Anda di halaman 1dari 37

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM MOSCULOSKELETAL

(OSTEOPOROSIS, OSTEOMYELITIS, DAN FRAKTUR)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu : Nunung Liawati, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Yuliyanti Pakpahan

(C1AA20123)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2022
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS

I. PENGKAJIAN

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita
yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.

1. Anamnese
1) Identitas
Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik,
alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung
jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan
Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya:
a. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
b. Berat badan menurun
c. Biasanya diatas 45 tahun
d. Jenis kelamin sering pada wanita
e. Pola latihan dan aktivitas
3. Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang
dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi
yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olahraga dapat mempertahankan
tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk
mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks
antara saraf dan muskuloskeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan
menurunnya gerak persendian adalah agility ( kemampuan gerak cepat dan lancar )
menurun, dan stamina menurun.
4. Aspek Penunjang
1) Radiologi Gejala
Radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat
dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan
lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transversal
merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae menyebabkan
penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang intervertebral
dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
2) CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting
dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3
biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral
vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami
fraktur.
3) Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing).
Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi : Pada kasus
lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki
b. B2 ( Blood).
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing.
Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau
edema yang berkaitan dengan efek obat.
c. B3 ( Brain).
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
• Kepala dan wajah: ada sianosis
• Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
• Leher: Biasanya JVP dalam normal

Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan
halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra

d. B4 (Bladder).
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan.
e. B5 ( Bowel).
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 ( Bone).
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering
menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan
dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length
inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara
vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3
5. Riwayat Psikososial

Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan
aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang
timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra


2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.
4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan
dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang
,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah
III. INTERVENSI

N
o
1 Nyeri Tujuan : Setelah 1. Pantau tingkat nyeri 1. Tulang dalam
berhubungan dilakukan pada punggung, nyeri peningkatan jumlah
dengan dampak tindakan terlokalisasi atau trabekular,
sekunder dari keperawatan menyebar pada pembatasan gerak
fraktur, spasme diharapkan abdomen atau spinal. 2. Alternatif
otot, deformitas nyeri berkurang pinggang. 2. Ajarkan lain untuk mengatasi
tulang Kriteria Hasil : pada klien tentang nyeri, pengaturan
Klien akan alternative lain untuk posisi, kompres
mengekspresika mengatasi dan hangat dan
n nyerinya, mengurangi rasa sebagainya. 3.
klien dapat nyerinya. 3. Kaji obat- Keyakinan klien
tenang dan obatan untuk mengatasi tidak dapat
istirahat yang nyeri. 4. Rencanakan menoleransi obat
cukup, klien pada klien tentang yang adekuat atau
dapat mandiri periode istirahat tidak adekuat untuk
dalam adekuat dengan mengatasi nyerinya.
perawatan dan berbaring dalam posisi 4. Kelelahan dan
penanganannya telentang selama keletihan dapat
secara kurang lebih 15 menit menurunkan minat
sederhana. untuk aktivitas
sehari-hari
Hambatan Tujuan : Setelah 1. Kaji tingkat 1. Dasar untuk
mobilitas fisik dilakukan kemampuan klien yang memberikan
berhubungan tindakan masih ada. alternative
dengan disfungsi keperawatan, dan latihan
sekunder akibat diharapkan 2. Rencanakan tentang gerak yang
perubahan klien mampu pemberian program sesuai
skeletal (kifosis), melakukan latihan: dengan
nyeri sekunder mobilitas fisik • Bantu klien jika kemapuanny
atau fraktur baru. eria hasil : Klien diperlukan a. 2. Latihan
dapat Latihan akan
meningkatan • Ajarkan klien meningkatka
mobilitas fisik ; tentang n pergerakan
klien mampu aktivitas hidup otot dan
melakukan sehari hari yang stimulasi
aktivitas hidup dapat sirkulasi
sehari hari dikerjakan darah
secara mandiri • Ajarkan 3. Aktifitas hidup
pentingnya sehari-hari secara
latihan. mandiri
3. Bantu kebutuhan 4. Dengan latihan
untuk beradaptasi dan fisik:
melakukan aktivitas • Masa otot
hidup sehari hari, lebih besar
rencana okupasi sehingga
• Peningkatan memberikan
latihan fisik perlindunga
secara adekuat: n pada
dorong latihan osteoporosis
dan hindari • Program
tekanan pada latihan
tulang seperti merangsang
berjalan pembentuka
• instruksikan n tulang
klien untuk • Gerakan
latihan selama menimbulka
kurang lebih n kompresi
30menit dan vertical dan
selingi dengan fraktur
istirahat dengan vertebra.
berbaring
selama 15 menit
• hindari latihan
fleksi,
membungkuk
tiba– tiba,dan
penangkatan
beban berat

Risiko cedera Tujuan : Cedera 1. Ciptakan lingkungan 1. Menciptakan


berhubungan tidak terjadi yang bebas dari bahaya: lingkungan yang
dengan dampak Kreteria Hasil : Tempatkan klien pada aman dan
sekunder Klien tidak tempat tidur rendah. mengurangi risiko
perubahan jatuh dan • Amati lantai terjadinya
skeletal dan fraktur tidak yang kecelakaan.
ketidakseimbanga terjadi: Klien membahayakan 2. Ambulasi yang
n tubuh. dapat klien. dilakukan tergesa-
menghindari • Berikan gesa.
aktivitas yang penerangan 3. Penarikan yang
mengakibatkan yang cukup terlalu keras akan
fraktur • Tempatkan menyebabkan
klien pada terjadinya fraktur. 4.
ruangan yang Pergerakan yang
tertutup dan cepat akan lebih
mudah untuk memudahkan
diobservasi. terjadinya fraktur
kompresi vertebra
• Ajarkan klien pada klien
tentang osteoporosis.
pentingnya 5. Diet kalsium
menggunakan dibutuhkan untuk
alat pengaman mempertahankan
di ruangan. kalsium serum,
2. Berikan mencegah
dukungan bertambahnya
ambulasi sesuai kehilangan tulang.
dengan Kelebihan kafein
kebutuhan: akan meningkatkan
• Kaji kebutuhan kalsium dalam
untuk berjalan. urine. Alcohol akan
• Konsultasi meningkatkan
dengan ahli asidosis yang
therapist. meningkatkan

• Ajarkan klien resorpsi tulang


untuk meminta 6. Rokok dapat
bantuan bila meningkatkan
diperlukan. terjadinya asidosis.

• Ajarkan klien 7. Obat-obatan

untuk berjalan seperti diuretic,

dan keluar fenotiazin dapat

ruangan. menyebabkan
pusing, megantuk,
3. Bantu klien untuk
dan lemah yang
melakukan aktivitas
merupakan
hidup sehari-hari
predisposisi klien
secara hati-hati.
untuk jatuh.
4. Ajarkan pada
klien untuk berhenti
secara perlahan,
tidak naik tanggga,
dan mengangkat
beban berat.
5. Ajarkan
pentingnya diet
untuk mencegah
osteoporosis:
• Rujuk klien
pada ahli
gizi
• Ajarkan diet
yang
mengandun
g banyak
kalsium
• Ajarkan
klien untuk
mengurangi
atau
berhenti
menggunak
an rokok
atau kopi
6. Ajarkan tentang
efek rokok
terhadap
pemulihan tulang
7. Observasi efek
samping obat-
obatan yang
digunakan dapat
menyebabkan
mudah jatuh.
Kurang Tujuan : Setelah 1. Kaji ulang proses 1. Memberikan
pengetahuan diberikan penyakit dan harapan dasar pengetahuan
mengenai proses tindakan yang akan datang dimana klien dapat
osteoporosis dan keperawatan 2. Ajarkan pada klien membuat pilihan
program terapi diharapkan tentang faktor- faktor berdasarkan
yang klien yang mempengaruhi informasi.
berhubungan memahami terjadinya osteoporosis 2. Informasi yang
dengan kurang tentang 3. Berikan pendidikan diberikan akan
informasi, salah penyakit kepada klien mengenai membuat klien lebih
persepsi ditandai osteoporosis efek samping memahami tentang
dengan klien dan program penggunaan obat penyakitnya
mengatakan terapi dengan 3. Suplemen
kurang ,mengerti criteria hasil kalsium ssering
tentang klien mampu mengakibatkan
penyakitnya, menjelaskan nyeri lambung dan
klien tampak tentang distensi abdomen
gelisah penyakitnya, maka klien
mampu sebaiknya
menyebutkan mengkonsumsi
program terapi kalsium bersama
yang diberikan, makanan untuk
klien tampak mengurangi
tenang terjadinya efek
Kriteria hasil : samping tersebut
Klien mampu dan memperhatikan
menjelaskan asupan cairan yang
tentang memadai untuk
penyakitnya, menurunkan resiko
dan mampu pembentukan batu
menyebutkan ginjal.
program terapi
yang diberikan,
klien tampak
tenang

IV. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan Pada tahap ini perawat
siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu
validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan, dan pengumpulan data.

V. EVALUASI

Hasil yang diharapkan meliputi:

1. Nyeri berkurang
2. Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik
3. Tidak terjadi cedera
4. Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri
5. Status psikologis yang seimbang
6. Terpenuhinya kebutuhan, pengetahuan dan informasi.
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS
A. Pengkajian
1. Identitas

Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomorregister, tanggal masuk
rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya, keluhanutama pada kasus osteomelitis adalah
nyeri hebat.Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawatdapat
menggunakan metode PQRST :

a. Provoking incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah prosessupurasi
pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerahmetafisis,
merupakan salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitishematogen akut.

b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat menusuk

c. Region, radiation, relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,nyeri tidak
menjalar atau menyebar.

d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-3 pada
rentang skala pengukuran 0-4.

e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk padamalam hari
atau siang hari.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejalaakut (misalnya : nyeri
lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhankeluarnya pus dari sinus disertai nyeri,
pembengkakan dan demam sedang.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengansekarang, atau penyakit
lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang,infeksi tulang, fraktur terbuka, atau
pembedahan tulang, dll.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya tidak ada penyakit
Osteomielitis yang diturunkan.

3. Psikososial

Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,takut diamputasi.
Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-
perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

4. Pemeriksaan Fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi. Bisa
juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam
biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.

5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordona.


a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang
ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlumengkaji bagaimana klien
memandang penyakit yang dideritanya, apakahklien tau apa penyebab penyakitnya
sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makankarena
demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien
mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunanaktivitas
karena rasa nyeri yang ia rasakan.
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karenarasa nyeri
yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengankognitif dan
persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,mengingkari,
depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak,menangis, kontak mata
kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang
dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga tidak
dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah
seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng beratkarena kondisinya
saat itu.
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan
spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah ada
pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien biasanya mengalami gangguan
dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. DX 1: Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan
2. DX 2: Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan
3. DX 3: Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang
4. DX 4: Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
C. Intervensi Keperawatan

No. Tujuan Intervensi Rasional


Dx
1. Tujuan : Setelah diberikan Mandiri - Untuk mengetahui tingkat rasa
tindakan keperawatan di - Mengkaji karakteristik nyeri sehingga dapat menentukan
harapkan nyeri dapat nyeri : lokasi, durasi, jenis tindakannya.
berkurang atau terkontrol intensitas nyeri dengan - Mencegag pergeseran tulang dan
dan rasa nyaman menggunakan skala penekanan pada jaringan yang
meningkat. nyeri (0-10) luka.
Kriteria hasil : - Mempertahankan - Peningkatan vena return,
➢ Tidak terjadi nyeri immobilisasi (back slab) menurunkan edem, dan
➢ Napsu makan - Berikan sokongan mengurangi nyeri.
menjadi normal, (support) pada - Untuk mengetahui
ekspresi wajah ekstremitas yang luka penyimpanan-penyimpanan
rileks dan - Amati perubahan suhu yang terjadi.
➢ Suhu tubuh normal setiap 4 jam - Mengurangi rasa nyeri dan
- Kompres air hangat memberikan rasa nyaman.
Kolaborasi - Mengurangi rasa nyeri.
- Pemeberian obat obatan
analgesik
2. Tujuan : Setelah diberikan Mandiri - Agar gangguan mobilitas fisik
tindakan keperawatan - Pertahankan tirah baring dapat berkurang
diharapkan Gangguan dalam posisi yang - Dapat meringankan masalah
mobilitas fisik dapat diprogramkan gangguam mobilitas fisik yang
berkurang. - Tinggikan ekstremitas dialami klien
Kriteria hasil : tang sakit, instruksikan - Dapat meringankan masalah
➢ Meningkatkan klien / bantu dalam gangguan mobilitas yang dialami
mobilitas pada latihan rentang gerak klien.
tingkat paling pada ekstremitas yang
sakit dan tak sakit
tinggi yang - Beri penyanggah pada - Agar klien tidak banyak
mungkin ekstremitas yang sakit melakukan gerakan yang dapat
➢ Mempertahankan pada saat bergerak membahayakan.
posisi fungsional - Jelaskan pandangan dan - Mengurangi terjadinya
➢ Meningkatkan / keterbatasan dalam penyimpangan-penyimpangan
fungsi yang sakit aktivitas yang dapat terjadi.
➢ Menunjukan teknik - Berikan dorongan pada - Mengurangi gangguan mobilitas
mampu melakukan klien untuk melakukan fisik
aktivitas AKS dalam lingkup - Mengurangi gangguan mobilitas
keterbatasan dan beri fisik.
bantuan sesuai
kebutuhan
- Ubah posisi secara
periodik
Kolaborasi
- Fisioterapi / aoakulasi
terapi
3. Tujuan : setelah di berikan Mandiri - Mencegah pemasukan bakteri
tindakan keperawatan - Pertahankan system dari infeksi /sepsis lanjut.
diharapkan tidak terjadi kateter steril; berikan - Menghindari refleks balik urine,
resiko perluasan infeksi perawatan kateter yang dapat dimasukan bakteri
yang dialami. regular dengan sabuh kedalam kandung kemih.
Kriteria hasil : dan air, berikan salep - Pasien yang mengalami
➢ Mencapai waktu antibiotic disekitar sisi sistoskopi/TUR postate beresiko
penyembuhan kateter untuk syok bedah/septic
- Ambulasi dengan sehubung dengan
kantung drainase manipulasi/instrumentasi
dependen - Adanya drain, insisi suprapublik
- Awasi tanda vital, meningkatkan resiko untuk
perhatikan demam infeksi, yang diindikasikan
ringan, menggil, nadi
dan pernapsan cepat, dengan eritema, drainase
gelisah, peka, purulen.
disorentasi - Balutan basah menyebabkan
- Observasi drainase dari kulit iritasi dan memberikan
luka, sekitar kateter media untuk pertumbuhan
suprapublik bakteri, peningkatan resiko
- Ganti balutan dengan infeksi luka.
sering (insisi - Memberikan perlindungan untuk
supra/retropublik dan kulit sekitar, mencegah
perineal), pemebersihan ekskoriasi dan menurunkan
dan pengeringan kulit resiko infeksi.
sepanjang waktu - Mungkin diberikan secara
- Gunakan pelindung profilatik sehubung dengan
kulit tipe ostomi peningkatan resiko infeksi pada
Kolaborasi prostatektomi.
- Berikan antibiotic
sesuai indikasi
4. Tujuan : setelah diberikan Mandiri - Mengorientasi program
tindakan keperawatan - Jelaskan tujuan pengobatan. Membantu
diharapkan hilangnya pengobatan pada pasien menyadarkan klien untuk
ansietas dan memberikan - Kaji patologi masalah memperoleh kontrol
informasi tentang proses individu - Informasi menurunkan takut
penyakit, program - Kaji ulang tanda/gejala karena ketidaktahuan.
pengobatan yang memerlukan Memberikan pengetahuan dasar
Kritria hasi : evaluasi medik cepat, untuk pemahaman kondisi
➢ Ekspresi wajah contoh nyeri dada tiba- dinamik.
relaks tiba, dispnea, istres - Berulangnya
➢ Cemas dan rasa pernapasan lanjut. pneumotoral/hemotorak
sakit hilang atau - Kaji ulang praktik memerlukan intervensi medik
berkurang kesehatan yang baik, untuk mencegah/ menurunkan
istirahat. potensial komplikasi.
Kolaborasi - Mempertahankan kesehatan
- Gunakan obat sedatif umum meningkatkan
seseuai dengan anjuran penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan rapeutik.
- Banyak pasien yang membutuhk
an obat penenang untuk
mengontrol ansietasnya.

D. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi.
E. Evaluasi
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan osteomielitis diharapkan
sebagai berikut:
1) Nyeri berkurang atau terkontrol dan rasa nyaman meningkat
2) Gangguan mobilitas fisik berkurang
3) Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami
4) Ansietas hilang dan pasien mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR
1. Pengkajian
Kaji tingkat kesadaran pasien dengan GCS.
(Doenges, 2000:761)
a. Aktifitas/ Istirahat
Tanda: keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera,
fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)
b. Sirkulasi
Tanda: hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah), Takikardi (respon stress, hipovolemia), Penurunan/ tak
ada nadi pada bagian distal yang cedera; pengisisa kapiler lambat, pucat pada bagian
yang terkena, Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
Gejala: hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, Kebas/ kesemutan (parestesis)
Tanda: deformitas local: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot,
terlihat kelemahan/ hilang fungsi.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas atau trauma lain).
d. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala: Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/
kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi); tak ada nyeri akibat kerusakan
saraf.
Spasme/ kram otot (setelah imobilisasi).
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor memperberat dan
faktor yang memperingan/ mengurangi nyeri
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
e. Keamanan
Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi:
a. Perubahan perfusi jaringan peerifer berhubungan dengan trauma pembuluh darah atau
kompresi pada pembuluh darah
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
d. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak
e. Resiko ketidakseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan pendarahan
f. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan

Post operasi:
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler,
nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, pemasangan gips
c. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak
d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan
kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen, kawat, sekrup)
f. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan pada anggota tubuh pasca post
operasi
3. Rencana Keperawatan (Intervensi)
Pre Operasi
No Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Perubahan perfusi Setelah diberikan tindakan a. Kaji adanya / kualitas nadi perifer a. Penurunan/tidak adanya nadi
jaringan perifer keperawatan, diharapkan distal terhadap cidera melalui dapat menggambarkan cidera
berhubungan dengan tidak terjadi perubahan palpasi / doopler vaskuler dan perlunya evaluasi
trauma pembuluh perfusi jaringan, dengan b. Kaji aliran kapiler, warna kulit medik segera terhadap status
darah atau kompresi kriteria hasil : dan kehangatan distal pada sirkulasi
pada pembuluh darah a. Individu akan fraktur b. Kembalinya warna harus cepat
mengidentifikasi factor- c. Lakukan pengkajian (3-5 detik) warna kulit putih
faktor yang neuromuskuler, perhatikan menunjukkan gangguan arterial,
meningkatakan sirkulasi perubahan fungsi motor / sensori. sianosis diduga ada gangguan
perifer, melaporkan Minta pasien untuk melokalisasi venal.
penurunan dalam nyeri nyeri c. Gangguan perasaan kebas,
d. Kaji jaringan sekitar akhir gips kesemutan, peningkatan/
untuk titik yang kasar / tekanan penyebaran nyeri bila terjadi
selidiki keluhan “rasa sirkulasi pada syaraf, tidak
terbakar”dibawah gips adekuat atau syarat pusat.
e. Awasi posisi / lokasi cincin d. Mengindikasikan tekanan
penyokong berat jaringan/iskimeal menimblkan
f. Selidiki tanda iskemis kerusakan/nekrosis.
ekstremitas tiba-tiba,contoh
penurunan suhu kulit,dan e. Alat traksi dapat menyebabkan
peningkatan nyeri tekanan pada pembuluh darah/
g. Awasi tanda – tanda vital syaraf
f. Dislokasi fraktur sendi
(khususnya lutut) dapat
menyebabkan kerusakan arteri
yang berdekatan dengan akibat
hilangnya aliran darah ke distal.
g. Ketidakadekuatan volume
sirkulasi
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan tempat tidur yang a. Menurunkan risiko
kulit berhubungan keperawatan diharapkan nyaman dan aman (kering, bersih, kerusakan/abrasi kulit yang
dengan fraktur intregitas kulit pasien alat tenun kencang, bantalan lebih luas.
terbuka, pemasangan normal, dengan kriteria hasil bawah siku, tumit). b. Meningkatkan sirkulasi perifer
traksi (pen, kawat, : b. Masase kulit terutama daerah dan meningkatkan kelemasan
sekrup) - Klien menyatakan penonjolan tulang dan area distal kulit dan otot terhadap tekanan
ketidaknyamanan hilang, bebat/gips. yang relatif konstan pada
menunjukkan perilaku c. Lindungi kulit dan gips pada imobilisasi.
tekhnik untuk mencegah daerah perianal c. Mencegah gangguan integritas
kerusakan d. Observasi keadaan kulit, kulit dan jaringan akibat
kulit/memudahkan penekanan gips/bebat terhadap kontaminasi fekal.
penyembuhan sesuai kulit, insersi pen/traksi
indikasi, mencapai d. Menilai perkembangan masalah
penyembuhan luka sesuai klien.
waktu/penyembuhan lesi
terjadi.

3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan pelaksanaan a. Memfokuskan perhatian,


fisik berhubungan keperawatan diharapkan aktivitas rekreasi terapeutik meningkatakan rasa kontrol
dengan kerusakan mobilitas fisik klien optimal, (radio, koran, kunjungan diri/harga diri, membantu
rangka neuromuskuler dengan criteria hasil : teman/keluarga) sesuai keadaan menurunkan isolasi sosial.
nyeri, terapi restriktif Klien dapat klien. b. Meningkatkan sirkulasi darah
(imobilisasi) meningkatkan/mempertahan b. Bantu latihan rentang gerak pasif muskuloskeletal,
kan mobilitas pada tingkat aktif pada ekstremitas yang sakit mempertahankan tonus otot,
paling tinggi yang mungkin maupun yang sehat sesuai mempertahakan gerak sendi,
dapat mempertahankan keadaan klien. mencegah kontraktur/atrofi dan
posisi fungsional, c. Berikan papan penyangga kaki, mencegah reabsorbsi kalsium
meningkatkan gulungan trokanter/tangan sesuai karena imobilisasi.
kekuatan/fungsi yang sakit indikasi. c. Mempertahankan posisi
dan mengkompensasi bagian d. Bantu dan dorong perawatan diri fungsional ekstremitas.
tubuh, menunjukkan tekhnik (kebersihan/eliminasi) sesuai
yang memampukan keadaan klien. d. Meningkatkan kemandirian
melakukan aktivitas. e. Ubah posisi secara periodik klien dalam perawatan diri
sesuai keadaan klien.
f. Dorong/pertahankan asupan sesuai kondisi keterbatasan
cairan 2000-3000 ml/hari. klien.
g. Berikan diet TKTP. e. Menurunkan insiden
h. Kolaborasi pelaksanaan komplikasi kulit dan
fisioterapi sesuai indikasi. pernapasan (dekubitus,
i. Evaluasi kemampuan mobilisasi atelektasis, penumonia)
klien dan program imobilisasi. f. Mempertahankan hidrasi
adekuat, men-cegah komplikasi
urinarius dan konstipasi.
g. Kalori dan protein yang cukup
diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mem-
pertahankan fungsi fisiologis
tubuh.
h. Kerjasama dengan fisioterapis
perlu untuk menyusun program
aktivitas fisik secara individual.
i. Menilai perkembangan masalah
klien.

4. Nyeri akut Setelah diberikan tindakan a. Pertahankan imobilasasi bagian a. Mengurangi nyeri dan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan yang sakit dengan tirah baring, mencegah malformasi.
spasme otot, gerakan klien mengatakan nyeri gips, bebat dan atau traksi
fragmen tulang, berkurang atau hilang, b. Tinggikan posisi ekstremitas b. Meningkatkan aliran balik
edema, cedera jaringan dengan kriteria hasil : yang terkena. vena, mengurangi edema/nyeri.
lunak a. Menunjukkan tindakan c. Lakukan dan awasi latihan gerak c. Mempertahankan kekuatan otot
santai, mampu pasif/aktif. dan meningkatkan sirkulasi
berpartisipasi dalam d. Lakukan tindakan untuk vaskuler.
beraktivitas, tidur, meningkatkan kenyamanan d. Meningkatkan sirkulasi umum,
istirahat dengan tepat, (masase, perubahan posisi) menurunakan area tekanan
b. Menunjukkan e. Ajarkan penggunaan teknik lokal dan kelelahan otot.
penggunaan keterampilan manajemen nyeri (latihan napas e. Mengalihkan perhatian
relaksasi dan aktivitas dalam, imajinasi visual, aktivitas terhadap nyeri, meningkatkan
trapeutik sesuai indikasi dipersional) kontrol terhadap nyeri yang
untuk situasi individual f. Lakukan kompres dingin selama mungkin berlangsung lama.
fase akut (24-48 jam pertama) f. Menurunkan edema dan
sesuai keperluan. mengurangi rasa nyeri.
g. Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi. g. Menurunkan nyeri melalui
h. Evaluasi keluhan nyeri (skala, mekanisme penghambatan
petunjuk verbal dan non verval, rangsang nyeri baik secara
perubahan tanda-tanda vital) sentral maupun perifer.
h. Menilai perkembangan masalah
klien.
5 Resiko Setelah diberikan tindakan a. Rencanakan tujuan masukan a. Diteksi dini memungkinkan
ketidakseimbangan keperawatan (…x…) jam cairan untuk setiap pergantian terapi pergantian cairan segera
cairan elektrolit diharapkan kebutuhan (misal 1000ml selama siang untuk memperbaiki deficit
berhubungan dengan volume cairan pasien yang hari,800ml selama sore
pendarahan adekuat. hari,300ml selama malam hari ) b. Informasi yang jelas akan
Kriteria Hasil: b. Jelaskan tentang alasan-alasan meningkatkan kerja sama
Cairan dalam tubuh klien untuk mempertahankan cairan klien untuk terapi
kembali normal yang adekuat dan metoda-metoda
untuk mencapai tujuan masukan
cairan
6 Ansietas berhubungan Setelah diberikan tindakan a. Kaji tingkat kecemasan klien a. Untuk mengetahui tingkat
dengan prosedur keperawatan (…x…) jam (ringan, sedang, berat, panik) kecemasan klien
pembedahan diharapkan cemas pasien b. Dampingi klien b. Agar Klien merasa aman dan
berkurang. nyaman
Kriteria Hasil: c. Beri support system dan motivasi c. Meningkatkan pola koping
Pasien menggunakan klien yang efektif
mekanisme koping yang d. Agar klien dapat menerima
efektif d. Beri dorongan spiritual kondisinya saat ini
e. Informasi yang lengkap dapat
e. Jelaskan jenis prosedur dan mengurangi ansietas klien
tindakan pengobatan
Post Operasi
No Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan pelaksanaan aktivitas
fisik berhubungan keperawatan diharapkan rekreasi terapeutik (radio, koran, a. Memfokuskan perhatian,
dengan kerusakan mobilitas fisik klien kunjungan teman/keluarga) sesuai meningkatakan rasa kontrol
rangka normal, dengan criteria keadaan klien. diri/harga diri, membantu
neuromuskuler, nyeri, hasil : b. Bantu latihan rentang gerak pasif menurunkan isolasi sosial.
terapi restriktif Klien dapat aktif pada ekstremitas yang sakit b. Meningkatkan sirkulasi darah
(imobilisasi) meningkatkan/mempertaha maupun yang sehat sesuai keadaan muskuloskeletal,
nkan mobilitas pada tingkat klien. mempertahankan tonus otot,
paling tinggi yang mungkin c. Berikan papan penyangga kaki, mempertahakan gerak sendi,
dapat mempertahankan gulungan trokanter/tangan sesuai mencegah kontraktur/atrofi dan
posisi fungsional, indikasi. mencegah reabsorbsi kalsium
meningkatkan d. Bantu dan dorong perawatan diri karena imobilisasi.
kekuatan/fungsi yang sakit (kebersihan/eliminasi) sesuai c. Mempertahankan posisi
dan mengkompensasi keadaan klien. fungsional ekstremitas.
bagian tubuh, menunjukkan e. Ubah posisi secara periodik sesuai
tekhnik yang memampukan keadaan klien. d. Meningkatkan kemandirian
melakukan aktivitas. f. Dorong/pertahankan asupan klien dalam perawatan diri
cairan 2000-3000 ml/hari. sesuai kondisi keterbatasan
g. Berikan diet TKTP. klien.
h. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi
sesuai indikasi. e. Menurunkan insiden
i. Evaluasi kemampuan mobilisasi komplikasi kulit dan pernapasan
klien dan program imobilisasi. (dekubitus, atelektasis,
penumonia)
f. Mempertahankan hidrasi
adekuat, men-cegah komplikasi
urinarius dan konstipasi.
g. Kalori dan protein yang cukup
diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mem-
pertahankan fungsi fisiologis
tubuh.
h. Kerjasama dengan fisioterapis
perlu untuk menyusun program
aktivitas fisik secara individual.
i. Menilai perkembangan masalah
klien.
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan a. Rencanakan periode istirahat a. Mengurangi aktivitas yang
berhubungan dengan keperawatan diharapkan yang cukup. tidak diperlukan, dan energi
imobilisasi, pasien memiliki cukup b. Berikan latihan aktivitas secara terkumpul dapat digunakan
pemasangan gips energi untuk beraktivitas, bertahap. untuk aktivitas seperlunya secar
dengan kriteria hasil : optimal.
- Klien menampakan c. Bantu pasien dalam memenuhi b. Tahapan-tahapan yang
kemampuan untuk kebutuhan sesuai kebutuhan. diberikan membantu proses
memenuhi kebutuhan diri. aktivitas secara perlahan
- Pasien mengungkapkan d. Setelah latihan dan aktivitas kaji dengan menghemat tenaga
mampu untuk melakukan respons pasien namun tujuan yang tepat,
beberapa aktivitas tanpa mobilisasi dini.
dibantu. c. Mengurangi pemakaian energi
- Koordinasi otot, tulang sampai kekuatan pasien pulih
dan anggota gerak lainya kembali.
baik d. Menjaga kemungkinan adanya
respons abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.
3. Nyeri akut Setelah diberikan tindakan i. Pertahankan imobilasasi bagian i. Mengurangi nyeri dan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan yang sakit dengan tirah baring, mencegah malformasi.
spasme otot, gerakan klien mengatakan nyeri gips, bebat dan atau traksi j. Meningkatkan aliran balik
fragmen tulang, berkurang atau hilang, j. Tinggikan posisi ekstremitas vena, mengurangi edema/nyeri.
edema, cedera jaringan dengan kriteria hasil : yang terkena. k. Mempertahankan kekuatan otot
lunak c. Menunjukkan tindakan k. Lakukan dan awasi latihan gerak dan meningkatkan sirkulasi
santai, mampu pasif/aktif. vaskuler.
berpartisipasi dalam l. Lakukan tindakan untuk l. Meningkatkan sirkulasi umum,
beraktivitas, tidur, meningkatkan kenyamanan menurunakan area tekanan
istirahat dengan tepat, (masase, perubahan posisi) lokal dan kelelahan otot.
d. Menunjukkan m. Ajarkan penggunaan teknik m.Mengalihkan perhatian
penggunaan manajemen nyeri (latihan napas terhadap nyeri, meningkatkan
keterampilan relaksasi dalam, imajinasi visual, aktivitas kontrol terhadap nyeri yang
dan aktivitas trapeutik dipersional) mungkin berlangsung lama.
sesuai indikasi untuk n. Lakukan kompres dingin selama n. Menurunkan edema dan
situasi individual fase akut (24-48 jam pertama) mengurangi rasa nyeri.
sesuai keperluan. o. Menurunkan nyeri melalui
o. Kolaborasi pemberian analgetik mekanisme penghambatan
sesuai indikasi. rangsang nyeri baik secara
p. Evaluasi keluhan nyeri (skala, sentral maupun perifer.
petunjuk verbal dan non verval, p. Menilai perkembangan
perubahan tanda-tanda vital) masalah klien.

4. Resiko infeksi Setelah diberikan tindakan a. Lakukan perawatan pen steril dan a. Mencegah infeksi sekunderdan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan perawatan luka sesuai protokol mempercepat penyembuhan
ketidakadekuatan klien mencapai b. Ajarkan klien untuk luka.
pertahanan primer penyembuhan luka sesuai mempertahankan sterilitas insersi b. Meminimalkan kontaminasi.
(kerusakan kulit, waktu, dengan KH : bebas pen. c. Antibiotika spektrum luas atau
taruma jaringan lunak, drainase purulen atau c. Kolaborasi pemberian antibiotika spesifik dapat digunakan secara
prosedur invasif/traksi eritema dan demam dan toksoid tetanus sesuai profilaksis, mencegah atau
tulang) indikasi. mengatasi infeksi. Toksoid
d. Analisa hasil pemeriksaan tetanus untuk mencegah infeksi
laboratorium (Hitung darah tetanus.
lengkap, LED, Kultur dan d. Leukositosis biasanya terjadi
sensitivitas luka/serum/tulang) pada proses infeksi, anemia dan
e. Observasi tanda-tanda vital dan peningkatan LED dapat terjadi
tanda-tanda peradangan lokal pada pada osteomielitis. Kultur
luka. untuk mengidentifikasi
organisme penyebab infeksi.
e. Mengevaluasi perkembangan
masalah klien.

5. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan e. Pertahankan tempat tidur yang a. Menurunkan risiko
kulit berhubungan keperawatan diharapkan nyaman dan aman (kering, bersih, kerusakan/abrasi kulit yang
dengan fraktur intregitas kulit pasien alat tenun kencang, bantalan lebih luas.
terbuka, pemasangan normal, dengan kriteria bawah siku, tumit). b. Meningkatkan sirkulasi perifer
traksi (pen, kawat, hasil : f. Masase kulit terutama daerah dan meningkatkan kelemasan
sekrup) - Klien menyatakan penonjolan tulang dan area distal kulit dan otot terhadap tekanan
ketidaknyamanan hilang, bebat/gips. yang relatif konstan pada
menunjukkan perilaku g. Lindungi kulit dan gips pada imobilisasi.
tekhnik untuk mencegah daerah perianal c. Mencegah gangguan integritas
kerusakan h. Observasi keadaan kulit, kulit dan jaringan akibat
kulit/memudahkan penekanan gips/bebat terhadap kontaminasi fekal.
penyembuhan sesuai kulit, insersi pen/traksi d. Menilai perkembangan masalah
indikasi, mencapai klien.
penyembuhan luka sesuai
waktu/penyembuhan lesi
terjadi.

6. Gangguan body image Setelah dilakukan tindakan a. Dorong klien untuk a. Ekspresi emosi membantu
berhubungan dengan keperawatan diharapkan mengekspresikan ketakutan, pasien mulai menerima
perubahan pada klien dapat menerima perasaan negative dan perubahan kenyataan dan realitas hidup.
anggota tubuh pasca situasi dengan realitas, bagian tubuh. b. Memberikan kesempata untuk
post operasi dengan kriteria hasil : b. Beri penguatan informasi pasca menanyakan dan mengasimilasi
- Mulai menunjukan operasi, harapan tibdakan operasi, informasi dan mulai menerima
adaptasi dan termasuk control nyeri dan perubahan gambaran diri dan
menyatakan rehabilitas. fungsi, yang dapat membantu
penerimaan pada situasi c. Kaji derajat dukungan yang ada penyembuhan.
diri d. Diskusikan persepsi pasien c. Dukungan yang cukup dari
- Mengenali dan menyatu tentang diri dan hubungannya orang terdekat dan teman dapat
dengan perubahan dengan perubahan dan bagaimana membantu proses rehabilitasi.
dalam konsep diri yang pasien melihat dirinya dalam d. Membantu mengartikan
akurat tanpa harga diri pola/peran fungsi yang biasa. masalah sehubungan dengan
negative pola hidup sebelumnya dan
- Membuat rencana nyata e. Dorong partisipasi dalam aktivitas menbantu pemecahan masalah.
untuk adaptasi peran sehari-hari. Sebagai contoh takut
baru/perubahan peran f. Berikan lingkungan yang terbuka kehilangan mandirian,
pada pasien untuk mendiskusikan kemampuan bekerja dan
masalah. sebagainnya.
Kolaborasi e. Meningkatkan kemandirian dan
g. Diskusikan tersedianya berbagai meningkatkan perasaan harga
sumber, contoh konseling diri.
psikiatri. f. Meningkatkan pernyataan
keyakinan/nilai tentang subjek
positif dan mengidentifikasi
kesalahan konsep/mitos yang
dapat mempengaruhi penilaian
situasi.
g. Untuk membantu adaptasi
lanjut yang optimal dan
rehabilitasi.
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi
5. Evaluasi
Pre operasi:
Dx 1 :
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
Dx 2 :
Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku tekhnik untuk
mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi.
Dx 3 :
Klien dapat menerima situasi dengan realitas
Dx 4 :
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
Dx 5 :
Kebutuhan volume cairan pasien yang adekuat.
Dx 6 :
Cemas pasien berkurang.
Post Operasi:
Dx 1 :
Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional
Dx 2 :
Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas
Dx 3 :
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
Dx 4 :
Tidak terjadi infeksi
Dx 5 :
Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku tekhnik untuk
mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi.
Dx 6 :
Mulai menunjukan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri.
DAFTAR PUSTAKA

Kurdani, A, S. (2017). Asuhan Keperawatan Osteomielits.


https://www.academia.edu/37854488/Askep_osteomielitis
Wiratama, B. (2008). Asuhan Keperawatan Fraktur.
https://www.academia.edu/17306114/ASKEP_fraktur
Raha. W (2005). Asuhan keperawatan Osteoporosisi. Raha/makalah-osteoporosis-
43283295?from_action=save

Anda mungkin juga menyukai