Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny.

A DENGAN PRE
EKLAMSIA DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM
IMELDA PEKERJA INDONESIA (IPI) MEDAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

RINALDI SIRINGO-RINGO. SKEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS IMELDA
MEDAN
T.A. 2020/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan Maternitas Pada Ny. A Dengan Pre Eklamsia Di Ruang Melati
Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (Ipi) Medan. Laporan kasus ini
dibuat untuk memenuhi tugas dari Keperawatan Maternitas.
Dalam penyusunan Makalah ini penulis mengucapkan Terima kasih kepada
Bapak/Ibu:
1. dr. H. Raja Imron Ritonga., M.Sc., selaku Ketua Yayasan Imelda.
2. Dr. dr. Imelda L. Ritonga S.Kp., M.pd., MN., selaku Rektor Universitas
Imelda Medan.
3. dr. Hedy Tan, MARs., MOG., Sp. OG selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan.
4. Edisyah Putra Ritonga, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Prodi Ners
Universitas Imelda Medan sekaligus dosen pembimbing akademik.
5. Hamonangan Damanik, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Sekretaris Prodi Ners
Universitas Imelda Medan.
6. Paskah Rina Situmorang, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku coordinator dan selaku
pembimbing akademik
7. Arta panggabean, S.Kep., Ns., selaku pembimbing klinik Praktik Keperawatan
Maternitas.
8. risa, S.Tr Keb., selaku pembimbing klinik Praktik Keperawatan Maternitas.
9. Teman-teman yang ikut dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan semoga bermanfaat.
Medan, 20 Oktober 2020

(Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu dan
bayi yang tinggi terutama di negara berkembang. Kematian akibat eklampsia
meningkat lebih tajam dibandingkan pada tingkat preeklampsia berat.
Kejadian preeklampsia dan eklampsia bervarisi disetiap negara bahkan
disetiap daerah. Dijumpai berbagai faktor yang mempengaruhi diantaranya
ialah rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil, kurangnya Antenatal
Care(ANC), diabetes mellitus, hidramnion, hamil kembar dan usia ibu lebih
dari 35 tahun.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2012 angka kematian ibu di Indonesia tercatat mengalami kenaikan
yang signifikan sekitar 359/100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut
mengalami kenaikanjika dibandingkan dengan SKDI 2007, dimana angka
kematian ibu (AKI) sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Banyak faktor
penyebab kematian ibu diantaranya adalah perdarahan nifas sekitar 26,9%,
eklampsia saat bersalin 23%, infeksi 11%, komplikasi puerpurium 8%,
trauma obstetrik 5%, emboli obstetrik 8%, aborsi8%. Angka kematian ibu di
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 juga mengalami kenaikan sebesar
116,01/100.00 kelahiran hidup. Berdasarkan audit pemerintah Jawa Tengah,
penyebab kematian ibu disebabkan oleh preeklampsia-eklampsia sekitar
35,26%, perdarahan 16,44%, infeksi 4,74%, abortus 0,30% dan partus lama
0,30%.
Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Pencegahan atau diagnosis dini
dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Untuk dapat menegakan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang
teratur dengan memperhatiakn pembengkakan pada muka dan ekstremitas,
kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah dan pemeriksaan urine untuk
menentukan proteinuria.
Penyebab dari preeklampsia dan eklampsia masih belum diketahui
secara jelas, keadaan sindrom gangguan preeklampsia pada ibu hamil dilatar
belakangi dengan kondisitingkat pendidikan ibu hamil di daerah tertentu
rendah dan menyebabkan tingkat pengetahuan juga ikut memburuk. Di
Indonesia sendiri bisa dikatakan sudah mempunyai beberapa program untuk
ibu hamil yang nantinya akan mengurangi angka kematian pada ibu hamil
dan bayi salah satunya ialah ANC. ANC adalah suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil,
untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan
memuaskan.
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu
K1 (Kunjungan pertama) sampai K4 (Kunjungan empat). Terkait hal
ini,kunjungan antenataluntuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu
dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai
berikut : sampai dengan kehamilan trimester pertama(<14minggu) satu kali
kunjungan dan kehamilan trimester kedua (14 -28 minggu) satu kali
kunjungan, dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah
minggu ke-36) dua kali kunjungan. ANC yang dilakukan secara teratur dan
rutin merupakan cara yang paling tepat dan penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi dini ibu dengan
kehamilan normal. Ibu hamil sebaiknya mengunjungi dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan ANC.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Penulis mampu memahami dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien
Pre eklamsia.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian Pada Ny. A Dengan Pre Eklamsia Di
Ruang Melati Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (Ipi) Medan.
2. Mampu merumuskan Diagnosa keperawatan Pada Ny. A Dengan Pre
Eklamsia Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
(Ipi) Medan.
3. Mampu menyusun Rencana Keperawatan Pada Ny. A Dengan Pre
Eklamsia Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
(Ipi) Medan.
4. Mampu melaksanakan rencana keperawatan Pada Ny. A Dengan Pre
Eklamsia Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
(Ipi) Medan.
5. Mampu melakukan evaluasi Pada Ny. A Dengan Pre Eklamsia Di Ruang
Melati Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (Ipi) Medan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Medis
2.1.1. Pengertian
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul
selama kehamilan dengan usian lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit
trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan kriteria sebagai berikut (Nita dan
mustika, 2013):
1. Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (Sistolik ≥ 140 mmHg
atau diastolic ≥ 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai proteinuria (≥
0,3 gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan hasil reangen urine
≥ + 1).
2. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa protein uria perlu
dicurigai adanya preeklamsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul
gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai
trombosit rendah dan kadar enzim ginjal abnormal. Preeklamsia adalah suatu
gejala yang khas kehamilan berupa penurunan perfusi organ akibat
vasopasme dan pengkajian endotel (Leveno,2009). Preeklamsia merupakan
suatu penyakit vasopastik, melibatkan banyak system dan ditandai oleh
hemokonsentrasi, hipertensi yang terjadi setelah minggu ke-20 dan protein
uria.
2.1.2. Etiologi
Menurut Nita dan Mustika (2013) Ada beberapa factor risiko tertentu
yang berkaitan dengan perkembangan penyakit:
1. Primigravida, kira-kira 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama
2. Grand multigravida
3. Janin besar
4. Distensi rahim berlebihan: hindramnion, hamil ganda, mola hidatidosa.
Preeklamsia terjadi pada 14% samapai 20% kehamilan dengan janin lebih
dari satu
5. Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang menyertai hamil
seperti diabetes mellitus.
6. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden
dapat mencapai 25%
7. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun
2.1.3. Manifestasi Klinik
Menurut Icemi dan Wahyu (2013), Biasanya tanda- tanda preeklamsia
timbul dalam urutan: pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema,
hipertensi,dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan
gejala-gejala subyektif. Pada Pre eklamsia berat didapatkan sakit kepala di daerah
prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklamsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklamsia timbul. Hipertensi yang berbahaya dapat
menyebabkan perdarahan serebrovaskular, enselofati hipertensif dan dapat
memicu kejang eklamptik pada perempuaan dengan preeklamsia (Nova Muhani
2015).
Hal ini juga di tunjang dengan teori (Andalas et al 2017) eklamsia adalah
kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda-tanda preeklamsia, preeklamsia
sendiri merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari hipertensi (tekanan darah
≥140/90 mmHg) bersama dengan proteinurinariamasif yang terdiri pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu, kejang pada eklamsia terdiridari beberapa fase.
Fase pertama terjadi adanya twitching pada wajah pada 20 detik pertama diikuti
pada fase kedua timbulnya sentakan tonik-klonik pada badan dan ekstremitas
pasien diikuti dengan fase penurunan kesadaran saat setelah kejang pasien dapat
menjadi agitasi serta terjadi hiperventilasi.
2.1.4. Klasifikasi Preeklamsia
Menurut nita dan Mustika (2013) Preeklamsia digolongkan ke dalam
preeklamsia ringan dan preeklamsia berat dengan gejala dan tanda sebegai
berikut:
1. Preeklamsia ringan
a. Tekan darah Kenaikan tekanan darah systole ≥ 30mmHg atau diastole >
15 mmHg (dari tekanan darah sebelum hamil). Pada kehamilan 20 minggu
atau lebih dari atau sistole ≥ 140 (< 160 mmHg) diastole ≥ 90 mmHg (≤
110 mmHg) dengan interval pemeriksaan 6 jam.
b. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
c. Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2
pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
d. Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak
terdengar
e. Hiperefleksi + 3, tidak ada klonus di pergelangan kaki
f. Pengeluaran urine sama dengan masukan ≥ 30 ml/jam
g. Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan, tidak ada nyeri
ulu hati
2. Preeklamsia berat
1. Tekanan darah 160/110 mmHg
2. Oliguria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam
3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4. Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium gangguan penglihatan, nyeri
kepala, edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran.
5. Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada
retina, trombosit kurang dari 100.000/mm
2.1.5. Patofisiologi preeklamsia
Menurut Leveno (2009) Semua teori mengenai patofisiologi
preeklamsia harus memepertimbangkan pengamatan bahwa gangguan
hipertensif akibat kehamilan jauh lebih besar kemungkinan terjadi pada
wanita:
1. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali
2. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah besar, seperti pada kehamilan kembar
atau mola hidatidiformis
3. Telah mengidap penyakit vascular
4. Secara genetis memiliki predisposisi mengalami hipertensi yang timbul
selama kehamilan Menurut Manuaba (2010), perubahan patologis berbagai
organ penting dijabarkan sebagai berikut:
a. Perubahan hati. Perdarahan yang tidak teratur, terjadi nekrosis, thrombosis
pada lobus hati
b. Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler
c. Retina spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus, ablasio retina
(lepasnya retina), menyebabkan penglihatan kabur.
d. Otak spasme pembuluh darah arterior otak menyebabkan anemia jaringan
otak, perdarahan dan nekrosis, menimbulkan nyeri kepala yang berat
e. Paru- paru berbagai tingkat edema, bronkcpneumonia sampai abses,
menimbulkan sesak nafas sampai sianosis
f. Jantung perubahan degenerasi lemak dan edema, perdarahan
subendokardial, menimbulkan dekompensasi kordis sampai terhentinya
fungsi jantung
g. Aliran darah ke plasenta. Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan
asfiksia berat sampai kematian janin. Spasme yang berlangsung lama,
mengganggu pertumbuhan janin.
h. Perubahan ginjal. Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal
menurun sehingga filtrasi glomelurus berkurang penyerapan air dan garam
tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam, edema pada tungkai dan
tangan, paru dan organ lain.
i. Perubahan oembuluh darah. Permeabilisnya terhadap protein makin tinggi
sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan, protein ekstra vaskuler menarik
air dan garam menimbulkan edema, hemokonsentrasu darah yang
menyebabkan gangguan fungsi metabolism tubuh dan thrombosis
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin (2016), Pemeriksaan Laboraratorium:
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah Penurunan hemoglobin
(nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah
12-14 gr%), hemaktrokit meningkat (nilai rujukan 37- 43 vol%), trombosit
menurun (nilai rujukan 150- 450 ribu/ mm3).
2. Urinalisis Ditemukan protein dalam urine
3. Pemeriksaan fungsi hati Bilirubin meningkat (N = < 1 mg/dl), aspartat
aminomtrasferase (AST) > 60 ul, serum Glutamat pirufat trasaminase
(SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml), serum glutamate oxaloacetix
trasaminase (SGOT) meningkat (N = < 31 u/l), total Protein serum
menurun ( N = 6,7- 8,7 g/dl)
4. Tes kimia darah Asam urat meningkat (N = 2,4 – 2,7 mg/dl)
5. Radiologi
a. Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus,
pernafasn intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit
b. Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin bayi lemah
2.1.7. Penatalaksaan
Menurut Amin (2016):
1. Preeklamsia Tujuan utama penangan preeklamsia adalah mencegah terjadinya
eklamsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan
mencegah mortalitas maternal dan parietal
a. Preeklamsia ringan Istirahat di temmpat tidur merupakan terapi utama
dalam penganan preeklamsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi
tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal
meningkat, tekanan vena pada ekstermitas bawah menurun dan reabsorpsi
cairan bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur menurunkan
tekanan darah. Apabila preeklamsia tersebut tidak membaik dengan
penanggan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika
mengancam nyawa maternal.
b. Preeklamsia berat Pada pasien preeklamsia berat secara harus diberi obat
sedative kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24
jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan
kehamilan sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat
diberikan larutan magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram
secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan
dengan MgSo4 40% sebanyak 12 gram dalam 500cc ringer laktat (RL)
atau sekitar 14 tetes/ menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat
diberikan jika dieresis pasien baik, reflex patella positif dan frekuensi
pernafasan lebih dari 16 kali/ menit. Obat ini memiliki efek menenangkan,
munurunkan tekanan darah dan meningkatkan dieresis selaian magnesium
sulfat, pasien dengan preeklamsia dapat juga diberikan klorpromazin
dengan dosis 50 mg secara intramuscular ataupun diazepam 20 mg secara
intramuscular.
c. Eklamsia
Tujuan utama penangan eklmasia adalah menstabilisasi fungsi vital
penderita dengan terapi suportif Airwy, Breathing, Circulasion (ABC),
mengendalikan kejang, mengendalikan tekanan darah khususnya jika
terjadi krisis hipertensi sehingga penderita mampu melahirkan janin
dengan selamat pada kondisi optimal. Pengendalian kejang dapat
diterapikan dengan pemberian magnesium sulfat pada dosis muatan
(loding dose) 4-6 gram IV diikuti 1,5-2 g/jam dalam 100 ml infuse
rumatan IV. Hal ini dilakukan untuk mencapai efek terapeutik 4,8-8,4
mg/dl sehingga kadar magnesium serum dapat dipertahankan dari efek
toksik
2.2. Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
1. Pengkajian
Merupakan tahap awal proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi
melibarkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan
melalui wawancara dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat,
sehingga dapat dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu
terhadap perawatan. Adapun pengkajian yang dilakukan pada ibu pre-eklamsia
sebagai berikut. (Ana Ratnawati, 2017):
2. Identitas umum
a. Riwayat kesehatan dahulu. Data riwayat kesehatan dahulu antara lain:
Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
Kemungkinan ibu memiliki riwayat pre-eklamsi pada kehamilan
terdahulu. Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas. Ibu diduga
pernah menderita penyakit ginjal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang, Data riwayat kesehatan sekarang antara lain:
Ibu merasa sakit kepala daerah frontal. Terasa sakit di ulu hati atau nyeri
epigastrium. Gangguan virus: penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan. Gangguan serebral lainnya:
terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan tidak tenang. Edema dan
ekstremitas. Tengkuk terasa berat. Kenaikan berat badan mencapai 1kg
perminggu.
c. Riwayat kesehatan keluarga: Kemungkinan mempunyai riwayat pre-
eklamsia dan eklamsia dalam keluarga
d. Riwayat perkawinan: Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah
usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.
e. Pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan fisik meliputi: Kaeadaan umum:
lemah,wajah edema, Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina,
Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium, mual dan muntah,
Ekstremitas: edema pada kaki, tangan dan jari-jari.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan yang lazim muncul
1. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan penimbunan cairan pada
paru
2. Kelebihan volume cairan berhubuungan dengan kerusakan fungsi
glomerulus sekunder terhadap penurunan cardiac output
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Nyeri akut
5. Konstipasi
2.2.3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Gangguan  Respirator status: Airway management
pertukaran gas ventilation - Posisikan pasien
Defenisi:  Vital sign status untuk
kelebihan atau deficit Kriteria Hasil: memamksimalkan
pada oksigenisasi  Mendemonstrasikan ventilasi
dan eliminasi peningkatan ventilasi - Lakukan
karbondioksida pada dan oksigenisasi yang fisioterapi dada
membrane adekuat jika perlu
alveolar/kapiler  Tanda-tanda vital - Keluarkan secret
Batasan dalam rentang normal dengan batuk atau
Karakteristik:  Mendemonstrasikan suction
- pH darah arteri batuk efektif dan - Auskultasi suara
abnormal suara nafas yang nafas, catat
- pH arteri bersih, tidak ada adanya suara
abnormal sianosis dan dispnea tambahan
- pernafasan (mampu - Atur intake untuk
abnormal mengeluarkan cairan untuk
- penurunan sputum, bernafas mengoptimalkan
karbondioksida dengan mudah) keseimbangan
- dispnea - Monitor respirasi
- hipoksia dan status O2
Faktor yang - Catat penggunaan
berhubungan: otot tambahan
- Perubahan - Pantau hasil lab:
membrane AGDA
alveolar kapiler
2. Kelebihan volume  Electrolit and acid Fluid management
cairan base balance - Monitor vital sign
Defenisi: Kriteria Hasil: - Monitor indikasi
peningkatan retensi  Terbebas dari edema retensi
cairan isotonic  Bunyi nafas bersih, - Monitor kelebihan
Batasan tidak ada dipsnea cairan (edema)
Karakteristik:  Memelihara vital sign - Kaji lokasi dan
- Gangguan dalam batas normal luas edema
elektrolit  Terbebas dari - Beri pendidikan
- Perubahan kelelahan, kecemasan kesehatan tentang
tekanan darah  Menjelaskan batasan masukan
- Perubahan pola indicator kelebihan cairan harian
nafas cairan fluid monitoring
- Penurunan Hb - Tentukan riwayat
- Dispnea jumlah dan tipe
- Edema intake cairan dan
- Peningkatan eliminasi
tekanan vena - Monitor BB
central - Monitor Bp, Hr
- Asupan melebihi dan Rr
haluaran - Monitor parameter
- Perubahan berat, hemodinamik
jenis urin invasive
- Penambahan BB - Monitor tanda dan
dalam waktu gejala dari edema
yang sangat
singkat
Faktor yang
berhubungan:
- Kelebihan
asupan cairan
dan natrium
3. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari  Nutritional status Nutrition management
kebutuhan tubuh  Nutritional status: - Kolaborasi
Definisi: food and fluid intake dengan ahli gizi
Asupan nutrisi tidak  Nutritional status: untuk
cukup untuk nutrien intake menentukan
memenuhi  Weight control jumlah kalori dan
kebutuhan metabolik Kriteria Hasil: nutrisi yang
Batasan  Berat badan ideal dibutuhkan
Karakteristik: sesuai dengan tinggi pasien
- Kurang informasi badan - Berikan makanan
- Kesalahan  Mampu yang terpilih
konsepsi mengidentifikasi (sudah
Faktor yang kebutuhan nutrisi dikonsultasikan
berhubungan: dengan ahli gizi)
- Faktor biologis - Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
- Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- Berat badan pasien
dalam batas
normal
- Monitor kadar
albumin, total
protein, hb, dan
kadar Ht
- Monitor
pertumbuhan dan
perkembang
- Monitor kalori dan
intake nutrisi
- Catat adanya
edema
4. Nyeri Akut  Pain Level Pain Management
 Pain Control - Lakukan
 Comfort Level pengkajian nyeri
Kriteria Hasil: secara
 Mampu mengontrol komprehensif
nyeri (tahu penyebab termasuk lokasi,
nyeri, mampu karakteristik,
menggunakan tehnik durasi, frekuensi,
nonfarmakologi untuk kualitas an faktor
mengurangi nyeri) presipitasi
 Melaporkan bahwa - Observasi reaksi
nyeri berkurang non verbal dari
dengan menggunakan ketidaknyamanan
manajemen nyeri - Bantu pasien dan
 Mampu mengenali keluarga untuk
nyeri (skala, mencari dan
intensitas, frekuensi menemukan
dan tanda nyeri) dukungan
Menyatakan rasa nyaman - Lakukan
setelah nyeri berkurang
penanganan nyeri
non farmakologi
- Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
- Monitor
penerimaan pasien
tentang
manajemen nyeri
5. Konstipasi  Bowel elimination - Monitor tanda dan
Kriteria Hasil: gejala konstipasi
 Mempertahankan - Monitor bising
bentuk fese lunak usus
setiap 1-3 hari - Anjurkan pasien
 Bebas dari untuk mencatat
ketidaknyaman dan warna, frekuensi
konstipasi dan konsistensi
feses
- Ajarkan pasien
tentang frekuensi
eliminasi BAB
yang normal
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi
obat pencahar
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpilan
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama
kehamilan dengan usian lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik).
Ada beberapa factor risiko tertentu yang berkaitan dengan
perkembangan penyakit diantaranya Primigravida, kira-kira 85%
preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama, Grand multigravida, Janin
besar, Distensi rahim berlebihan: hindramnion, hamil ganda, mola
hidatidosa. Preeklamsia terjadi pada 14% samapai 20% kehamilan dengan
janin lebih dari satu, Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang
menyertai hamil seperti diabetes mellitus, Pada ibu yang mengalami
hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25%,
Jumlah umur ibu di atas 35 tahun. Perawatan yang diberikan pada ibu
yang mengalami pre eklamsia tergantung dari keluhan yang dirasakan,
namun pada umumnya ibu akan merasakan nyeri pada kepala dan mual
muntah.
4.2. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi keperawatan yang akan
menjadi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan maternitas pada
pasien secara komprehensif dengan menerapkan ilmu-ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic Noc “Adisi Revisi Jilid 1”. Jogjakarta: Mediaction.
Mahardika. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020.
http://eprints.undip.ac.id/50725/2/M._Mahdika_Akbar_2201012130060_La
pKTI_Bab_1.pdf
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1054/5/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai