DISUSUN OLEH:
KELAS : 2A
NIM : 011220027
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
augerahnya sehingga saya bisa menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan dengan judul “Prinsip Pemberian Medikasi”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan. Dengan adanya penuisan tentang “Prinsip Pemberian Medikasi” ini berharap
berguna untuk rekan sekalian. Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah
mau membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan serta masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan mendukung
untuk perubahan dan perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tugas seorang perawat adalah memberi obat yang aman dan akurat
kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki
masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping
yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat
tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.Seorang perawat juga memiliki
tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh
obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan
membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Obat merupakan subtansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi
di dalam tubuh. Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi pengobatan diantarnya
absorpsi obat, distribusi obat dalam tubuh, metabolisme obat, dan ekskresi.Obat memiliki
dua efek yakni efek yakni efek terapeutik dan efek samping. Efek terapeutik obat
memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai dengan kandungan obatnya
seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejalah), kuratif (memiliki efek pengobatan),
suportif (menaikan fungsi atau respon tubuh), subtitutif (sebagai pengganti), efek
kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), restorative (berefek pada
memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak
diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti
adanya alergi, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seseorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepda pasien. Perawat
bertanggung jawab terhadap obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut
benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian dari integral dari rencana
keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap
pengobatan. Misalnya pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat
karena alasan tertentu. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik,
yang mungkin menyebabkan pasien tidak bisa mengkonsumsi obat juga harus
diperhatikan. Rencana tindakan keperawatan harus mencakup rencana pemberian obat,
pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja obat dan program
dari dokter.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui penggolongan obat
2. Untuk mengetahui prinsip pemberian obat
3. Apa saja faktor yang memengaruhi pemberian obat
4. Apa saja akibat kesalahan pemberian obat
5. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian medikasi
6. Bagaimana pemberian obat tetes mata, hidung, dan telinga
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas keperawatan II tentang prinsip pemberian medikasi
2. Untuk mengetahui macam-macam obat dan prosedur pemberian obat
3. Untuk mengetahui bahaya obat jika salah melakukan prosedur pemberian obat
4. Untuk memenuhi wawasan dan pengetahuan tentang obat-obatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penggolongan Obat
1. Penggolongan Obat Berdasarkan Asal
Menurut Nuryati (2017), untuk penggolongan obat berdasarkan asalnya
dibedakan menjadi dua yaitu, alamiah dan sintetik. Untuk penjelasannya sebagai
berikut:
a. Alamiah
Alamiah adalah obat-obatan yang berasal dari alam
(tumbuhan,hewan atau mineral).
Tumbuhan: ektsrak kulit manggis, contoh obat: Gracia
Ekstrak Kulit Manggis
Hewan: ekstrak cacing tanah, contoh obat: Vermint Kapsul
Ekstrak cacing tanah
Mineral: sulfur, kalsium, vaselin, contoh obat: Dyno-mins
Multi Mineral
b. Sintetik
Sintetik adalah cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-
reaksi kimia. Contohnya:
Minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksi metanol
dan asam salisilat
Mitoxantrone, yang dikenal dengan nama dagang
Novantrone dengan rumus kimia C22H28N406.
Cetirizine, obat ini adalah antihistamin dari golongan
diphenylmethylpiperazine
2. Penggolongan Obat Berdasarkan Jenis
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum
tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika,
obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor
2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan untuk
obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan
berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam.
b. Obat Bebas Terbatas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-
obatan kedalam daftar obat “W” (Waarschuwing) memberikan pengertian
obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada
pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabriknya atau pembuatnya
Pada penyerahan pembuat atau penjual harus
mencantumkan tanda peringatan. Peringatan obat bebas
terbatas diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
RI No.2380/A/SK/V/83 tanda khusus untuk obat bebas
terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi
berwarna hitam.
c. Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan atau
memasukkan obat-obatan kedalam daftar obat keras, memberikan
pengertian obat keras adalah yang ditetapkan sebagai berikut:
Semua obat pada bungkus luarnya oleh si pembuat
disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan
resep dokter
Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-
nyataa untuk dipergunakan secara parenteral
Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen
Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru
itu tidak membahayakan kesehatan manusia.
Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 02396/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras
daftar “G” adalah “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi
berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”.
d. Obat Psikotropika
Pengertian Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 15
Tahun 1997 tentang psiktropika adalah obat atau zat baik alamiah maupun
sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Untuk psikotropika penandaan yang
dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat keras, hal ini karena
sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika,
maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena
efeknya dapat menyebabkan sidroma ketergantungan sehingga dulu
disebut obat keras tertentu. Sehingga untuk psikotropika penandaannya:
lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf K berwarna hitam yang
menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.
e. Obat Golongan Narkotika
Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 tentang narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri
dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan dalam golongan I,II,
dan III. Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga
obat dengan golongan narkotik hanya dapat diperoleh di apotik dengan
resep dokter asli (tidak dapat menggunakan copy resep). Dalam bidang
kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi arau obat
bius dan analgetik arau obat penghilang rasa sakit.
f. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduan, pil, dan cairan yang berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan
secaraa tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada
resep peninggalan leluhur yang disusun dari bebrbagai tanaman obat
dengan jumlah yang cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan
lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan
klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan
turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun, telah
membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung dengan tujuan
kesehatan tertentu.
g. Obat Herbat Terstandar (OHT)
Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari
ekstrak atau penyarian bahan alam yang berupa tanaman obat, binatang,
maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan
yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja
yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan
ekstrak. Selain produksi dengan teknologi maju, jenis ini umumnya telah
ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian seperti
standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman
obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas
akut maupun kronis.
h. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam
yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya
telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik
pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi
medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan.
Masyarakat juga bisa mendorong untuk menggunakan obat herbal karena
manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah.
3. Penggolongan Obat Berdasarkan Cara Pemakaian
Berdasarkan Ruslami, dkk (2017), penggolongan obat berdasarkan cara
pemakaian di bagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Oral: obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh
tablet, kapsul, serbuk, sirup, dan lainnya
b. Per rektal: obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada
pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atay menghendaki efek cepat dan
terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di
dalam tubuh
c. Sublingual: pemakaian obat dengan meletakannya dibawah lidah, masuk
ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contohnya tablet hisap.
d. Parenteral: obat yang disuntikan melalui kulit ke aliran darah, baik secara
intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial, langsung ke organ
contohnya intrakardial dan melalui selaput perut contohnya intra
peritoneal.