Anda di halaman 1dari 22

PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN REPUBLIK INDONESIA

Disusun oleh kelompok 8 :

1. Ketut Devi Fitriani (21089014008)

2. Kadek Rany Melyanti Insani (21089014011)

3. Kadek Sutrawan (21089014028)

4. Putu Safira Mahada Yustisia (21089014049)

5. Putu Ariska Sugiantari (21089014066)

6. Dewa Putu Sailindra Wirayudha (21089014067)

7. Gusti Ngurah Tri Okta Arya Putra (21089014085)

8. Kadek Pangeran Shindu Bayu Suta (21089014089)

9. Putu Vendy Ananda Putra Amerta (21089014090)

10. Komang Aprilio Kusuma Celagi (21089014091)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi mata
kuliah Ilmu dasar Keperawatan ,Penulisan ini dapat dimaksudkan untuk memenuhi tugas
presentasi yang sudah di berikan kepada kami.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang mendorong terbentuknya makalah ini. Ucapan terimakasih kepada : Ns, Made Yos
Kresnayana, S.kep.,M.kep sebagai pengajar dalam mata kuliah ini.

Dengan menyelesaikan tugas ini, tidak jarang penulis menemui kesulitan. Namun sudah
berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, yang dimana sifatnya
membangun untuk jadikan bahan masukan guna penulisan yang akan datang sehingga menjadi
lebih baik lagi. Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya.

Singaraja, 24 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penggolongan Obat – Obat Berdasarkan Undang – Undang.........................................2
2.2 Penggolongan Obat Tradisional.....................................................................................5
2.3 Konsep Farmakodinamik...............................................................................................8
2.4 Teori Reseptor Kerja Obat Tanpa Perantara Reseptor.................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................18
3.2 Saran............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasaini, perkembanganilmufarmasisudahsemakinmaju. Banyak
sekalimacammacamjenissediaanfarmasi yang dikembangkan. Segalamacampenggolonganobat
pun sudahsemakindiperbaharuidenganadanyaperaturandariKementrian Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2000 yang menggantipenggolonganjenisobatmenjadi5 golongansaja.
BidangFarmasi juga terusmenggembangkanilmudalammenemukanjenis dan khasiatobatobatan.
Karena masyakarakatkitasemakinmembutuhkansegalajenisobatdengankerja yang sesuai di
tubuhnya. Kebutuhanobat di kalanganmasyarakatsangatlahpenting dan
mutlakuntukmenunjangkesehatanmereka.
Pelayananasuhankeperawatan pun
kinisemakinbaikkarenamenunjangkepentingankesehatanmasyarakatdenganberkerjasamadenganfa
rmasi. Para mahasiswa pun
kinidintuntutuntukmampumembedakansegalamacamjenissediaanfarmasi dan juga
mampumenggolongkansegalajenisobatberdasarkanbeberapaaturannya. Mahasiswa juga
dituntutuntukmampumembuatbeberapasediaanfarmasibaiksterilmaupun non
steriluntukmenunjangperkerjaan di masa depankelak. Mahasiswa juga
harusmampubertindakdengantanggapdalammembuatsediaanobat, karena para
mahasiswadiharapkanmenjadiseorangfarmasisatauapoteker yang tanggap, cepat, dan
mampumenolongmasyarakat yang membutuhkanobatuntukkesehatannya.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana penggolongan obat berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia
?
2. Bagaimana penggolongan obat-obatan Tradisional?
3. Bagaimana konsep farmakodinamika?
4. Bagaimana teori reseptor kerja obat tanpa perantara reseptor?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana penggolongan obat berdasarkan peraturan perundang-
undangan di Indonesia ?
2. Untuk mengetahui bagaimana penggolongan obat-obatan Tradisional?
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep farmakodinamika?
4. Untuk mengetahui bagaimana teori reseptor kerja obat tanpa perantara reseptor?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Penggolongan Obat – Obat Berdasarkan Undang – Undang


Penggolongan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/IV/2000. Penggolongan obat berdasarkan jenis dan penandaan terdiri dari:
obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

1. Obat bebas

Obat yang boleh dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter. Zat aktif yang
terkandung didalamnya cenderung relative aman dan memiliki efek samping yang
rendah. Obat ini disimbolkan dengan lingkaran berwarna hijau bergaris tepi hitam yang
terdapat pada kemasan.

2. Obat bebas terbatas

Obat yang boleh dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter, namun mempunyai
peringatan khusus saat menggunakannya. Obat golongan ini merupakan obat yang
sebenarnya masuk ke dalam kategori obat keras namun dalam jumlah tertentu masih
dapat dijual di apotek dan dapat diperoleh tanpa resep dari dokter. Obat ini disimbolkan
dengan lingkaran biru bergaris tepi hitam.

3. Obat keras

Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter. Obat – obat yang masuk dalam
kategori ini jika digunakan tidak berdasarkan pengawasan dari dokter di khawatirkan
dapat memperparah penyakit, mercuni tubuh, bahkan berujung pada kematian. Obat
golongan ini disimbolkan dengan lingkaran merah bergaris tepi hitam dan terdapat huruf
“K”didalamnya. Obat Keras disertai dengan informasi perhatian bagi penggunanya; sbb:

 P.No.1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.

2
 P.No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
 P.No.3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan.
 P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
 P.No.5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
 P No.6: Awas! Obat Keras Obat Wasir, jangan ditelan.

4. Obat psikotropika dan narkotika

Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter dan dapat menyebabkan
ketergantungan. Golongan I tidak untuk pengobatan.  Obat golongan ini disimbolkan
dengan lingkaran putih bergaris tepi merah dan terdapat simbol palang berwarna merah di
dalamnya.

Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang
susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya
halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan
dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi
para pemakainya.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi
mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh
tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat,
alusinasi/timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi
pemakainya.

3
Setiap obat yang beredar selalu memiliki informasi tentang obat yang menyertainya pada
kemasan obat dan brosur  atau  leaflet. Informasi tersebut harus diperhatikan pada obat
adalah : Nama Obat dan Zat Aktif yang terkandung, Logo atau Simbol Golongan Obat,
Nomor Izin Edar (NIE) atau Nomor Registrasi, Waktu Kadaluarsa (Expire Date),
Kemasan Obat, Indikasi, Efek Samping, serta Nama dan Alamat Industri Farmasi.

 Nama obat dan zat aktif; menjelaskan tentang nama obat serta zat aktif yang
terkandung.
 Logo Obat; terdapat pada kemasan obat, simbol atau logo berupa tanda lingkaran
sebagai identitas golongan obat, yaitu obat Bebas, Obat Bebas Terbatas dan Obat Keras.
 Nomor Izin Edar atau Nomor Registrasi; adalah menjelaskan obat telah terdaftar di
Badan POM sehingga ada jaminan bahwa obat aman, berkhasiat dan bermutu.
 Waktu Kadaluarsa; menjelaskan batas waktu jaminan produsen terhadap kualitas
produk. Bila penggunaan telah melewati batas Waktu Kadaluarsa (Expire Date),
produsen tidak menjamin kualitas produk tersebut.
 Kemasan Obat; kemasan harus diperhatikan dalam kondisi baik seperti segel tidak
rusak, warna dan tulisan pada kemasan tidak luntur.
 Nama dan Alamat industri Farmasi; menjelaskan pembuat obat (industri farmasi).
 Indikasi; menjelaskan tentang peruntukkan obat, adalah khasiat atau kegunaan dari
suatu obat. Pastikan indikasi obat yang tercantum pada kemasan sesuai dengan gejala
penyakit yang dialami.
 Efek Samping; menjelaskan tentang efek yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi
setelah minum obat, pada takaran lazim misalnya dapat menyebabkan kantuk, mual,
gangguan dalam saluran cerna.

4
Selanjutnya, penting juga untuk memperhatikan Tanda Registrasi Obat atau NIE (Nomor
Izin Edar) Obat yang dikelola oleh Badan POM (Pengawasan Obat Makanan, dan
Minuman); sbb :

Nomor Izin Edar (NIE) atau Nomor Registrasi :


Untuk memastikan obat telah terdaftar di Badan POM sehingga obat dijamin aman,
berkhasiat dan bermutu. NIE obat terdiri dari 15 digit, contoh :

DKL1234567891A1

Digit Pertama
D = Nama Dagang G = Generik

Digit Kedua
B = Obat Bebas
T = Obat Bebas Terbatas
K = Obat Keras
P = Psikotropika
N = Narkotika

Digit ketiga
L = Lokal
I = Impor

Digit 4 dan 5 adalah tahun registrasi.


Digit 6, 7 8, dst adalah nomor identitas produk
yang diproduksi oleh setiap Industri Farmasi.

2.2 Penggolongan Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan  sarian  (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang

5
secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.

Jamu termasuk Obat Tradisional yang dibuat dari bahan atau ramuan dari tumbuhan, hewan
atau mineral dan sediaan sarian atau campurannya yang secara turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat. Sediaan 
galenik  adalah  hasil  ekstraksi  simplisia  yang  berasal  dari  tumbuh-tumbuhan  atau 
hewan.

Obat Tradisional dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan jenisnya; dan masing masing
golongan diberi tanda dengan simbol yang dicantumkan dalam kemasan; yaitu sbb :

A.Jamu
Diberi tanda simbol gambar pohon berwarna hijau. Jamu adalah obat tradisional berbahan
dasar herbal atau tanaman tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam
bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional.

Jamu telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin
ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan
kesehatan tertentu. Manfaat Jamu adalah untuk memelihara kesehatan, contoh kunyit asam,
jahe manis; menambah nafsu makan, contoh temulawak, beras kencur.

6
B. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine) :
Diberi tanda dengan simbol Tiga Bintang. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan
alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan
bahanbakunyatelahdistandarisasi.

Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian
bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Selain proses
produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan
pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional
yang higienis,

danujitoksisitasakutmaupunkronis.

C. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine).


Diberi tanda dengan simbol seperti bunga es atau Salju Berwarna Hijau. Fitofarmaka adalah
sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan  uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan
bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih
meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan
kesehatan.
Untuk menghindari hal hal yang tidak diharapkan bahwa informasi Obat Tradisional harus
diperhatikan biasanya berbentuk tulisan yang berisi keterangan mengenai obat tersebut; dan
sekurang-kurangnya harus berisi 

A. Nama Produk.
B. Nama dan alamat produsen/importir.
C. Nomor pendaftaran/nomor izin edar.

7
D. Nomor Bets/kode produksi.
E. Tanggal Kedaluwarsa.
F. Netto.
G. Komposisi.
H. Peringatan/Perhatian.
I. Cara Penyimpanan.
J. Kegunaan dan cara penggunaan dalam Bahasa Indonesia.

Pencegahan untuk menghindari bahaya penggunaan Obat Tradisional :

 Gunakan obat tradisional yang sudah memiliki nomor izin edar BPOM.
 Jangan gunakan obat tradisional bersama dengan obat kimia (resep dokter).
 Jika meminum obat tradisional menimbulkan efek yang cepat, patut dicurigai ada
penambahan bahan kimia obat yang memang dilarang penggunaanya dalam obat
tradisional.
 Selalu periksa tanggal Kedaluwarsa.
 Kunjungi website Badan POM (www.pom.go.id) untuk mengetahui obat tradisional yang
mengandung bahan kimia obat pada bagian “public warning”.
 Perhatikan informasi “Peringatan/Perhatian”. Jangan konsumsi obat tradisional jika ada
efek samping yang rentan dengan kondisi kesehatan anda.
 Baca aturan pakai sebelum mengkonsumsi jamu.

2.3 Konsep Farmakodinamik

Farmakodinamik adalah bagian dari ilmu Farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi
dan fisiologi, serta mekanisme kerja obat. Tujuan mempelajari Farmakodinamik adalah
untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui
urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi.Pengetahuan yang baik
mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis (pembuatan)
obat baru.

Farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan di dalam
tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja

8
obat-obatan itu di dalam tubuh manusia. Farmakodinamik juga sering disebut dengan aksi
atau efek obat. Efek obat merupakan reaksi fisiologis atau biokimia tubuh karena obat,
misalnya suhu turun, tekanan darah turun, kadar gula darah turun. Kerja obat, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, dapat dibagi menjadi onset (mulai kerja), merupakan waktu
yang diperlukan oleh tubuh untuk menimbulkan efek terapi atau efek penyembuhan atau
waktu yang diperlukan obat untuk mencapai maksimum terapi; Peak (puncak); duration
(lama kerja), merupakan lamanya obat menimbulkan efek terapi; dan waktu paruh.

Mekanisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan hormon. Fase farmakodinamik
sendiri yang dipelajari adalah efek obat dalam tubuh atau mempelajari pengaruh obat
terhadap fisiologis tubuh.Kebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui salah satu dari proses
interaksi obat dengan reseptor, interaksi obat dengan enzim, dan kerja obat non spesifik.

Interaksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat berinteraksi dengan bagian dari
sel,ribosom, atau tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor. Reseptor sendiri bisa
berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat, atau lemak. Semakin banyak reseptor
yang diduduki atau bereaksi, maka efek dari obat tersebut akan meningkat.

Interaksi obat dengan enzim dapat terjadi jika obat atau zat kimia berinteraksi dengan enzim
pada tubuh. Obat ini bekerja dengan cara mengikat (membatasi produksi) atau
memperbanyak produksi dari enzim itu sendiri. Contohnya obat kolinergik.Obat kolinergik
bekerja dengan cara mengikat enzim asetilkolinesterase. Enzim ini sendiri bekerja dengan
cara mendegradasi asetilkolin menjadi asetil dan kolin. Jadi ketika asetilkolinesterase
dihambat, maka asetilkolin tidak akan dipecah menjadi asetil dan kolin.

Maksud dari kerja non-spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan cara mengikat reseptor.
Contoh dari obat-obatan ini adalah Na-bikarbonat yang mengubah pH cairan tubuh, alcohol
yang mendenaturasi protein, dan norit yang mengikat toksin, zat racun, atau bakteri.

Obat yang berikatan dengan reseptor disebut agonis. Kalau ada obat yang tidak sepenuhnya
mengikat reseptor dinamakan dengan agonis parsial, karena yang diikat hanya sebagian
(parsial).

9
Selain menimbulkan efek farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu senyawa kimia juga
dapat tidak menimbulkan efek farmakologis. Zat tersebut diberi namaantagonis. Jika
nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara bersamaan dan obat antagonis memiliki
ikatan yang kebih kuat, maka dapat menghalangi efek agonis. Antagonis sendiri ada yang
kompetitif dan antagonis non-kompetitif. Disebut antagonis kompetitif ketika obat itu
berikatan di tempat yang sama dengan obat agonis.

1. Efek Obat

Efek ialah perubahan fungsi struktur atau proses sebagai akibat kerja obat.

KERJA EFEK (RESPON)


Sehubungan dengan obat, dikenal 2 macam efek, yaitu efek normal dan efek abnormal.
Efek normal ialah efek yang timbul pada sebagian besar (kebanyakan individu); dan
efek abnormal ialah efek yang timbul pada sebagian kecil individu atau kelompok
individu tertentu. Kedua macam efek tersebut dapat terjadi pada dosis lazim yang
dipergunakan dalam terapi.

a. Efek Normal
Obat dalam dosis terapi dapat menimbulkan lebih dari satu macam efek yang
dibedakan menjadi:

1) Efek utama (primer) ialah efek yang sesuai dengan tujuan pengobatan, misal:
morfin untuk menghilangkan rasa sakit, eter untuk menginduksi anestesi

2) Efek samping ialah efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan. Efek ini
dapat menguntungkan atau merugikan tergantung pada kondisi dan situasi pasien,
misalnya Antihistamin (difendramin) untuk melawan kerja histamin.Antihistamin
menimbulkan rasa kantuk. Apakah efek ini menguntungkankah? Jawabannya dapat
menguntungkan bagi pasien yang membutuhkan istirahat, tetapi mungkin dapat
juga merugikan bagi pelaku pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan seperti
pengemudi kendaraan bermotor.

10
3) Efek utama dapat menimbulkan efek sekunder, yaitu efek yang tidak diinginkan
dan merupakan reaksi organisme (tubuh) terhadap efek primer obat. Misalnya:
tetrasiklin peroral dapat menimbulkan diare. Hal ini terjadi karena Tetrasiklin
adalah antibiotik spektrum luas, dalam saluran cerna membunuh flora normal usus
yang membantu fungsi normal pencernaan. Flora normal usus terbunuh maka
fungsi normal saluran cerna terganggu sehingga terjadi diare.

b. Efek Abnormal

Efek abnormal dapat berupa toleransi atau intoleransi.

1) Toleransi ialah peristiwa yang terjadi jika dibutuhkan dosis yang lebih tinggi
untuk menimbulkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh dosis terapi
normal. Toleransi obat dibedakan menjadi toleransi semu, toleransi sejati,
toleransi alami.
 Toleransi semu timbul akibat obat diberikan dengan cara tertentu,
misalnya: seorang individu toleran terhadap obat (racun) jika diberikan
secara peroral, tetapi tidak toleran jika racun diberikan dengan cara lain
misal disuntikkan.
 Toleransi sejati timbul jika diberikan secara oral maupun parenteral, dapat
disebabkan perubahan disposisi obat yang berakibat berkurangnya
intensitas dan lamanya kontak kontak antara obat-jaringan sasaran
(reseptor) atau perubahan sifat dan fungsi sasaran sedemikian sehingga
jaringan kurang peka terhadap obat. Toleransi sejati meliputi toleransi
alami dan toleransi yang diperoleh.
 Toleransi alami ialah toleransi yang terlihat pada berbagai spesies hewan
dan juga pada berbagai suku bangsa meliputi toleransi spesies dan
toleransi rasial.
2) Intoleransi. intoleransi adalah suatu penyimpangan respon terhadap dosis
tertentu obat, dibedakan menjadi intoleransi kuantitatif dan kualitatif.
 Intoleransi kuantitatif. beberapa individu yang hiperresponsif terhadap
obat dapat merespon dosis obat yang lebih rendah dari dosis terapi

11
 Intoleransi kualitatif. gejala dan tanda yang tampak sama sekali berbeda
dari gejala yang timbul setelah pemberian obat dosis toksik, meliputi
idiosinkrasi, anafilaksis, alergi idiosinkrasi merupakan efek abnormal
danterjadi secara individu, familial atau rasial. Contoh:primakuin
umumnya aman dikonsumsi, tetapi dapat menyebabkan hemodialisis pada
sekelompok orang kulit berwarna, sekelompok orang yunani dan
mediterania karena mereka mengalami kekurangan enzim glukosa-6-fosfat
dehidrogenase.Anafilaksis adalah reaksi alergi yang terjadi dalam waktu
singkat setelah pemberian obat, dapat menimbulkan syok yang disebut
syok anafilaksis yang dapat berakibat fatal.Alergi, adalah respon abnormal
dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang memiliki alergi memiliki
sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat yang biasanya
tidak berbahaya di lingkungan. Pemberian obat berikutnya akan terjadi
reaksi antara obat (antigen) dengan zat antibody yang akan melepaskan
histamin yang dapat menimbulkan gangguan pada kulit (gatal-gatal) dan
asma bronkhial, reaksi berlangsung lambat, contoh obat penisilin.

2. Resep Obat

Membicarakan obat tentunya tidak lepas dari resep. berikut akan dibahas secara singkat
mengenai resep. Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk membuat dan menyerahkan obat kepada pasien. Mereka
yang berhak menulis resep adalah:

a. Dokter
b. Dokter gigi, terbatas pd pengobatan gigi & mulut.
c. Dokter hewan, terbatas pengobatan hewan.
 Kelengkapan suatu resep. Dalam resep harus memuat:

1) Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.

2) Tanggal penulisan resep (inscriptio)

12
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
komposisi obat (invocatio)

4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)

5) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dgn UU yg berlaku
(subscriptio)

6) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.

7) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yg mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maksimal.

 Aturan pelayanan resep di apotek adalah sebagai berikut.

1) Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.

2) Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek.

3) Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.

4) Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep
dengan obat paten.

5) Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker
dapat mengganti obat paten dengan obat generik atas persetujuan pasien.

 Tujuan penulisan resep adalah sebagai berikut.

1) Memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi.

2) Meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat.

3) Untuk cross-check.

13
4) Apotek buka lebih lama dari praktek dokter.

5) Tidak semua obat dapat diserahkan langsung kepada pasien.

6) Pemberian obat lebih rasional.

7) Pelayanan berorientasi kepada pasien bukan kepada obat.

8) Sebagai medical record yang dapat dipertanggungjawabkan.

 Kode etik penulisan resep adalah sebagai berikut. Resep menyangkut kerahasiaan
jabatan kedokteran dan kefarmasian, karena itu resep hanya boleh diperlihatkan
kepada:

1) dokter yang bersangkutan,

2) pasien dan keluarga pasien,

3) tenaga medis yang merawat,

4) apoteker dan tenaga farmasis yang bersangkutan,

5) aparat pemerintah untuk pemeriksaan, dan

6) petugas asuransi untuk klaim pembayaran.

2.4 Teori Reseptor Kerja Obat Tanpa Perantara Reseptor

Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan


fisiologi obat serta mekanisme kerjanya.

 Mekanisme kerja obat

Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel
organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi
dan fisiologi yang merupakan respon khas untuk obat tersebut.

14
a. Reseptor Obat
b. Transmisi sinyal biologis

Mekanisme kerja obat pada umumnya melalui interaksi dengan reseptor pada sel
organisme. Reseptor obat pada umumnya merupakan suatu makromolekul fungsional,
yang pada umumnya juga bekerja sebagai suatu reseptor fisiologis bagi ligan-ligan
endogen (semisal: hormon dan neurtransmiter). Interaksi obat dengan reseptor pada
tubuh dapat mengubah kecepatan kegiatan fisiologis, namun tidak dapat menimbulkan
fungsi faali yang baru.

Terdapat bermacam-macam reseptor dalam tubuh kita, misalnya reseptor hormon,


faktor pertumbuhan, faktor transkripsi, neurotransmitter, enzim metabolik dan regulator
(seperti dihidrofolat reduktase,asetilkolinesterase). Namun demikian, reseptor untuk
obat pada umumnya merupakan reseptor yang berfungsi bagi ligan endogen (hormon
dan neurotransmitter).2 Reseptor bagi ligan endogen seperti ini pada umumnya sangat
spesifik (hanya mengenali satu struktur tertentu sebagai ligan).

Obat-obatan yang berinteraksi dengan reseptor fisiologis dan melakukan efek regulator
seperti sinyal endogen ini dinamakan agonis. Ada obat yang juga berikatan dengan
reseptor fisioloigs namun tanpa menghasilkan efek regulator dan menghambat kerja
agonis (terjadi persaingan untuk menduduki situs agonis) disebut dengan istilah
antagonis, atau disebut juga dengan bloker. Obat yang berikatan dengan reseptor dan
hanya menimbulkan efek agonis sebagian tanpa memedulikan jumlah dan konsentrasi
substrat disebut agonis parsial. Obat agonis-parsial bermanfaat untuk mengurangi efek
maksimal agonis penuh, oleh karena itu disebut pula dengan istilah antagonis parsial.
Sebaliknya, obat yang menempel dengan reseptor fisiologik dan justru menghasilkan
efek berlawanan dengan agonis disebut agonis negatif.

 Pembagian reseptor fisiologik adalah:


1. Reseptor enzim – mengandung protein permukaan kinase yang memfosforilasi protein
efektor di membran plasma. Fosforilasi mengubah aktivitas biokimia protein tersebut.
Selain kinase, siklase juga dapat mengubah aktivitas biokimia efektor. Tirosin kinase,

15
tirosin fosfatase, serin / treonin kinase, dan guanil siklase berfungsi sebagai situs
katalitik, dan berperan layaknya suatu enzim.

Contoh ligan untuk reseptor ini: insulin, epidergmal growth factor (EGF), platelet-derived
growth factor (PDGF), atrial natriuretic factor (ANF), transforming growth factor-beta
(TGF-β), dan sitokin.

2. Reseptor kanal ion – reseptor bagi beberapa neurotransmitter, sering disebut dengan
istilah ligandgated ion channels atau receptor operated channels. Sinyal mengubah
potensial membran sel dan komposisi ionik instraselular dan ekstraselular sekitar.

Contoh ligan untuk reseptor ini: nikotinik, γ-aminobutirat tipe A (GABAA), glutamat,
aspartat, dan glisin.

3. Reseptor tekait Protein G – Protein G merupakan suatu protein regulator pengikatan


GTP berbentuk heterotrimer. Protein G adalah penghantar sinyal dari reseptor di
permukaan sel ke protein efektor. Protein efektor Protein G antara lain adenilat siklase,
fosfolipase C dan A2, fosfodiesterase, dan kanal ion yang terletak di membran plasma
yang selektif untuk ion Ca2+ dan K+. Obat selain antibiotik pada umumnya bekerja
dengan mekanisme ini.

Contoh ligan untuk reseptor ini: amina biogenik, eikosanoid, dan hormone – hormon
peptida lain.

4. Reseptor faktor transkripsi – mengatur transkripsi gen tertentu. Terdapat daerah


pengikatan dengan DNA (DNA binding domain) yang berinteraksi secara spesifik
terhadap genom tertentu untuk mengaktifkan atau menghambat transkripsi.

Contoh ligan: hormon steroid, hormon tiroid, vitamin D, dan retinoid

5. Second Messenger pada sitoplasma – dalam transduksi sinyal memungkinkan


terbentuknya caraka kedua (second messenger) yang bertindak sebagai sinyal lanjutan

16
untuk jalur transduksin sinyal. Ciri khas cara kedua adalah produksinya yang sangat
cepat dengan konsentrasi yang rendah. Setelah sinyal utama (first messenger) tidak ada,
caraka kedua akan disingkarkan melalui proses daur ulang.

Contoh: AMP, siklik GMP, siklik ADP

 Kerja Obat Tanpa Perantara Reseptor

Selain daripada reseptor, obat juga dapat bekerja tanpa melalui reseptor, misalnya obat
yang mengikat molekul atau ion dalam tubuh. Contohnya penggunaan antasida sebagai
penetral keasaman lambung yang berlebihan. 2-merkaptoetana sulfonat (mesna)
meniadakan radikal bebas disaluran perkemihan. Obat lain juga berfungsi sebagai analog
struktur normal tubuh yang bisa “bergabung” ke dalam sel sehingga mengganggu fungsi
sel dan tubuh. Misalnya analog purin dan pirimidin yang dapat diinsersei ke dalam asam
nukleat antivirus dan kemoterapi untuk kanker.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penggolongan Obat – Obat Berdasarkan Undang – Undang

Obat bebas: Obat yang boleh dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter. Zat aktif yang
terkandung didalamnya cenderung relative aman dan memiliki efek samping yang rendah.

Obat bebas terbatas: Obat yang boleh dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter,
namun mempunyai peringatan khusus saat menggunakannya. Obat golongan ini merupakan obat
yang sebenarnya masuk ke dalam kategori obat keras namun dalam jumlah tertentu masih dapat
dijual di apotek dan dapat diperoleh tanpa resep dari dokter.

Penggolongan Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan demikian kami
mohon kritik dan sarannya sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Walaupun begitu semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

18
DAFTAR PUSTAKA

Artikel KM, 2017. “ Mengenali Obat, Informasi dan Golongan Obat”, https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://krakataumedika.com/info-media/artikel/mengenali-obat-
informasi-dan-golongan-obat/
amp&ved=2ahUKEwiQvsHLqbj4AhWbTGwGHWV2AJkQFnoECAUQAQ&usg=AOvVaw2hQQZMHrMIEZi-
yRbYWh3E, diakses pada minggu 24Juni 2022

RiaKurniawan,15juni.FARMAKODINAMIKA https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=
https://dokumen.tips/amp/documents/makalahfarmakodinamika.html&ved=2ahUKEwjEivCrq7j4AhXhh
eYKHX2QC0gQFnoECCAQAQ&usg=AOvVaw2NWiTPH8HcA8PAHSqmrJDv . Diakses pada 25 Juni 2022

I Made Oka Adi parwata, Jimbaran 17 Juni 2017. “ Obat Tradisional “ https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
0f79c797b6756c7aba83bf7bf577170e.pdf&ved=2ahUKEwjfrPTErLj4AhW1IbcAHZWWDPsQFnoECAYQAQ
&usg=AOvVaw1hJiNGgkx_XcIHCE9zOyTU. Diakses pada 20 Juni 2022

Sonia Apriana basuki, 20 Maret. “ Prediksi Mekanisme Kerja Obat Terhadap Reseptornya Secara in
Silico(Studi pada Antibiotika Sefotaksim) “, https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://research-report.umm.ac.id/index.php/

research-report/article/download/
1367/1582&ved=2ahUKEwinyJeBrbj4AhXM8HMBHYbWDScQFnoECAoQAQ&usg=AOvVaw2pLx_lzvEcFszi
O3otm7Zj. Diakses pada 25 Juni 2022

19

Anda mungkin juga menyukai