dalam bentuk penghargaan
9
yang diterima, insentif kerja serta pujian. Hal inilah yang bisa menimbulkan suatu
dorongan untuk selalu berbuat yang lebih baik.

Selain faktor-faktor diatas ada beberapa alasan lain yang mempengaruhi Pemberian obat
oral, diantaranya:
1. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut
dapat segera diatasi
2. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
3. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
2.5 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat

Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien
perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat
itu benar diminum bila ada obat yang diberikan kepada pasien, Hal ini harus menjadi
bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling
tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. misalnya, pasien yang
sukar menelan, muntah atau tidak dapt minum obat tertentu pasien ini harus
diperhatikan.

Peran perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum( oral) atau injeksi obat melalui pembuluh Darah
parenteral namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh
perawat. perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika
membutuhkan pengobatan (Cepi Pradana, 2013).

Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar


dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut
serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama
dengan tenaga kesehatan lain (Potter dan Perry, 2005). Perawat dalam memberikan obat
juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat.

10
2.6 Akibat Kesalahan pemberian obat

Medication Error (ME) atau kesalahan pelayanan obat yaitu setiap kejadian yang
dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat
atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan
atau pasien. Medication error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat kepada
pasien mulai dari produksi dalam peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan dan
monitoring pasien, dan di dalam setiap mata rantai itu ada beberapa tindakan yang
mempunyai potensi sebagai sumber kesalahan. Setiap tenaga kesehatan dalam mata rantai
ini dapat memberikan kontribusi terhadap kesalahan ( Cohen, 1999).

Terapi obat yang diberikan kepada pasien memiliki jenis yang berbeda, sehingga
beresiko pada kekeliruan pengobatan, sedangkan jumlah pasien cukup banyak dalam satu
kali perawatan di bangsal dengan jenis obat yang berbeda dari masing – masing pasien.
Perbedaan jenis obat tersebut memiliki resiko kesalahan pengobatan yang menimbulkan
dampak negatif kepada pasien (Kemenkes, 2011). Dampak negatif terkait kesalahan
pemberian obat meliputi berkurangnya keselamatan pasien. Dampak pemberian obat
disebabkan karena kurang sesuainya tindakan yang dilakukan perawat dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku dirumah sakit, sehingga memiliki potensi
peningkatan kejadian terkait kesalahan pengobatan dari tahun ke tahun.

2.7 Prosedur pemberian obat secara oral

1. Persiapan

a. Alat / Bahan

1) Kartu obat, Kardex, atau formula pencatat


2) Baki / tray obat
3) Cangkir obat sekali pakai / gelas pengukur / sendok
4) Segelas air atau sari buah
5) Sedotan untuk minum

b. Pasien

1) Kaji apakah pasien alergi terhadap obat


2) Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat oral

11
3) Apakah pasien mengalami kesulitan dalam menelan, mual atau muntah, inflamasi
usus atau penurunan peristaltik, operasi gastrointestinal terakhir, penurunan atau
tidak terdengar bising usus, dan suksion lambung.
4) Kaji pengetahuan dan kebutuhan pembelajaran tentang pengobatan
5) Kaji tanda-tanda vital pasien

2. Langkah – Langkah Prosedur

a. Cek order pengobatan dan periksa keakuratan serta kelengkapan kartu obat, bentuk,
atau pint-out dengan pesanan tertulis dari dokter, perhatikan nama pasien, nama dan
dosis obat, cara dan waktu pemberian serta expire date. Laporkan setiap
ketidakjelasan pesanan.
b. Verifikasi kembali kemampuan pasien dalam pemberian obat secara oral.
c. Siapkan peralatan atau kumpulkan peralatan yang disebutkan diatas.
d. Cuci tangan
e. Ambil obat yang diperlukan, perhatikan dengan seksama.
f. Hitung dosis secara akurat
g. Recek kembali obat dengan order

Obat Tablet/Kapsul

a. Untuk memberikan tablet atau kapsul dari botol, tuangkan jumlah yang dibutuhkan
kedalam tutup botol dan dipindahkan ke cangkir obat. Jangan sentuh obat dengan
tangan anda. Tablet atau kapsul yang tersisa dapat dituang kembali ke dalam botol.
b. Untuk menyiapkan dosis unit tablet atau kapsul, letakkan kapsul atau tablet yang
telah dikemas ke dalam cangkir obat. Jangan lepaskan pembukusnya.
c. Semua tablet atau kapsul yang akan diberikan pada pasien pada saat yang
bersamaan diletakkan dalam satu cangkir kecuali yang pemberiannya
membutuhkan pengkajian sebelumnya seperti tekanan darah dan frekuensi nadi
d. Jika Pasien mempunyai kesulitan menelan, haluskan tablet sampai didapat bentuk
bubuk. Campur dalam makanan ringan

Obat Cair/Liquid

a. Kocok obat secara perlahan sebelum dituangkan.


b. Tuangkan obat dengan cara buka penutupnya dan letakkan pada posisi terbalik.
c. Pegang botol dengan label di telapak tangan ketika menuangkan.

12
d. Pegang cangkir obat setinggi mata dan isi sampai batas yang dinginkan. Skala harus
sama dengan cairan pada dasar miniskus.
e. Usap bibir botol sebelum menutup botol sehingga obat tidak lengket atau merusak
label.
f. Kembalikan obat kedalam almari atau lemari es.

Oral Narkotika

a. Periksa catatan narkotik untuk mengetahui jumlah obat sebelumnya, keluarkan


jumlah obat yang dibutuhkan, catat informasi yang diperlukan pada formulir dan
tanda tangani formulir.
b. Bandingkan kartu atau formulir obat dengan obat yang sedang disiapkan dan
wadah.
c. Kembalikan wadah stok atau unit dosis obat yang tidak digunakan ke laci dan baca
label untuk ketiga kalinya.
d. Letakkan obat, kartu, formulir atau instruksi pemberian bersamaan di atas troy
e. Jangan tinggalkan obat.

Untuk semua Pengobatan

a. Bawa obat ke pasien sesuai dengan waktu yang tepat.


b. Jaga privasi pasien
c. Indentifikasi pasien dengan cara membandingkan nama pada kartu, formulir, atau
instruksi tertulis dengan nama pada pita identifikasi/ gelang pasien. Minta pasien
untuk menyebutkan namanya.
d. Jelaskan tujuan obat dan aksinya pada pasien.
e. Bantu pasien untuk duduk atau posisi miring.
f. Berikan obat dengan tepat.
1) Bila Tablet
Tawarkan pasien pilihan air atau sari buah dengan obat yang akan diminum. pasien
mungkin berkeinginan untuk memegang obat padat ditangan atau cangkir obat
sebelum meminumnya Beberapa klien ingin memegang obat padat terlebih dahulu
2) Sub lingual
Minta klien untuk menempatkan obat dibawah lidah ( lihat gambar dibawah ini )
dan biarkan larut sempurna. Ingatkan klien untuk tidak menelan tablet.

13
3) Bukal
Minta klien menempatkan obat di membrane mukosa pipi sampai larut sempurna.
Hindari pemberian cairan sampai obat larut sempurna
4) Bubuk
Campur dengan cairan disisi tempat tidur dan berikan kepada klien untuk diminum.

g. Jika pasien tidak mampu memegang obat, letakkan dengan perlahan obat di bibirnya
dan dengan perlahan masukkan kedalam mulutnya.
h. Jika tablet atau kapsul jatuh kelantai, buang dan ulangi persiapan dari awal
i. Tetap bersama pasien sampai ia telah selesai menelan setiap obat yang didapatnya. Jika
merasa tidak pasti apakah obat telah ditelan, minta pasien untuk membuka mulutnya.
j. Cuci tangan .
k. Catat setiap obat yang telah diberikan pada catatan obat.
l. Kembalikan kartu formulir atau intruksi tertulis pemberian berikutnya.
m. Buang peralatan yang telah digunakan, isi ulang stok (mis., cangkir dan sedotan), dan
bersihkan tempat kerja.
n. Kembali dalam 30 menit untuk mengevaluasi respons pasien terhadap obat.

Pemberian Obat Oral pada Bayi/Anak

a. Pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak-
anak. (mangkuk plastic sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastic tanpa jarum,
atau spuit tuberkulin).
b. Cairkan obat oral dengan sedikit air, Agar mudah ditelan. Jika menggunakan air
yang banyak, anak mungkin akan menolak untuk meminum seluruh obat yang
diberikan dan meminum hanya sebagian. c. Gerus obat yang berbentuk padat/tablet
dan campurkan dengna zat lain yang dapat mengubah rasa pahit, misalnya madu,
pemanis buatan.
c. Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan, untuk mencegah
aspirasi
d. Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi, Posisi ini
mencegah gagging (reflex muntah) dan mengeluarkan kembali obat yang diberikan.

14
e. Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagiamana
memberiakn obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
f. Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah
berikut.
1) Letakan anak di atas pangkuan anda dengan tangan kanan di belakang tubuh
anda.
2) Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
3) Amankan kepala anak dengan lengan kiri dan tubuh Anda
g. Setelah obat diminum, ikuti dengna memberikan minum air atau minuman lain
yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa.
h. Lakukan higinene oral setelah anak-anak minum obat disertai pemanis
i. Pemanis yang tersisa di mulut dapat menyebabkan anak berisiko tinggi mengalami
karies dentis.

Pertimbangan Umum

1. Jika pasien mulai batuk saat pemberian obat, hentikan dengan segera. Aspirasi
obat atau cairan dapat terjadi dengan mudah.
2. Pasien mungkin membutuhkan intruksi yang lengkap tentang bagaimana minum
obat yang diresepkannya dengan tepat, meliputi tujuan, dosis dan kapan obat itu
harus diminum ( sebelum atau sesudah makan)
3. Pada pasien lansia, libatkan keluarga saat memberikan penyuluhan.
4. Libatkan anggota keluarga dalam penyuluhan untuk berjaga-jaga jika pasien
menjadi terlalu sakit untuk memberikan obat sendiri.
5. Anak –anak tidak mampu menelan atau mengunyah obat harus diberikan hanya
preparat cair. Umumnya aman-aman saja untuk memberikan bentuk obat padat
pada anak berusia 5 tahun atau lebih
6. Obat oral paling mudah diberikan pada bayi dengan sendok, cangkir plastik atau
penetes, atau spuit plastik kecil.

2.8 Prinsip Pemberian Obat Kepada Pasien


Perawat bertanggungjawab terhadap keamanan pasien dalam pemberian terapi, oleh
Karena itu dalam memberikan obat, seorang perawat harus melakukan tujuh hal yang benar

15
yaitu klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang
benar, Dan dokumentasi yang benar serta informasi yang benar.

1. Benar Pasien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien dan meminta
Klien menyebutkan namanya sendiri. Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus
Diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung
Kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon Non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak
sanggup Mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari
cara Identifikasiyang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu Diidentifikasi dari gelang identitasnya.Jadi terkait dengan klien yang
benar, memiliki implikasi Keperawatan diantaranya mencakup memastikan klien
dengan memeriksa gelang identifikasi Dan membedakan dua klien dengan nama yang
sama.
2. Obat yang Benar
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang
Kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu
hubungi Apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Untuk
menghindari Kesalahan, sebelum memberi obat kepada pasien, label obat harus dibaca
tiga kali : (1) pada Saat melihat botol atau kemasan obat, (2) sebelum menuang/
mengisap obat dan (3) setelah Menuang/mengisap obat. Jika labelnya tidak terbaca,
isinya tidak boleh dipakai dan harus Dikembalikan ke bagian farmasi. Perawat harus
ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai Nama yang bunyinya hampir sama dan
ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin, Quinidin dan quinine, Demerol dan
dikumarol, dst. Bagaimana implikasi keperawatannya? Dapatkah saudara
menyebutkannya? Benar, implikasi keperawatannya adalah pertama, Periksa apakah
perintah pengobatan lengkap dan sah. Jika perintah tidak lengkap atau tidak Sah,
beritahu perawat atau dokter yang bertangung jawab. Kedua, ketahui alasan mengapa
Pasien mendapat terapi tersebut dan terakhir lihat label minimal 3 kali.

3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
Berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker, sebelum dilanjutkan

16
ke Pasien.Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar
pengetahuan Mengenai rasio dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung
kembali dan diperiksa Oleh perawat lain. Jika pasien meragukan dosisnya perawat
harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul Atau tabletnya. Jadi Perawat harus tetap hati-hati dan teliti!
Implikasi dalam keperawatan adalah perawat Harus menghitung dosis dengan benar.

4. Rute yang benar

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
Pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
Diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
Diberikan melalui oral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

a) Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
Ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Beberapa jenis obat dapat
mengakibatkan iritasi Lambung dan menyebabkan muntah (misalnya garam besi
dan salisilat). Untuk mencegah hal Ini, obat dipersiapkan dalam bentuk kapsul yang
diharapkan tetap utuh dalam suasana asam Di lambung, tetapi menjadi hancur pada
suasana netral atau basa di usus. Dalam Memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul
tidak boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah Dan pasien diberitahu untuk tidak
minum antasida atau susu sekurang-kurangnya satu jam Setelah minum obat.
b) Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus,
jadi Parenteral berarti diluar usus atau tidak melalui saluran cerna. Obat dapat
diberikan melalui Intracutan, subcutan, intramusculer dan intravena. Perawat harus
memberikan perhatian khusus pada anak-anak yang akan mendapat terapi injeksi
dikarenakan adanya Rasa takut.
c) Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion,
Krim, spray, tetes mata.
d) Rektal

17
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
Mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek
lokal seperti Konstipasi (dulcolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak
sadar/kejang (stesolid Supp). Pemberian obat melalui rektal memiliki efek yang
lebih cepat dibandingkan Pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam Bentuk supositoria.

e) Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk Absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat
secara lokal Pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek
untuk asma, atau Dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5. Benar Waktu

Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis Obat
harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d
(tiga kali sehari), q.i.d (empat kali sehari), atau q6h (setiap 6 jam), sehingga kadar obat
dalam Plasma dapat dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½) yang
panjang, maka Obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek
diberikan beberapa kali Sehari pada selang waktu yang tertentu. Beberapa obat
diberikan sebelum makan dan yang Lainnya diberikan pada saat makan atau bersama
makanan (Kee and Hayes, 1996). Jika obat Harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberikan Satu jam sebelum makan. Ingat
dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan Bersama susu/produk susu
karena kandungan kalsium dalam susu/produk susu dapat Membentuk senyawa
kompleks dengan molekul obat sebelum obat tersebut diserap. Ada Obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada Lambung
misalnya asam mefenamat.

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena
Berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.

a. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

18
b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua
Kali sehari, tiga kali sehari, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat
Dalam plasma tubuh dapat diperkirakan
c. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai
Waktu paruh panjang diberikan sekali sehari dan untuk obat yang memiliki waktu
Paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu
d. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau
Bersama makanan
e. Memberikanobat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa
Lambung sehingga diberikan bersama-sama dengan makanan
f. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan
Untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan
kontraindikasi Pemeriksaan obat

6. Benar Dokumentasi

Suatu informasi yang tertulis, dokumentasi keperawatan merupakan media Komunikasi


yang efektif antar profesi dalam suatu tim pelayanan kesehatan pasien. Disamping itu
dokumentasi keperawatan bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien Sebagai
indikator kualitas pelayanan kesehatan, sumber data untuk penelitian bagi
Pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
Pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan. Dokumentasi merupakan suatu metode untuk
mengkomunikasikan suatu informasi yang berhubungan dengan manajemen
pemeliharaan kesehatan, termasuk pemberian obat-obatan. Dokumentasi merupakan
tulisan dan pencatatan suatu kegiatan/aktivitas tertentu secara sah/legal.
Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan penulisan dan pencatatan yang
dilakukan oleh perawat tentang informasi kesehatan klien termasuk data pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Carpenito, 1998)
Dalam hal terapi,setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu
dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

7. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien

19
Pasien harus mendapatkan informasi yang benar tentang obat yang akan diberikan
Sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam pemberian obat. Perawat mempunyai
Tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan
Masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara
umum, Penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang
menyeluruh, Hasil yang diharapkan setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi
yang merugikan dari Obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan,
perubahan-perubahan yang Diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama
sakit, dsb.

2.9 Cara Menghitung Dosis Obat

Obat-obat untuk pemberian secara oral oleh perusahaan farmasi dalam bentuk padat (tablet,
kapsul) dan cair. Bila dosis yang dipesan oleh dokter berbeda dari sediaan obat, perawat
perlu menghitung jumlah/dosis yang akan diberikan. Untuk menghitung dosis obat oral
dipakai rumus sebagai berikut:

Permintaan P
x Sediaan = Jumlah Atau s =J
Milik M

Keterangan:

P = Permintaan adalah pesanaan dokter

M = Milik adalah kekuatan obat

S = Sediaan adalah bentuk sediaan obat

J = Jumlah adalah berapa banyak dari persediaan yang diberikan

1. Obat padat oral


Penerapan Kaidah Untuk Obat Padat Oral

𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛
Aturan 𝑥 𝑆𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
𝑀𝑖𝑙𝑖𝑘

Menghilangkan Desimal

20
P
Bila pembilang dan penyebut dalam adalah desimal, tambahkan angka nol untuk
M
meyamakan jumlah angka desimal kemudiaan hilangkan koma desimal, ini adalah operasi
ilmu hitung untuk mengganti cara pembagian cara yang panjang.

Jenis Khusus Pesanan Obat Padat Oral


Obat-obat yang berisi sejumlah bahan aktif dipesan menurut jumlah yang akan dberikan
dan tidak memerlukan perhitungan. Obat-obat ini termasuk preparat obat bebas (OTC) dan
multivitamin.
Contoh: Multivitamin tab i po qd
Gelusin tabs i po q4h prn
Dokter kadang-kadang menentukan ukuran berat obat-obat tersebut dan jumlah tablet yang
akan diberikan. Pesanan ini tidak memerlukan perhitungan.
2. Obat Cair Oral
Penerapan Kaidah Untuk Obat Cair Oral
𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛
Aturan 𝑥 𝑆𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
𝑀𝑖𝑙𝑖𝑘

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia. Obat oral merupakan obat yang pemakaiannya dengan cara
memasukkannya lewat mulut. Dengan demikian obat oral juga dapat dikatakan sebagai
obat dalam. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet,
sirup, kapsul, pil dan serbuk.

Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Peran perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat tidak
sekedar memberikan pil untuk diminum( oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
parenteral namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
Dengan begitu kesalahan pelayanan obat yaitu setiap kejadian yang dapat dihindari yang
menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan
pasien pemberian obat sendiri itu berada dalam pengawasan tenaga kesehatan. Perawat
bertanggung jawab terhadap keamanan pasien dalam pemberian terapi, adapun prinsip-
prinsp pemberian obat yang benar meliputi: benar pasien, benar obat, benar dosis, benar
waktu, benar rute, benar dokumentasi dan benar pendidikan kesehatan perihal medikasi
klien.

3.2 Saran
1. Bagi para tenaga kesehatan
Diharapkan untuk melakukan cara pemberian obat melalui oral bisa di lakukan dengan
baik dan benar.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Disarankan untuk melakukan penelitian interaksi obat secara signifikan dengan
memperhatikan waktu pemberian obat

22
DAFTAR PUSTAKA

A. Anna, (2008) “Peran Perawat Dalam Pemberian Obat” 1-(12)

BPOM. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesi. Jakarta.

Depkes RI. 2007. Kompendia Obat Bebas. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.
Jakarta.

Ismainar, H. (2015). Keselamatan pasien di rumah sakit. Deepublish.

Lestari, S. (2016). Farmakologi dalam Keperawatan. Modul Bahan Cetak Ajar


Keperawatan.

Nila Putriana, Sofiana Nurchayati, Sri Utami (2015). HUBUNGAN MOTIVASI


PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN PEMBERIAN
OBAT ORAL. https://www.neliti.com/publications/187282/hubungan-
motivasi-perawat-dengan-kepatuhan-pelaksanaan-pemberian-obat-oral

Ninda (2019). ”Pemberian Obat Oral”


https://www.academia.edu/39115581/Pemberian_obat_oral. Diakses pada 12
Maret 2022
Nuryati, S.Far., MPH.(2017).Farmakologi.Diakses pada 12 Maret 2022

Siti Lestari.2016.Farmakologi dalam keperawatan.Diakses Pada 12 Maret 2022.

Sudibyo Supardi, Rini Sasanti Handayani, M.J.Herman, dll. 2012. Kajian Peraturan
Perundangan-Undangan Tentang pemberian informasi obat dan obat tradisional
di Indonesia. Diakses pada 12 Maret 2022.

Harmiady, R. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Prinsip


Enam Benar dalam pemberian Obat oleh Perawat Pelaksana di Ruang Interna
dan Bedah Rumah Sakit Haji Makassar. Makasar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis 5 (4), ISSN: 2302-1721.

23
Nursalam, (2012). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jilid I. Jakarta:
Salemba Medika.

Atlan, (2011). Cara Pemberian Obat Per- Oral. Cara Pemberian Obat Per-Oral | art
(wordpress.com) . Diakses Pada 15 Maret 2022

24

Anda mungkin juga menyukai