Disusun Oleh :
Kelompok 5 PBL
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Atas
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang Terapi
Modalitas Dalam keperawatan Jiwa untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.
Kelompok 5 PBL
ii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................................2
1.3 TUJUAN MASALAH....................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 KONSEP DASAR TERAPI MODALITAS...................................................................6
2.2 TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)...............................................................10
2.3 TERAPI LINGKUNGAN.............................................................................................20
2.4 TERAPI MUSIK...........................................................................................................29
2.5 TERAPI KELUARGA..................................................................................................31
2.6 PSIKOTERAPI.............................................................................................................36
BAB III....................................................................................................................................39
PENUTUP...............................................................................................................................39
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................40
3.2 SARAN.........................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................41
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya dangat terkait pada materi (Yusuf, A.H and R & Nihayati, 2015). Jiwa
yang sehat sulit didefinisikan yang tepat. Meskipun demikian, ada beberapa indikator
untuk menilai kesehatan jiwa.
Menurut Michael Kirk Patrick, orang yang sehat jiwa adalah orang yang bebas
dari gejala gangguan psikis, serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya
(Yusuf , A.H and, R & Nihayati, 2015).
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam 2000 jiwa. Terapi ini berikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
yang adaptof (Prabowo, 2014). Terapi Modalitas adalah terapi dalam jiwa, dimana
perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhan. Ada beberapa terpis yang dapat dilakukan oleh perawat pada pasien
dengan masalah kejiwaan yaitu, terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga.
Penangan masalah kesehatan jiwa perlu keterlibatan semua pihak, termasuk bidang
keperawatan. Kehadiran perawat sebagai petugas kesehatan yang berada disamping klien
selama 24 jam menjadi sangat penting. Pelaksanaan asuhan keperawatan harus
dilaksanakan secara komprehensif dan holistik, termasuk monitor dan evaluasi kondisi
kesehatan mental dari klien gangguan jiwa. Pada kondisi riil, kita dapat menemukan
bahwa manifestasi gangguan mental yang dialami klien gangguan jiwa sangat beragam.
1
Oleh karena itu pemahaman tentang konsep dasar keperawatan jiwa harus dikuasai
dengan baik oleh perawat
Terapi Lingkungan
2
10) Apa Saja Komponen Yang Harus Diperhatikan Dalam Terapi Lingkungan?
Terapi Musik
Terapi Keluarga
Psikoterapi
3
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi Lingkungan
Terapi Musik
Terapi Keluarga
4
1) Untuk Mengetahui Pengertian Dari Terapi Keluarga.
2) Untuk Mengetahui Cara Melakukan Terapi Keluarga.
3) Untuk Mengetahui Manfaat Pada Terapi Keluarga.
Psikoterapi
5
BAB II
PEMBAHASAN
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di
berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality)
sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai untuk terapi
keperawatankeluarga.
Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhan.
A. Terapi individual
6
Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan
dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan
tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.
1. Tahap orientasi
Dilakukan ketika perawat memulai interaksi dengan klien. Dengan cara membina
hubungan saling percaya dengan klien.
2. Tahap kerja
3. Tahap terminasi
B. Terapi lingkungan
7
berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan
interaksi. Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan,
dukungan, pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang
bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus
ditaati, harapan lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi
dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan
keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien
akan kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah
memampukan klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar
kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke
lingkungan rumah tinggalnya
C. Terapi biologis
8
tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan
berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah
dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah
membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan
kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
E. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah
agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi
jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan
fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.Dalam terapi keluarga semua
masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing
anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian
terleih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang
terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah,
untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan
meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase
2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan
hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi
ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga
dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di
antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual
anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan
yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga
akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi,
dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
9
F. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam
terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur.
Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan
interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap
permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai
fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan
dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut
dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan
cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di
awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota
kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.
G. Terapi prilaku
H. Terapi bermain
10
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak
akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan
ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan,
status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk
mengatasi masalah anak tersebut.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak,
merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai
bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan
perilaku anak tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang
mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga
terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca
trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan
11
yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam
kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptif.
Tipe: biblioterapy
Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan
mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Tipe: relaksasi
Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi.
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi
kebutuhan.
4. Mengembangkan sosialisasi
12
1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
2. Melakukan sosialisasi.
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi
aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
A. Pre kelompok
13
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota,
dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota
dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
B. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau
kebersamaan.
1. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
2. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang
berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
3. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa
dirinya.
C. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan
penyelesaian masalah yang kreatif.
D. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami
terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
14
2.2.5 PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah :
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota
kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat
mengikuti jalannya kegiatan.
15
5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator.
Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan
perubahan.
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang
kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi
memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati,
kehangatan dan rasa hormat .di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok
terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling
penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi tingkat
kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan dengan
anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan
latihan dan keahlian yang betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (2015) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam
terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan
fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok.
16
2.2.6 Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok
A. Tujuan :
B. Karakteristik :
d. Mengekspresikan perasaan
A. Tujuan :
B. Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan
depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif
18
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
1. Tujuan umum :
2. Tujuan khusus :
19
3. Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan
5. Penyaluran energy
Tujuan :
b. Mengekspresikan perasaan
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada kelompok dari pada
individu.
20
Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari.
Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian konfrontir konflik
untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota kelompok memahami
konflik dan mencapai penyelesaian konflik
Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan memberikan
kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikannya
untuk menyelesaiakan masalah.
2. Model komunikasi
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal,
nonverbal, terbuka dan tertutup.
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain
untuk melakukan komunikasi efektif
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan
bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi
tersebut.
21
3. Model interpersonal
Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah
laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini
belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat
dikoreksi dan perilaku social yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian
merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan
peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota memainkan peran sesuai
dengan yang perna dialami.
2.2.8 TERAPIS
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang
mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
22
1. Dokter
2. Psikiater
3. Psikolog
4. Perawat
5. Fisioterapis
6. Speech teraphis
7. Occupational teraphis
8. Sosial worker
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa
persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :
a) Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi
dalam budaya setempat
b) Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal
maupun patologis
c) Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep
yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
d) Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami
apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-katanya
e) Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme
pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya
f) Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan
dan kelebihannya.
23
2.3 Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan (Milieu Therapy) berasal dari bahasa Perancis yang berarti
perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang bersifat terapeutik atau
mendukung kesembuhan.
Dalam pelaksanaannya harus melibatkan team work yang terdiri dari berbagai ahli
di bidangnya masing-masing dengan tujuan mengoptimalkan proses penyembuhan
pasien. Tim tersebut terdiri dari dokter ahli jiwa, psikolog, perawat jiwa, ahli sanitasi
lingkungan, sosial worker, dan petugas kesehatan lainnya. Dimana dalam pelaksanaannya
berupa planning duduk bersama berdasarkan disiplin ilmunya masing-masing untuk
mencapai tujuan dari terapi lingkungan
1.Tujuan umum
24
Membekali pasien kemampuan untuk kembali ke masyarakat dan dapat menjalankan
kehidupan fisik dan sosial seoptimal mungkin.
2.Tujuan khusus
a) Orientasi yaitu pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang
lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman pasien
terhadap waktu, tempat, tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui
interaksi dan aktifitas pada semua pasien.
b) Asertation yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mendorong pasien dalam mengekspresikan diri
secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat.
c) Accuption yaitu kemampuan pasien untuk dapat percaya diri dan berprestasi
melalui keterampilan membuat kerajinan tangan.
d) Recreation yaitu kemampuan membuat dan menggunakan aktifitas yang
menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesempatan pada pasien utnuk
mengikuti bermacam-macam reaksi dan membantu pasien untuk menerapkan
keterampilan yang telah dipelajari, misalnya interaksi sosial.
25
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu
mendorong terjadi proses penyembuhan, lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a) Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok
selama 24 jam.
b) Adanya proses pertukaran informasi.
c) Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.
d) Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak meraswa takut baik dari
ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
e) Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan focus komunikasi
terapeutik.
f) Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.
g) Personal dari lingkungan manghargai klien sebagai individu yang memiliki hak,
kebutuhan, dan tanggung jawab.
h) Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.
26
2.2.4 Bentuk Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang merupakan
bagian eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya meliputi :
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal. Bagian
eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan
program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di
tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar
tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara hubungan
terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap
mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal
yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan.
Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi
pada pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, merangsang memori dan
mencegah disorientasi ruangan.
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi
aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya
rapat ruangan.
27
rupa sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta
menjaga privasi pasien.
b. Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien
berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap
tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam
berinteraksi dengan pasien:
1. Distribusi kekuatan
28
Petugas kesehatanmendistribusikan pengetahuan, pengalaman kepada seluaruh staf
ssesuai dengan wewenang masing-masing agar kebutuhan yang dibuat bertujuan sama
dan yang terbaik untuk pasien.
2. Komunikasi terbuka
a) Sikap bersahabat
b) Penuh prihatin
c) Lembut dan tegas
d) Aktifitas kerja
Diperlukan dorongan yang kuat dari lingkungan dengan jalan mengijinkan pasien untuk
memilih terapi. Akan lebih berarti bila dapat diterapkan pada pekerjaan yang nyata.
Selama di rumah sakit diusahakan pasien sering berhubungan dengan keluarga, agar
keluarga dapat mengikuti perkembangan kesembuhan pasien sehingga berminat untuk
mengkoordinir kepulangannya bila sudah baik.
29
d) Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang
lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.
a) Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain,
sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
b) Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan
perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan
tertentu.
c) Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang
baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada
waktu yang luang.
1. Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat
melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial.
30
2. Terapi kreasi seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain yang
ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat.
3. Pettherapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan
hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian,
menyendiri.
4. Planttherapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/mahluk
hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya.
a. Pasien rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh diri (suicide).
31
2) Terhindar dari ala-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau
orang lain.
3) Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan
terkunci.
4) Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan ruangan mudah
dipantau oleh petugas kesehatan.
5) Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan
meningkatkan gairah hidup pasien.
6) Warna dinding cerah.
7) Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup.
8) Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi.
9) Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi pasien.
Lingkungan sosial:
Lingkungan fisik:
32
3. Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
4. Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan dan
pengasingan secara aman, serta protocol pelepasan pengikatan.
Lingkungan Psikososial:
1. Containment
2. Support
3. Struktur
33
a) Fungsi : membantu mendorong perilaku yang maladaptif menjadi adaptif.
b) Tujuan : meningkatkan tanggyng jawab terhadap perilaku dan konsekuensinya,
serta meningkatkan keterlibatan pasien terhadap aktifitas yang terstruktur.
c) Bentuk terapi : terapi aktifitas, terapi aktifitas sosian, terapi occupation.
d) Aktifitas : menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pasien.
4. Involvement
5. Validation
1. Fisik
2. Intelektual
Aspek intelektual dari lingkungan meliputi; warna, sinar, suara, suhu, bau, dan
rasa.
34
3. Sosial
Komponen sosial; peran pasien pola komunikasi dan perbandingan staf dengan
pasien.
4. Emosional
5 Peran terapis
1. Tidak devensif
2. Empati
4. Tidak menakutkan
5. Spiritual
Sarana tempat ibadah, buku-buku suci, dll. Harus terpisah, sepi dan tertutup agar
memusatkan perhatian untuk pengobatan dan menemukan harapan baru bagi masa
depan pasien
35
2.4 Terapi Musik
Menurut American Musik Therapy Association, terapi musik adalah penggunaan
musik dalam suatu terapi psikologis. Terapi musik dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan fisik, memenuhi kebutuhan psikologis, emosional, spiritual, serta
meningkatkan hubungan sosial para pasien dan keluarga mereka. Terapi musik modern
dimulai setelah Perang Dunia II, ketika para musisi berinisiatif mengunjungi rumah sakit
untuk tampil bagi para prajurit perang yang sedang sakit. Hasilnya, para prajurit tersebut
tampak membaik secara fisik maupun emosional setelah menerima terapi musik dari para
musisi tersebut. Musik diproses dan diproduksi melalui jalur yang berbeda dari sistem
yang biasa menghasilkan suara untuk berbicara. Jalur tersebut diyakini dapat
memengaruhi kemampuan pasien untuk mengekspresikan diri, berkomunikasi dengan
orang dan menjadi lebih bersemangat. Terapi musik dilakukan dengan panduan seorang
terapis atau praktisi psikologi maupun musisi yang terlatih. Terapi musik terdiri dari
serangkaian kegiatan seperti:
1. Mendengarkan musik
2. Bernyanyi bersama
3. Menari mengikuti irama musik
4. Bermeditasi
5. Memainkan alat musik
Terapi musik dapat digunakan untuk berbagai kondisi pada orang dewasa maupun
anak-anak. Terapi ini dapat meringankan gangguan kecemasan, depresi, dan trauma.
Terapi ini juga mampu menggali ataupun mengungkapkan sumber rasa sakit yang
mendasarinya. Individu autistik dapat meningkatkan kemampuannya untuk
berkomunikasi dan bersosialisasi setelah menjalani terapi musik yang terstruktur. Terapi
36
ini juga dipraktikkan untuk pasien dengan kondisi lain yang dirawat di fasilitas psikiatris.
Terapi musik bisa sangat bermanfaat untuk individu yang mengalami penyakit
Alzheimer, demensia, dan kerusakan otak akibat stroke atau cedera otak traumatis.
Pengalaman bermusik, khususnya dalam bentuk menyanyikan lagu-lagu dari masa lalu
para pasien, ternyata dapat membuka kesadaran emosional mereka. Dari proses itu, para
pasien dapat mengekspresikan diri, mengenali emosi dan dapat berinteraksi dengan
orang-orang yang mereka cintai seperti seharusnya.
Sebelum terapi musik dimulai, pasien akan menjalani sesi wawancara sebagai
peniliaian awal yang dilakukan oleh terapis. Hal ini dilakukan untuk menentukan teknik
terapi musik yang sesuai dengan kebutuhan spesifik pasien. Jenis pendekatan terapi
musik meliputi penciptaan lagu, senandung lagu masa kecil, bernyanyi sebagai bagian
dari paduan suara, atau berimprovisasi menggunakan instrumen seperti drum, piano,
gitar, atau lonceng. Oleh karena itu, pasien mungkin akan dimintai keterangan tentang
lagu atau suara yang membangkitkan kenangan emosional. Pendamping pasien mungkin
akan diminta untuk mendengarkan lagu bersama pasien. Terapis kemudian akan
berdiskusi mengenai emosi yang ditimbulkan oleh lagu itu kepada pasien. Jika pasien
diminta untuk menulis lagu atau menyanyi, terapis mungkin saja akan memberikan
latihan pernapasan. Dalam terapi musik, pasien tidak perlu memiliki bakat musik. Dalam
praktiknya, terapi musik tidak berfokus pada keterampilan teknis bermusik seseroang,
melainkan hanya menggunakan musik sebagai alat untuk refleksi dan komunikasi.
1. Meditasi terpandu:
37
Pasien akan diminta bermeditasi dengan instruksi suara menggunakan video atau
aplikasi. Meditasi juga dapat dilakukan dengan cara melantunkan mantra atau doa.
Terapi musik ini dinamakan bonny method berdasarkan nama penemunya, Helen L.
Bonny, PhD. Terapi ini dilakukan dengan menggabungkan musik klasik dan gambar.
Terapis akan memandu pasien untuk membantu mengeksplorasi pengalaman, kesadaran,
dan perubahan pada pribadi pasien.
3. Metode Nordoff-Robbins:
Pada terapi musik jenis ini, biasanya pasien akan diminta mendengarkan musik yang
memang sudah akrab di telinga. Selain itu, pasien juga mungkin saja akan diminta
menciptakan lagu bersama-sama dengan terapis. Oleh karena itu, biasanya terapis yang
memandu metode ini adalah seorang musisi terampil.
Terapi musik garpu tala dilakukan dengan menggunakan garpu tala yang terbuat dari
logam yang telah dikalibrasi. Garpu tala tersebut kemudian akan menghantarkan getaran
spesifik ke berbagai bagian tubuh pasien.
5. Brainwave entrainment:
Terapi musik jenis ini dikenal juga dengan sebutan binaural beats. Pasien akan diminta
untuk mendengarkan bunyi denyutan yang dapat memengaruhi gelombang otak. Bunyi
ini akan menstimulasi otak ke kondisi spesifik, yaitu gelombang otak Anda agar sejajar
dengan frekuensi denyutan.
a) Gangguan kecemasan
b) Depresi
38
c) Gangguan stres pascatrauma atau post-trauma stress disorder (PTSD)
d) Demensia
e) Gangguan spektrum autisme dan kesulitan belajar
f) Gangguan perilaku dan kejiwaan
g) Gejala yang menyertai kanker
h) Perubahan suasana hati
i) Tekanan darah tinggi
j) Kadar kolesterol tinggi
k) Nyeri
l) Risiko penyakit jantung koroner dan stroke
m) Gangguan tidur
Risiko dari terapi musik sangat sediki dan hampir tidak ada risikonya.
Kekurangan dari terapi ini adalah bukti ilmiahnya masih terbatas pada beberapa metode
saja. Selain itu ada kemungkinan terapi musik tidak memberikan manfaat yang
diinginkan karena metode yang dipakai mungkin tidak cocok bagi beberapa pasien. Oleh
karena itu, penting untuk mencoba berbagai metode yang paling cocok bagi setiap
individu
39
anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhannya. Terapi ini secara khusus
memfokuskan pada masalahmasalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan
penyelenggaraanya melibatkan anggota keluarga.
Menurut D. Stanton dapat dikatakan sebagai terapi khusus karena sebagaimana
yang selalu dipandang oleh konselor, yang di dalam proses terapi atau konseling
melibatkan keluarga inti
Terapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari pola perilaku keluarganya
untuk menentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku itu. Berdasarkan
analisis ini, terapist membuat rencana untuk merubah keadaan tersebut dengan cara
intervensi langsung dalam keluarga. Tujuan utamanya adalah meningkatkan perilaku
yang positif yang diinginkan dan menghilangkan perilaku negative.
3) Teori Komunikasi
40
Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi yang terjadi didalam
keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :
Terapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan
menjelaskan arti komunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh
anggota keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh anggota keluarga yang lain saat
menyatakan sesuatu. Terapist juga memperhatikan punktuasi dari proses komunikasi
yang terjadi pada keluarga dengan tujuan memperjelas kesalah pengertian, juga
diperhatikan bahwa non verbal yang digunakan.
Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada orang lain
berati dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan. Contoh : orang tua
bertanggung jawab terhadap anak – anak dan dia punya hak untuk membatasi perilaku
anak jika anak sudah besar, dia punya hak sendiri untuk mengambil keputusan.
Cara ini sering ditemukan pada terapi struktural dimana tujuan proses, terapi untuk
merubah posisi dari batasan diatara sub sistem yang berbeda dalam keluarga.
Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan komunikasi dari
perasaan. Dikatakan bahwa pasangan perkawinan yang mempunyai kebutuhan
emosional diharapkan ditentukan dalam perkawinan jika kita menemukan kebutuhan
emosional hari setiap orang maka komunikasi perasaan ini sangat
penting artinya : Tujuan dari terapi adalah memperbaiki bila terdapat ketidakpuasan.
41
4) Structural Family Therapy
Dikembangkan oleh Salvador Minuchin. Perlu dinilai 6 aspek dari fungsi keluarga.
Struktur keluarga yang terdiri dari susunan yang mengatur transaksi diatara anggota
keluarga.Fleksibilitas dari fungsi keluarga dan kemampuannya untuk berubah."The
Family Resonance" pada anggota keluarga dapat saling terikat atau saling
merenggang. Konteks kehidupan keluarga ini merupakan supra sistem yang teridiri dari
keluarga besar, tetangga lingkungan kerja, lingkungan sekolah dari anggota keluarga
supra sistem bisa merupakan sumber stress atau sumber support dari lingkungan.
Dalam model keperawatan Orem, keluarga dipandang sebagai faktor syarat dasar
bagi anggota keluarga untuk kembali berfungsi menjalankan tugasnya. Orem tidak
mengungkapkan bagaimana konsep teori keluarga dapat digabungkan dalam model
praktek perawatan tersebut, namun melaksanakan tugas untuk menguraikan
bagaimana truktur, fungsi dan perkembangan keluarga dapat diartkulasikan dengan
model Orem.
42
3) Model Sistem Terbuka dari King
King memandang keluarga sebagai sistem sosial dan konsep utama dalam modelnya.
King menjelaskan bahwa teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat untuk
membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau mengatasi masalah
kesehatannya. Model ini berorientasi pada sistem dan intervensi kepada keluarga.
4) Model Adaptasi Roy
Dalam teori Roger, fokus keperawatan adalah proses kehidupan umat manusia.
Tujuan dari keperawatan adalah untuk meningkatkan interaksi simfonis antara manusia
dan lingkungannya. Roger menegaskan bahwa model ini dapat diterapkan pada
keluarga sama seperti pada individu. Bagi Roger, keluarga merupakan suatu fokus
studi keperawatan. Model-model pendekatan-pendekatan baru yang dikembangkan
dalam konseling keluarga yaitu:
43
Mencakup seluruh keluarga dalam sederetan interaksi yang berkelanjutan dengan
konselorkonselor komunitas yang multidisipliner mungkin selama dua hari. Terapi
ini mencakup pemberian konseling secara penuh selama dua hari atau lebih kepada
satu keluarga
44
2.6 Psikoterapi
2.6.1 Definisi Psikoterapi
Ada beberapa jenis psikoterapi, sehingga terapis dapat menentukan jenis mana
yang paling sesuai dan efektif untuk kondisi pasien. Hingga beberapa waktu yang lalu,
kata psikoterapi atau berobat ke psikolog dan psikiater masih dianggap tabu. Namun kini,
kian banyak masyarakat yang terbuka untuk menerima perawatan kejiwaan. Akses untuk
mendapatkan layanan psikoterapi juga sudah semakin luas. Bahkan, masyarakat bisa
mendapatkannya dengan biaya yang sangat terjangkau bahkan gratis menggunakan BPJS
Kesehatan.
45
i) Gangguan afektif seperti depresi atau gangguan bipolar
j) Kecanduan seperti kecanduan alkohol, berjudi, dan obat-obatan
k) Gangguan kepribadian
l) Skizofrenia
Meski tidak semua gangguan kejiwaan bisa sembuh total, namun dengan psikoterapi,
setidaknya gejala yang dirasakan pasien akan lebih terkontrol.
Apabila Anda mengalani gejala-gejala di bawah ini, maka sudah saatnya Anda mencari
pengobatan untuk meringankan beban kejiwaan yang dirasakan.
Apabila Anda merasa permasalahan yang ada sudah menyebabkan stres berat hingga
membuat produktivitas di tempat kerja, sekolah, atau area lain dalam kehidupan menurun
drastis, maka sebaiknya periksakan diri ke dokter jiwa atau psikolog untuk mendapatkan
psikoterapi.
Setiap orang punya caranya sendiri untuk melepas stres atau beban pikiran. Namun jika
caranya sudah membahayakan diri sendiri maupun orang lain, maka sudah saatnya Anda
46
meminta bantuan profesional untuk mengatasinya.
Contoh perilaku berbahaya yang kerap menjadi cara untuk mengalihkan pikiran dari
masalah adalah merokok, mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, makan
berlebihan (binge eating), dan mudah marah bahkan oleh hal-hal kecil yang tidak
signifikan.
Gangguan kejiwaan adalah hal yang disembunyikan oleh banyak pengidapnya. Hal ini
tentu sangat disayangkan sebab menerima perawatan bisa menjadi langkah pertama untuk
menjadi lebih baik.
Kalau hal yang Anda sembunyikan dalam-dalam sudah tidak bisa dibendung dan muncul
ke permukaan sampai membuat orang-orang terdekat khawatir dengan kondisi mental
Anda, maka ini sudah saatnya memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater.
d) Sudah berusaha untuk meringankan masalah tapi tidak ada yang berhasil
Ada banyak cara untuk meringankan beban pikiran, mulai dari melakukan hobi,
membaca buku motivasi, hingga meditasi. Namun jika cara-cara tersebut tidak juga
membantu, maka psikoterapi bisa dicoba untuk meringankan permasalahan yang dialami.
Ada banyak jenis-jenis psikoterapi yang bisa dilakukan untuk meringankan kondisi
kejiwaan Anda. Terapis akan memilih salah satu teknik atau menggabungkan beberapa
teknik yang dirasa paling cocok untuk kondisi pasiennya.
47
Pada CBT, Anda akan dibantu untuk mengenali stigma, perilaku, dan kepercayaan
negatif yang ada di diri Anda dan menggantinya dengan yang positif.
2. Terapi psikoanalitik
Pada terapi ini, terapis akan mengulik ke dalam pikiran pasien, termasuk soal masa
lalunya, sehingga bisa menemukan akar masalah secara tepat. Biasanya, hasil analisis
yang didapat terapis akan mengejutkan pasien karena mereka tidak menyangka hal-hal
yang dianggap biasa ternyata bisa menjadi sumber beban pikiran.
3. Terapi interpersonal
Pada terapi ini, pasien akan dibantu untuk fokus terhadap kemampuannya berinteraksi
dengan orang lain. Terapis akan membantu memetakan pola interaksi yang selama ini
Anda lakukan ke orang-orang sekitar Anda.
4. Terapi suportif
Terapi ini menitikberatkan pada dukungan dan memberikan cara-cara sehat yang dapat
dilakukan sebagai pengalih pikiran.
Beberapa hal yang harus Anda persiapkan sebelum menjalani prosedur psikoterapi antara
lain:
a) Mencari terapis dari sumber yang terpercaya seperti dokter pribadi Anda,
keluarga, atau teman. Cari tahu tentang latar belakang, pendidikan, sertifikasi, dan
lisensi terapis yang akan Anda kunjungi sebelum menjalani psikoterapi.
b) Mencari tahu tentang biaya yang harus dikeluarkan.
c) Merinci ulang permasalahan yang akan Anda sampaikan pada terapis.
Pada pertemuan pertama, terapis akan menggali informasi terkait Anda dan alasan
untuk menjalani psikoterapi. Anda akan diminta untuk mengisi formulir mengenai
kesehatan jiwa saat ini dan riwayat kesehatan jiwa pribadi. Perlu diketahui, prosedur
48
ini dapat berlangsung beberapa kali hingga seorang terapis dapat benar-benar
memahami Anda dan permasalahan yang terjadi, sebelum melakukan tindakan
psikoterapi.
Pada pertemuan ini, Anda juga memiliki kesempatan bertanya pada terapis
mengenai tindakan yang akan diberikan pada Anda, tujuan terapi, dan durasi maupun
frekuensi terapi tersebut. Tiap sesi psikoterapi umumnya berlangsung selama 45-60
menit per sesi.
Selama psikoterapi berjalan, terapis akan mendorong Anda untuk mencurahkan isi
hati dan berbahai hal yang mengganjal di pikiran. Anda tidak perlu khawatir bila ingin
membuka diri. Terapis akan melakukan hal tersebut secara perlahan hingga
mendapatkan kepercayaan dari Anda.
Terapis Anda akan berada di sana dan membantu mengatasi perasaan tersebut.
Secara perlahan, dengan mendiskusikan permasalahan yang ada, terapis dapat
membantu memperbaiki suasana hati, mengubah pola pikir, dan meningkatkan
kemampuan Anda untuk mengatasi masalah.
Psikoterapi mungkin tidak dapat mengatasi atau mengobati beberapa kondisi. Namun,
psikoterapi dapat membantu untuk beradaptasi dengan masalah secara sehat dan
membuat Anda merasa lebih baik serta berpandangan positif terhadap diri dan
kehidupan pribadi.
49
Secara umum psikoterapi adalah prosedur minim risiko. Pada awal psikoterapi
mungkin Anda akan merasa tidak nyaman akibat eksplorasi perasaan dan pengalaman
yang menyakitkan. Namun, terapis akan membantu melewati masa-masa tersebut
dengan mencocokkan jenis terapi dan intensitas terapi yang diberikan pada Anda.
50
2.7 Terapi Aktivitas Kelompok
1. Pengertian
51
3. Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
a. Tujuan
1) Tujuan Umum
c. Proses Seleksi
52
1) Berdasarkan observasi dan wawancara.
53
5) Pasien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang
diberikan.
6) Mengadakan kontrak dengan pasien.
1) Boardmarker/spidol
2) Whiteboard/papan tulis
3) Kertas
4) Bolpoin
g. Metode
1) Diskusi
2) Bermain peran
h. Susunan Pelaksana
Berikut peran perawat dan uraian tugas dalam terapi aktivitas kelompok
menurut Sutejo (2017) adalah sebagai berikut :
1) Leader
54
2) Co-leader
3) Fasilitator
4) Observer
55
i. Uraian Tugas
1) Leader
e) Menjelaskan permainan.
2) Co-Leader
3) Fasilitator
56
c) Berperan sebagai role play bagi pasien selama kegiatan.
57
4) Observer
d) Mencatat jika ada peserta yang drop out dan alasan drop out.
j. Setting Tempat
O
L CL
F F
K K
F F
K
Keterangan :
L : Leader
: Co-Leader
CL
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
k. Sesi TAK Stimulasi Persepsi menurut Wahyu dan Ina (2010) adalah :
58
1) Sesi I : Mengenal halusinasi
59
l. Tahap TAK stimulasi persepsi halusinasi pendengaran menurut Keliat
dan Akemat (2016) adalah sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan
2) Tahap Orientasi
a) Salam terapeutik
c) Kontrak
60
(2) Perawat menjelaskan aturan main berikut.
61
(2) Perawat meminta pasien untuk menyebutkan cara yang selama
ini digunakan untuk mengatasi halusinasinya, menyebutkan
efektivitas cara, mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan
perawat secara berurutan berlawanan jarum jam sampai semua
pasien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.
(3) Perawat menjelaskan dan memperagakan cara mengontrol
halusinasi dengan teknik menghardik yaitu kedua tangan
menutup telinga dan berkata “Diamlah suara-suara palsu, aku
tidak mau dengar lagi”.
(4) Perawat meminta pasien untuk memperagakan teknik
menghardik, mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan
perawat sampai semua pasien mendapat giliran.
(5) Beri pujian setiap kali pasien selesai memperagakan.
62
(4) Perawat membimbing satu persatu pasien untuk membuat
jadwal kegiatan harian, dari bangun pagi sampai tidur malam.
Pasien menggunakan formulir, perawat menggunakan
whiteboard.
(5) Perawat melatih pasien memperagakan kegiatan yang telah
disusun.
(6) Perawat meminta pasien untuk membacakan jadwal yang telah
disusun. Berikan pujian dan tepuk tangan bersama untuk
pasien yang sudah selesai membuat jadwal dan membacakan
jadwal yang telah dibuat.
(7) Perawat meminta komitmen masing-masing pasien untuk
melaksanakan jadwal kegiatan yang telah disusun dan
memberi tanda M kalau dilaksanakan, tetapi diingatkan
terlebih dahulu oleh perawat, dan T kalau tidak dilaksanakan.
63
(4) Perawat memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi
muncul “Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja
dengan suster” atau “Suster saya mau ngobrol tentang kegiatan
harian saya”.
(5) Perawat meminta pasien untuk memperagakan percakapan
dengan orang disebelahnya.
(6) Berikan pujian atas keberhasilan pasien.
64
(7) Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat
(catat di whiteboard).
(8) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah salah
satu cara mencegah halusinasi atau kambuh.
(9) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian halusinasi atau kambuh.
(10) Minta pasien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum
obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
(11) Memberi pujian tiap kali pasien benar.
4) Tahap Terminasi
a) Evaluasi
b) Tindak lanjut
65
(2)Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai indikasi pasien.
5) Evaluasi dan Dokumentasi
66
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi modalitas merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang dilakukan untuk
memperbaiki dan mempertahankan skiap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi
dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada Ketika menjalani
terapi. Didalam makalah ini yang berjudul Terapi Modalitas ada beberapa jenis yang dibahas
yaitu konsep dasar terapi, kemudian terapi aktivitas kelompok(TAK),Terapi Lingkungan,
Terapi music, Terapi Keluarga dan Psikoterapi. Kombinasi terapi merupakan keharusan,
untuk itu perawat mempunyai peranan sangat penting untuk mengkombinasikan berbagai
terapi sehingga perubahan perilaku yang dicapai akan maksimal.
3.2 Saran
Dalam pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan kejiwaan salah
satu caranya dengan diberikan terapi modalitas, Akan tetapi sebelum dilakukan terapi,
perawat perlu mempelajarai konsep dan teori terapi tersebut agar terapi terlaksana dengan baik
dan hasil yang maksimal. Diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa mampu
memahami pemberian terapi untuk pasien, sehingga pembaca serta perawat bisa menentukan
terapi yang cocok untuk pasien yang mengalami masalah kejiwaan.
67
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/terapi-musik
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/psikoterapi
https://abykhan.wordpress.com/2012/09/22/terapi-modalitas/
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/terapi-modalitas-dalam-keperawatan-jiwa/
https://www.researchgate.net/publication/347572110_Terapi_Keluarga
http://ardhyashshidieqi.blogspot.com/2013/05/makalah-terapi-aktivitas-kelompok.html?m=1
68
1