Anda di halaman 1dari 17

PENGETAHUAN DASAR TENTANG OBAT

Oleh :
Kelompok I Kelas A
1. Chijannatul Amaliyah (220111100003)
2. Moh. Mauludin Akbar (220111100004)
3. Septian Nahdi (220111100019)
4. Gabi Kariza Ilhami (220111100132)
5. Sayyidah Choirun Nisa' (210111100059)
6. Syah Bagus Ibrani (220111100255)

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
BANGKALAN
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kenikmatan berupa iman dan kesehatan, sehingga makalah yang penulis susun dengan
mengangkat tema “PENGETAHUAN DASAR TENTANG OBAT” dapat disusun untuk
dapat dipresentasikan pada kelas Tindak Pidana Narkoba hari Rabu, 8 November 2023.
Terima kasih semoga tersampaikan sebanyak-banyaknya kepada Bapak Prof. Dr. H.
Ahmad Agus Ramdlany, S.H., M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah TindakPidana
Narkoba di kelas A, yang telah mendidik dan membimbing penulis dalam proses penyusunan
makalah. Besar harapan penulis agar materi yang disusun dan yang akan dipresentasikan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Penulis secara sadar mengetahui bahwasanya terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan makalah, penulis memohon maaf dan dengan senang hati
menerima kritik dan saran demi kelancaran dan kebaikan semua pihak yang terlibat dalam
membuat makalah pada waktu selanjutnya.

Bangkalan, 05 November 2023


Penyusun

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Sejarah Obat.................................................................................3
2.2 Pengertian, Peran dan Penggolongan
Obat.......................................................................................................................4
2.3 Obat yang dapat dikatakan bahaya narkoba apabila disalahgunakan dan apakah
dampak yang dapat
ditimbulkan...........................................................................................................7
2.4 Cara mendapatkan obat berdasarkan penandaan pada kemasan dan Cara
Menggunakan
Obat.......................................................................................................................9
2.5 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam swamedikasi penggunaan obat bebas dan
obat bebas
terbatas ...............................................................................................................10
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Menurut Ansel (1985), Obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi
rasa sakit, serta mengobati ataupun mencegah penyakit pada hewan maupun manusia.
Obat juga merupakan senyawa kimia selain makanan yang dapat mempengaruhi
organisme hidup, yang pemanfaatannya bisa digunakan untuk mendiagnosis,
menyembuhan, mencegah segala penyakit. Pada ketentuan PerMenKes
917/Menkes/Per/x/1993, obat yaitu sediaan maupun panduan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi maupun menyelidiki secara fisiologi ataupun secara keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnose, pencegahan, pemulihan, peningkatan Kesehatan dan
konsentrasepsi.
Bahan Obat yaitu semua bahan yang bersifat baik serta memiliki khasiat yang
digunakan dalam pengolahan obat, walaupun tidak semua bahan obat tersebut masih
terdapat didalam produk ruahan. Produk ruahan ialah dimana tiap bahan yang telah
selesai diolah serta ditinggal memerlukan pengemasan untuk menjadi obat jadi.
Farmakoterapi merupakan cabang ilmu farmakologi yang mempelajari mengenai obat
untuk mencegah, menegakkan diagnostic, menyembuhkan penyakit, memulihkan
(rehabilitasi) Kesehatan, namun diluar itu memiliki suatu hal untuk mencegah fungsi
normal tubuh untuk tujuan tertentu.
Dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
dijelaskan bahwa Prekursor adalah bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan
Narkotika. Sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang, Pseudoephedrin HCL
adalah obat golongan prekursor yang dapat digunakan sebagai anti dekongestan dengan
dosis tertentu yang lebih kecil dan kombinasi beberapa macam obat yang dapat diberikan
tanpa komposisi resep dokter termasuk dalam golongan terbatas yang artinya dalam

1
pemberiannya bebas tanpa resep dokter namun memiliki peringatan khusus dalam
penggunaannya.
1.2. Rumusan Masalah

1. Perkembangan Sejarah Obat


2. Pengertian, peran dan penggolongan obat
3. Obat apa saja yang dapat dikatakan bahaya narkoba apabila disalahgunakan dan
apakah dampak yang dapat ditimbulkan
4. Cara mendapatkan obat berdasarkan penandaan pada kemasan dan Cara
Menggunakan Obat
5. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam swamedikasi penggunaan obat
bebas dan obat bebas terbatas

1.3. Tujuan
1. Mengetahui Perkembangan Sejarah Obat
2. Menjelaskan Pengertian, Peran Dan Penggolongan obat
3. Mengetahui Obat yang dapat dikatakan bahaya narkoba apabila disalahgunakan dan
apakah dampak yang dapat ditimbulkan
4. Mengetahui Cara mendapatkan obat berdasarkan penandaan pada kemasan dan Cara
Menggunakan Obat
5. Menjelaskan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam swamedikasi penggunaan obat
bebas dan obat bebas terbatas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Sejarah Obat


Pengertian obat ialah semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang dalam
dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejala-
gejalanya. Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lampau adalah obat yang berasal dari
tanaman. Melalui cara mencoba-coba, secara empiris manusia purba mendapatkan
pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk menyembuhkan
penyakit. Pengetahuan ini secara turun temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga
muncul ilmu pengobatan rakyat, sebagaimana pengobatan tradisional jamu di Indonesia.
Namun tidak semua obat memulai riwayatnya sebagai obat anti penyakit, adapula
yang pada awalnya digunakan sebagai alat ilmu sihir, kosmetika atau racun untuk membunuh
musuh. Misalnya, strychnin dan kurare mulanya digunakan sebagai racun panah penduduk
pribumi Afrika dan Amerika Selatan. Contoh yang paling baru ialah obat kanker nitrogen-
mustard yang semula digunakan sebagai gas racun (gas mustard) pada perang dunia pertama.
Obat nabati digunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan aktifitas dan efek yang
sering kali berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan pembuatannya. Kondisi ini
dianggap kurang memuaskan, sehingga lambat laun para ahli kimia memulai mencoba
mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung didalamnya. Hasil percobaan mereka adalah
serangkaian zat kimia : yang terkenal diantaranya adalah :
• Efedrin dari tanaman Ma Huang (Ephedra Vulgaris),
• Kinin dari kulit pohon kina,
• Atropin dari tanaman Atropa Belladona,
• Morfin dari candu (Papaver Somniferum),
• Digoksin dari Digitalis lanata.
Dari hasil penelitian setelah tahun 1950 dapat ditemukan :
• Reserpin dan resinamin dari Pule Pandak (Rauwolvia serpentina),

3
• Vinblastin (antikanker) berasal dari Vinca rosea, sejenis kembang serdadu.
• Artemisin yang berasal dari tanaman di Cina, (Artemisina annua).
Penemuan obat malaria ini sekitar tahun 1980
• Paclitaxel (taxol), antikanker dari jarum-jarum sejenis cemara (konifer)
Taxus brevifolia/baccata (1993)
• Genistein dari kacang kedelai. 1

2.2 Pengertian Obat dan Pengolongan Obat


A. Pengertian
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau
paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapandiagnosa, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dankontrasepsi.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun
untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat
untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar
mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
A. Peran Obat
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena
selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial.
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan
obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat diatas,
maka peran obat secara umum adalah sebagai

1
IAN SULANJANI,S.Si.,S.Pd., DASAR-DASAR FARMAKOLOGI 1, 2013, hlm 8-9.

4
berikut:
1. Penetapan diagnose
2. Untuk pencegahan penyakit
3. Menyembuhkan penyakit
4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
6. Peningkatan kesehatan
7. Mengurangi rasa sakit
C. Macam-macam Penggolongan Obat
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusinya. Penggolongan obat
menurut Permenkes No. 917/1993 adalah :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM
3. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis
tepi berwarna hitam.
Obat keras yang berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat, dapat menyebabkan
perubahan mental dan perilaku, dan hanya dapat dibeli dengan resep dokter.
Penggunaan obat psikotropika diawasi dengan ketat dan dilaporkan secara rutin

5
kepada Kementerian Kesehatan RI sesuai ketentuan dan peraturan perundangan
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh :
Diazepam, Phenobarbital
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan. Obat yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran dan menimbulkan ketergantungan yang hanya dapat dibeli
dengan resep dokter. Penggunaan obat narkotika diawasi dengan ketat dan
dilaporkan secara rutin kepada Kementerian Kesehatan RI sesuai ketentuan dan
peraturan perundangan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Pada kemasan diberi tanda palang berwarna merah di dalam lingkaran bergaris tepi
merah.
Contoh : Morfin, Petidin
5. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter
dengan syarat obat tersebut diserahkan oleh apoteker yang sedang melakukan
pekerjaan kefarmasian di apotek. Selain memproduksi obat generik, untuk
memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat, pemerintah
mengeluarkan kebijakan OWA. Adapun undang-undang yang mengatur tentang
obat wajib apotek, antara lain sebagai berikut :
a. Permenkes No. 919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria OWA
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/VII/1990 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 1, yang kemudian diperbarui dengan ;

6
c. Permenkes RI No. 925/MENKES/PER/X/1993 tentang Perubahan Golongan
OWANo. 1
d. Permenkes RI No. 924/Menkes/SK/VII/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek
No. 2
e. Permenkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek
No.3.2
Ada beberapa cara penggunaan berdasarkan penggunaan nya yaitu
1. Obat dalam
Obat yang digunakan melalui mulut (saluran cerna). Contohnya,
tablet,kapsul,sirup,obat tetes mulut
2. Obat Luar
Obat yang digunakan tidak melalui mulut (saluran cerna). Contohnya, salep kulit,
salep mata, injeksi,suppositorua,ovula. 3

2.3 Jenis-jenis obat yang dapat dikatakan bahaya narkoba apabila disalahgunakan
Banyak jenis obat yang dapat memberikan manfaat besar apabila digunakan dengan baik
dan benar dalam tindakan kedokteran (medis), selain itu obat-obatan juga dapat
mengakibatkan bahaya Yang Agak fatal apabila disalahgunakan.Ada beberapa macam
obat yang seringkali disalahgunakan untuk tujuan tertentu, seperti :
1.Morfin
Morfin digunakan dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau
pembiusan pada operasi (pembedahan)
2 Heroin
Beberapa obat yang termasuk dalam golongan heroin dapat dimanfaatkan secara medis
sebagai pereda nyeri. Bahkan, sifat pereda nyeri pada heroin sekitar 2–3 kali lebih kuat

2
Mata, U. M. S. S. T., & Keperawatan II, K. I. D. (2020). PENGGOLONGAN OBAT,
FARMAKODINAMIKA DAN FARMAKOKINETIK, INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI SERTA
EFEK SAMPING OBAT, hlm 3-7.
3
Direktur kesehatan RI, penggolongan obat ,(Jakarta: Direktur Bina Pelayanan Kesehatan:2015),hal.6,7

7
dari morfin.Namun, jika disalahgunakan, heroin dapat membuat penggunanya menjadi
sangat ketagihan hingga sulit berhenti dan menyebabkan efek samping yang
berbahaya.Jenis narkoba ini hadir dalam bentuk bubuk putih atau cokelat yang bisa
digunakan dengan cara disuntik, dihirup, atau dihisap. Efek langsung yang didapatkan
dari penyalahgunaan heroin adalah perasaan senang dan tenang.
Namun, setelah efek awal ini, pengguna jadi tidak bisa berpikir jernih serta bolak-balik
merasa mengantuk dan terjaga. Selain itu, pengguna heroin juga bisa mengalami efek
samping lainnya, seperti:
1.Kesulitan bernapas
2.Flushing atau kulit memerah disertai dengan sensasi hangat
3.Mulut kering
4.Mual
5.Pupil menyempit
Overdosis heroin bisa menyebabkan penggunanya mengalami hipotensi, bibir dan kuku
membiru, kaku otot, kejang, henti napas, hingga kematian.
3.Kokain
Kokain tersebut digunakan untuk memberikan penekanan rasa sakit dikulit (bius) lebih
terkhusus pembedahan mata, hidung dan tenggorokan
Walaupun dapat dimanfaatkan dalam beberapa prosedur medis, kokain yang sering kali
disalahgunakan untuk tujuan rekreasional dapat memicu otak melepaskan dopamin dan
menciptakan rasa gembira untuk sesaat.Karena efek yang dirasakan bersifat sementara,
seseorang jadi harus menggunakan kokain berulang kali untuk mempertahankan sensasi
gembira yang didapatkan. Hal ini tentunya dapat meningkatkan risiko terjadinya
beberapa masalah kesehatan, seperti:
1.Kecemasan atau depresi
2.Aritmia
3.Peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh
4.Nyeri perut
5.Mual

8
6.Kehilangan nafsu makan dan kekurangan gizi
7.Kehilangan penciuman (anosmia), terutama bila menggunakan kokain melalui hidung
8.HIV dan hepatitis C
Efek samping penyalahgunaan kokain, seperti serangan jantung, kejang, stroke, bahkan
henti napas, bisa terjadi kapan saja. Bahkan, kematian akibat overdosis bisa terjadi pada
penggunaan pertama kokain, terutama jika digunakan bersamaan dengan alkohol.
Kokain juga diketahui bisa memicu perilaku kejam dan tidak terduga yang dapat
meningkatkan risiko pelanggaran hukum. 4

2.4 Cara mendapatkan obat berdasarkan penandaan pada kemasan dan Cara
Menggunakan Obat
Obat dapat diperoleh di sarana pelayanan kefarmasian sesuai dengan golongan
berdasarkan penandaan. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas dapat diperoleh diapotek
atau toko obat berizin. Obat Keras dapat diperoleh di apotek atau di fasilitas pelayanan
kesehatan dengan menggunakan resep dokter. Hindari pembelian obat dari sarana tidak
resmi atau tidak mendapatkan izin sebagai pengecer obat, termasuk melalui media online.
Pembelian obat melalui fasilitas pelayanan kesehatan, apotek, atau toko obat berizin akan
dijamin keamanannya oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian penanggungjawab
sarana, yang telah mendapatkan surat izin praktek pelayanan kefarmasian. Pastikan obat
yang diterima saat membeli atau dari fasilitas pelayanan kesehatan memiliki kemasan dan kondisi
obat yang dalam kondisi baik dan utuh. Perhatikan hal-hal ini untuk obat dengan resep dokter
yaitu kelengkapan informasi pada etiket: nama pasien, tanggal dan aturan pakai. 5
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan obat :
1. Baca aturan pakai sebelum menggunakan obat.
2. Gunakan obat sesuai aturan pakai :

4
Dr.Subagyo Partodiharjo (2009) “Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya”, hlm 10-14.

5
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Buku Panduan Gema Cermat Cara Cerdas
Gunakan Obat, Jakarta, 2017.

9
a. Dosis. Misal: gunakan sendok takar yang tersedia.
b. Rentang waktu.
Misal: Antibiotik 3 x 1, artinya diminum setiap 8 jam.
c. Lama penggunaan obat. Misal: Antibiotik digunakan 3-5 hari.
3. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas tidak digunakan secara terus-menerus. Jika sakit berlanjut
segera hubungi dokter.
4. Hentikan penggunaan obat apabila timbul efek yang tidak diinginkan, segera ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
5. Tidak menggunakan obat orang lain meski gejala sakitnya sama.
6. Tanyakan pada Apoteker untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap. 6

2.5 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam swamedikasi penggunaan obat bebas
dan obat bebas terbatas
1. Kenali gejala apa saja yang dapat diobati dengan obat bebas dan bebas terbatas serta
kenali tanda bahaya. Berbagai gejala ringan seperti pusing, sakit kepala, demam, batuk,
gejala flu, dan diare, dapat dilakukan swamedikasi sebagai penanganan awal. Namun,
apabila gejala menetap atau makin memburuk, pasien sebaiknya segera memeriksakan
diri ke dokter. Umumnya, penggunaan obat swamedikasi hanya untuk penggunaan
jangka pendek saja (3 hari, atau boleh dilanjutkan sampai seminggu jika tidak mengalami
efek samping obat).
2. Dapatkan obat di tempat yang terjamin mutu dan kualitasnya, misalkan apotek, di mana
pasien dapat mendapatkan informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya secara objektif
dan rasional oleh apoteker.
3. Gunakan obat sesuai dengan indikasi, dosis dan cara yang tertera pada petunjuk
penggunaan obat (tertera pada kemasan atau brosur obat).
4. Baca perhatian khusus, kontraindikasi dan tanda/gejala efek samping pada kemasan
obat.
5. Selalu perhatikan tanggal kadaluarsa obat.

6
Ibid.

10
6. Penting juga untuk memperhatikan masalah makanan, minuman atau obat lain yang
harus dihindari ketika mengkonsumsi obat tersebut, dan perhatikan juga bagaimana
penyimpanannya.
Swamedikasi yang tepat akan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan karena akan
menurunkan biaya kesehatan. Namun, praktik yang tidak tepat justru dapat
membahayakan kondisi kesehatan masyarakat secara umum. Oleh karena itu, diharapkan
masyarakat melakukan pengobatan sendiri secara bijak. Sebaiknya konsultasikan dengan
apoteker tentang obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter untuk mengatasi masalah
kesehatan yang diderita. Pasien diharapkan dapat menyadari kelebihan dan kekurangan
dari pengobatan yang dilakukan serta mempertimbangkan manfaat dan risikonya
sehingga dapat melakukan penilaian terhadap perlu atau tidaknya swamedikasi tersebut.
Bila gejala tidak membaik atau sembuh dalam waktu tiga hari, segera kunjungi dokter
untuk mendapat penanganan yang lebih baik. Bila muncul gejala seperti sesak napas,
kulit kemerahan, gatal, bengkak di bagian tertentu, mual, dan muntah, maka
kemungkinan telah terjadi gejala efek samping obat atau reaksi alergi terhadap obat yang
diminum. Segera hentikan pengobatan dan kunjungi dokter untuk mendapatkan
penanganan medis. 7

7
Puskesmas Kebumen Tiga, “Cara bijak melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi)”, Diakse
Dari,https://puskesmaskebumentiga.kebumenkab.go.id/index.php/web/post/31/cara-bijak-melakukan-
pengobatan-sendiri-swamedikasi

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pengertian obat ialah semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang
dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit
berikut gejala-gejalanya. Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lampau adalah
obat yang berasal dari tanaman. Melalui cara mencoba-coba, secara empiris manusia
purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan
untuk menyembuhkan penyakit. Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat
(jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapandiagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dankontrasepsi.
Banyak jenis obat yang dapat memberikan manfaat besar apabila digunakan
dengan baik dan benar dalam tindakan kedokteran (medis), selain itu obat-obatan juga
dapat mengakibatkan bahaya Yang Agak fatal apabila disalahgunakan. Obat dapat
diperoleh di sarana pelayanan kefarmasian sesuai dengan golongan berdasarkan
penandaan. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas dapat diperoleh diapotek atau toko
obat berizin. Obat Keras dapat diperoleh di apotek atau di fasilitas pelayanan
kesehatan dengan menggunakan resep dokter.
Pengetahuan dasar tentang obat adalah pemahaman yang kokoh tentang obat-
obatan dan penggunaannya adalah aspek kunci dalam perawatan kesehatan yang
efektif. Dalam dunia kesehatan, pengetahuan tentang obat melibatkan pengenalan
jenis obat, mekanisme kerja, dosis yang tepat, efek samping, dan cara penggunaan
yang bijak. Pemahaman ini sangat penting untuk mengoptimalkan hasil pengobatan,
mencegah kesalahan penggunaan obat, serta menjaga keselamatan dan kesehatan
individu. Dalam konteks masyarakat, pengetahuan dasar tentang obat membantu

12
individu membuat keputusan bijak tentang kesehatan pribadi mereka dan
meningkatkan kesadaran tentang penggunaan obat yang aman dan efektif. Oleh
karena itu, pengetahuan dasar tentang obat merupakan pondasi yang vital dalam dunia
kesehatan dan dalam menjaga kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

IAN SULANJANI,S.Si.,S.Pd., DASAR-DASAR FARMAKOLOGI 1, 2013, hlm 8-


9.

Mata, U. M. S. S. T., & Keperawatan II, K. I. D. (2020). PENGGOLONGAN OBAT,


FARMAKODINAMIKA DAN FARMAKOKINETIK, INDIKASI DAN
KONTRAINDIKASI SERTA EFEK SAMPING OBAT, hlm 3-7.

Direktur kesehatan RI, penggolongan obat ,(Jakarta: Direktur Bina Pelayanan


Kesehatan:2015),hal.6,7

Dr.Subagyo Partodiharjo (2009) “Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya”,


hlm 10-14.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Buku Panduan Gema


Cermat Cara Cerdas Gunakan Obat, Jakarta, 2017.

Puskesmas Kebumen Tiga, “Cara bijak melakukan pengobatan sendiri


(swamedikasi)”,DiaksesDari,https://puskesmaskebumentiga.kebumenkab.go.id/index.php/
web/post/31/cara-bijak-melakukan-pengobatan-sendiri-swamedikasi

14

Anda mungkin juga menyukai