Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PASCA PERSALINAN

“PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) PADA IBU NIFAS


SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DEPRESI POST PARTUM”

Dosen Pengampu : Etika Khoiriyah, SST, M.Keb


DISUSUN OLEH :

GHINA NUR HIKMAH


NIM. 119010

AKADEMI KEBIDANAN ANUGERAH BINTAN


TANJUNGPINANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sebagai penyusun sehingga berhasil
menyelesaikan makalah tentang “PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY
(CBT) PADA IBU NIFAS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DEPRESI POST
PARTUM” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas Askeb Pasca Persalinan
dari ibu Etika Khoiriyah, SST, M.Keb., selaku dosen pengampu dalam mata kuliah
Askeb Pasca Persalinan ini. Dalam penyusunan makalah ini saya penyusun
menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan baik dari segi teknis penulisan maupun
segi materi. Untuk itu dengan hati tebuka kami penyusun menerima teguran dan kritik
yang ikhlas serta membangun dari semua pihak dalam penyempurnaan makalah yang
akan datang.
Akhirnya penyusun berharap semoga Allah SWT, memberilan imbalan yang
setimpal kepada mereka yang memberikan bantuan dan semoga bantuan itu dapat
dijadikan ibadah Aamiin Yaa Robbal 'Alamin.

Tanjungpinang, 18 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Pengertian Cognitive Behavior Teraphy (CBT)...................................................3
2.2 Manfaat Cognitive Behavior Teraphy (CBT).......................................................3
2.3 Cara Kerja Cognitive Behavior Teraphy (CBT)...................................................4
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................6
BAB IV PENUTUP..........................................................................................8
3.1 Kesimpulan.................................................................................................8
3.2 Saran...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Post partum adalah masa yang dimulai sesudah kelahiran bayi dan berakhir
setelah lebih kurang 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikologis.
Secara umum ada tiga gangguan psikologis utama pasca persalinan, dari yang ringan
sampai berat, yaitu postpartum blues, depresi post partum dan post partum psikosis.
Ibu postpartum yang tidak dapat beradaptasi dengan peran barunya dapat terjadi
depresi postpartum. Depresi postpartum (DPP) adalah suatu depresi yang ditemukan
pada perempuan setelah melahirkan, yang terjadi dalam kurun waktu 4 (empat)
minggu, beberapa bulan bahkan beberapa tahun bila tidak diatasi dengan baik.
Pendapat lain menyebutkan DPP dapat terjadi mulai 6 minggu sampai 1 tahun
(Corwin,E,J,Ph.D & Pajer,K, 2008).
Prevalensi DPP didunia sebesar 13% (Lori E. et al.2009), untuk wilayah Asia
– Afrika berkisar 25% - 60% (Corey & Tapha, 2011). Rerata angka kejadian DPP di
Indonesia adalah 11 – 30 % (Elvira S. D. 2006). Gejala yang sering muncul pada DPP
adalah sedih, menangis, cepat tersinggung, cemas, sulit untuk berkonsentrasi, labilitas
perasaan serta gangguan tidur dan nafsu makan, lebih berat lagi ditemukan ada
pikiran bunuh diri, waham paranoid dan melakukan ancaman kekerasan terhadap
bayinya (Corwin,E,J,Ph.D & Pajer,K, 2008).
Faktor penyebab DPP cenderung kompleks dan masih belum jelas. Perubahan
hormonal pasca persalinan ditengarai berhubungan dengan symptom depresif dan
sedikit faktor biologis yang dapat menjelaskan terjadinya depresi pasca persalinan
(Corey & Tapha, 2011). Faktor yang mempengaruhi terjadinya Depresi Post Partum,
ada riwayat depresi, kegelisahan selama kehamilan, konflik perkawinan, adanya
tekanan hidup atau pengalaman hidup tidak menyenangkan, dukungan sosial yang
rendah, status ekonomi yang rendah dan adanya komplikasi obstetrik (Stewart, et al.
2003)

1
Depresi postpartum bisa berdampak negatif pada kesehatan ibu, anak dan
keluarga. Pada ibu dapat menurunkan kemampuan dalam mengasuh anak,
ketertarikan terhadap bayinya kurang, tidak berrespon positif terhadap bayinya dan
malas menyusui. Sehingga akan mempengaruhi kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan sang bayi.(Fitelson.et al,2011)
Upaya penanganan Depresi Postpartum meliputi pengobatan medis, terapi
psikologi, psikososial dan penanganan tanpa obat seperti latihan, akupunktur dan
massage terapi (Fitelson.et al,2011). Program nasional kunjungan ulang masa nifas
dilakukan minimal 3 kali meliputi deteksi dini, pencegahan dan menangani
komplikasi (Muchtar,A. Sursilah, I. Isir, M. Dkk., 2014). Kunjungan ini dinilai belum
menyentuh aspek psikologis, padahal ibu nifas mengalami perubahan tidak hanya
fisik namun juga psikologis dan sosial.
Demikian juga dukungan keluarga dan tenaga kesehatan yang baik terbukti
berpengaruh terhadap depresi postpartum (Wahyuni, Murwati, & Supiati, 2014).
Model kunjungan rumah oleh professional dengan intervensi pencegahan DPP yang
terstruktur berhasil meningkatkan kesehatan ibu dan anak (Barnes, Senior, &
MacPherson, 2009). Hasil penelitian lain menyatakan bahwa terapi kognitif dapat
menurunkan depresi pasca salin (Haerani dan Moordiningsih, 2009).
Untuk itu diperlukan suatu bentuk intervensi kognitif yang dapat mengatasi
perubahan suasana hati dan perasaan tidak mampu pada ibu post partum yang gagal
beradaptasi sehingga tidak berlanjut menjadi DPP dan malas menyusui (Diaz, V. A.,
& Carolyn, C. 2012)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Cognitive Behavior Teraphy (CBT)?
2. Bagaimana penerapan Cognitive Behavior Teraphy (CBT) pada ibu nifas
untuk mencegah depresi post partum?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu Cognitive Behavior Teraphy (CBT).
2. Untuk mengetahui penerapan Cognitive Behavior Teraphy (CBT) pada ibu
nifas untuk mencegah depresi post partum

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cognitive Behavior Teraphy (CBT)


Terapi kognitif perilaku atau CBT (cognitive behavioral therapy) adalah
istilah yang lebih umum dari terapi kognitif dan merupakan salah satu bentuk dari
psikoterapi. Terapi kognitif bertujuan untuk melatih cara berpikir (fungsi) kognitif
dan cara bertindak (perilaku). Ini sebabnya terapi kognitif lebih dikenal dengan terapi
kognitif perilaku.

2.2 Manfaat Cognitive Behavior Teraphy (CBT)


Terapi kognitif perilaku digunakan untuk membantu penderita gangguan
kesehatan mental mengubah sudut pandang akan permasalahan atau situasi
menantang dalam hidupnya, sekaligus cara ia bereaksi terhadap permasalahan
tersebut. Selain itu, terapi kognitif perilaku juga bisa dilakukan untuk membantu
penderita mencari pendekatan dan solusi masalah yang terjadi secara mandiri. Selain
gangguan kecemasan dan depresi, terapi kognitif perilaku juga terbukti efektif dalam
menangani gangguan kesehatan mental lainnya, seperti:
1) Fobia
2) Gangguan pola makan
3) Gangguan tidur
4) Penyalahgunaan alkohol
5) Gangguan panik
6) Gangguan seksual
7) Gangguan bipolar
8) Skizofrenia
9) Obsessive compulsive disorder (OCD)
10) Post-traumatic stress disorder (PTSD)

3
Selain gangguan kesehatan mental, penyakit fisik yang terkait dengan tingkat
stres atau kondisi psikologis, seperti depresi post partum juga bisa menggunakan
terapi kognitif perilaku sebagai salah satu metode pengobatannya.

2.3 Cara Kerja Cognitive Behavior Teraphy (CBT)


Konsep dari terapi kognitif perilaku adalah bahwa pikiran, perasaan, sensasi
fisik, dan tindakan Anda saling berkaitan dan memengaruhi satu dengan lainnya.
Pikiran dan perasaan negatif dapat membuat Anda terjebak dalam “lingkaran setan”
permasalahan yang terasa semakin berat. Hal ini kemudian dapat mengubah cara
Anda berpikir, berperilaku, dan bahkan menyebabkan keluhan fisik. Terapi kognitif
perilaku bisa membantu Anda mengolah pikiran dan perasaan negatif tersebut. Pada
terapi ini, Anda akan dibantu untuk:
1. Mengidentifikasi masalah
Langkah pertama yang paling penting dalam terapi perilaku kognitif adalah
menyadari dan menerima bahwa Anda memiliki masalah. Terapis akan membantu
Anda untuk mengidentifikasi masalah, sekaligus akar permasalahan tersebut. Masalah
dalam kehidupan seseorang bisa disebabkan oleh masalah lain yang bahkan tidak
disadari oleh dirinya sendiri. Terapis juga akan membantu Anda mencari penyebab
paling dasar dari perasaan negatif atau pola destruktif yang terjadi.
2. Fokus pada pencarian solusi.
Terapi kognitif perilaku membantu Anda memecahkan masalah yang besar menjadi
masalah-masalah kecil yang bisa dihadapi satu per satu dan perlahan-lahan, sehingga
terasa ringan.
3. Mencari cara praktis yang bisa memperbaiki cara pikir Anda setiap harinya
Setelah membantu menyederhanakan masalah Anda, terapis akan mulai menggiring
Anda untuk belajar melihat kaitan antara satu masalah dengan masalah lainnya, serta
efek dari masing-masing masalah tersebut pada diri Anda. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengubah cara Anda memandang dan menanggapi sebuah masalah.
Meski sederhana, ini bisa sangat berpengaruh terhadap kemampuan Anda dalam
menyelesaikan masalah dan membuat Anda memiliki sifat yang lebih positif. Selain

4
itu, Anda juga akan dibantu untuk fokus pada masalah yang ada sekarang, bukan
yang ada di masa lalu ataupun yang mungkin ada di masa depan.
4. Mendorong Anda melatih dan mempraktikkan kebiasaan positif
Jika Anda sudah mampu menyadari, menerima, menyederhanakan, dan
memahami masalah Anda secara menyeluruh, tahap selanjutnya adalah
menghilangkan cara lama Anda yang destruktif dalam merespons masalah tersebut.
Terapis akan membantu Anda mempelajari dan mempraktikkan langkah dalam
merespons suatu masalah dengan positif dan tidak membebani diri Anda.
Setelah beberapa sesi, terapis akan membahas kembali langkah-langkah yang
telah dilakukan dalam terapi kognitif perilaku. Tujuannya adalah untuk melihat
apakah metode yang telah dijalankan bisa memberikan manfaat bagi Anda. Hal ini
dilakukan untuk menemukan cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam hidup
Anda.Terapi kognitif perilaku memang bisa digunakan untuk mengelola masalah
yang berhubungan dengan pikiran, perasaan, dan tindakan Anda. Namun, terapi ini
belum tentu cocok untuk semua orang.
Selain itu, terapi ini memerlukan kerja sama yang bagus dengan terapis dan
komitmen yang kuat dari penderita untuk bisa mencapai hasil terbaik. Jika ini terjaga,
periode terapi bisa lebih singkat. Selama menjalani terapi ini, Anda dianjurkan untuk
bersikap terbuka dan jujur, terutama ketika melakukan konsultasi pertama, agar
terapis dapat menemukan pendekatan dan terapi yang sesuai dengan kondisi Anda.

5
BAB III
PEMBAHASAN

Metode CBT (cognitive behavioral therapy) bisa mencegah depresi post


partum pada ibu nifas. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil analisis yang
menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan CBT terhadap depresi postpartum yang
ditunjukkan dengan nilai p< 0.014. Berdasar uji regresi bahwa penerapan CBT dapat
mengurangi 4,5 skor pada pengukuran DPP berdasar skala EPDS (Endinburgh
Posnatal Depression Scale merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang
dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin)
meskipun hal ini hanya dapat menjelaskan sekitar 13,3%, sementara 86,7 % nya
kemungkinan disebabkan oleh kondisi lain yang tidak diteliti.( Murwati & Suroso,
2017)
CBT terbukti secara ilmiah untuk pengobatan pasien dengan depresi, dan
dalam pelaksanaanya harus memahami sifat dan penerapan CBT; akses sumber daya
profesional yang mendukung kolaborasi efektif dengan pasien dan konsultan. CBT
dikembangkan oleh Aaron Beck, yang beralasan bahwa beberapa orang belajar
memandang diri, dunia, dan masa depan dipengaruhi oleh berbagai bias.
Kesalahan kognitif membuat seseorang dapat mengembangkan keyakinan
disfungsional yang menyebabkan perilaku tidak efektif (coping), perasaan depresi
dan gejala fisik yang tidak menyenangkan. CBT berfokus pada hubungan antara
pikiran, sikap, perilaku, reaksi fisik dan lingkungan; memberikan pendidikan tentang
keterkaitan antara masing-masing domain; dan termasuk strategi yang menargetkan
perubahan positif di setiap domain.
Selain itu, terapi ini memerlukan kerja sama yang bagus dengan terapis dan
komitmen yang kuat dari penderita untuk bisa mencapai hasil terbaik. Jika ini terjaga,
periode terapi bisa lebih singkat. Selama menjalani terapi ini, ibu nifas dianjurkan
untuk bersikap terbuka dan jujur, terutama ketika melakukan konsultasi pertama, agar
terapis dapat menemukan pendekatan dan terapi yang sesuai dengan kondisi ibu nifas.

6
CBT telah diterapkan untuk mengobati berbagai gangguan kejiawaan
termasuk depresi, kecemasan dan gangguan makan, dengan tingkat keberhasilan yang
dilaporkan antara 52% menjadi 97% (Misri,S & Kendrick, K, 2007).
Untuk kedepannya diharapkan upaya penanganan Depresi Postpartum tidak
hanya dengan pengobatan, tetapi juga dikombinasikan dengan metode terapi
psikologi, psikososial, dukungan suami dan keluiarga, serta penanganan tanpa obat
seperti latihan, akupunktur dan massage terapi.

7
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
CBT terbukti secara ilmiah untuk pengobatan pasien dengan depresi, dan
dalam pelaksanaanya harus memahami sifat dan penerapan CBT; akses sumber daya
profesional yang mendukung kolaborasi efektif dengan pasien dan konsultan. CBT
dikembangkan oleh Aaron Beck, yang beralasan bahwa beberapa orang belajar
memandang diri, dunia, dan masa depan dipengaruhi oleh berbagai bias.
Kesalahan kognitif membuat seseorang dapat mengembangkan keyakinan
disfungsional yang menyebabkan perilaku tidak efektif (coping), perasaan depresi
dan gejala fisik yang tidak menyenangkan. CBT berfokus pada hubungan antara
pikiran, sikap, perilaku, reaksi fisik dan lingkungan; memberikan pendidikan tentang
keterkaitan antara masing-masing domain; dan termasuk strategi yang menargetkan
perubahan positif di setiap domain.
Selain itu, terapi ini memerlukan kerja sama yang bagus dengan terapis dan
komitmen yang kuat dari penderita untuk bisa mencapai hasil terbaik. Jika ini terjaga,
periode terapi bisa lebih singkat. Selama menjalani terapi ini, ibu nifas dianjurkan
untuk bersikap terbuka dan jujur, terutama ketika melakukan konsultasi pertama, agar
terapis dapat menemukan pendekatan dan terapi yang sesuai dengan kondisi ibu nifas.

3.2 Saran
Untuk kedepannya diharapkan upaya penanganan Depresi Postpartum tidak
hanya dengan pengobatan, tetapi juga dikombinasikan dengan metode terapi
psikologi, psikososial, dukungan suami dan keluiarga, serta penanganan tanpa obat
seperti latihan, akupunktur dan massage terapi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Barnes, J., Senior, R., & MacPherson, K. (2009). The utility of volunteer home-visiting

support to prevent maternal depression in the first year of life. Child: Care, Health

and Development, 35(6), 807–16.

Corey.E and Thapa.S, (2011) Postpartum Depression: An Overview of Treatment and

Prevention : World Health Organization Department of Reproductive Health and

Research,Geneva, 2011.

Corwin,E,J,Ph.D & Pajer,K.(2008) The Psychoneuroimmunologyof postpartum depresion.

Journal of women Health.

Dahlan.M. (2010). Besar Sampel dan cara Pengambilan Sampel (dalam penelitian

Kedokteran danmKesehatan). Jakarta : SalembamMedika

Dahlan, M. . (2014b). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Deskriptif, Bivariat dan

Multivariat dilengkapi dengan menggunakan SPSS (6th ed.). Jakarta: Epidemiologi

Indonesia.

Diaz, V. A., & Carolyn, C. (2012). Integrating Cognitive Behavioral Therapy into the

Management of Depression. American Family Physician, 85(7). 96 Jurnal Kebidanan

Dan Kesehatan Tradisional, Volume 2, No 2, September 2017, hlm 60-115

Elvira S. D. (2006). Depresi Pasca Persalinan. Jakarta: FK UI

Fitelson E, Kim S, Baker A and Leight K. Treatment of Postpartum Depression:Clinical,

Psychological and Pharmacological Options. International Journal of Women’s

Health 2011; 1(3): 1-14.

Haerani dan Moordiningsih. (2009). Terapi Kognitif dan Depresi Pasca Melahirkan. Jurnal

Intervensi Psikologi, 1(1), 117 – 124.

Anda mungkin juga menyukai