Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Obat dan penggolongan obat


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah farmakologi
Dosen Pengempu : Sri Hartati,Ns,M.Kep

Di Susun Oleh
Siti Nurhalimah

AKADEMI KEPERAWATAN CIANJUR 2021


JL. Pasir Gede Raya No. 19 Telp. 0263267206
fax.270953 Cianjur.

0 0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya serta izinNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini
disusun dengan judul ”Obat dan Penggolongan Obat” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Farmakologi
Melalui makalah ini kami penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi
yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.
Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Cianjur, 25 Maret 2021

Penyusun

0 0
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………… .2
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………..3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………..4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Obat…………………………………………………………………………5
2.2 Peran Obat……………………………………………………………………………….5
2.3Jenis Penggolongan Obat Secara Luas……………………………………………………6
2.4 Penggolongan Obat Berdasarkan Jenisnya……………………………………………….6
1. Obat Bebas………………………………………………………………………..6
2. Obat Bebas Terbatas………………………………………………………………6
3. Obat Keras……………………………………………………………………..….7
4. Obat Wajib Apotek……………………………………………………………….8
5. Obat Golongan Narkotika…………………………………………………………9
6. Obat Psikotropika…………………………………………………..………...…..10
2.5 Penggolongan Obat Berdasarkan Mekanisme Kerja……………………………………10
2.6 Penggolongan Obat Berdasarkan Lokasi Atau Tempat Pemakaian……………………...10
2.7 Penggolongan Obat Berdasarkan Cara Pemakaian……………………………………....11
2.8 Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan………………………………11
2.9 Penggolongan Obat Berdasarkan Daya Kerja Atau Terapi……………………………11
3.1 Penggolongan Obat Berdasarkan Asal Obat Dan Cara Pembuatannya………………...11

0 0
3.2 Penggolongan Obat Berdasarkan Golongan Kerja Obat………………………………..11
A. Anti Biotik………………………………………………………………………………..12
B. Anti Inflamasi…………………………………………………………………………...12
C. Anti Hipertensi………………………………………………………………………….13
D. Anti Konvulsan…………………………………………………………………………13
E. Anti Koagulasi……………………………………………………………………….….14
F. Anti Histamin……………………………………………………………………………14
G. Psikotropika……………………………………………………………………………...14
H. Anti Jamur atau Anti Fungi………………………………………………………………15
3.3 Penggolongan Obat Tradisional…………………………………………………………15
BAB III
PENUTUP
3.4. Kesimpulan…………………………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat
kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses
penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau
khasiatnya bisa kita dapatkan.
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksud untuk peningkatan keamanan
dan ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat keras, psikotropika dan
narkotika, obat bebas terbatas yang akan dibahas secara mendetail pada pembahasan
selanjutnya.
Untuk mengawasi penggunaan obat oleh rakyat serta untuk menjaga keamanan
penggunaannya, maka pemerintah menggolongkan obat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini:

0 0
1. Bagaimana definisi obat ?
2. Bagaimana penggolongan obat ?
1.3 Tujuan
Ada beberapa poin yang ingin dicapai sebagai tujuan penulisan makalah ini
diantaranya :
1. Mengetahui definisi obat
2. Mengetahui berbagai macam penggolongan obat berdasarkan jenisnya.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Obat
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau
paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup,
maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang
dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud
pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa
penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia).
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan
kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
Obat diperoleh:
• Tumbuhan ……….………Kuinin
• Hewan ………………….. Insulin
• Mineral………………….. Koalin
• Mikroorganisme………… Penisilin
• Sintesa…………….......... Sulfonamida
2.2 Peran Obat
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam pelayanan
kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain merupakan komoditas
perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam
pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat
dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan
pada pengertian obat diatas, maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut:
a). Penetapan diagnose
b). Untuk pencegahan penyakit

0 0
c). Menyembuhkan penyakit
d). Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
e). Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
f). Peningkatan kesehatan
g). Mengurangi rasa sakit
2.3 Jenis Penggolongan Obat Secara Luas
Berikut ini merupakan penggolongan obat berdasarkan jenisnya
1. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
2. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
3. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
4. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
5. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
6. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
2.4 Penggolongan Obat Berdasarkan Jenisnya
Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/ VI/2000 penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi. Penggolongan obat ini terdiri dari: obat
bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

1. Obat Bebas
Peratuan daerah Tingkat II tangerang yakni Perda Nomor 12 Tahun1994 tentang izin
Pedagang Eceran Obat memuat pengertian obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas
kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat
keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh : Minyak Kayu Putih,
Tablet Parasetamol, tablet Vitamin C, B Compleks, E dan Obat batuk hitam Penandaan obat
bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus
untuk untuk obat bebas dan untuk obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu
bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :

Penandaan Obat Bebas

2. Obat Bebas Terbatas


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan kedalam
daftar obat “W” (Waarschuwing) memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah obat

0 0
keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau pembuatnya.
b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan.
Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,berukuran panjang 5 cm,lebar 2 cm dan memuat
pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :
Gambar II.

Peringatan Obat Bebas Terbatas

Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI


No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru
dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar II.

0 0
Penandaan Obat Bebas Terbatas
3. Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan obat-
obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang
ditetapkan sebagai berikut :
a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa obat itu hanya
boleh diserahkan denagn resep dokter.
b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan secara
parenteral.
c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara
tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.
Contoh :
- Andrenalinum
- Antibiotika
- Antihistaminika, dan lain-lain

Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.


02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah “Lingkaran bulat
berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup K yang menyentuh garis
tepi”, seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar II.

Penandaan Obat Keras


4. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek
tanpa resep dokter. Menurut keputusan mentri kesehatan RI
Nomor 347/Menkes/SK/VIII/1990 yang telah diperbaharui Mentri Kesehatan
Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai berikut :

0 0
a. Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan obat yang
diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong
dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan sendiri
secara tepat, aman dan rasional.
b. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan
komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat
c. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan
sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya : obat saluran cerna
(antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.

5. Obat Golongan Narkotika


Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam
golongan I, II dan III.
Contoh :
- Tanaman Papaver Somniferum
- Tanaman Koka
- Tanaman ganja
- Heroina
- Morfina
- Ovium
- Kodeina
Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat golongan
narkotika hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan
copy resep). Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai
anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa sakit. Contoh obat narkotika adalah :
codipront (obat batuk), MST (analgetik) dan fentanil (obat bius).
- Obat narkotika golongan I : hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya.
Contoh: Tanaman: Papaver somniferum L. (semua bag. termsk buah & jerami kec. bijinya),
Erythroxylon coca; Cannabis sp. Zat/senyawa : Heroin
- Obat narkotika golongan II : dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi diatur oleh pemerintah. Contoh: Morfin
dan garam-gramnya Petidin
- Obat narkotika golongan III : dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi diatur oeh pemerintah. Contoh :
Codein

Gambar II.5

0 0
Penandaan Obat Narkotika
6. Obat Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Contoh :
- Lisergida
- Amphetamin
- Codein
- Diazepam
- Nitrazepam
- Fenobarbital
Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk
obat keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena efeknya
dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu.
Sehingga untuk Psikotropika penandaannya : lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf
K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.
Psikotropika dibagi menjadi :
i. Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan,
dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan. Contohnya : metilen dioksi
metamfetamin, Lisergid acid diathylamine (LSD) dan metamfetamin
ii. Golongan II, III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan.
Contohnya : diazepam, fenobarbital, lorazepam dan klordiazepoksid.
2.5 Penggolongan Obat Berdasarkan Mekanisme Kerja
Dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau mikroba,
contoh antibiotic
b. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin, dan serum.
c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
d. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang, contoh vitamin
dan hormon.

10

0 0
e. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya pada
pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh aqua pro injeksi dan
tablet placebo.Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat
antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.

2.6 Penggolongan Obat Berdasarkan Lokasi Atau Tempat Pemakaian


Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian dibagi menjadi 2
golongan :
a. Obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik, parasetamol
tablet
b. Obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh sulfur, dll

2.7 Penggolongan Obat Berdasarkan Cara Pemakaian


Dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :
a. Oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet, kapsul,
serbuk, dll
b. Perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang tidak bisa
menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh pH lambung,
FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
c. Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk ke pembuluh
darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormon-hormon
d. Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara intravena,
subkutan, intramuskular, intrakardial.
e. Langsung ke organ, contoh intrakardial
f. Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal
2.8 Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan

Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan dibagi menjadi 2 :


a. sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
b. lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu tempat
obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll
2.9 Penggolongan Obat Berdasarkan Daya Kerja Atau Terapi
Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi dibagi menjadi 2 golongan
a. farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon dan
vitamin
b. kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit,
mempunyai daya kerja kombinasi.
3.1 Penggolongan Obat Berdasarkan Asal Obat Dan Cara Pembuatannya
Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya dibagi menjadi 2
:
a. Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll

11

0 0
b. Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia,
contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat

3.2 Penggolongan Obat Berdasarkan Golongan Kerja Obat


A. Anti Biotik
Anti biotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi. Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai bakteri pada
tumbuhan, hewan, dan manusia. Anti biotik di kategorikan berdasarkan struktur kimia adalah
sebagai berikut :
i. Penisilin (Penicillins)
Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel
bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi. Penisilin adalah kelompok agen
bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V, ampisilin, tikarsilin, kloksasilin,
oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin. Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang
berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran pernapasan, dan lain-lain. ). Adapun
contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin.
ii. Sefalosporin (Cephalosporins)
Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan,
pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung
kemih dan ginjal). Sefalosporin terdiri dari beberapa generasi, yaitu :
 Sefalosporin generasi pertama, untuk infeksi saluran kemih.
 Sefalosporin generasi kedua, untuk sinusitis
 Sefalosporin generasi ketiga, untk meningitis
Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin,
Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin.
iii. Aminoglikosida (Aminoglycosides)
Jenis anti biotik ini menghambat pembentukan protein bakteri. Adapun contoh obat
yang termasuk dalam golongan ini antara lain : amikasin, gentamisin, neomisin sulfat,
netilmisin.
iv. Makrolid (Macrolides)
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi
tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk
infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit
yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi
terhadap penisilin. Adapun contoh obat yang termasu dalam golongan ini antara
lain: Eritromisin, Azitromisin, Klaritromisin.
v. Sulfonamida (Sulfonamides)
Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya
pada ginjal. Untuk mencegah pembentukan Kristal obat, pasien harus minum sejumlah besar
air. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : gantrisin.
vi. Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotic yang secara langsung
menghentikan sintesis DNA bakteri.
vii. Tetrasiklin (Tetracyclines)
Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang
diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky

12

0 0
Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit
menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun contoh obat yang
termasuk dalam golongan ini antara lain : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin.
viii. Polipeptida (Polypeptides)
Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada permukaan
kulit saja. Ketika disuntikan ke dalam kulit, polipeptida bisa menyebabkan efek samping
seperti kerusakan ginjal dan saraf. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : gentamisin dan karbenisilin.
B. Anti Inflamasi
Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu, meringankan rasa
nyeri yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus
menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau membatasi perusakan jaringan (Katzung,
2002). Berdasarkan mekanisme kerjanya, obata-obat anti inflamasi terbagi ke dalam
golongan steroid dan golongan non-steroid (Anonim, 1993) :
i. Obat Anti-inflamasi Nonsteroid
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan
NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki
khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang).
Contoh : Aspirin
ii. Obat antiinflamasi Steroid
Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim
fospolifase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotrien. Contoh :
hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon,
prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan fluokortolon.

C. Anti Hipertensi
Anti hipertensi digunakan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas
cardiovascular.
Obat anti hipertensi di bagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
i. Obat Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan
volume darah dan cairan ekstraseluler. Contohnya : Hidroklorotiazid
ii. Obat Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang menghambat
perangsangan adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi :
 Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker) yaitu obat yang menduduki adrenoseptor baik
alfa (a) maupun beta (b) sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat
adrenergik.
 Penghambat saraf adrenergik yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor terhadap
perangsangan saraf adrenergik. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis,
penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang termasuk penghambat saraf
adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan reserpin. Semua obat
golongan ini umumnya dipakai sebagai antihipertensi.
 Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu obat yang menghambat
perangsangan adrenergik di SSP.

13

0 0
iii. Vasolidator
Vasolidator berfungsi untuk mengendurkan otot polos arteri, menyebabkan mereka untuk
membesar dan dengan demikian mengurangi resistensi terhadap aliran darah. Contoh :
hydralazine dan minoxidil
iv. Penghambat Angiotensin-Converting Enzime (ACE-inhibitor) dan Antagonis
Reseptor Angiotensin II (Angitensin Receptor Blocker, ARB)
i. Angiotensin converting enzyme (ACE) berfungsi untuk memblokir aksi hormon angiotensin
II, yang mempersempit pembuluh darah. Contoh : captopril, enalapril, perindopril, ramipril,
quinapril dan lisinopril
ii. Angiotensin receptor blocker berperilaku dengan cara yang sama seperti ACE inhibitor.
Contoh : candesartan, irbesartan, telmisartan, eprosartan.
iii. Antagonis Kalsium
Antagonis Kalsium berfungsi untuk menghambat influx kalsium pada sel otot polos
pembuluh darah dan miokard. Contoh : nifedipin.
D. Anti Konvulsan
Anti Konvulsan berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi
(epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh obat yang termasuk dalam
golongan ini antara lain : bromide, fenobarbital, fenitoin, karbamazepim.
E. Anti Koagulasi
Anti koagulasi digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Antikoagulasi dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
i. Heparin
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral dan
merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli paru-paru dan
trombosis vena dalam. Contoh : Protamin Sulfat
ii. Antikoagulasi oral
terdiri dari derivat 4-hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan derivate indan-
1,3-dion misalnya : anisindion.
iii. Antikoagulasi yang bekerja dengan mengikat ion kalsium
Contoh : Natrium sitrat, Asam oksalat dan senyawa oksalat, dan natrium edetat.
F. Anti Histamin
Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi alergi tipe
segera dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme kerja Anti histamin digolongkan mejadi
3 kelompok yaitu :
i. Antagonis H1
Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin klasik atau anti histamin H1, adalah
senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada
jaringan yang mengandung reseptor H1. Penggunaan mengurangi gejala alergi karena musim
atau cuaca. Antagonis H1 terdiri dari : Difenhidramin HCl (benadryl),
Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo), Karbinoksamin HCl (Clistin), Klorfenoksamin
HCl (systral), Klemestin Fumarat (Tavegyl), Piperinhidrinat (Kolton).
ii. Antagonis H2
Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin
dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Antagonis H2 terdiri
dari :Semitidin (Cimet,Corsamet,Nulcer,Tagamet,Ulcadine),

14

0 0
Ranitidin,HCl (Ranin,Ranatin,Ranatac,Zantac,Zantadin),Famotidin (Facid,Famocid,Gaster
Ragastin,Restidin).
G. Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran yang
biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Berdasarkan penggunaan
klinik, psikotropik dapat di bedakan menjadi 4 golongan:
i. Antipsikosis (major tranquilizer)
Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa
yang berat.Contoh : Risperidon, Olanzapin, Zolepin
ii. Antiansietas (minor tranquilizer)
Antiansietas berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis, dan
berguna untuk terapi tambahan penyakit somatis. Contoh : klordiazepoksid, diazepam,
oksazepam
iii. Anti depresi
Anti depresi digunakan untuk mengobati gangguan yang heterogen. Contoh:
desipramin, nortriptilin

iv. Anti mania (mood stabilizer)


Anti mania berfungsi untuk mencegah naik turunnya mood pada pasien dengan
gangguan bipolar. Contoh : karbamazepin, asam valproat.
H. Anti Jamur atau Anti Fungi
Anti jamur atau anti fungi berfungsi untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
jamur. Contoh : imidiazol, diazol dan anti biotic polien
3.3 Penggolongan Obat Tradisional
Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu
obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Dengan semakin berkembangnya teknologi, telah
diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri
jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Pembuatan
sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan perkembangan penelitian sampai dengan
uji klinik.
Saat ini obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu ;
1. Jamu (Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahan- bahan tersebut yang secara tradisional
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (data empiris). Umumnya, obat
tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.
Klaim penggunaan jamu sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat
pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Jenis klaim penggunaan harus
diawali dengan kata- kata “secara tradisional digunakan untuk .......” atau sesuai dengan yang
disetujui pada pendaftaran sediaan di BPOM.

15

0 0
Contoh Jamu : Produksi Sido Muncul, Nyonya Meneer, dan Air Mancur.
2. Obat Herbal Terstandar
OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Untuk
melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal,
ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan
pembuatan ekstrak. Contoh OHT : Diabmeneer, Diapet, Fitogaster, Fitolac, Glucogarp, Hi
Stimuno, Irex Max, Kiranti Pegel Linu, Kiranti Sehat Datang Bulan, Kuat Segar, Lelap,
Prisidii, Reumakeur, Sehat Tubuh, Sanggolangit, Stop Diar Plus, Virugon. Kriteria obat
herbal terstandar :
- Aman
- Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik
- Bahan baku yang digunakan telah terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan
obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti
ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para
profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat
juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan
pembuktian secara ilimiah.
Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern.
Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah sampai uji klinis pada
manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya diperlukan peralatan berteknologi modern,
tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit. Contoh Fitofarmaka : Nodiar (Kimia Farma),
Rheumaneer (Nyonya Meneer), Stimuno (Dexa Medica), Tensigard Agromed (Phapros), X-
Gra (Phapros).
Kriteria fitofarmaka :
- Aman
- Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan ujin klinis
- Menggunakan bahan baku terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu

BAB III

PENUTUP
3.4. Kesimpulan
1. Obat : Obat adalah setiap zat kimia (alami maupun sintetik) yang selain makanan yang
mempunyai pengaruh atau menimbulkan efek terhadap organisme hidup, baik efek
psikologis, fisiologis maupun biokimiawi
2. Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal,
diantaranya :
1. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya

16

0 0
2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya

DAFTAR PUSTAKA

http://bukunee.wordpress.com/2012/12/09/penggolongan-obat-farmasetika/
http://damayantilinda.blogspot.com/2011/12/penggolongan-obat-menurut-uu-farmasi_08.html
http://tantri-sugianto.blogspot.com/2012/04/contoh-obat-bebas-terbatas.html
http://tumbango.blogspot.com/2013/06/penggolongan-obat.html
Katzung, G.Bertram. (2007) .Basic & Clinical Pharmacology-10th Ed. The McGraw-Hill
Companies.Inc,New York.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Buku Kedokteran
Tjay,T.H. dan Rahardja.K. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi Kelima Cetakan Kedua.Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.

17

0 0

Anda mungkin juga menyukai