Anda di halaman 1dari 72

PROPOSAL

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

(Umtuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I)

Dosen Pembimbing : Rita Rahayu, S.Kep., Ners., M.Kep.,Sp.Kep Jiwa

Disusun Oleh :

Kelompok 5 PBL

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Atas
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang Terapi
Modalitas Dalam keperawatan Jiwa untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa.

Dalam proses penyusunannya penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada


IbuRita Rahayu, S.Kep., Ners., M.Kep.,Sp.Kep Jiwa selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa tugas yang diberikan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Selain ini
penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.

Sukabumi, 30 Mei 2022

Kelompok 5 PBL

ii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................................2
1.3 TUJUAN MASALAH....................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 KONSEP DASAR TERAPI MODALITAS...................................................................6
2.2 TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)...............................................................10
2.3 TERAPI LINGKUNGAN.............................................................................................20
2.4 TERAPI MUSIK...........................................................................................................29
2.5 TERAPI KELUARGA..................................................................................................31
2.6 PSIKOTERAPI.............................................................................................................36
BAB III....................................................................................................................................39
PENUTUP...............................................................................................................................39
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................40
3.2 SARAN.........................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................41

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya dangat terkait pada materi (Yusuf, A.H and R & Nihayati, 2015). Jiwa
yang sehat sulit didefinisikan yang tepat. Meskipun demikian, ada beberapa indikator
untuk menilai kesehatan jiwa.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 2014 tentang Kesehatan


Jiwa, dalam Bab I pasal 1 ayat 1 , kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Indonesia, 2014)

Menurut Michael Kirk Patrick, orang yang sehat jiwa adalah orang yang bebas
dari gejala gangguan psikis, serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya
(Yusuf , A.H and, R & Nihayati, 2015).

Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam 2000 jiwa. Terapi ini berikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
yang adaptof (Prabowo, 2014). Terapi Modalitas adalah terapi dalam jiwa, dimana
perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhan. Ada beberapa terpis yang dapat dilakukan oleh perawat pada pasien
dengan masalah kejiwaan yaitu, terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga.

Penangan masalah kesehatan jiwa perlu keterlibatan semua pihak, termasuk bidang
keperawatan. Kehadiran perawat sebagai petugas kesehatan yang berada disamping klien
selama 24 jam menjadi sangat penting. Pelaksanaan asuhan keperawatan harus
dilaksanakan secara komprehensif dan holistik, termasuk monitor dan evaluasi kondisi
kesehatan mental dari klien gangguan jiwa. Pada kondisi riil, kita dapat menemukan
bahwa manifestasi gangguan mental yang dialami klien gangguan jiwa sangat beragam.

1
Oleh karena itu pemahaman tentang konsep dasar keperawatan jiwa harus dikuasai
dengan baik oleh perawat

1.2 Rumusan Masalah

Konsep Dasar Terapi Modalitas

1) Apa Yang Dimaksud Dengan Terapi Modalitas?


2) Bagaimana Prinsip Pelaksanaan Dari Terapi Modalitas?
3) Apa Saja Jenis-jenis Terapi Modalitas?

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

1) Apa Yang Dimakud Dengan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)?


2) Apa Tujuan Dari Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)?
3) Bagaimana Dampak Dari Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)?
4) Apa Saja Indikasi Dan Kontra Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)?
5) Apa Saja Komponen Yang Ada Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)?
6) Bagaimana Proses Pada Terapi Aktivias Kelompok (TAK)?
7) Bagaimana Perkembangan Pada Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)?
8) Apa Saja Macam-macam Pada Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)?

Terapi Lingkungan

1) Bagaimana Sejarah Dari Terapi Lingkungan?


2) Apa Yang Maksud Dengan Terapi Lingkungan?
3) Bagaimana Tujuan Dari Terapi Lingkungan?
4) Bagaiman Karakteristik Dari Terapi Lingkungan?
5) Bagaimana Bentuk-bentuk Lingkungan Dari Terapi Lingkungan?
6) Bagaimana Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan?
7) Apa Saja Jenis-jenis Kegiatan Pada Terapi Lingkungan?
8) Apa Saja Indikasi Kondisi Pada Pasien Terapi Lingkungan?
9) Apa Saja Komponen Fungsional Yang Ada Dalam Terapi Lingkungan?

2
10) Apa Saja Komponen Yang Harus Diperhatikan Dalam Terapi Lingkungan?

Terapi Musik

1) Apa Yang Dimaksud dengan Terapi Musik?


2) Mengapa Terapi Musik Perlu dilakukan?
3) Apa Saja Yang Harus Dipersiapkan Sebelum Melakukan Terapi Musik?
4) Bagaimana Cara Melakukan Terapi Musik?
5) Apa Saja Risiko Dari Prosedur Terapi Musik?

Terapi Keluarga

1) Apa Yang Dimaksud Dengan Terapi Keluarga?


2) Bagaimana Cara Melakukan Terapi Keluarga?
3) Apa Saja Manfaat Pada Terapi Keluarga?

Psikoterapi

1) Apa Yang Dimaksud Dengan Psikoterapi?


2) Apa Saja Manfaat Dari Psikoterapi?
3) Kapan Psikoterapi Perlu Dilakukan?
4) Apa Saja Jenis-jenis Psikoterapi?
5) Apa Saja Yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menjalani Prosedur Psikoterapi?
6) Bagaimana Prosedur Yang Dilakukan Pada Psikoterapi?
7) Apa Manfaat Yang Didapatkan dari Psikoterapi?
8) Apa Saja Risiko Dari Prosedur Psikoterapi?

1.3 Tujuan Masalah

Konsep Dasar Terapi Modalitas

1) Untuk Mengetahui Pengertian Dari Terapi Modalitas.


2) Untuk Mengetahui Prinsip Pelaksanaan Dari Terapi Modalitas.
3) Untuk Mengetahui Jenis-jenis Teraoi Modalitas.

3
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

1) Untuk Mengetahui Pengertian dari Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).


2) Untuk Mengetahui Tujuan dari Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
3) Untuk Mengetahui Dampak Dari Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
4) Untuk Mengetahui Indikasi Dan Kontra Indikasi Pada Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK).
5) Untuk Mengetahui Komponen Yang Ada Pada Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
6) Untuk Mengetahui Proses Pada Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
7) Untuk Mengetahui Perkembangan Pada Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
8) Untuk Mengetahui Macam-macam Pada Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).

Terapi Lingkungan

1) Untuk Mengetahui Sejarah Dari Terapi Lingkungan.


2) Untuk Mengetahui Pengertian Dari Terapi Lingkungan.
3) Untuk Mengetahui Tujuan Dari Terapi Lingkungan.
4) Untuk Mengetahui Karakteristik Dari Terapi Lingkungan.
5) Untuk Mengetahui Bentuk-bentuk Dari Terapi Lingkungan.
6) Untuk Mengetahui Peran Pearawat Dalam Terapi Lingkungan.
7) Untuk Mengetahui Jenis-jenis Kegiatan Pada Terapi Lingkungan.
8) Untuk Mengetahui Indikasi Kondisi Pada Pasien Terapi Lingkungan.
9) Untuk Mengetahui Komponen Fungsional Yang Ada Dalam Terapi Lingkungan.
10) Untuk Mengetahui Komponen Yang Harus Diperhatikan Dalam Terapi Lingkungan.

Terapi Musik

1) Untuk Mengetahui Pengertian Dari Terapi Musik.


2) Untuk Mengetahui Perlunya Terapi Musik Dilakukan.
3) Untuk Mengetahui Hal Yang Harus Dipersiapkan Sebelum Melakukan Terapi Musik.
4) Untuk Mengetahui Cara Melakukan Terapi Musik.
5) Untuk Mengetahui Risiko Dari Prosedur Terapi Musik.

Terapi Keluarga

4
1) Untuk Mengetahui Pengertian Dari Terapi Keluarga.
2) Untuk Mengetahui Cara Melakukan Terapi Keluarga.
3) Untuk Mengetahui Manfaat Pada Terapi Keluarga.

Psikoterapi

1) Untuk Mengetahui Pengertian Dari Psikoterapi.


2) Untuk Mengetahui Manfaat Dari Psikoterapi.
3) Untuk Mengetahui Kapan Dilakukan nya Psikoterapi.
4) Untuk Mengetahui Jenis-jenis Psikoterapi.
5) Untuk Mengetahui Hal Yang Harus Dipersipkan Sebelum Menjalani Prosedur
Psikoterapi.
6) Untuk Mengetahui Prosedur Yang Dilakukan Pada Psikoterapi.
7) Untuk Mengetahui Manfaat Yang Didapatkan Dari Psikoterapi.

8) Untuk Mengetahui Risiko Dari Prosedur Psikoterapi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Terapi Modalitas

2.1.1 Pengertian terapi modalitas

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di
berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality)
sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai untuk terapi
keperawatankeluarga.

Terapi modalitas Adalah berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa


yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa
dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.

2.1.2 perinsip pelaksanaan

Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhan.

2.1.3 Jenis-jenis terapi modalitas

A. Terapi individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan


hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang
terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien.

6
Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan
dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan
tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.

Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu


menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu
meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Tahapan hubungan dalam terapi individual :

1. Tahap orientasi

Dilakukan ketika perawat memulai interaksi dengan klien. Dengan cara membina
hubungan saling percaya dengan klien.

2. Tahap kerja

Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat


sebagai terapis. Dimana klain melakukan eksplorasi.

3. Tahap terminasi

Pertimbangan untuk melakukan terminasi adalah apabila pasien telah merasa


lebih baik, menjadi peningkatan fungsi diri social dan pekerjaan, dan yang lebih
penting tujuan terapi telah tercapai.

B. Terapi lingkungan

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar


terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku
adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti
terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan

7
berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan
interaksi. Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan,
dukungan, pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang
bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus
ditaati, harapan lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi
dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan
keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien
akan kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah
memampukan klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar
kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke
lingkungan rumah tinggalnya

C. Terapi biologis

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model


medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan
model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah
gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan
patofisiologis. Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik dan
pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya
akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.Ada beberapa jenis terapi somatic
gangguan jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi psikofarmaka), intervensi
nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa
terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa
meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.
D. Terapi kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah
membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan
mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor

8
tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan
berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah
dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah
membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan
kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.

E. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah
agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi
jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan
fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.Dalam terapi keluarga semua
masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing
anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian
terleih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang
terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah,
untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan
meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase
2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan
hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi
ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga
dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di
antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual
anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan
yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga
akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi,
dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

9
F. Terapi kelompok

Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam
terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur.
Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan
interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap
permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai
fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan
dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut
dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan
cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di
awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota
kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.

G. Terapi prilaku

Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku


timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari
dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan
dalam terapi jenis ini adalah:
1. Role model
2. Kondisioning operan
3. Desentisisasi sistematis
4. Pengendalian diri
5. Terapi eversi atau releks kondisi

H. Terapi bermain

10
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak
akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan
ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan,
status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk
mengatasi masalah anak tersebut.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak,
merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai
bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan
perilaku anak tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang
mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga
terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca
trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan

2.2 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


2.2.1 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu


dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.

Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar


(Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk
membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.

Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan


kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling
bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota
kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan
arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat


kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas

11
yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam
kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptif.

2.2.2 Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok

1. Mengembangkan stimulasi kognitif

Tipe: biblioterapy

Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan
mengembangkan hubungan dengan orang lain.

2. Mengembangkan stimulasi sensori

Tipe: music, seni, menari.

Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.

Tipe: relaksasi

Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi.

3. Mengembangkan orientasi realitas

Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.

Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi
kebutuhan.

4. Mengembangkan sosialisasi

Tipe: kelompok remitivasi

Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi

Tipe: kelompok mengingatkan

Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.

Secara umum tujuan kelompok adalah :

12
1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman

2. Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain

3. Merupakan proses menerima umpan balik

2.2.3 Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok

a) Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :

1. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan


umpan balik dengan atau dari orang lain.

2. Melakukan sosialisasi.

3. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

b) Secara khusus manfaatnya adalah :

1. Meningkatkan identitas diri

2. Menyalurkan emosi secara konstruktif

3. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.

c) Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :

1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.

2. Meningkatkan keterampilan sosial.

3. Meningkatkan kemampuan empati.

4. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

2.2.4 Tahap – tahap Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi
aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :

A. Pre kelompok

13
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota,
dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota
dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.

B. Fase awal

Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau
kebersamaan.

1. Orientasi.

Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.

2. Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang
berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.

3. Kebersamaan

Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa
dirinya.

C. Fase kerja

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan
penyelesaian masalah yang kreatif.

D. Fase terminasi

Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami
terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

14
2.2.5 PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah :

1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok

Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu,


membuat proposal.

Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas


kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien,
masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat,
waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.

2. Tugas sebagai leader dan coleader

Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi


dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya
kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan
membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas
kelompok.

3. Tugas sebagai fasilitator

Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota
kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat
mengikuti jalannya kegiatan.

4. Tugas sebagai observer

Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita,


mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota
kelompok yang drop out.

15
5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi

Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok,


kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota
kelompok yang drop out.Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis
kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas
tersebut.

6. Program antisipasi masalah

Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan


yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.

Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator.
Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan
perubahan.

Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang
kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi
memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati,
kehangatan dan rasa hormat .di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok
terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling
penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi tingkat
kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan dengan
anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan
latihan dan keahlian yang betul-betul professional.

Stuart & Sundeen (2015) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam
terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan
fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok.

Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator


dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan
keahlian yang professional.

16
2.2.6 Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok

1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi

Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan


untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi
dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaptif.

A. Tujuan :

a) Meningkatkan kemampuan orientasi realita


b) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kemampuan intelektual
d) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e) Mengemukakan perasaanya

B. Karakteristik :

a) Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai


b) Menarik diri dari realitas
c) Inisiasi atau ide-ide negative
d) Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti
kegiatan

2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori

Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang


mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi
penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal
maupun eksternal.
17
A. Tujuan :

a. Meningkatkan kemampuan sensori

b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian

c. Meningkatkan kesegaran jasmani

d. Mengekspresikan perasaan

3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas

Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk


mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada
kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat.
Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara
didaktik.

A. Tujuan :

a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi


somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)

b. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan

c. Pembicaraan penderita sesuai realita

d. Penderita mampu mengenali diri sendiri

e. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat

B. Karakteristik :

a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan
depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain

b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain

c. Penderita kooperatif
18
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik

e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat

4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi

Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam


melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi
dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :

a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal

b. Memberi tanggapan terhadap orang lain

c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi

d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

1. Tujuan umum :

Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi,


saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta
menerima stimulus eksternal.

2. Tujuan khusus :

a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya

b. Menyebutkan identitas penderita lain

c. Berespon terhadap penderita lain

d. Mengikuti aturan main

e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya

19
3. Karakteristik :

a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan

b. Penderita sering berada ditempat tidur

c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang

d. Penderita dengan harga diri rendah

e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas

f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai


pertanyaan

g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

5. Penyaluran energy

Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif


dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis,
peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian
pada diri sendiri maupun lingkungan.

Tujuan :

a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.

b. Mengekspresikan perasaan

c. Meningkatkan hubungan interpersonal

2.2.7 KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

1. Model fokal konflik

Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada kelompok dari pada
individu.

20
Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari.
Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian konfrontir konflik
untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota kelompok memahami
konflik dan mencapai penyelesaian konflik

Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan memberikan
kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikannya
untuk menyelesaiakan masalah.

2. Model komunikasi

Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi


terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok
akan menyebabkan ketidak puasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari
kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.

Dengan menggunakan kelompok ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah


individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.

Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:

a. Perlu berkomunikasi

b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal,
nonverbal, terbuka dan tertutup.

c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain

d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain
untuk melakukan komunikasi efektif

Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan social


anggota kelompok.Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana
mereka berkomunikasi lebih efektif.

Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan
bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi
tersebut.

21
3. Model interpersonal

Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan)


dagambarkan melalui hubungan interpersonal.

Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah
laku anggota lain.

Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini
belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat
dikoreksi dan perilaku social yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian
merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.

Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan hubungan


interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi
tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan
mempelajari konplik apa yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku
apa yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.

4. Model psikodrama

Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan
peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota memainkan peran sesuai
dengan yang perna dialami.

Contoh: klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras.

2.2.8 TERAPIS

Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang
mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :

22
1. Dokter
2. Psikiater
3. Psikolog
4. Perawat
5. Fisioterapis
6. Speech teraphis
7. Occupational teraphis
8. Sosial worker

Persyaratan dan kwalitas terapis

Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa
persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :
a) Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi
dalam budaya setempat
b) Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal
maupun patologis
c) Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep
yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
d) Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami
apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-katanya
e) Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme
pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya

f) Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan
dan kelebihannya.

23
2.3 Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan (Milieu Therapy) berasal dari bahasa Perancis yang berarti
perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang bersifat terapeutik atau
mendukung kesembuhan.

Pengertian lainnya adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan


modifikasi unsure-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik
dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan. Terapi lingkungan adalah
segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang diciptakan untuk pengobatan termasuk
fisik dan sosial.

Dalam pelaksanaannya harus melibatkan team work yang terdiri dari berbagai ahli
di bidangnya masing-masing dengan tujuan mengoptimalkan proses penyembuhan
pasien. Tim tersebut terdiri dari dokter ahli jiwa, psikolog, perawat jiwa, ahli sanitasi
lingkungan, sosial worker, dan petugas kesehatan lainnya. Dimana dalam pelaksanaannya
berupa planning duduk bersama berdasarkan disiplin ilmunya masing-masing untuk
mencapai tujuan dari terapi lingkungan

2.3.1 Tujuan Terapi Lingkungan

Membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan


kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai
orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.

Abrons dalam Stuart sundeen menyebutkan tujuan terapi lingkungan meliputi:

1.Tujuan umum

24
Membekali pasien kemampuan untuk kembali ke masyarakat dan dapat menjalankan
kehidupan fisik dan sosial seoptimal mungkin.

2.Tujuan khusus

Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif. Mengajarkan keterampilan psikososial


dengan cara :

a) Orientasi yaitu pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang
lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman pasien
terhadap waktu, tempat, tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui
interaksi dan aktifitas pada semua pasien.
b) Asertation yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mendorong pasien dalam mengekspresikan diri
secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat.
c) Accuption yaitu kemampuan pasien untuk dapat percaya diri dan berprestasi
melalui keterampilan membuat kerajinan tangan.
d) Recreation yaitu kemampuan membuat dan menggunakan aktifitas yang
menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesempatan pada pasien utnuk
mengikuti bermacam-macam reaksi dan membantu pasien untuk menerapkan
keterampilan yang telah dipelajari, misalnya interaksi sosial.

Menurut Stuart dan Sundeen:

a) Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan


mental, dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri.
b) Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain
c) Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
d) Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat, dan Mencapai perubahan yang
positif.

2.2.3 Karakteristik Terapi Lingkungan

25
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu
mendorong terjadi proses penyembuhan, lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik
sebagai berikut:

a) Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya.


b) Pasien merasa senang /nyaman.dan tidak merawsa takut dengan lingkungannya.
c) Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi
d) Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih
e) Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls
pasien.
f) Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien sebagai individu
yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku pasien
sebagai respon adanya stress.
g) Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau larangan dan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihannya dan
membentuk perilaku yang baru.

Disamping hal tersebut terapi lingkungan harus memilki karakteristik:

a) Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok
selama 24 jam.
b) Adanya proses pertukaran informasi.
c) Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.
d) Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak meraswa takut baik dari
ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
e) Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan focus komunikasi
terapeutik.
f) Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.
g) Personal dari lingkungan manghargai klien sebagai individu yang memiliki hak,
kebutuhan, dan tanggung jawab.
h) Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.

26
2.2.4 Bentuk Lingkungan

a. Lingkungan Fisik

Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang merupakan
bagian eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya meliputi :

1) Bentuk dan struktur bangunan.


2) Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit.

Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik terapeutik:

1) Lingkungan fisik yang tetap.

Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal. Bagian
eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan
program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di
tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar
tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara hubungan
terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap
mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.

Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal
yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan.
Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi
pada pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, merangsang memori dan
mencegah disorientasi ruangan.

Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi
aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya
rapat ruangan.

2) Lingkungan fisik semi tetap.

Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja,


peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian

27
rupa sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta
menjaga privasi pasien.

3) Lingkungan fisik tidak tetap.

Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat


dipengaruhi oleh sosial budaya.

b. Lingkungan Psikososial

Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien
berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap
tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam
berinteraksi dengan pasien:

1) Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah


tingkah laku pasien.
2) Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku
partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
3) Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota
kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
4) Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
5) Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan
adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.

2.2.5 Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan

1. Distribusi kekuatan

28
Petugas kesehatanmendistribusikan pengetahuan, pengalaman kepada seluaruh staf
ssesuai dengan wewenang masing-masing agar kebutuhan yang dibuat bertujuan sama
dan yang terbaik untuk pasien.

2. Komunikasi terbuka

Komunikasi dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi guna menetapkan


keputusan.

3. Memperhatikan struktur interaksi

Struktur interaksi meliputi :

a) Sikap bersahabat
b) Penuh prihatin
c) Lembut dan tegas
d) Aktifitas kerja

Diperlukan dorongan yang kuat dari lingkungan dengan jalan mengijinkan pasien untuk
memilih terapi. Akan lebih berarti bila dapat diterapkan pada pekerjaan yang nyata.

5. Peran serta keluarga dan masyarakat

Selama di rumah sakit diusahakan pasien sering berhubungan dengan keluarga, agar
keluarga dapat mengikuti perkembangan kesembuhan pasien sehingga berminat untuk
mengkoordinir kepulangannya bila sudah baik.

6. Penyesuaian lingkungan dengan kebutuhan dan perkembangan pasien.

7. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman

a) Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab,


menyenangkan, saling menghargai di antara sesame perawat, petugas kesehatan,
dan pasien.
b) Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-
keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau
perawat.
c) Menciptakan suasana yang nyaman

29
d) Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang
lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.

8. Penyelenggaraan proses sosialisasi:

a) Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain,
sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
b) Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan
perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan
tertentu.
c) Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang
baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada
waktu yang luang.

9. Sebagai teknis perawatan

Fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan


obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang
menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam
terapi tersebut.

10. Sebagai leader atau pengelola.

Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang


mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara
psikologis kepada pasien.

2.2.6 Jenis-jenis Kegiatan Terapi Lingkungan

1. Terapi rekreasi

Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat
melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial.

30
2. Terapi kreasi seni

Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain yang
ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat.

a. Dance therapy/menari : untuk mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan


pasien.

b. Terapi musik : untuk mengekspresikan perasaan marah, sedih, kesepian, dan


gembira.

c. Terapi dengan menggambar/melukis : dengan menggambar akan menurunkan


ketegangan dan memusatkan pikiran yang ada.

d. Literatur/biblio therapy : Terapi dengan kegiatan membaca seperti novel, majalah,


buku-buku dan kemudian mendiskusikannya.Tujuannya adalah untuk mengembangkan
wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai
dengan norma-norma yang ada.

3. Pettherapy

Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan
hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian,
menyendiri.

4. Planttherapy

Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/mahluk
hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya.

2.2.7 Kondisi Pasien Pada Terapi Lingkungan

a. Pasien rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh diri (suicide).

Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1) Ruangan aman dan nyaman.

31
2) Terhindar dari ala-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau
orang lain.
3) Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan
terkunci.
4) Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan ruangan mudah
dipantau oleh petugas kesehatan.
5) Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan
meningkatkan gairah hidup pasien.
6) Warna dinding cerah.
7) Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup.
8) Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi.
9) Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi pasien.

Lingkungan sosial:

1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering


mungkin.
2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan
medis lainnya.
3. Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan.
4. Meningkatkan harga diri pasien.
5. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.
6. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
7. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien
sendiri terlalu lama di ruangannya.

b. Pasien dengan amuk.

Lingkungan fisik:

1. Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup.


2. Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara
yang kuat dengan yang lemah.

32
3. Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
4. Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan dan
pengasingan secara aman, serta protocol pelepasan pengikatan.

Lingkungan Psikososial:

1. Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.


2. Observasi pasien tiap 15 menit.
3. Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
4. Penuhi kebutuhan fisik pasien.
5. Libatkan keluarga.

2.2.8 Komponen Fungsional Terapi Lingkungan

1. Containment

a) Fungsi : mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku berkuasa.


b) Tujuan : memberi keamanan pasien serta lingkungan serta menumbuhkan
percaya.
c) Bentuk terapi : isolasi dan pengikatan.
d) Aktifitas : memberikan perlindungan fisik dan mencegah cidera pada diri sendiri
dan orang lain.

2. Support

a) Fungsi : membantu pasien merasa aman dan nyaman serta mengurangi


kecemasan.
b) Tujuan : meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien.
c) Bentuk terapi : penggunaan komunikasi terapeutik, pemberian perhatian dengan
sikap empati edukasi.
d) Aktifitas : meningaktkan hubungan dan interaksi.

3. Struktur

33
a) Fungsi : membantu mendorong perilaku yang maladaptif menjadi adaptif.
b) Tujuan : meningkatkan tanggyng jawab terhadap perilaku dan konsekuensinya,
serta meningkatkan keterlibatan pasien terhadap aktifitas yang terstruktur.
c) Bentuk terapi : terapi aktifitas, terapi aktifitas sosian, terapi occupation.
d) Aktifitas : menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pasien.

4. Involvement

a) Fungsi : mendorong pasien untuk dapat bekerjasama, melakukan kompromi dan


konfrontasi untuk meningkatkan keterlibatan sosial.
b) tujuan : menstimulasi pasien tuntuk berperan serta aktif dalam lingkungan sosial
dan interaksi serta mengembangkan keterampilan.
c) Bentuk terapi : terapi kelompok.
d) Aktifitas : melakukan aktifitas kelompok.

5. Validation

a) Fungsi : membantu pasien mengambangakan kapasitas kedekatan yang lebih


besar dan menyatu identitasnya.
b) Tujuan : membantu pasien memahami dan menerima keunikan dirinya serta
mendorong integrasi antara perasaan senang dan tidak senang.
c) Bentuk terapi : Psikodrama, stimulasi persepsi dan validasi.
d) Aktifitas : bermain drama, menerima pikiran perasaan pasien dan memberi
reinforcemen.

2.2.9 Komponen Yang Perlu Diperhatikan Dalam Terapi Lingkungan

1. Fisik

Terkait dengan desain dan renovasi.

2. Intelektual

Aspek intelektual dari lingkungan meliputi; warna, sinar, suara, suhu, bau, dan
rasa.

34
3. Sosial

Komponen sosial; peran pasien pola komunikasi dan perbandingan staf dengan
pasien.

4. Emosional

Faktor fisik, intelektual dan sosial menciptakan suasana emosional, misalnya:

a. Merasa sangat senang berada di ruangan/lingkungan.

b. Merasa sangat santai.

c. Setiap orang bekerjasama dengan baik.

d. Segala sesuatu terawat baik.

5 Peran terapis

1. Tidak devensif

2. Empati

3. Dapat menciptakan keamanan

4. Tidak menakutkan

Menurut Moons peran terapis dalam terapi lingkungan adalah mendukung


spontanitas pasien dan merangsang pasien agar merasa bebas dan terbuka.

5. Spiritual

Sarana tempat ibadah, buku-buku suci, dll. Harus terpisah, sepi dan tertutup agar
memusatkan perhatian untuk pengobatan dan menemukan harapan baru bagi masa
depan pasien

35
2.4 Terapi Musik
Menurut American Musik Therapy Association, terapi musik adalah penggunaan
musik dalam suatu terapi psikologis. Terapi musik dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan fisik, memenuhi kebutuhan psikologis, emosional, spiritual, serta
meningkatkan hubungan sosial para pasien dan keluarga mereka. Terapi musik modern
dimulai setelah Perang Dunia II, ketika para musisi berinisiatif mengunjungi rumah sakit
untuk tampil bagi para prajurit perang yang sedang sakit. Hasilnya, para prajurit tersebut
tampak membaik secara fisik maupun emosional setelah menerima terapi musik dari para
musisi tersebut. Musik diproses dan diproduksi melalui jalur yang berbeda dari sistem
yang biasa menghasilkan suara untuk berbicara. Jalur tersebut diyakini dapat
memengaruhi kemampuan pasien untuk mengekspresikan diri, berkomunikasi dengan
orang dan menjadi lebih bersemangat. Terapi musik dilakukan dengan panduan seorang
terapis atau praktisi psikologi maupun musisi yang terlatih. Terapi musik terdiri dari
serangkaian kegiatan seperti:

1. Mendengarkan musik
2. Bernyanyi bersama
3. Menari mengikuti irama musik
4. Bermeditasi
5. Memainkan alat musik

Penelitian terbaru mulai mengaitkan musik dengan sejumlah manfaat kesehatan.


Misalnya, dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, menurunkan tingkat stres hingga
meningkatkan kesehatan bayi yang lahir prematur.

2.4.1 Mengapa terapi musik perlu dilakukan

Terapi musik dapat digunakan untuk berbagai kondisi pada orang dewasa maupun
anak-anak. Terapi ini dapat meringankan gangguan kecemasan, depresi, dan trauma.
Terapi ini juga mampu menggali ataupun mengungkapkan sumber rasa sakit yang
mendasarinya. Individu autistik dapat meningkatkan kemampuannya untuk
berkomunikasi dan bersosialisasi setelah menjalani terapi musik yang terstruktur. Terapi

36
ini juga dipraktikkan untuk pasien dengan kondisi lain yang dirawat di fasilitas psikiatris.
Terapi musik bisa sangat bermanfaat untuk individu yang mengalami penyakit
Alzheimer, demensia, dan kerusakan otak akibat stroke atau cedera otak traumatis.
Pengalaman bermusik, khususnya dalam bentuk menyanyikan lagu-lagu dari masa lalu
para pasien, ternyata dapat membuka kesadaran emosional mereka. Dari proses itu, para
pasien dapat mengekspresikan diri, mengenali emosi dan dapat berinteraksi dengan
orang-orang yang mereka cintai seperti seharusnya.

2.4.2 Apa yang harus dipersiapkan sebelum menjalani terapi musik

Sebelum terapi musik dimulai, pasien akan menjalani sesi wawancara sebagai
peniliaian awal yang dilakukan oleh terapis. Hal ini dilakukan untuk menentukan teknik
terapi musik yang sesuai dengan kebutuhan spesifik pasien. Jenis pendekatan terapi
musik meliputi penciptaan lagu, senandung lagu masa kecil, bernyanyi sebagai bagian
dari paduan suara, atau berimprovisasi menggunakan instrumen seperti drum, piano,
gitar, atau lonceng. Oleh karena itu, pasien mungkin akan dimintai keterangan tentang
lagu atau suara yang membangkitkan kenangan emosional. Pendamping pasien mungkin
akan diminta untuk mendengarkan lagu bersama pasien. Terapis kemudian akan
berdiskusi mengenai emosi yang ditimbulkan oleh lagu itu kepada pasien. Jika pasien
diminta untuk menulis lagu atau menyanyi, terapis mungkin saja akan memberikan
latihan pernapasan. Dalam terapi musik, pasien tidak perlu memiliki bakat musik. Dalam
praktiknya, terapi musik tidak berfokus pada keterampilan teknis bermusik seseroang,
melainkan hanya menggunakan musik sebagai alat untuk refleksi dan komunikasi.

2.4.3 Apa yang dilakukan terapis pada terapi musik

Terapi musik dilakukan dengan menggunakan berbagai aspek suara. Cara


kerjanya tergantung pada metode yang digunakan. Sebagian besar sesi terapi musik
merupakan sesi privat dengan terapis. Selama sesi terapi musik berlangsung, pasien akan
diminta duduk atau berbaring sambil mendengarkan musik atau gerakan lainnya.
Semuanya tergantung pada jenis terapi suara yang diterapkan.

Berikut ini adalah ragam terapi suara yang digunakan:

1. Meditasi terpandu:

37
Pasien akan diminta bermeditasi dengan instruksi suara menggunakan video atau
aplikasi. Meditasi juga dapat dilakukan dengan cara melantunkan mantra atau doa.

2. Metode Bonny (Bonny method):

Terapi musik ini dinamakan bonny method berdasarkan nama penemunya, Helen L.
Bonny, PhD. Terapi ini dilakukan dengan menggabungkan musik klasik dan gambar.
Terapis akan memandu pasien untuk membantu mengeksplorasi pengalaman, kesadaran,
dan perubahan pada pribadi pasien.

3. Metode Nordoff-Robbins:

Pada terapi musik jenis ini, biasanya pasien akan diminta mendengarkan musik yang
memang sudah akrab di telinga. Selain itu, pasien juga mungkin saja akan diminta
menciptakan lagu bersama-sama dengan terapis. Oleh karena itu, biasanya terapis yang
memandu metode ini adalah seorang musisi terampil.

4. Terapi garpu tala:

Terapi musik garpu tala dilakukan dengan menggunakan garpu tala yang terbuat dari
logam yang telah dikalibrasi. Garpu tala tersebut kemudian akan menghantarkan getaran
spesifik ke berbagai bagian tubuh pasien.

5. Brainwave entrainment:

Terapi musik jenis ini dikenal juga dengan sebutan binaural beats. Pasien akan diminta
untuk mendengarkan bunyi denyutan yang dapat memengaruhi gelombang otak. Bunyi
ini akan menstimulasi otak ke kondisi spesifik, yaitu gelombang otak Anda agar sejajar
dengan frekuensi denyutan.

2.4.4 Hasil apa yang didapatkan dari terapi musik

Terapi musik biasanya dapat mengurangi bahkan meringankan sejumlah kondisi,


termasuk:

a) Gangguan kecemasan
b) Depresi
38
c) Gangguan stres pascatrauma atau post-trauma stress disorder (PTSD)
d) Demensia
e) Gangguan spektrum autisme dan kesulitan belajar
f) Gangguan perilaku dan kejiwaan
g) Gejala yang menyertai kanker
h) Perubahan suasana hati
i) Tekanan darah tinggi
j) Kadar kolesterol tinggi
k) Nyeri
l) Risiko penyakit jantung koroner dan stroke
m) Gangguan tidur

2.4.5 Apa risiko dari prosedur terapi musik

Risiko dari terapi musik sangat sediki dan hampir tidak ada risikonya.
Kekurangan dari terapi ini adalah bukti ilmiahnya masih terbatas pada beberapa metode
saja. Selain itu ada kemungkinan terapi musik tidak memberikan manfaat yang
diinginkan karena metode yang dipakai mungkin tidak cocok bagi beberapa pasien. Oleh
karena itu, penting untuk mencoba berbagai metode yang paling cocok bagi setiap
individu

2.5 Terapi Keluarga


2.5.1 Pengertian terapi keluarga

Terapi keluarga mempunyai pengertian sebagai terapi yang berfokus pada


interaksi antar anggota keluarga, bukan lagi suatu terapi yang berfokus pada
perorangan. Terapi keluarga diperlukan karena terapi yang berpusat pada satu
pribadi saja tidak akan menyelesaikan persoalan dalam keluarga secara menyeluruh.
Terapi keluarga mempunyai perbedaan yang nyata dengan terapi lain yang bersifat
perorangan (Holdert & Ploegmakers-Burg, 2013).
Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam kamus Psikologi, family therapy (terapi
keluarga) adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah
hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Oleh sebab itu seluruh

39
anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhannya. Terapi ini secara khusus
memfokuskan pada masalahmasalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan
penyelenggaraanya melibatkan anggota keluarga.
Menurut D. Stanton dapat dikatakan sebagai terapi khusus karena sebagaimana
yang selalu dipandang oleh konselor, yang di dalam proses terapi atau konseling
melibatkan keluarga inti

Tujuan konseling keluarga terutama adalah untuk mengerti keluarga penderita


gangguan skizofrenia, konseling keluarga dianggap cara baru untuk mengerti dan
menangani penderita gangguan mental. Kemudian konseling keluarga tidak hanya
berguna untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang
tidak berfungsi baik.
Beberapa teori yang mendasari terapi keluarga menurut Farland, et al (2015):

1) Psychodinamik Family Therapy

Safir mengatakan bahwa ada hubungan antara psikopatologi individual dengan


dinamika keluarga. Contoh :seseorang yang mempunyai harga diri rendah akan
menampilkan suatu " False Self " yang ditampilkan pada saat yang sama dia juga takut
kecewa dan sulit mempercayai orang lain termasuk pasangan hidupnya.

2) Behavioral Family Therapy

Terapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari pola perilaku keluarganya
untuk menentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku itu. Berdasarkan
analisis ini, terapist membuat rencana untuk merubah keadaan tersebut dengan cara
intervensi langsung dalam keluarga. Tujuan utamanya adalah meningkatkan perilaku
yang positif yang diinginkan dan menghilangkan perilaku negative.

3) Teori Komunikasi

40
Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi yang terjadi didalam
keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Komunikasi dan Kognisi

Terapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan
menjelaskan arti komunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh
anggota keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh anggota keluarga yang lain saat
menyatakan sesuatu. Terapist juga memperhatikan punktuasi dari proses komunikasi
yang terjadi pada keluarga dengan tujuan memperjelas kesalah pengertian, juga
diperhatikan bahwa non verbal yang digunakan.

b. Komunikasi dan Kekuatan

Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada orang lain
berati dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan. Contoh : orang tua
bertanggung jawab terhadap anak – anak dan dia punya hak untuk membatasi perilaku
anak jika anak sudah besar, dia punya hak sendiri untuk mengambil keputusan.
Cara ini sering ditemukan pada terapi struktural dimana tujuan proses, terapi untuk
merubah posisi dari batasan diatara sub sistem yang berbeda dalam keluarga.

c. Komunikasi dan Perasaan

Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan komunikasi dari
perasaan. Dikatakan bahwa pasangan perkawinan yang mempunyai kebutuhan
emosional diharapkan ditentukan dalam perkawinan jika kita menemukan kebutuhan
emosional hari setiap orang maka komunikasi perasaan ini sangat
penting artinya : Tujuan dari terapi adalah memperbaiki bila terdapat ketidakpuasan.

41
4) Structural Family Therapy

Dikembangkan oleh Salvador Minuchin. Perlu dinilai 6 aspek dari fungsi keluarga.
Struktur keluarga yang terdiri dari susunan yang mengatur transaksi diatara anggota
keluarga.Fleksibilitas dari fungsi keluarga dan kemampuannya untuk berubah."The
Family Resonance" pada anggota keluarga dapat saling terikat atau saling
merenggang. Konteks kehidupan keluarga ini merupakan supra sistem yang teridiri dari
keluarga besar, tetangga lingkungan kerja, lingkungan sekolah dari anggota keluarga
supra sistem bisa merupakan sumber stress atau sumber support dari lingkungan.

Model keperawatan yang berhubungan dengan keluarga menurut Basford (2006)


yaitu:

1) Model Sistem dari Neuman

Model keperawatan dari Neuman diperluas berhubungan dengan keluarga sehingga


penerima asuhan keperawatan termasuk ke keluarga (Neuman, 1982). Dalam hal ini
diuraikan keluarga sebagai target yang tepat baik untuk pengkajian dan interventi primer,
sekunder maupun tersier. Proses keperawatan digunakan sebagai penghubung antara teori
keluarga dan praktik.

2) Model Konseptual Perawatan Diri dari Orem

Dalam model keperawatan Orem, keluarga dipandang sebagai faktor syarat dasar
bagi anggota keluarga untuk kembali berfungsi menjalankan tugasnya. Orem tidak
mengungkapkan bagaimana konsep teori keluarga dapat digabungkan dalam model
praktek perawatan tersebut, namun melaksanakan tugas untuk menguraikan
bagaimana truktur, fungsi dan perkembangan keluarga dapat diartkulasikan dengan
model Orem.

42
3) Model Sistem Terbuka dari King
King memandang keluarga sebagai sistem sosial dan konsep utama dalam modelnya.
King menjelaskan bahwa teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat untuk
membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau mengatasi masalah
kesehatannya. Model ini berorientasi pada sistem dan intervensi kepada keluarga.
4) Model Adaptasi Roy

Roy menjelaskan bahwa keluarga, individu, kelompok, organisasi, sosial serta


komunitas dapat dijadikan fokus dalam praktik keperawatan. Model ini lebih
menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien dalam memanipulasi
lingkungan mereka dan berfokus kepada keluarga.

5) Model Proses Kehidupan dari Roger

Dalam teori Roger, fokus keperawatan adalah proses kehidupan umat manusia.
Tujuan dari keperawatan adalah untuk meningkatkan interaksi simfonis antara manusia
dan lingkungannya. Roger menegaskan bahwa model ini dapat diterapkan pada
keluarga sama seperti pada individu. Bagi Roger, keluarga merupakan suatu fokus
studi keperawatan. Model-model pendekatan-pendekatan baru yang dikembangkan
dalam konseling keluarga yaitu:

1. Multiple Family Therapy


Keluarga-keluarga yang terpilih menemui konselor tiap minggu, dan pada waktu itu
mereka menceritakan problem mereka masing-masing dan membantu sesama dalam
pemecahan persoalan

2. Multiple impact Therapy

43
Mencakup seluruh keluarga dalam sederetan interaksi yang berkelanjutan dengan
konselorkonselor komunitas yang multidisipliner mungkin selama dua hari. Terapi
ini mencakup pemberian konseling secara penuh selama dua hari atau lebih kepada
satu keluarga

3. Terapi jaringan (Network Therapy)


Berusaha memobilisasi sejumlah orang untuk berkumpul dalam suatu krisis untuk
membentuk suatu kekuatan terapeutik. Tujuan ini adalah untuk memperkuat kekuatan
dari jaringan yang dikumpulkan untuk memberi kesempatan untuk berubah di dalam
sistem keluarga tersebut.

2.5.2 Cara melakukan Terapi Keluarga


Menurut Almasitoh (2012) terdapat empat langkah dalam proses terapi keluarga, antara
lain :

1) Mengikutsertakan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga terapis


mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang
strategi yang cocok untuk membantu pemecahan
2) problem keluarga. Menilai masalah, mencakup pemahaman tentang kebutuhan,
harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
3) Strategi-strategi khusus, berfungsi untuk pemberian bantuan dengan menentukan
intervensi yang sesuai dengan tujuan.
4) Follow up, memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan
terapis atau konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan
memberikan support.
2.5.3 Manfaat Terapi Keluarga
Ridwan, (2012) memaparkan bahwa manfaat dari terapi keluarga ini adalah untuk
memberi dukungan terhadap anggota keluarga yang lain dalam mengurangi beban
keluarga terutama beban fisik dan mental dalam merawat klien gangguan jiwa untuk
waktu yang lama

44
2.6 Psikoterapi
2.6.1 Definisi Psikoterapi

Psikoterapi adalah perawatan untuk meringankan penyakit kejiwaan lewat metode


berbincang kepada psikolog atau psikiater. Dengan perawatan ini, pasien akan dibimbing
untuk mengenali kondisi pikiran, perasaan, dan perilaku sehingga bisa kembali memiliki
pemikiran positif dan mengontrol kehidupannya dengan baik.

Ada beberapa jenis psikoterapi, sehingga terapis dapat menentukan jenis mana
yang paling sesuai dan efektif untuk kondisi pasien. Hingga beberapa waktu yang lalu,
kata psikoterapi atau berobat ke psikolog dan psikiater masih dianggap tabu. Namun kini,
kian banyak masyarakat yang terbuka untuk menerima perawatan kejiwaan. Akses untuk
mendapatkan layanan psikoterapi juga sudah semakin luas. Bahkan, masyarakat bisa
mendapatkannya dengan biaya yang sangat terjangkau bahkan gratis menggunakan BPJS
Kesehatan.

2.6.1 manfaat psikoterapi

Psikoterapi dapat membantu mengatasi berbagai kondisi yang berhubungan dengan


kejiwaan dan hal-hal yang memberatkan pikiran, seperti: 

a) Konflik dengan pasangan atau orang lain


b) Rasa cemas dan stres akibat pekerjaan atau situasi lain
c) Kesulitan beradaptasi dengan perubahan
d) Sedang melewati masa-masa sulit
e) Trauma akibat kekerasan fisik atau kekerasan seksual yang pernah diterima
f) Masalah performa seksual yang menurun karena kondisi mental
g) Tidur tidak nyenyak akibat banyak pikiran
h) Gangguan kecemasan seperti penyakit obsesif kompulsif, fobia, gangguan panik,
dan gangguan stres pascatrauma

45
i) Gangguan afektif seperti depresi atau gangguan bipolar
j) Kecanduan seperti kecanduan alkohol, berjudi, dan obat-obatan
k) Gangguan kepribadian
l) Skizofrenia

Meski tidak semua gangguan kejiwaan bisa sembuh total, namun dengan psikoterapi,
setidaknya gejala yang dirasakan pasien akan lebih terkontrol.

2.6.2 Kapan psikoterapi perlu dilakukan

Semua orang bisa mencari bantuan lewat psikoterapi di waktu-waktu yang


diinginkan. Meski begitu, banyak orang yang masih menahan dirinya untuk datang ke
fasilitas kesehatan yang menyediakan poli jiwa karena bingung dengan kondisinya
sendiri.

Apabila Anda mengalani gejala-gejala di bawah ini, maka sudah saatnya Anda mencari
pengobatan untuk meringankan beban kejiwaan yang dirasakan.

a) Permasalahan yang ada sudah menyebabkan stres yang berat

Apabila Anda merasa permasalahan yang ada sudah menyebabkan stres berat hingga
membuat produktivitas di tempat kerja, sekolah, atau area lain dalam kehidupan menurun
drastis, maka sebaiknya periksakan diri ke dokter jiwa atau psikolog untuk mendapatkan
psikoterapi.

b) Anda sudah mulai melakukan hal-hal berbahaya sebagai pengalih pikiran

Setiap orang punya caranya sendiri untuk melepas stres atau beban pikiran. Namun jika
caranya sudah membahayakan diri sendiri maupun orang lain, maka sudah saatnya Anda

46
meminta bantuan profesional untuk mengatasinya.

Contoh perilaku berbahaya yang kerap menjadi cara untuk mengalihkan pikiran dari
masalah adalah merokok, mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, makan
berlebihan (binge eating), dan mudah marah bahkan oleh hal-hal kecil yang tidak
signifikan.

c) Orang terdekat sudah mulai khawatir dengan kondisi Anda

Gangguan kejiwaan adalah hal yang disembunyikan oleh banyak pengidapnya. Hal ini
tentu sangat disayangkan sebab menerima perawatan bisa menjadi langkah pertama untuk
menjadi lebih baik.

Kalau hal yang Anda sembunyikan dalam-dalam sudah tidak bisa dibendung dan muncul
ke permukaan sampai membuat orang-orang terdekat khawatir dengan kondisi mental
Anda, maka ini sudah saatnya memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater.

d) Sudah berusaha untuk meringankan masalah tapi tidak ada yang berhasil

Ada banyak cara untuk meringankan beban pikiran, mulai dari melakukan hobi,
membaca buku motivasi, hingga meditasi. Namun jika cara-cara tersebut tidak juga
membantu, maka psikoterapi bisa dicoba untuk meringankan permasalahan yang dialami.

2.6.3 jenis psikoterapi

Ada banyak jenis-jenis psikoterapi yang bisa dilakukan untuk meringankan kondisi
kejiwaan Anda. Terapis akan memilih salah satu teknik atau menggabungkan beberapa
teknik yang dirasa paling cocok untuk kondisi pasiennya.

Beberapa jenis psikoterapi yang kerap digunakan antara lain:

1. Cognitive behavioral therapy (CBT)

47
Pada CBT, Anda akan dibantu untuk mengenali stigma, perilaku, dan kepercayaan
negatif yang ada di diri Anda dan menggantinya dengan yang positif.

2. Terapi psikoanalitik

Pada terapi ini, terapis akan mengulik ke dalam pikiran pasien, termasuk soal masa
lalunya, sehingga bisa menemukan akar masalah secara tepat. Biasanya, hasil analisis
yang didapat terapis akan mengejutkan pasien karena mereka tidak menyangka hal-hal
yang dianggap biasa ternyata bisa menjadi sumber beban pikiran.

3. Terapi interpersonal

Pada terapi ini, pasien akan dibantu untuk fokus terhadap kemampuannya berinteraksi
dengan orang lain. Terapis akan membantu memetakan pola interaksi yang selama ini
Anda lakukan ke orang-orang sekitar Anda.

4. Terapi suportif

Terapi ini menitikberatkan pada dukungan dan memberikan cara-cara sehat yang dapat
dilakukan sebagai pengalih pikiran.

2.6.4 prosedur psikoterapi

Beberapa hal yang harus Anda persiapkan sebelum menjalani prosedur psikoterapi antara
lain:

a) Mencari terapis dari sumber yang terpercaya seperti dokter pribadi Anda,
keluarga, atau teman. Cari tahu tentang latar belakang, pendidikan, sertifikasi, dan
lisensi terapis yang akan Anda kunjungi sebelum menjalani psikoterapi.
b) Mencari tahu tentang biaya yang harus dikeluarkan.
c) Merinci ulang permasalahan yang akan Anda sampaikan pada terapis.

2.6.5 terapis pada prosedur psikoterapi

Pada pertemuan pertama, terapis akan menggali informasi terkait Anda dan alasan
untuk menjalani psikoterapi. Anda akan diminta untuk mengisi formulir mengenai
kesehatan jiwa saat ini dan riwayat kesehatan jiwa pribadi. Perlu diketahui, prosedur
48
ini dapat berlangsung beberapa kali hingga seorang terapis dapat benar-benar
memahami Anda dan permasalahan yang terjadi, sebelum melakukan tindakan
psikoterapi.

Pada pertemuan ini, Anda juga memiliki kesempatan bertanya pada terapis
mengenai tindakan yang akan diberikan pada Anda, tujuan terapi, dan durasi maupun
frekuensi terapi tersebut. Tiap sesi psikoterapi umumnya berlangsung selama 45-60
menit per sesi.

Selama psikoterapi berjalan, terapis akan mendorong Anda untuk mencurahkan isi
hati dan berbahai hal yang mengganjal di pikiran. Anda tidak perlu khawatir bila ingin
membuka diri. Terapis akan melakukan hal tersebut secara perlahan hingga
mendapatkan kepercayaan dari Anda.

Karena psikoterapi melibatkan diskusi yang emosional, tidak menutup


kemungkinan Anda dapat menangis, marah, atau bergejolak pada saat sesi psikoterapi
dilakukan. Beberapa orang akan merasa lelah setelah menjalani psikoterapi.

Terapis Anda akan berada di sana dan membantu mengatasi perasaan tersebut.
Secara perlahan, dengan mendiskusikan permasalahan yang ada, terapis dapat
membantu memperbaiki suasana hati, mengubah pola pikir, dan meningkatkan
kemampuan Anda untuk mengatasi masalah.

2.6.6 Hasil yang didapatkan dari psikoterapi

Psikoterapi mungkin tidak dapat mengatasi atau mengobati beberapa kondisi. Namun,
psikoterapi dapat membantu untuk beradaptasi dengan masalah secara sehat dan
membuat Anda merasa lebih baik serta berpandangan positif terhadap diri dan
kehidupan pribadi.

2.6.7 Risiko dari prosedur psikoterapi

49
Secara umum psikoterapi adalah prosedur minim risiko. Pada awal psikoterapi
mungkin Anda akan merasa tidak nyaman akibat eksplorasi perasaan dan pengalaman
yang menyakitkan. Namun, terapis akan membantu melewati masa-masa tersebut
dengan mencocokkan jenis terapi dan intensitas terapi yang diberikan pada Anda.

50
2.7 Terapi Aktivitas Kelompok

1. Pengertian

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah manual, rekreasi, dan


teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta
meningkatkan respon sosial dan harga diri. Terapi aktivitas kelompok
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu,
stimulasi persepsi, sensori, orientasi realita, sosialisasi dan penyaluran
energi (Keliat & Akemat, 2016).
2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi


yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang
terkait dengan pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Tujuan dari terapi ini untuk membantu pasien yang mengalami
kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses
berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif (Sutejo, 2017).
Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.

51
3. Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

a. Tujuan

1) Tujuan Umum

Pasien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol


halusinasi dalam kelompok secara bertahap.
2) Tujuan Khusus

a) Pasien dapat mengenal halusinasi.

b) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.

c) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.

d) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

e) Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

b. Kriteria Anggota Kelompok

Menurut Sustrami dan Sundari (2014), kriteria anggota kelompok yang


sesuai yaitu :
1) Pasien yang mengalami halusinasi pendengaran.

2) Pasien halusinasi pendengaran yang sudah terkontrol.

3) Pasien yang dapat diajak kerjasama.

c. Proses Seleksi

52
1) Berdasarkan observasi dan wawancara.

2) Menindak lanjuti asuhan keperawatan.

3) Informasi dan keterangan dari pasien sendiri dan perawat.

4) Penyelesian masalah berdasarkan masalah keperawatan.

53
5) Pasien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang
diberikan.
6) Mengadakan kontrak dengan pasien.

d. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari, tanggal
Waktu
Tempat
e. Nama Anggota Kelompok

f. Media dan Alat

1) Boardmarker/spidol

2) Whiteboard/papan tulis

3) Kertas

4) Bolpoin

g. Metode

1) Diskusi

2) Bermain peran

h. Susunan Pelaksana

Berikut peran perawat dan uraian tugas dalam terapi aktivitas kelompok
menurut Sutejo (2017) adalah sebagai berikut :
1) Leader

54
2) Co-leader

3) Fasilitator

4) Observer

55
i. Uraian Tugas

1) Leader

a) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas


kelompok sebelum kegiatan dimulai.
b) Memberikan memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
dan memperkenalkan dirinya.
c) Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan
tertib.
d) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.

e) Menjelaskan permainan.

2) Co-Leader

a) Menyampaikan informasi dari fasilitatorke leader tentang


aktifitas pasien.
b) Membantuleader dalam memimpin permainan.

c) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.

d) Memberikan reward bagi kelompok yang menyelesaikan


perintah dengan cepat.
e) Memberikan punishment bagi kelompok yang kalah.

3) Fasilitator

a) Memfasilitasi pasien yang kurang aktif.

b) Memberikan stimulus pada anggota kelompok.

56
c) Berperan sebagai role play bagi pasien selama kegiatan.

57
4) Observer

a) Mengobservasi dan mencatat jalannya proses kegiatan.

b) Mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama kegiatan


berlangsung.
c) Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok.

d) Mencatat jika ada peserta yang drop out dan alasan drop out.

j. Setting Tempat

O
L CL

F F

K K

F F
K

Keterangan :
L : Leader
: Co-Leader
CL

O : Observer

F : Fasilitator

K : Klien

k. Sesi TAK Stimulasi Persepsi menurut Wahyu dan Ina (2010) adalah :

58
1) Sesi I : Mengenal halusinasi

2) Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik

3) Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal kegiatan

4) Sesi IV : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

5) Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

59
l. Tahap TAK stimulasi persepsi halusinasi pendengaran menurut Keliat
dan Akemat (2016) adalah sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan

a) Memilih pasien sesuai dengan kriteria melalui proses seleksi,


yaitu pasien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi
pendengaran.
b) Membuat kontrak dengan pasien.

c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Tahap Orientasi

a) Salam terapeutik

(1) Salam dari perawat kepada pasien.

(2) Perkenalkan nama dan panggilan perawat (pakai papan


nama).
(3) Menanyakan nama dan panggilan semua pasien (beri papan
nama).
b) Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan pasien saat ini.

c) Kontrak

(1) Perawat menjelaskan tujuan kegiatan yang akan


dilaksanakan, yaitu menegenal suara-suara yang didengar.
Jika pasien sudah terbiasa menggunakan istilah halusinasi,
gunakan kata “halusinasi”.

60
(2) Perawat menjelaskan aturan main berikut.

(a)Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus


minta izin kepada perawat.
(b) Lama kegiatan 45 menit.

(c)Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.


3) Tahap Kerja

a) Sesi I : mengenal halusinasi.

(1)Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu


mengenal suara-suara yang didengar tentang isinya, waktu
terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan pasien pada saat
terjadi.
(2)Perawat meminta pasien untuk menceritakan tentang
halusinasinya, mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan
perawat secara berurutan berlawanan jarum jam sampai semua
pasien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.
(3)Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.
(4)Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan
pasien dari suara yang biasa didengar.

b) Sesi II : mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.

(1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu cara


pertama mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.

61
(2) Perawat meminta pasien untuk menyebutkan cara yang selama
ini digunakan untuk mengatasi halusinasinya, menyebutkan
efektivitas cara, mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan
perawat secara berurutan berlawanan jarum jam sampai semua
pasien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.
(3) Perawat menjelaskan dan memperagakan cara mengontrol
halusinasi dengan teknik menghardik yaitu kedua tangan
menutup telinga dan berkata “Diamlah suara-suara palsu, aku
tidak mau dengar lagi”.
(4) Perawat meminta pasien untuk memperagakan teknik
menghardik, mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan
perawat sampai semua pasien mendapat giliran.
(5) Beri pujian setiap kali pasien selesai memperagakan.

c) Sesi III : mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal kegiatan.

(1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu cara


kedua mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal
kegiatan. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang
teratur akan mencegah munculnya halusinasi.
(2) Perawat meminta pasien menyampaikan kegiatan yang biasa
dilakukan sehari-hari, dan tulis di whiteboard.
(3) Perawat membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Perawat
menulis formulir yang sama di whiteboard.

62
(4) Perawat membimbing satu persatu pasien untuk membuat
jadwal kegiatan harian, dari bangun pagi sampai tidur malam.
Pasien menggunakan formulir, perawat menggunakan
whiteboard.
(5) Perawat melatih pasien memperagakan kegiatan yang telah
disusun.
(6) Perawat meminta pasien untuk membacakan jadwal yang telah
disusun. Berikan pujian dan tepuk tangan bersama untuk
pasien yang sudah selesai membuat jadwal dan membacakan
jadwal yang telah dibuat.
(7) Perawat meminta komitmen masing-masing pasien untuk
melaksanakan jadwal kegiatan yang telah disusun dan
memberi tanda M kalau dilaksanakan, tetapi diingatkan
terlebih dahulu oleh perawat, dan T kalau tidak dilaksanakan.

d) Sesi IV : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

(1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu cara


ketiga mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap. Jelaskan
bahwa pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah halusinasi.
(2) Perawat meminta tiap pasien menyebutkan orang yang biasa
dan bisa diajak bercakap-cakap.
(3) Perawat meminta pasien menyebutkan pokok pembicaraan
yang biasa dan bisa dilakukan.

63
(4) Perawat memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi
muncul “Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja
dengan suster” atau “Suster saya mau ngobrol tentang kegiatan
harian saya”.
(5) Perawat meminta pasien untuk memperagakan percakapan
dengan orang disebelahnya.
(6) Berikan pujian atas keberhasilan pasien.

(7) Ulangi (5) dan (6) sampai semua mendapat giliran.

e) Sesi V : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

(1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu


cara terakhir mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat. Jelaskan bahwa pentingnya patuh minum obat yaitu
mencegah kambuh karena obat memberi perasaan tenang,
dan memperlambat kambuh.
(2) Perawat menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
penyebab kambuh.
(3) Perawat meminta pasien menyampaikan obat yang diminum
dan waktu meminumnya. Buat daftar di whiteboard.
(4) Perawat menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar
obat, benar waktu, benar pasien, benar cara, benar dosis.
(5) Minta pasien untuk menyebutkan lima benar cara minum
obat, secara bergiliran.
(6) Berikan pujian pada paisen yang benar.

64
(7) Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat
(catat di whiteboard).
(8) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah salah
satu cara mencegah halusinasi atau kambuh.
(9) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian halusinasi atau kambuh.
(10) Minta pasien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum
obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
(11) Memberi pujian tiap kali pasien benar.

4) Tahap Terminasi

a) Evaluasi

(1) Perawat menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti


TAK.
(2) Perawat menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang
selama ini dipelajari.
(3) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

b) Tindak lanjut

Menganjurkan pasien menggunakan empat cara mengontrol


halusinasi.
c) Kontrak yang akan datang

(1)Perawat mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk


mengontrol halusinasi.

65
(2)Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai indikasi pasien.
5) Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi dilakukan saat TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.


Formulir evaluasi atau lembar observasi pada TAK sesuai sesi yang dilakukan.

66
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi modalitas merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang dilakukan untuk
memperbaiki dan mempertahankan skiap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi
dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada Ketika menjalani
terapi. Didalam makalah ini yang berjudul Terapi Modalitas ada beberapa jenis yang dibahas
yaitu konsep dasar terapi, kemudian terapi aktivitas kelompok(TAK),Terapi Lingkungan,
Terapi music, Terapi Keluarga dan Psikoterapi. Kombinasi terapi merupakan keharusan,
untuk itu perawat mempunyai peranan sangat penting untuk mengkombinasikan berbagai
terapi sehingga perubahan perilaku yang dicapai akan maksimal.
3.2 Saran
Dalam pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan kejiwaan salah
satu caranya dengan diberikan terapi modalitas, Akan tetapi sebelum dilakukan terapi,
perawat perlu mempelajarai konsep dan teori terapi tersebut agar terapi terlaksana dengan baik
dan hasil yang maksimal. Diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa mampu
memahami pemberian terapi untuk pasien, sehingga pembaca serta perawat bisa menentukan
terapi yang cocok untuk pasien yang mengalami masalah kejiwaan.

67
DAFTAR PUSTAKA

Pardede, Jek Amidos. "Terapi Keluarga." (2020).

Viatrie, Diantini Ida. "Terapi Keluarga Kontemporer." Jurnal Sains Psikologi 3.1 (2014).

https://www.sehatq.com/tindakan-medis/terapi-musik
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/psikoterapi
https://abykhan.wordpress.com/2012/09/22/terapi-modalitas/

http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/terapi-modalitas-dalam-keperawatan-jiwa/

https://www.researchgate.net/publication/347572110_Terapi_Keluarga

http://ardhyashshidieqi.blogspot.com/2013/05/makalah-terapi-aktivitas-kelompok.html?m=1

68
1

Anda mungkin juga menyukai