Anda di halaman 1dari 5

TRAND DAN ISSUE MASALAH KESEHATAN PEREMPUAN

MASA INTRANATAL

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas II

Dosen Pembimbing : Reni Suherman S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun oleh :

Kelompok 9

Cici Mawati Kuswenda C1AA20017


Firmansyah C1AA20035
Fitri Suherliawati C1AA20037
Gading Galuh Pamungkas C1AA20039
Nurul Halimah C1AA20073
Reza Firansyah C1AA20093

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SUKABUMI
2022

Trend dan Issue Masalah Kesehatan Perempuan


Masa Intranatal

A. Anemia
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah gizi tebesar
dan tersulit untuk diatasi di Indonesia maupun dunia (Lynch, 2011). Secara
global, di antara 1,62 miliar orang yang mengalami anemia, 41,8% dialami
oleh Ibu hamil (Garzon et al., 2020). Anemia selama kehamilan merupakan
masalah kesehatan utama karena dapat menyebabkan komplikasi pada janin,
kehamilan dan setelah kehamilan (Liyew et al., 2021).
Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2018, prevalensi anemia pada
Ibu hamil di Indonesia sebesar 48.9 %, angka ini mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 37.1 % (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2018).
Ibu yang mengalami anemia pada saat kehamilan 5 kali lebih berisiko
terjadinya perdarahan dari pada ibu yang tidak anemia pada saat kehamilan
(Tri et al., 2020). Tahun 2019, penyebab utama kematian ibu di Indonesia
masih disebabkan oleh perdarahan yaitu 1.280 kasus, hipertensi dalam
kehamilan 1.066 kasus dan infeksi 207 kasus (Profil Kesehatan Indonesia,
2020).

Sumber : Harahap Dewi Anggraeni, 2022. “Faktor Resiko pada ibu


Hamil di UPT Blud Puskesmas Rumbi Kabupaten Kampar” jurnal ilmiah
obgyn.
Dengan penelitan quantitatif dengan menggunakan pendekatan cross
sectional.

B. Nyeri Punggung

Nyeri punggung bawah yang paling umum dilaporkan, terjadi pada


60%-90% ibu hamil, dan merupakan salah satu penyebab angka kejadian
persalinan sesar. Wanita hamil yang mengalami nyeri punggung sekitar
88,2%. Wanita hamil usia kehamilan 14-22 minggu mengalami kejadian nyeri
punggung bawah sekitar 62%. Nyeri pada punggung selama kehamilan
bervariasi antara 35–60 %. Hasil penelitian Ariyanti (2012) didapatkan bahwa
68% ibu hamil mengalami nyeri punggung dengan intensitas sedang, dan 32%
ibu hamil mengalami nyeri punggung dengan intensitas ringan. Diantara
semua wanita ini, 47–60 % melaporkan bahwa nyeri punggung terjadi pada
kehamilan 5–7 bulan (Renata, 2009).

Perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang membesar,


membungkuk yang berlebihan, berjalan tanpa istirahat, dan angkat beban.
Gejala nyeri punggung ini juga disebabkan oleh hormon estrogen dan
progesteron yang mengendurkan sendi, ikatan tulang dan otot dipinggul
(Tiran, 2008).

Yeri merupakan masalah yang sangat sering terjadi pada kehamilan


khususnya pada trimester III kehamilan. Fenomena nyeri saat ini telah menjadi
masalah kompleks yang didefinisikan oleh international society for the study
of pain sebagai “pengalaman sensorik dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial”.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptip.

Sumber : Jurnal Keperawatan Silampari 2019

C. KPD (Ketuban Pecah Dini)


Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW) sering disebut dengan premature repture of the membrane
(PROM) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau
pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun
pada kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu
dan anak meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting
dalam masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu
dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu
dan bayi (Purwaningtyas, 2017).
Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan
37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory
Disterss Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko
infeksi akan meningkat prematuritas, asfiksia, dan hipoksia, prolapse
(keluarnya tali pusat), resiko kecacatan, dan hypoplasia paru janin pada
aterm. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum
aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput
ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal ini
disebabkan oleh prematuritas akibat dari ketuban pecah dini.
Hal ini juga berdampak bagi kesmas (khusnya dalam bidang
promosi kesehatan KPD berhubungan dengan penyebab kejadian
prematuritas dengan insidensi 30-40% sebagai proses pencegahan
(tindakan preventif) dan penurunan angka kejadian mortalitas dan
mordibitas perinatal yang diakibatkan oleh komplikasi kejadian
ketuban pecah dini ini. Selain itu ketuban pecah dini berkaitan dengan
komplikasi persalinan, meliputi kelahiran kurang bulan, sindrom gawat
napas, kompresi tali pusat, khorioamnionitis, abruption plasenta,
sampai kematian janin yang meningkatkan mortalitas dan morbiditas
perinatal. Semakin lama KPD, semakin besar kemungkinan komplikasi
yang terjadi.
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau
insiden PROM (prelobour rupture of membrane) berkisar antara 5-10%
dari semua kelahiran. KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan
dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan aterm. Pada 30% kasus
KPD merupakan penyebab kelahiran prematur (WHO, 2014).
Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5%- 6% dari seluruh
kehamilan, sedangkan di luar negeri insiden KPD antara 6%-12%.
Kebanyakan studi di India mendokumentasikan insiden 7-12% untuk
PROM yang 60-70% terjadi pada jangka waktu lama. Insiden kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD) di beberapa Rumah Sakit di Indonesia
cukup bervariasi yakni diantaranya: di RS Sardjito sebesar 5,3%, RS
Hasan Sadikin sebesar 5,05%, RS Cipto Mangunkusumo sebesar
11,22%, RS Pringadi sebesar 2,27% dan RS Kariadi yaitu sebesar
5,10% (Sudarto, 2016).
Penelitan ini menggunakan metode Observasional analiti,
dengan sempel 46 kasus dan 46 kontrol dengan teknik purposive
sampling.
Sumber : HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH
AND DEVELOPMENT (2018)

Anda mungkin juga menyukai