Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“PANDANGAN ISLAM TENTANG ALAT-ALAT KONTRASEPSI”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1. GHINA NUR HIKMAH (119010)
2. RISMAYANA ERNI FARIDA (119020)
3. YUSPITA RICARDA (119027)

DOSEN PENGAMPU: TEGUH BUDIWIYONO, S.Ag, M.Ag.

AKADEMI KEBIDANAN ANUGERAH BINTAN TANJUNGPINANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Agama Islam merupakan rahmatal lil’alamin, dengan adanya
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat di kalangan
masyarakat Islam saat ini, Islam menganjurkan untuk tetap berpegang
teguh pada Sumber Hukum Islam yaitu al-Qur'an dan Hadis. Masyarakat
Islam sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari dunia, ia tidak
dapat melepaskan diri dari persoalan-persoalan yang menyangkut
kedudukan hukum suatu persoalan. Persoalan-persoalan baru yang status
hukumnya sudah jelas dan tegas dinyatakan secara eksplisit dalam al-
Qur'an dan Hadis, yang diyakini tidak akan menimbulkan pro dan kontra
di kalangan masyarakat Islam. Akan tetapi, bagi persoalan-persoalan yang
yang belum jelas status hukumnya dalam kedua sumber hukum itu,
menuntut para Ulama untuk memberikan solusi dan jawaban yang tepat
agar hukum Islam menjadi responsif dan dinamis. Di sinilah ijtihad
berperan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang baru
tersebut. Sehubungan dengan hal itu terdapat dalam hadis:

1
Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz, Sunan Abi Daud, “Bab
Ijtihad Ra‟yi fil Qadha‟”. Juz : 9, hadis nomor 3119 (dalam software maktabah syamilah)
Hadis itu merupakan sebuah prinsip yang menjadikan keyakinan
umat Islam bahwasannya konsep ijtihad dibutuhkan dalam memecahkan
persoalan-persoalan hukum Islam yang tidak dijelaskan dalam al-Quran
dan Hadis.

Salah satu tujuan perkawinan adalah untuk memelihara berlakunya


hubungan biologis antara pria dan wanita dalam rangka mengembangkan
keturunan yang suci.2 Mengenai hal ini Rasulullah SAW telah meng-
anjurkan agar setiap laki-laki menikahi perempuan-perempuan yang
subur untuk melahirkan keturunan, sabda Nabi Muhammad SAW:
3

Hadis ini mengandung anjuran memperbanyak keturunan, Namun


dibalik itu Islam juga memberikan keringanan (rukhṣoh) bagi setiap
muslim untuk mengatur keturunannya itu apabila didorong oleh alasan
yang kuat.4 Salah satu cara untuk mengatur keturunan yaitu program
Keluarga Berencana (KB), salah satu mekanisme penciptaan keluarga
sejahtera adalah perlu adanya perencanaan keluarga. Dengan kata lain
perencanaan keluarga disebut dengan Keluarga Berencana (KB).
Keluarga Berencana adalah suatu ikhtiar atau usaha manusia untuk
mengatur kehamilan dalam keluarga. Keluarga Berencana bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
keluarga bahagia yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka
menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.5
Keluarga Berencana (KB) saat ini sering dipahami hanya meng-
eksploitasi manusia, jarang memberikan peran terhadap pengguna KB

2
Noor Faried Ma‟ruf, Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia, (Bandung: AlMa‟arif,
1983), hlm. 42
3
Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz,Musnad Ahmad, “Bab
Musnad Anas bin Malik ra.”. Juz : 27, hadis nomor 13080 (dalam software maktabah syamilah).
4
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam (Terjemahan),
(Surabaya: Bina Ilmu, 1993), hlm. 270.
5
A. Rahmat Rosyadi, Soeroso Dasar, Indonesia keluarga Berencana ditinjau dari Hukum
Islam, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm. 12.
untuk melakukan usaha sendiri menggunakan metode alami,6 mereka lebih
memilih menggunakan alat-alat kontrasepsi, tetapi masih ada yang
menggunakan cara yang telah ada pada zaman Rasulullah yaitu dengan
cara ‘azl (Coitus Interruptus).
Program Keluarga Berencana (KB) tidak akan lepas dari yang
namanya kontrasepsi yaitu pencegahan konsepsi (pembuahan), atau
mencegah terjadinya pertemuan antara sel telur (ovum) dari wanita dengan
sel mani (sperma) dari pria saat bersetubuh sehingga tidak terjadi
kehamilan.7 Sesuai dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,
maka metode kontrasepsi telah banyak macamnya, sehingga bisa menjadi
pilihan dan solusi bagi suami istri yang akan melaksanakan program
Keluarga Berencana (KB). Oleh karena itu dalam pembahasan makalah
ini juga memaparkan mengenai alat-alat kontrasepsi modern tersebut.
diperhatikan dalam mencapai kehidupan keluarga yang sejahtera
sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi :

Ayat ini memberikan petunjuk kepada setiap manusia untuk


memperhatikan kesejahteraan keturunan, agar tidak menjadi umat dan
bangsa yang lemah.8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan


pertanyaan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian alat kontrasepsi?
2. Bagaimana pandangan Islam tentang alat-alat kontrasepsi?
3. Apa saja jenis-jenis alat kontrasepsi?
4. Bagaimana dalil hukum tentang alat-alat kontrasepsi?

6
Dwi Anton, Dyah Andari, Memilih Kontrasepsi Alami dan Halal, (Solo: Aqwamedika,
2008), hlm. xi.
7
Ibid., hlm. 12-14.
8
Masjfuk Zuhdi, Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu,
1974), hlm. 15.
C. Batasan Masalah
1. Pengertin alat kontrasepsi
2. Pandangan Islam tentang alat-alat kontrasepsi
3. Jenis-jenis alat kontrasepsi
4. Dalil hukum tentang alat-alat kontrasepsi

D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian alat kontrasepsi
2. Untuk mengetahui dan memahami pandangan Islam tentang alat kontra-
sepsi
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis alat kontrasepsi
4. Untuk mengetahui dan memahami dalil hukum tentang alat-alat kontra-
sepsi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alat-alat Kontrasepsi


Alat secara etimologi, berarti sesuatu yang dipakai untuk mencapai
maksud. Sedangkan kontrasepsi adalah cara untuk mencegah kehamilan
(menggunakan alat atau obat pencagah kehamilan, seperti spiral, kondom,
pil anti hamil). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, alat kontrasepsi
berarti alat untuk mencagah kehamilan.9
Keluarga Berencana (KB) pertama kali ditetapkan sebagai program
pemerintah pada tanggal 29 Juni 1970, bersamaan dengan dibentuknya
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Program KB di
Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1957, namun masih menjadi urusan
kesehatan dan belum menjadi urusan kependudukan. Program KB
didukung Undang-Undang sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan
keluarga sehat dan berkualitas. Pegaturan kehamilan dalam program KB
dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi.10 Dari sinilah banyak
masyarakat yang mempertanyakan hukum KB, yang di dalamnya identik
dengan pemakaian alat kontrasepsi.
B. Pandangan Islam Tentang Alat-alat Kontrasepsi
Alat kontrasepsi yang dibenarkan dan diperbolehkan syari’at islam
adalah jika memiliki alasan yang syar’i (khawatir kesehatan ibu dan anak
jika hamil, meniatkan untuk mengatur, kelahiran anak, jarak dan usia yang
ideal), dan mengatur kehamilan yang bersifat sementara (tidak prmanen)
dan harus memperhatikan jenis kontrasepsi yang akan digunakan,
kontrasepsi yang dipasang tanpa menampakkan aurotnya atau kontrsasepsi
yang dapat dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau orang lain yang
tidak haram memandang auratnya (suami), atau orang lain yang pada

9
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Hlm 27 & 592
10
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi dan Analisis Keluarga
Berencana, Jakarta selatan: Pusat data dan informasi, 2014), hlm. 1.
dasarnya tidak boleh melihat aurotnya tetapi dalam keadaan tertentu atau
darurat dipebolehkan. selain itu bahan yang pembuatan yang digunakan
harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi
yang membahayakan bagi kesehatannya maupun anaknya.
Alat kontrasepsi yang dilarang syari’at adalah jika ia merasa takut
akan kemiskinan, atau menganggap jika banyak anak, maka kebutuhan
ekonomi semakin meningkat sehingga harus lebih bekerja keras, maka hal
tersebut sangat dilarang oleh syari’at, Karena esensi menikah yang
sesungguhnya adalah untuk mendapatkan keturunan, maka jika meng-
gunakan KB tanpa alasan yang syar’i atau beralasan takut miskin dan takut
akan rizkinya, maka ia tidak mempercayai rizki yang sudah diatur oleh
Allah.
C. Jenis-Jenis Alat-alat Kontrasepsi
Semua alat KB ini tentunya mempunyai keterbatasan, yang kita
kenal dengan istilah “kegagalan KB” (tetap hamil walaupun sudah ber-KB
dengan baik). Kegagalan KB ini bervariasi antara di bawah 1% (pada Alat
Alat KB merupakan metode yang dapat dipilih. Semua alat KB ini
tentunya mempunyai keterbatasan, yang kita kenal dengan istilah
“kegagalan KB” (tetap hamil walaupun sudah ber-KB dengan baik).
Kegagalan KB ini bervariasi antara di bawah 1% (pada sterilisasi
pria/wanita dan pil KB) sampai sekitar 20-30% (pada istibra
berkala/sistem kalender, kondom, diaphragma, yelly vagina, atau coitus
interuptus/sanggama terputus/Azl). Intinya manusia sadar bahwa
ikhtiarnya maksimal hanya bisa sekitar 97-98% karena kesempurnaan
bukanlah milik manusia. Di sini penulis ingin memaparkan sedikit
pengetahuan tentang jenis- jenis kontrasepsi, di antaranya:
1. Kontrasepsi Tanpa Alat
a. Metode pantang berkala (Metode kalender)
Yaitu tidak melakukan hubungan badan pada masa subur
istri. Seorang istri harus mengetahui masa suburnya, yaitu 14 hari
setelah hari pertama menstruasi. Masa subur adalah dimana ovum/
sel telur wanita telah matang dan siap untuk dibuahi. Para ahli
mengambil kemungkinan empat hari sesudah ataupun sebelum
menstruasi bisa terjadi masa subur. Metode kb dengan penanggalan
yaitu tidak menumpahkan sperma ke dalam Rahim pada masa
subur. Metode ini dapat dibantu menggunakan kalender dengan
menandai / membulatkan anggal hari mulai hari menstruasinya,
misalnya tanggal 5 oktober, maka perkiraan hari subur adalah
tanggal 19. Empat hari sebelum dan sesudah berarti tanggal 15-30
oktober.
b. Metode coitus interuptus/ ‘azl
‘Azl adalah menumpahkan mani di luar Rahim agar tidak
terjadi kehamilan. Diperbolehkan melakukan azl sebagaimana
yang dilakukan para sahabat rosulullah, seperti yang dikatakan
jabir: “ kita melakukan azl, sementara Alqur’an sedang turun.” Jika
azl dilarang, maka Allah akan menurunkan ayat yang menjelaskan
akan ketidak bolehannya melakukan azl. Akan tetapi jika
melakukan azl karna takut kemiskinan atau takut tidak mampu
memberi nafkah, maka hal itu yang dilarang.
2. Kontrasepsi Sederhana dengan Alat
a. Spermatisid
Metode ini terdiri atas dua komponen yaitu bahan kimia
ang mematikan sperma (biasanya nonilfenoksi polietanol) dan
medium yang dipakai (berupa tablet, krim, atau agar). Sebelum
melakukan senggama, tablet, krim atau agar diletakkan dalam
vagina. Pengguna spermisida ini kurang efektif bila tidak
dikombinasikan dengan alat lain, seperti kondom atau diafragma.11
b. Kondom
Kondom merupakan suatu alat yang dapat menghalangi
masuknya sperma. Kondom merupakansalah satu pilihan untuk
mencegah kehamilan yang sudah popular di masyarakat. Kondom

11
Jenis alat kontrasepsi beserta hukuya menurut islam
adalah suatu kantong karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak
berpori. Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di
laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual,
ermasuk HIV/AIDS. Akan tetapi kondom ini banyak disalah
gunakan para pezina.
c. Diafragma
Diafragma adalah kap yang berbentuk bulat cembung,
terbuat dari kart yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks. Diafragma berguna
untukmenahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai
saluran alat reproduksi bagian atas(uterus dan tuba falopi).
d. Spermisida
Spermisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk
menon-aktifkanatau membunuh sperma. Spermisida
menyebabkan sel membrane sprma terpecah, dan memperlambat
gerakan sperma serta menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur.
e. Kb suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Biasanya
pemakai kontrasepsi ini di bulan- bulan pertama pemakian terjadi
mual, pendarahan berupa bercak da antara masa haid, sakit kepala
dan nyeri payudara, dan tidak melindungi dari penyakit menular,
seperti HIV dan AIDS.
f. KB pil
Pil adalah obat pencagah kehamilan yang diminum. Pil
telah diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita
yang tidak hamil dan merupakan pencegah kehamilan sementara
yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat
dimulai segera sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi,
atau pada ibu yang tidak menyusui. Jika seorang ibu menyusui
hendaknya penggunaan pil ditunda hingga 6 bulan sesudah
kelahiran anak.
g. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merupakan alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur
yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika
sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara
kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya adalah spiral.
Efektivitasnya 92-94%. Kelemahan alat ini yaitu bisa
menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul, pendarahan di
luar masa menstruasi atau darah menstruasi lebih banyak dari
biasanya.
IUD dipasang 2 atau 3 hari sesudah haid atau 3 bulan
setelah melahirkan dan pemasangannya harus dilakukan oleh
tenaga yang telah terlatih, serta perlu adanya kontrol setelah
pemasangan. Meskipun diakui sangat efektif dan efek samping
yang tidak bahaya, namun secara ilmiah, mekanisme kerja IUD
hingga kini belum jelas 100%. Banyak teori dari para ahli
kedokteran yang berbeda-beda mengenai mekanisme alat ini, baik
tingkat nasional maupun internasional.
h. Kontrasepsi implant
Disebut juga dengan kontrasepsi bawah kulit, karena
dipasang di bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini
disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya
smacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastic berongga
dan ukuranya sebesar batang korek api. Di dalamnya berisi zat
aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormone
sedikit demi sdikit, alat kontrasepsi ini menghalangi terjadinya
ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.
i. Kontrasepsi sterilisasi
Sterilisasi yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel
indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis pada pria
(vasektomi). Proses ini harus dilakukan oleh spesialis kandungan,
kontrasepsi ini mengakibatkan kemandulan. Jika seseorang sudah
menggunakan kontrasepsi ini, maka tidak diperlukan lagi alat – alat
kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini kemungkinan
untuk hamil sangat kecil, karena metode kb ini dengan cara
memotong tuba falopi yang menghubungkan ovarium dengan
Rahim(uterus) dan pada ujungnya ditutup dengan cincin atau
dengan cara dibakar (kauter), metod lain kb permanen ini adalah
dengan menjepit atau mengikat saluran tuba falopi, dengan tujuan
sel telur tidak dapat terjangkau oleh sperma.12
Steriliasi berakibat kemandulan tetap, dan hal ini sangat
bertentangan dengan tujuan pokok pernikahan, yaitu selain
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan untuk
mendapatkan keturunan, dan cara ini merupakan suatu bentuk
pengingkaran terhadap nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah.
Metode ini haram karena menjadikan lelaki dan permpuan tidak
bisa memiliki keturunan selama- lamanya.13
D. Dalil Hukum Tentang Alat-alat Kontrasepsi
Pada dasarnya, Islam sangat menganjurkan ummatnya untuk
memperbanyak keturunan. Di antara hadits yang menerangkan hal tersebut
adalah hadits riwayat Ma’qil bin Yasar ketika ada seorang lelaki yang
berkonsultasi tentang calon istrinya yang nasabnya baik dan cantik namun
tidak memiliki anak, maka beliau mengatakan “Jangan” lalu lelaki tersebut
bertanya untuk yang kedua kali, maka Rasulullah Saw., bersabda:

‫تَ َز َّوجُوا ْال َو ُدوْ َد ْال َولُوْ َد فَإِنِّ ْي ُم َكا ِش ٌر بِ ُك ُم األُ َم َم‬

“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur (banyak anak), karena


sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di
hadapan umat-umat (yang terdahulu).” (HR. Abu Dawud).

12
https/ tips sehatkeluarga bunda.blogspot.co.id/2013
13
https://muslimafiyah.com/
Dalam hadits Ma’qil di atas, membuktikan bahwa Islam
menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan. Terlepas dari
takdir mandul yang diberikan Allah, setiap muslim hendaknya berusaha
bagaimana memperbanyak kuantitas umat Islam yang juga berkualitas.
Sehingga bertebaranlah di bumi ini hamba-hamba Allah yang beriman dan
bertaqwa. Hingga hukum ‘azl pun jika tanpa izin istri dimakruhkan. Ulama
berhujjah akan kemakruhan ‘azl dengan hadits yang menjelaskan
14
bahwa ‘azl dinilai mengandung unsur pembunuhan.
Bagi ulama kontemporer, dikenal istilah tahdid an-
Nasl (membatasi jumlah keturunan) dan tandhim an-Nasl (mengatur jarak
kelahiran). Tahdid an-Nasl merupakan rencana membatasi anak dalam
jumlah tertentu, seperti dua atau tiga anak saja, sebagai upaya menjaga
kestabilan perekonomian keluarga misalnya, atau karena enggan
menambah anak setelah itu. Adapun tandhim an-Nasl adalah upaya
menunda kehamilan sampai kondisi wanita kembali stabil, kemudian ia
tinggalkan alat-alat pencegah kehamilan untuk memiliki anak lagi
sekalipun jumlah anaknya sudah banyak.15
Dalam istilah Arab, mencegah kehamilan permanen disebut at-
Ta’qim ad-Daim. Bentuk KB jenis ini dilarang oleh Islam, berdasarkan
banyaknya hadits yang melarang kebiri. Larangan ini juga berlaku pada
pemakaian alat-alat modern yang digunakan untuk mencegah kehamilan
permanen beserta semua motifnya kecuali karena pertimbangan medis
yang mendesak.16
Syaikh Bin Baz ditanya tentang hukum memakai alat kontrasepsi
untuk mengatur jarak kelahiran, maka beliau menjawab, “Tidak mengapa
memakai alat kontraspsi untuk mengatur jarak kehamilan untuk
menghindari kemadharatan. Akan tetapi, hal itu hendaknya dilakukan pada

14
Az- Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jilid 9, cet 1, Darul Fikr, Jakarta,
2010, hlm. 104
15
Ahmad ad-Duwaisy, Fatawa al-Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta,
(Riyadh: Dar al-‘Ashamah, t.t), jilid 19, hlm. 300.
16
Bin Baz, Majmu’ Fatawa al-‘Allamah Abdul Aziz bin Baz, (Ttp: t.p., t.t.), jilid 21, hlm.
191
masa menyusui (tahun pertama dan kedua) hingga tidak mengakibatkan
kemadharatan untuk kehamilan setelahnya, juga agar tidak memberi
kemadharatan untuk pendidikan anak-anaknya. Jika kehamilan yang
berurutan (dalam waktu dekat) memberi kemadharatan pada pendidikan
anak atau kesehatan dirinya, maka tak masalah mengatur jarak kehamilan
setahun dua tahun selama masa menyusui. Karena sejatinya Rasulullah
SAW menganjurkan untuk memperbanyak keturunan.”
Adapun Syaikh Fauzan juga dimintai fatwa berkenaan hukum
mengkonsumsi pil pencegah hamil. Menurut beliau, hukumnya tidak boleh
mengkonsumsi pil pencegah hamil kecuali dalam keadaan darurat. Disebut
darurat jika dokter memvonis kehamilannya bisa berujung pada kematian.
Sedangkan mengkonsumsi pil tersebut dengan tujuan menunda kehamilan,
maka tidaklah mengapa selama hal tersebut memang diperlukan. Misalnya
jika kesehatannya tidak baik jika hamil yang satu dengan setelahnya
berdekatan, atau karena hal tersebut memberi kemadharatan bagi anak
pada masa penyusuannya. Sifat pil tersebut pun tidak menghentikan
kehamilan (permanen), tapi hanya sekedar bisa untuk menunda. Hal
tersebut tidak boleh dilakukan sesuai kebutuhan dan setelah berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter.17
Syaikh Abu Malik Kamal membagi pencegah hamil menjadi
3: ‘azl, kontrasepsi permanen, dan kontrasepsi temporal. Hukum azl
makruh. Ketentuan kontrasepsi temporal sama seperti ‘azl, lebih baik
dihindari, namun jika penggunaannya karena takut miskin maka
hukumnya menjadi haram. Adapun kontrasepsi permanen, bisa dengan
cara sterilisasi (mengikat atau memotong saluran sel telur) ataupun dengan
mengangkat rahim, maka tidak ada perbedaan pendapat akan
keharamannya. Kecuali jika memang ada kondisi darurat yang jika rahim
tidak diangkat atau langkah semisalnya bisa membahayakan jiwa ibu,
maka sterilisasi diperbolehkan.

17
Al-Utsaimin, dkk. Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah, cet.2, (Riyadh: Adhwa as-Salaf,
2009), hlm. 1137.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makah ini yaitu :
1. Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah kehamilan menggunakan
alat atau obat pencagah kehamilan.
2. Alat kontrasepsi yang dibenarkan dan diperbolehkan syari’at islam
adalah jika memiliki alasan yang syar’i. Alat kontrasepsi yang
dilarang syari’at adalah jika ia merasa takut akan kemiskinan, atau
menganggap jika banyak anak, maka kebutuhan ekonomi semakin
meningkat sehingga harus lebih bekerja keras, maka hal tersebut
sangat dilarang oleh syari’at.
3. Jenis-jenis alat kontrasepsi yaitu menggunakan alat atau obat
pencagah kehamilan, seperti spiral, kondom, pil anti hamil.
4. Hukum menggunakan alat kontrasepsi makruh. Ketentuan
kontrasepsi lebih baik dihindari, namun jika penggunaannya karena
takut miskin maka hukumnya menjadi haram.
B. Saran
Maka diharapkan kepada pemakai kontrasepsi atau yang meng-
inginkan kontrasepsi ini harus memiliki alasan yang syar’i (kesehatan
ibu dan anak akan terganggu jika hamil, menjarak kelahiran, dan
mengatur kelahiran), dan tidak menggunakan kontrasepsi yang bersifat
permanen atau selamannya, dan tidak mengandung sesuatu yang
haram, dengan alasan-alasan di atas, diperbolehkan untuk
menggunakan kontrasepsi,
DAFTAR PUSTAKA

Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz, Sunan Abu Daud,
dalam software maktabah syamilah.
Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz, Shohih Muslim,
dalam software maktabah syamilah.
Ahmad ad-Duwaisy, Fatawa al-Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al
Ifta, (Riyadh: Dar al-‘Ashamah, t.t), jilid 19, hlm. 300.
Al-Ahkam ath-Thibiyah al-Muta’alliqah bi an-Nisa fi al-Fiqh al-Islami, hlm. 120.
Al-Utsaimin, dkk.2009. Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah, cet.2.Riyadh: Adhwa as
Salaf
Anton, Dwi. Dyah Andari. 2008. Memilih Kontrasepsi Alami dan Halal. Solo:
Aqwamedika.
Az- Zuhaili, Wahbah. 2010. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jilid 9, cet 1.
Jakarta: Darul Fikr.
Bin Baz, Majmu’ Fatawa al-‘Allamah Abdul Aziz bin Baz, (Ttp: t.p., t.t.), jilid 21.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Hlm 27 & 592
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis
Keluarga Berencana, Jakarta selatan: Pusat data dan informasi.
https://tips sehatkeluarga bunda.blogspot.co.id/2013 .
https://www. muslimafiyah.com

Anda mungkin juga menyukai