Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS


“ Konsep dasar asuhan kebidanan neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah’’
DOSEN:RISQI UTAMI, S.ST,. M.BIOMED

DISUSUN OLEH:
1. Titha novia 41219014
2. Yenni marsela
3. Melinda rosa lubis 41219020

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, Senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan kebidanan
neonatus dalam rangka memenuhi Tugas mata kuliah Dalam judul “Konsep dasar asuhan
kebidanan neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah’’ Dalam menyusun makalah ini, penulis
mendapatkan masukan dan bantuan dari dosen mata kuliah Risqi Utami ,S.ST,. M.Biomed
Selaku Dosen mata kuliah “Asuhan kebidanan neonatus ” Tingkat II studi D-III Kebidanan
Universitas Batam

Akhir kata Penulis Mengucapkan Terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini penulis juga berharap
atas kritik dan saran yang yang membangun demi menyempurnakan makalah ini ini dan
makalah berikutnya yang kami buat, Semoga bermanfaat bagi kita semua

Batam, 02 februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR …………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang……………………………………………………………………1
1.2 RumusanMasalah………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………….……… 1

BAB II PEMBAHASAN
A.Pemberian obat pada bayi ,balita ,dan anak prasekolah
1. Jenis obat yang diperbolehkan………………….……………………….………. 3
2. Dosisi pemberian…………………...….………….……………………………....2
3. Efek samping……………………………………………………………………...3
4. Indikasi dan kontraindikasi……………………………………………………….4
BAB III : PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………10
4.2 Saran………………………………………………………………………...…...10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh.
Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui diantaranya: nama generic
yang merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada nama
resmi yang memiliki arti nama di bawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi
merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimianya seperti acetylsalicylic acid atau aspirin,
kemudian nama dagang ( trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan
atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin, bufferin, empirin, anlagesik, dan lain-
lain.
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat diantaranya
kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obatkarena unsur keasliannya, tidak ada
pencampuran dan potensi yang baik.selain kemurnian, obat juga harus memiliki bioavailibilitas
berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas.
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan bekerja sesuai proses
kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh yakni
suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi
pengurangan konsentrasi .
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek terapeutik adalah obat
memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif
( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan
efek samping adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan
kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit
iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

B.Rumusan Masalah
1.Menjelaskan prinsip pemberian obat pada neonatus bayi ,balita dan anak prasekolah ?
2.Apa saja jenis obat yang di perbolehkan?
3.Bagaimana dosis pemberian obat pada bayi dan balita?
4.Apa efek sampingnya?
5.Apa indikasi dan kontra indikasinya?
C.Tujuan
1.Mengetahui prinsip pemberian obat pada neonatus bayi, balita dan anak prasekolah sesuai
wewenang dan standar yang berlaku.
2.Mengetahui jenis-jenis obat yang di perbolehkan
3.Mengetahui dosis pemberian obat
4.Mengetahui efek sampingnya
5.Mengetahui indikasi dan kontra indikasinya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pemberian Obat Pada neonatus ,Bayi , Balita,anak prasekolah Sesuai Wewenang dan
Standar yang Berlaku
A. JENIS OBAT
1. Penggolongan Obat Berdasarkan Jenis
Penggolongan obat berdasarkan jenis tertuang dalam Permenkes RI Nomor
917/Menkes/X/1993 yang kini telah diperbaharui oleh Permenkes RI Nomor 949/
Menkes/Per/VI/2000. Penggolongan obat bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta keamanan distribusi. Penggolongan obat ini terdiri atas:
a. Obat bebas, yaitu obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Obat ini ter golong obat yang paling aman, dapat dibeli tanpa resep di apotik
dan bahkan juga dijual di warung-warung. Obat bebas biasanya digunakan untuk
mengobati dan meringankan gejala penyakit. Tanda khusus untuk obat bebas adalah
berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh: rivanol, tablet paracetamol, bedak salicyl, multivitamin, dan lain-lain.

b. Obat bebas terbatas, adalah segolongan obat yang dalam jumlah tertentu aman
dikonsumsi namun jika terlalu banyak akan menimbulkan efek yang berbahaya. Obat
ini dulunya digolongkan kedalam daftar obat W. Tidak diperlukan resep dokter untuk
membeli obat bebas terbatas. Disimbolkan dengan lingkaran biru tepi hitam.
Biasanya obat bebas terbatas memiliki peringatan pada kemasannya sebagai berikut:
P No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan, memakainya ditelan
P No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan
P No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan
P No. 4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar.
P No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan
P No. 6: Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan
Contoh: obat antimabuk seperti antimo, obat anti flu seperti noza, decolgen, dan lainlain.
c. Obat wajib apotek, adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker pengelola
apotek tanpa resep dokter. Obat wajib apotek dibuat bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sehingga tercipta budaya
pengobatan sendiri yang tepat, aman, dan rasional.

d. Obat keras, adalah obat yang berbahaya sehingga pemakaiannya harus di bawah
pengawasan dokter dan obat hanya dapat diperoleh dari apotek, puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan dan klinik dengan
menggunakan resep dokter. Obat ini memiliki efek yang keras sehingga jika digunakan
sembarangan dapat memperparah penyakit hingga menyebabkan kematian. Obat
keras dulunya disebut sebagai obat daftar G. Obat keras ditandai dengan lingkaran
merah tepi hitam yang ditengahnya terdapat huruf “K” berwarna hitam. Contoh:
antibiotik seperti amoxicylin, obat jantung, obat hipertensi dan lain-lain.

e. Psikotropika dan narkotika. Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara
alamiah ataupun buatan yang berkhasiat untuk memberikan pengaruh secara selektif
pada sistem syaraf pusat dan menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan
perilaku. Obat golongan psikotropika masih digolongkan obat keras sehingga
disimbolkan dengan lingkaran merah bertuliskan huruf “K” ditengahnya. Sedangkan
narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran dari
mulai penurunan sampai hilangnya kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika disimbolkan dengan
lingkaran merah yang ditengahnya terdapat simbol palang (+).

2.Dosis Pemberian
Dosis obat merupakan takaran jumlah obat yang dapat menghasilkan efek terapi pada
fungsi tubuh yang terkena gangguan. Dosis dapat dikelompokkan ke berbagai jenis berdasarkan
fungsinya:
1) Dosis awal/Loading Dose, yaitu dosis awal yang dibutuhkan guna tercapainya
konsentrasi obat yang diinginkan di dalam darah dan kemudian untuk selanjutnya
dengan dosis perawatan.
2) Dosis pencegahan, yaitu jumlah yang dibutuhkan untuk melindungi agar pasien tidak
terkenapenyakit.
3) Dosis terapi yaitu dosis obat yang digunakan untuk terapi jika pasien sudah terkena
penyakit. 4) Dosis lazim, yaitu dosis yang secara umum digunakan untuk terapi.
5) Dosis maksimal, yaitu dosis obat maksimal yang dapat digunakan untuk pengobatan
penyakit, yang bila dosis maksimal dilampaui akan menimbulkan efek yang tidak
diinginkan.
6) Dosis letaal yaitu dosis yang melebihi dosis terapi dan mengakibatkan efek yang tidak
diinginkan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Dosis obat haruslah tepat dengan tingkat keparahan serta kondisi pasien, jika dosis
berlebihan efek yang ditimbulkan obat akan berubah menjadi efek toksik, sedangkan jika dosis
terlalu kecil, obat tidak akan efektif. Oleh karena itu, perhitungan dosis harus didasari dengan
pertimbangan usia, berat badan, dan lain-lain.
Berikut ini adalah pengelompokan perhitungan dosis obat berdasarkan usia. Dosis untuk
anak diperhitungkan dari dosis orang dewasa (DD) dengan menggunakan rumus-rumus sebagai
berikut.
Rumus Fried untuk anak ¿ 2 tahun
umur anak dalam bulan
Dosis Anak (DA) = × DD
150
Rumus young untuk anak ¿ 12 tahun
umur anak dalam tahun(N )
DA = × DD
n+12
Rumus Dilling untuk anak < 15 tahun
umur anak dalam tahun(N )
DA= × DD
20
Rumus Clark untuk anak > 2 tahun
belum dalamukuran pound
DA== × DD
150

3.Efek Samping Obat


Berbeda dengan efek toksik yang terjadi pada dosis tinggi, efek samping biasanya terjadi
pada dosis terapi. Tingkat kejadian efek samping ini sangat bervariasi antara satu obat dengan
obat lainnya. Efek samping ini juga tidak dialami oleh semua orang karena masing-masing orang
memiliki kepekaan dan kemampuan untuk mengatasi efek ini secara berbeda-beda.
Efek samping suatu obat bisa lebih banyak dibandingkan efek terapinya. Contohnya
adalah amlodipin (obat tekanan darah tinggi). Efek samping yang umum terjadi adalah jantung
berdebar (sampai 4,5%), nyeri perut (1.6%), mual (2.9%), sakit kepala (7.3%), lemas (4.5%), dan
lain-lain. Persentase dalam tanda kurung menunjukkan jumlah kejadian. Tidak selamanya efek
samping ini merugikan. Pada kondisi tertentu efek ini bisa dimanfaatkan. Misalnya efek
mengantuk akibat obat antihistamin bermanfaat pada anak yang sedang batuk flue agar bisa
beristirahat dengan baik. Efek samping ini bisa diperkirakan, tetapi ada juga yang tidak seperti
reaksi alergi.
Ada beberapa kejadian dimana orang melepuh tubuhnya setelah menggunakan obat. Ini
adalah salah satu contoh efek yang tidak bisa diprediksi atau diperkirakan. Efek samping adalah
efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek obat yang diinginkan. Semua obat mempunyai
efek samping baik yang diinginkan maupun tidak. Bahkan dengan dosis obat yang tepat pun,
efek samping dapat terjadi dan dapat diketahui bakal terjadi sebelumnya. Efek samping terutama
diakibatkan oleh kurangnya spesifitas obat tersebut, seperti betanekol (Urecholine).
Dalam beberapa masalah kesehatan, efek samping mungkin menjadi diinginkan, seperti
Benadryl diberikan sebelum tidur: efek sampingnya yang berupa rasa kantuk menjadi
menguntungkan. Tetapi pada saat-saat lain, efek samping dapat menjadi reaksi yang merugikan.
Istilah efek samping dan reaksi yang merugikan kadang-kadang dipakai bergantian. Reaksi yang
merugikan adalah batas efek yang tidak diinginkan (yang tidak diharapkan dan terjadi pada dosis
normal) dari obat-obat yang mengakibatkan efek samping yang ringan sampai berat, termasuk
anafilaksis (kolaps kardiovaskular). Reaksi yang merugikan selalu tidak diinginkan. Memang
betul bahwa selain memberikan efek terapi yang diharapkan, obat juga dapat menimbulkan efek
yang tidak diinginkan yaitu efek samping obat.
Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara molekul obat dengan tempat
kerjanya. Jadi, suatu obat yang bekerja pada tubuh kita tidak selalu bekerja secara spesifik, ia
dapat bekerja pada suatu reseptor tertentu yang terdistribusi luas pada jaringan tubuh. Jika
interaksi ini terjadi maka ada efek lain yang dapat timbul.
Faktor-faktor pendorong terjadinya efek samping obat dapat berasal dari faktor pasien
dan dari faktor obatnya sendiri.
a. Faktor pasien, yaitu faktor intrinsik yang berasal dari pasien, seperti umur, faktor genetik, dan
penyakit yang diderita.
1) Umur. Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolismenya belum
sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar, begitu juga
pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun.
2) Genetik dan kecenderungan untuk alergi. Pada orang-orang tertentu dengan variasi
atau kelainan genetik, suatu obat mungkin dapat memberikan efek farmakologi yang
berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya efek samping. Genetik ini juga
berhubungan dengan kecenderungan terjadinya alergi. Contohnya pada penisilin, sekitar 1-5%
orang yang mengonsumsi penisilin mungkin mengalami reaksi alergi.
1.Paracetamol,Obat ini tidak dianjurkan untuk bayi berusia di bawah 3 bulan,penggunaan obat
ini sebaiknya berdasarkan resep dan setelah berdiskusi dengan dokter atau setelah bayi
mendapatkan vaksinasi pertama kali.Paracetamol bias menghambat beberapa enzim yang
berbeda di dalam otak dan ikatan tulang belakang yang terlibat dalam perpindahan rasa sakit.
Penelitian baru baru ini menunjukkan bahwa penggunaan paracetamol pada bayi meningkatkan
risiko asma 5 tahun mendatang sebesar 46 persen.
2.Tablet Kunyah, jangan memberikan anak berusia dibawah 2 tahun obat ini, umumnya anak
berusia 2 sampai 4 tahun yang sudah mengerti cara minum obat ini. Jika orang tua berpikir
anaknya belum terlalu mengerti, maka hancurkan obat dan letakkan di sendok yang diberi sedikit
air. Dosis yang diberikan harus sesuai.

4.Indikasi dan kontraindikasi


Memberi obat si kecil , tidak cukup hanya membaca aturan minum saja. Cermati cara
tepat memberikan , kontra indikasi dan trik agar pemberian obat berhasil.
Sistem kekebalan tubuh si kecil yang belum sempurna, membuatnya rentan terhadap
serangan penyakit, terutama infeksi. Tak heran bias sebelum melewati umur 5 tahun , Anda
kerap memberinya obat berupa sirup atau puyer (serbuk).
Sudah pasti kita harus
a.Berikan obat sesuai aturan yang tertera pada label, misalnya 3 kali sehari. Atau, berikan sesuai
anjuran dokter/petugas kesehatan yang meresepkan obat tersebut
b.Baca semua aturan pemberian obat. Penjelasan ini ada yang tercantum dalam kotak kemasan
dan ada pula yang tertulis pada lembaran kertas yang dilipat dan dimasukkan ke dalam kotak
kemasan
c.Berikan obat sesuai waktunya, misalnya harus diberikan sebelum atau sesudah makan
d.Berikan sesuai dosis anjuran. Sebaiknya gunakan sendok takar yang ada dalam kemasan obat
tersebut.
e.Perhatikan
Apabila muncul gejala alergi, stop pemberian obat dan segera konsultasikan dengan
dokterBerikan obat antibiotik sampai habis.
f.Jangan mengulang pemberian obat yang sama pada anak, walau dengan gejala dan penyakit
yang sama dengan sebelumya. Konsultasi dulu ke dokter
g.Hindari pemberian obat bebas yang tidak jelas kandungan/komposisinya.
h.Gunakan alat bantu:
1)Resmi
a)Sendok takar/gelas takar
b)Alat ukur obat berupa suntikan
c)Siring atau pipet (untuk obat tetes)
2)Tidak resmi
a)Jus buah, campur dalam jumlah yang tidak terlalu banyak
b)Jeli/agar-agar/pudding buah untuk menyembunyikan puyer
c)Sendok/alat makan yang berbentuk dan bermotif lucu
d)Susu biasa atau susu cokelat. Pastikan obat bercampur dengan baik
e)Makanan kesukaan si kecil. Bisa diberikan bersama potongan kue, dicampur madu
(untuk anak usia diatas setahun). Atau berikan makanan kesukaan anak sebelum atau
sesudah minum obat.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Ada beragam alat bantu untuk meminumkan obat pada bayi, seperti pipet, sendok takar,
atau sepuit (tanpa jarum suntik, tentunya). Alat-alat ini memiliki keuntungan dan kerugian
masing-masing. Sendok takar, umpamanya, agak sulit digunakan untuk bayi mengingat bila ia
meronta risiko obat tersebut tumpah lebih besar.
Nah, menggunakan pipet memang lebih mudah, namun pilih yang berbahan plastik.
Pipet berbahan beling atau gelas rawan pecah. Pilih juga pipet yang ukurannya jelas terlihat
sehingga bisa dipakai sebagai alat takar yang pas. Saat meminumkan obat pada bayi, jaga agar
pipet tidak mengenai mulutnya (agar tidak terkena bakteri).
Beberapa pipet sekaligus berfungsi sebagai tutup obat. Sebagai langkah antisipasi, setiap
kali habis digunakan, cucilah pipet dan rendam dalam air mendidih selama 10 menit, keringkan
kemudian baru tutupkan kembali pada tempatnya. Sementara keuntungan sepuit adalah
takarannya yang jelas dan mudah digunakan. Bila bayi Anda menyukai minum obat dengan
sepuit, jangan lupa meminta dokter membuatkan resep karena sepuit tidak bisa dibeli bebas.
Cara lain meminumkan obat pada bayi adalah dengan menggunakan botol dotnya.
Campur obat dengan air gula lalu masukkan ke dalam botol dot si kecil. Sebaiknya air jangan
terlalu banyak, takarannya kira-kira cukup untuk melarutkan obat saja. Misal, 1 bungkus puyer
atau 1 sendok teh obat sirup dengan 5-10 cc air. Kocok atau aduk terlebih dahulu hingga
tercampur merata sebelum diberikan kepada bayi

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2011Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Djamaludin. (2017). Pengantar Farmakologi. Jakarta: Rajawali P
ress Dwi, F.Y. (2015). Efek Samping Obat. Jakarta: Hilal Ahmar

Anda mungkin juga menyukai